Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ekonomi Modernisasi

http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JEKO
JEM 12,3 (2016) 107-116

PENGARUH STRESS KERJA DAN KONFLIK KERJA TERHADAP


SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PT. OMEGA MAS PASURUAN

Syaifuddin Fahmi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kertanegara Malang
Jl. Cengger Ayam 1 No.5 Malang

Abstract
The aims of this study was to determine the effect of work stresss and work conflict on the work
spirit of employees at PT. Omega Mas Pasuruan. This study uses a quantitative approach to
survey research method, the research took a sample from a population and using questionnaires as
a means of collecting primary data. The population in this study were all employees of PT. Omega
Mas Pasuruan which amounted to 77 respondents, using census methode sample of this study are
the entire population. The data analysis technique used multiple regression. The results showed
that job stresss has negative effects on work spirit, labor conflict has negative effects on work
spirit and labor conflict is the variable most dominant influence on work spirit.

Keywords : Job Stresss, Labor Conflict, Work Spirit

DOI : http://dx.doi.org/10.21067/jem.v12i3.1462

Diterima : Agustus 2016; Direvisi: September, 2016; Diterima : November 2016

PENDAHULUAN mempengaruhi kinerja karyawan adalah


Sumber daya manusia merupakan asset semangat kerja karyawan. Semangat kerja yang
yang paling penting bagi perusahaan, dimana tinggi akan memberikan dampak positif bagi
pada hakekatnya berfungsi sebagai faktor perusahaan, sebaliknya semangat kerja yang
penggerak bagi setiap kegiatan didalam rendah akan merugikan perusahaan seperti
perusahaan. Suatu perusahaan dalam tingkat absensi yang tinggi, perpindahan
melakukan aktivitasnya untuk mencapai tujuan karyawan, dan produktifitas yang rendah
yang diinginkan perlu adanya manajemen yang (Zendy, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh
baik terutama sumber daya manusia. Sumber Nurhendar (2007) menyatakan bahwa dengan
daya manusia merupakan modal utama dalam semangat kerja yang tinggi, maka kinerja akan
merencanakan, mengorganisir, mengarahkan meningkat karena para karyawan akan
serta menggerakkan faktor-faktor yang ada melakukan pekerjaan dengan lebih giat
sehingga pekerjaan lebih cepat selesai dan
dalam suatu perusahaan. Manajemen sumber
hasilnya lebih baik.
daya manusia baik, diharapkan akan mampu
Semangat kerja dapat diartikan sebagai
menghasilkan kinerja yang optimal bagi
semacam pernyataan ringkas dari kekuatan-
perusahaan. kekuatan psikologis yang beraneka ragam yang
Kinerja karyawan yang baik akan menekan sehubungan dengan pekerjaannya.
memudahkan perusahaan dalam mencapai Semangat kerja dapat diartikan juga sebagai
tujuannya. Penelitian yang dilakukan oleh suatu iklim atau suasana kerja yang terdapat di
Bechtold (2010) bahwa salah satu faktor yang dalam suatu organisasi yang menunjukkan rasa
 Corresponding Author. kegairahan di dalam melaksanakan pekerjaan
gajayana539@gmail.com dan mendorong karyawan untuk bekerja secara
lebih baik dan lebih produktif.
Jurnal Ekonomi Modernisasi, 12,3 (2016), 107-116

Zainun (2005) menyatakan bahwa ada stresss dapat timbul sebagai akibat tekanan atau
beberapa faktor yang menyebabkan munculnya ketegangan yang bersumber dari
semangat kerja. Faktor-faktor tersebut antara ketidakselarasan antara seseorang dengan
lain adalah: (1) Hubungan yang harmonis antara lingkungannya. Handoko (2008) stresss adalah
pimpinan dengan bawahan terutama antara suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi
pimpinan kerja sehari-hari langsung emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang.
berhubungan dan berhadapan dengan para Hasilnya, stress yang terlalu besar dapat
bawahan, (2) Kepuasan para petugas terhadap mengancam kemampuan seseorang untuk
tugas dan pekerjaannya karena memperoleh menghadapi lingkungan, yang akhirnya
tugas yang disukai sepenuhnya, (3) Terdapat mengganggu pelaksanaan tugas-tugasnya
satu suasana dan iklim kerja yang yang berarti mengganggu prestasi kerjanya.
bersahabat dengan anggota organisasi, apabila Biasanya stress semakin kuat apabila
dