Anda di halaman 1dari 17

PERBANDINGAN STRESS DALAM PRESTASI KERJA DITINJAU DARI : BEKERJA

SECARA MONOTON DAN TIDAK MONOTON DI PERUSAHAAN X

Dosen Pengampu:
Moersito Wimbo Wibowo S. Psi., M. A

Oleh
M ANGGA FRIANDIKA 19610035

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN BUDAYA
UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bekerja merupakan hakikat kehidupan manusia. Salah satu tujuan dari bekerja tersebut
adalah untuk mendapatkan imbalan yang berguna sebagai penunjang kebutuhan hidup
seseorang maupun keluarganya. Dalam bekerja, karyawan terkadang mengalami stres.
Lingkungan pekerjaan sangat berpotensi untuk menimbulkan stres sehingga dapat menurunkan
motivasi kerja karyawan. Sehingga hal itu juga dapat mempengaruhi prestasi dalam pekerjaan.

Dalam kehidupan modern yang semakin kompleks, manusia akan cenderung mengalami
stres apabila ia kurang mampu mengadaptasikan keinginan- keinginan dengan kenyataan-
kenyataan yang ada, baik kenyataan yang ada di dalam maupun di luar dirinya. Segala
macam bentuk stres pada dasarnya disebabkan oleh kekurangan pengertian manusia akan
keterbatasan- keterbatasannya sendiri (Anoraga, 2006: 107).

Sepertihalnya yang terjadi pada perusahan X, dimana HRD menyampaikan adanya


ketimpangan prestasi bekerja yang di hasilkan oleh karyawan yang bekerja dengan pekerjaan
yang sama seperti admin dan bendahara , dimana aktifitas yang mereka jalankan terbilang
monoton berbeda dengan marketin yang selalu bertemu banyak orang dan dituntut untuk
kreatif dalam menjalankan pekerjaannya mengikuti zaman digitalisasi seperti saaat ini.
Tentunya hal itu juga dapat berpengaruh pada penerimaan stress antara karyawan yang
bekerja dalam porsi monoton dengan karyawan tidak monoton.

Ivancevich, Gibson, Donnely (Anatan dan Ellitan, 2007:55) merumuskan stres sebagai
suatu tanggapan penyesuaian yang dilatarbelakangi oleh perbedaan individu atau proses
psikologi yang merupakan konsekuensi setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi,
peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis/fisik yang berlebihan kepada seseorang.
Beehr and Newman (Rivai, 2004:516) memiliki pandangan lain yang meninjau dari sudut
interaksi antara individu dan lingkungan, mereka mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi
dimana terdapat interaksi antara seseorang dengan pekerjaannya dan dikarakteristikan oleh
perubahan dalam diri seseorang yang memaksa mereka untuk menyimpang. (ibid).

Menurut Khan dkk. Stres yang timbul karena ketidakjelasan sasaran akhirnya mengarah
ketidakpuasan pekerjaan kurang memiliki kepercayaan diri, rasa diri tidak berguna, rasa
harga diri yang menurun, depresi, motivasi rendah untuk bekerja, peningkatan tekanan darah
dan detak nadi, dan kecenderungan untuk meninggalkan pekerjaan (Sunyoto, 2001: 392).

Dua sumber utama stres kerja yaitu tekanan kerja dan kurangnya dukungan sosial. Stres
kerja internal yaitu segala peristiwa maupun hal-hal yang dialami individu yang terjadi di
lingkungan pekerjaan. Lingkungan pekerjaan mencakup tugas-tugas, interaksi antar individu,
dan lingkungan fisik tempat kerja.

Stres kerja eksternal adalah segala peristiwa maupun kondisi yang serba tidak menentu
yang melingkupi diri karyawan di luar lingkungan pekerjaan, misalnya masalah keuangan,
masalah dengan keluarga, hingga masalah yang timbul sehubungan dengan kondisi
perekonomian yang tidak stabil.
Beban kerja yang berat juga tidak perlu harus menjadi satu sumber stres banyak orang
melakukan sejumlah besar pekerjaan dan bekerja sepanjang waktu. Pada akhirnya merasa
bosan atas pekerjaan tidak harus sama dengan yang mengalami stress. Stres kerja dapat
memberikan dampak negatif sebagai berikut :
1. Konsekuensi fisiologis, seperti perubahan metabolisme, peningkatan
denyut jantung dan pernafasan, peningkatan tekanan darah, sakit kepala,
penyakit jantung, dan sebagainya.
2. Konsekuensi tingkah laku, seperti munculnya perubahan tingkat
produktivitas, absensi, nafsu makan, konsumsi alkohol, konsumsi obat-
obatan, merokok, gangguan tidur, seringkali gelisah, dan sebagainya.
3. Konsekuensi psikologis, seperti ketegangan kerja, cemas, sensitif atau
mudah tersinggung, kejenuhan, muncul rasa tidak puas, dan sebagainya
(Sunyoto, 2001: 373)
Alasan mengambil judul “ PERBANDINGAN STRESS DALAM PRESTASI KERJA
DITINJAU DARI : BEKERJA SECARA MONOTON DAN TIDAK MONOTON DI
PERUSAHAAN X “ . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan stres kerja
antara karyawan yang bekerja monotonik dan karyawan yang bekerja non monotonik karena
masih banyak sekali saya temukan adanya rekan rekan kerja mengalami penurunan motivasi
kerja sehingga mempengaruhi prestasi dalam bekerja hanya karena perkerjaan yang di lakukan
selalu sama setiap waktunya. Ada juga karyawan yang bekerja namun seperti tidak sedang
bekerja tingkat stress yang dimiliki lebih sedikit , biasanya orang tersebut memiliki pekerjaan
yang selalu berhubungan dengan inovasi , membuat strategi dan lain lain sehingga setiap hari di
tuntut untuk dapat menciptakan sesuatu hal yang baru .

Banyaknya karyawan yang mengalami stress kerja selalu mengakhiri nya dengan
pengunduran diri, karena mereka menganggap pekerjaan yang mereka lakukan tidak dapat
menambah ilmu dan pengetauan mereka . bekerja seperti robot sebagian orang mungkin
menyukainya karena tidak banyak berfikir hanya melakukan aktifitas yang sama setiap hari ,
akan tetapi posisi mereka pun akan segera tergantikan dengan mesin jika mereka tidak lagi mau
mengasah kemampuan diri.

Subyek dalam penelitian ini adalah para karyawan dengan masa kerja di atas 5 tahun dengan
posisi yang sama. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara kepada 100 pekerja
dengan 50 : 50 pekerja yang monoton dan tidak monoton .

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana membedakan prestasi kerja antara karyawan monoton dengan tidak
monoton.
1.3 Batasan masalah
Menganalisa perbedaan prestasi kerja antara karyawan monoton dan tidak
monoton

1.4 Tujuan penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan stres kerja antara
karyawan yang bekerja monoton dan karyawan yang bekerja tidak monoton
sehingga hal itu dapat mempengaruhi prestasi dalam kerja.

1.5 Manfaat Penelitian


Teoritis
- Diharapkan sebagai pembuktian terhadap teori tentang perbedaan stress
kerja antara pekerja monoton dan tidak monoton yang dapat
mempengahruhi prestasi kerja .
Praktis
- Diharapkan bagi tenaga kerja dapat menambah pengetahuan mengenai
perbedaan stres kerja yang terjadi pada tenaga kerja sehingga dapat
meningkatkan prestasi kerja.
- Diharapkan bagi pihak manajemen perusahaan, dapat digunakan
sebagai masukan dalam melakukan tindakan korektif terhadap
kebijakan kebijakan yang akan di ambil untuk menjaga kualiatas
karyawan.
- Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca
mengenai perbedaan stres kerja antara karyawan monoton dan tidak
monoton
- Diharapkan bagi penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan
serta pengalaman dilapangan terutama penerapan teori di perusahaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Stress
Dalam Kamus Psikologi, stres diartikan sebagai ketegangan, tekanan, tekanan
batin, tegangan dan konflik (Chaplin, 2006). Stres juga merujuk pada perubahan, baik
positif maupun negatif, dalam lingkungan suatu organisme, yang mendapat tanggapan
dari organisme itu (Peace, dkk, 2012). Hawari (2004) mendefinisikan stres sebagai reaksi
atau respon tubuh terhadap stresor psikososial seperti tekanan mental atau beban
kehidupan.

Amin dan Al-fandi (2007) menyatakan bahwa stres adalah kondisi seseorang
dengan rasa tegang dan cemas, takut dan khawatir yang disebabkan karena adanya
ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan manusia yang disertai dengan
ketegangan emosional dan mempunyai pengaruh terhadap kondisi fisik maupun psikis
(mental) seseorang. Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Ibung, 2008) kondisi stres
terjadi bila terdapat kesenjangan atau ketidakseimbangan antara tuntutan dan
kemampuan. Tuntutan merupakan tekanan-tekanan yang tidak dapat diabaikan karena
jika tidak dipenuhi mengakibatkan konsekuensi yang tidak menyenangkan bagi individu.

Stres juga didefinisikan oleh Sarafino dan Smith (2012) sebagai kondisi yang
disebabkan adanya interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga menimbulkan
persepsi jarak antara tuntutantuntutan, berasal dari situasi yang bersumber pada sistem
biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Stres muncul sebagai akibat dari adanya
tuntutan yang melebihi kemampuan individu untuk memenuhinya. Seseorang yang tidak
bisa memenuhi tuntutan kebutuhan, akan merasakan suatu kondisi ketegangan dalam diri.
Ketegangan yang berlangsung lama dan tidak ada penyelesaian, akan berkembang
menjadi stress.

Selain itu menurut Brecht (2000), stres adalah gangguan pada tubuh dan fikiran
yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan hidup baik dipengaruhi oleh lingkungan
maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa stres adalah reaksi tubuh
terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stressor) yaitu berupa tuntutan atau
beban hidup, beban mental, sistem biologis dimana individu tidak memiliki
keseimbangan antara tuntutan dan kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya
sehingga dapat menimbulkan tekanan, cemas, takut, khawatir, perubahan nonspesifik
baik positif maupun negatif, tegangan emosi yang dapat mengancam kesejahteraan
individu.

2.2.1 Pengaruh Stres Terhadap Pekerjaan


Secara umum, Pedak (2009) membagi faktor-faktor yang dapat menyebabkan stres
menjadi tiga, yaitu :
a. Stressor Ruhani (spiritual)
Stressor jenis ini berhubungan dengan ke-diri-an manusia. Stresor ini timbul karena
kecintaan manusia yang mendalam terhadap dirinya sendiri. Hal yang paling
membuat manusia stres adalah ketakutan akan kematian dan rasa cinta terhadap
kedudukan, harta dan sesama manusia.
b. Stresor Mental (psikologi)
Stressor jenis ini berhubungan dengan adanya tekanan yang timbul akibat perlakuan
orang lain. tekanan itu akan membuat batin kita timbul rasa benci, marah atau sedih.
c. Stressor Jasmani (fisikal)
Stressor jenis ini berhubungan dengan faktor nutrisi dan lingkungan. Pola makan
yang tidak baik juga menyebabkan stres. Mislanya stres dapat meningkat akibat
terlalu bnayak mengkonsumsi gula, kafein, alkohol, garam, dan lemak serta sedikit
mengkonsumsi zat-zat gizi. Sedangkan faktor lingkungan mislanya adanya
mikroorganisme, populasi udara, asap rokok, temperatur dan gerakan fisik.

2.2.2 Dampak Prestasi Kerja


Prestasi kerja adalah usaha maksimal yang dilakukan individu dalam suatu
organisasi sehingga tujuan dari organisasi tersebut dapat tercapai. Salah satu
faktor yang berperan dalam prestasi kerja adalah aspek-aspek psikologi. Aspek-
aspek psikologi merupakan potensi psikis yang mempengaruhi individu dalam
setiap kehidupannya, oleh karena itu aspek psikologi termasuk bagian yang
penting dalam lingkungan individu tersebut. Adapun aspek-aspek psikologi yang
mempunyai peranan penting dalam dunia industri adalah motivasi, kepuasan kerja
dan disiplin kerja. Prestasi kerja dan aspek-aspek psikologi sangat berkaitan
karena apabila aspek-aspek psikologi karyawan tinggi maka prestasi kerja
karyawan tinggi pula. Salah satu usaha perusahaan dalam meningkatkan prestasi
kerja karyawan adalah dengan memperhatikan aspek- aspek psikologi karyawan
yang dimilikinya. 
2.2 Prestasi Kerja
menurut Mangkunegara (2013:67) : “Prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas, yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya, sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
2.2.1 Faktor Faktor yang mempengaruhi Prestasi kerja
Menurut Mangkunegara, (2014:13), mengatakan bahwa : faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi kerja adalah faktor kemampuan dan faktor motivasi, yaitu:
1) Faktor Kemampuan Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari
kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya pegawai
yang memiliki IQ diatas rata-rata : (110 -120) dengan pendidikan yang memadai untuk
jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih
mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh sebab itu pegawai perlu ditempatkan
pada perkerjaan yang sesuai dengan keahlian.
2) Faktor Motivasi Motivasi berbentuk dari sikap (atitude) seorang pegawai dalam
menghadapi situasi kerja.Motivasi merupakan kondisi menggerakkan diri pegawai yang
terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).
2.2.2 Indikator Prestasi kerja
Adapun indikator prestasi kerja menurut Sutrisno (2014:152) sebagai berikut:
1. Hasil Kerja Tingkat kuantitas maupun kualitas yang telah dihasilkan dan sejauh mana
pengawasan dilakukan.
2. Pengetahuan Pekerjaan. Tingkat pengetahuan yang terkait dengan tugas pekerjaan
yang akan berpengaruh langsung terhadap kuantitas dan kualitas dari hasil kerja.
3. Inisiatif. Tingkat inisiatif selama melaksanakan tugas pekerjaan khususnya dalam hal
penanganan masalah ± masalah yang timbul.
4. Kecekatan Mental. Tingkat kemampuan dan kecepatan dalam menerima instruksi
kerja dan menyelesaikan dengan cara kerja serta situasi kerja yang ada.
5. Sikap. Tingkat semangat kerja serta sikap positif dalam melaksanakan tugas
pekerjaan. 6. Disiplin Waktu dan Absensi Tingkat ketepatan waktu dan tingkat
kehadiran
2.2.3 Metode Penilaian prestasi kerja
Sistem penilaian prestasi kerja ialah suatu pendekatan dalam melakukan penilaian
prestasi kerja para pegawai dimana terdapat berbagai faktor, yaitu (Siagian, 2014:226):
a. Yang dinilai adalah manusia yang di samping memiliki kemampuan tertentu juga
tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan.
b. Penilaian yang dilakukan pada serangkaian tolak ukur tertentu yang realistik,
berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta kriteria yang ditetapkan dan diterapkan
secara objektif.
c. Hasil penilaian harus disampaikan kepada pegawai yang dinilai dengan tiga maksud
yaitu berkaitan dengan penilaian positif, penilaian negatif maupun penilaian yang tidak
objektiv.
d. Hasil penilaian yang dilakukan secara berkala itu terdokumentasi dengan rapi dalam
arsip kepegawaian setiap orang sehingga tidak ada informasi yang hilang, baik yang
sifatya menguntungkan maupun merugikan pegawai.

2.3 Perilaku kerja


perilaku kerja adalah tanggapan atau reaksi individu yang timbul baik berupa perbuatan
atau sikap maupun anggapan seseorang terhadap pekerjaannya, kondisi kerja yang di alami
di lingkungan kerja serta perlakuan pimpinan terhadap karyawan itu sendiri.
2.3.1 Macam Macam Perilaku Kerja
Ada 6 poin yang penting dilakukan untuk bisa mendapatkan suasana kerja yang
sehat. Antara lain :
1. Memiliki kepercayaan diri yang tinggi
2. Profesional dalam bekerja
3. Bekerja dengan ikhlas
4. Kerja keras
5. Kerja cerdas
6. Kerja tuntas

2.3.2 Lingkungan Kerja


Lingkungan kerja adalah segala hal yang berhubungan dengan aktivitas karyawan
di dalam kantor. Hal tersebut mulai dari budaya perusahaan, lingkungan fisik,
hingga fasilitas-fasilitas pendukung, seperti asuransi kesehatan, parkir, dsb.
Lingkungan kerja ini bisa dibagi menjadi dua, yakni lingkungan kerja fisik dan
lingkungan kerja nonfisik. Lingkungan fisik contohnya adalah penerangan dan
warna dinding. Sementara nonfisik contohnya struktur dan pola kepemimpinan.
Dari dua pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa lingkungan kerja
adalah segala hal yang mendukung aktivitas karyawan di dalam kantor. Hal ini
tentu menarik karena hal-hal tersebut tak sering mendapatkan perhatian
perusahaan.

2.3.3 Faktor Faktor Yang mempengaruhi lingkungan kerja


Untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu (Siagian, 2006:63) :
1. Bangunan tempat kerja
2. Ruang kerja yang lega
3. Ventilasi pertukaran udara
4. Tersedianya tempat-tempat ibadah keagamaan
5. Tersedianya sarana angkutan khusus maupun umum untuk karyawan nyaman
dan mudah.

Menurut (Sedarmayanti dalam Wulan, 2011:21) Menyatakan bahwa secara garis


besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor lingkungan
kerja fisik dan faktor lingkungan kerja non fisik.

2.4 Hubungan Antara Stres Dengan Prestasi Kerja


Stress Kerja dan Prestasi Kerja merupakan dua hal yang saling berpengaruh dan saling
mempengaruhi. Dengan kondisi stress seseorang yang dapat di pergunakan dengan tepat
maka ini menjadi hal yang penting demi mendukung dan meningkatkan Prestasi Kerja
Pegawai. Stress Kerja mempunyai hubungan erat dengan Prestasi Kerja seseorang menurut
Handoko (2001:201) Bila tidak ada stres, tantangan-tantangan kerja juga tidak ada, dan
prestasi kerja cenderung rendah. Sejalan dengan meningkatnya stres, prestasi kerja cenderung
naik,karena stres membantu karyawan untuk mengerahkan segala sumber daya dalam
memenuhi berbagai persyaratan atau kebutuhan pekerjaan.
2.5 Perusahaan
Perusahaan adalah tempat memproduksi barang atau jasa guna memenuhi kebutuhan
masyarakat luas. Terdapat jenis-jenis perusahaan di Indonesia. Dilansir dari buku Hukum
Perusaaan oleh Handri Raharjo, mulanya istilah perusahaan disebut sebagai pedagang.
Namun, seiring dihapusnya Pasal 2 sampai Pasal 5 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang,
istilah pedagang dihapus dan diganti dengan perusahaan. Perusahaan berfungsi untuk
menggerakkan perekonomian suatu negara. Pasalnya, perusahaan menyerap tenaga kerja
untuk memproduksi suatu barang atau jasa agar bisa dijual ke masyarakat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perusahaan adalah kegiatan yang diselenggarakan
dengan peralatan atau dengan cara teratur dengan tujuan mencari keuntungan. Perusahaan
juga didefinisikan sebagai organisasi berbadan hukum yang mengadakan transaksi atau
usaha. Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997, pengertian perusahaan adalah setiap
bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus-menerus untuk memperoleh
keuntungan, baik yang diselenggarakan oleh perseorangan maupun badan usaha yang
berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan di
wilayah Indonesia.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian


Subjek pada penelitian ini adalah Karyawan di perusahaan x. Menurut Sugiyono
(2014:215), di dalam penelitian kualitatif lebih menekankan pada situasi solsial bukan berpatok
kepada populasi. Terdapat tiga elemen dalam situasi social, elemen tersebut terdiri dari place
( tempat ), actor ( pelaku ), dan activity ( aktifitas ). Maka dari itu tempat yang dipilih oleh
peneliti nantinya di perusahaan X dengan karyawan yang memiliki tingkat stress yang cukup
tinggi. Peneliti akan melihat bagaimana aktivitas- aktivitas dilakukan karyawan saat bekerja,
yang merupakan sebuah proses komunikasi antar personal dan observasi menyeluruh untuk
mengetahui keadaan secara langsung.

3.2 Tahapan Penelitian


Langkah awal untuk melakukan penelitian kami melakuak observasi terlebih dahulu kepada
orang orang yang dirasa sudah memenuhi kriteria. Kemudian kami melakukan proses
wawancara serta mengobservasi secara langsung pada saat wawancara. Hal itu dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk validasi data.

3.3 Teknik Pengambilan Data


Teknik pengumpulan/Pengambilan data yang dipakai oleh peneliti yang sangat
sesuai dengan penelitian ini, yakni :
1. Wawancara
Moleong, (2013:186) mengemukakan jika wawancara merupakan sebuah
percakapan yang dimaksudkan untuk mengetahui informasi tertentu. Wawancara biasanya
dilakukan oleh dua individu, yakni sebagai pewawancara yang mengajukan pertanyaan
semua pertanyaan dan adapun terwawancara sebagai yang pemberi jawaban atas semua
pertanyaan yang diajukan. Kesimpulan yang dapat diambil oleh peneliti melalui beberapa
definisi mengenai wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan
sebuah proses tanya jawab yang dilakukan oleh komunikator sebagai pewawancara dengan
komunikan sebagai narasumber yang berguna untuk mendapatkan segala informasi
tertentu, dalam proses wawancara tersebut peneliti menerapkannya pada subyek dan
informan dari Perusahaan X.

3.4 Instrumen Penelitian


Instrumen utama dalam pengumpulan data adalah manusia yaitu, peneliti sendiri atau orang
lain yang membantu peneliti, alat atau tools yang di gunakan berupa angket dan wawancara

3.5 Uji Keabsahan


Uji keabsahan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian menggunakan uji
kredibilitas data dengan triangulasi data sebagai penguji dalam keabsahan datanya.
Triangulasi data ialah sebuah tahapan yg dilakukan dalam mengoreksi ulang hasil yang
didapatkan. Data yang diperoleh akan dibandingkan dengan sumber-sumber lain sebagai
bahan pendamping. Seorang peneliti pun bisa melaksanakan wawancara secara mendalam
lalu dengan observasi secara mendalam juga guna mendapatkan kebenaran atas data yang
telah ada di lapangan(Muslimin, 2016:71).
William Wiersma (1986) juga mengemukakan bahwa triangulasi dalam pengujian
kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data yang berasal dari berbagai sumber dengan
berbagai waktu. Maka dari itu terdapat pengelompokkan dalam triangulasi yakni triangulasi
sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu (Sugiyono, 2013:273).

1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan dalam tahap menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan
cara mengecek semua hasil data yang diperoleh dari beberapa sumber. Data yang
didapatkan nantinya akan dianalisis oleh peneliti, sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.
Selanjutnya peneliti meminta kesepakatan dari sumber data tersebut (Sugiyono 2007: 274 )
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi ini dilakukan untuk menguji kredibilitas data terhadap sumber namun dengan
teknik yang berbeda. Perbedaan teknik tersebut terdapat pada cara melakukannya, misalnya
dengan melakukan wawancara, bisa juga observasi, serta dokumentasi. dokumentasi. Bila
dengan teknik pengujian kredibilitas data menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti
melakukan diskusi lebih dalam dengan sumber data yang bersangkutan untuk memastikan
data mana yang dianggap benar ( Sugiyono, 2007:274 ) .
3. Triangulasi Waktu
Triangulasi ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui wawanxara dipagi hari
pada saat narasumber masih focus dan bersemangat sehingga nantinya data yang diperoleh
lebih valid dan kredibel. Lalu untuk memastikan kebenaran dari data yang diperoleh peneliti
bisa melakukan wawancara, observasi, dengan waktu dan situasi yang berbeda. Dan
bilahasil yang diperoleh berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sampai ditemukan
kepastian datanya ( Sugiyono, 2007:274).
BAB IV
PENYAJIAN DATA & PEMBAHASAN

Penyajian data pada bab IV akan membahas pengolahan dan analisis data yang telah
diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan di Perusahaan X kota malang dimana data
tersebut penulis dapatkan dari hasil interview sebagai metode pokok guna mendapatkan
suatu keputusan yang objektif . Disamping itu peneliti juga menggunakan metode observasi
dan dokumentasi sebagaimana metode penunjang guna melengkapi data yang penulis
dapatkan melalui Metode tersebut.

Dalam analisis data ini, penulis menggunakan data reduction (reduksi data), data display
(penyajian data-data) dan conclusion drawing atau verifikasi.

Sebelum dianalisis data yang penulis peroleh terlebih dahulu dikumpulkan sesuai dengan
jenis data yang ada, setelah data terkumpul menurut jenisnya masing masing kemudian
penulis menganalisa data dengan suatu metode untuk memaparkan dan menafsirkan data
yang ada. Setelah data dianalisa kemudian diambil kesimpulan dengan berfikir induktif yaitu
berangkat dari kesimpulan-kesimpulan khusus kemudian ditarik menjadi sebuah kesimpulan
yang bersifat umum Dengan demikian dapat dihindari kesalahan dalam mengambil
kesimpulan yang akan dijadikan fakta untuk mengetahui Perbandingan Stres dalam Prestasi
kerja : Bekerja secara monoton dan tidak monoton.

A. Penyajian Data
Berikut adalah salah satu hasil wawancara terhadap Ibu Nani selaku Admin Keuangan
Perusahaan X yang ada di kota malang , sebagai berikut :
Ibu Nani selaku admin keuangan menyampaikan, selama beliau bekerja lebih dari 5 tahun di
perusahaan x beliau hanya melakukan tugasnya untuk melakukan pekerjaan nya seperti
rutinitas harian biasa nya. Beliau mengatakan tidak ada peningkatan atau Motivasi lain
dalam bekerja selain Karena keluarganya. Dalam hal pekerjaan prestasi yang ada hanya
sebatas menyelesaikan tugas bulanan dan melakukan update pendapatan . Pada saat kami
tanya kan terkait promosi jabatan dan kejenuhan dalam bekerja, beliau menyampaikan jika
dalam posisi atau jabatan tersebut sangatlah susah untuk mendapatkan posisi baru sehingga
beliau hanya melakukan tugas seperti biasanya, motivasi bekerja pun hanya sebatas Bekerja
saja. Bicara soal pekerjaan, memang apa yang ia lakukan sangatlah monoton melakukan hal
yang sama setiap hari tanpa adanya peluang untuk naik jabatan sehingga motivasi kerja pun
menurun.

Sedangkan hasil wawancara dengan salah satu team marketing perusahaan x Bapak Fandi
Menyampaikan, selama bekerja di perusahaan x beliau sangat menikmati nya karena devisi
marketing sangatlah mudah untuk mendapatkan jabatan baru. Prestasi ya g di target kan
adalah jumlah pendapatan dari pekerjaan nya apabila mencapai target 3 bulan berturut-turut
dan lolos evaluasi maka beliau dapat di promosikan akan tetapi hingga saat ini apa yang
beliau lakukan hanya sampai 95% dari target 100% yang di persyaratan. Selain itu bonus
yang di dapat jika mencapai target sangatlah fantastis, mulai dari Gaji pokok 2 kali gaji saat
ini di tambah bonus dan mobil operasional hal itu yang membuat bapak Fandi termotivasi
dalam bekerja. Disinggung terkait apakah pekerjaan ini menoton atau membosankan, beliau
menjawab bahwa beliau sangat menikmati nya disisi lain selalu ada training setiap bulan nya
untuk meningkatkan penjualan untuk perusahaan.

Dalam wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa , perkerjan yang berhubungan dengan
administrasi lebih cenderung memiliki motivasi kerja yang rendah dan tingkat monoton
yang tinggi dibandingkan dengan orang yang bekerja di lapangan serta di tuntut oleh target.
Hal ini sesuai dengan apa yang terjadi di hampir semua perusahaan dan masih banyak
perusahaan yang kurang peduli dengan permasalahan Seperti ini.
BAB V
Penutup

A. Kesimpulan
Bekerja merupakan hakikat kehidupan manusia. Salah satu tujuan dari bekerja tersebut
adalah untuk mendapatkan imbalan yang berguna sebagai penunjang kebutuhan hidup
seseorang maupun keluarganya. Dalam bekerja, karyawan terkadang mengalami stres.
Lingkungan pekerjaan sangat berpotensi untuk menimbulkan stres sehingga dapat
menurunkan motivasi kerja karyawan. Sehingga hal itu juga dapat mempengaruhi prestasi
dalam pekerjaan.

Banyak hal yang dapat di lakukan oleh perusahaan x guna mengurangi tingkat stres dan
meningkatkan motivasi bekerja bagi para karyawan nya. Salah satunya adalah melakukan
aktivitas rolling position/ mutasi kerja setiap beberapa bulan sekali hal ini bertujuan untuk
meningkatkan pengalaman, motivasi kerja serta kemampuan yang dapat di upgrade secara
mandi, karena setiap cabang / kantor pastinya memiliki cara penanganan masalah internal
yang berbeda-beda. Hal ini memungkinkan karyawan dapat lebih cepat berkembang dan
dipromosikan sebagai Audit keuangan atau sejenisnya.

Sedang kan beberapa hal yang di lakukan oleh bagian marketing sudah sangat sesuai,
dengan hasil kerja yang maksimal maka akan mendapatkan pendapatan yang maksimal pula.

Anda mungkin juga menyukai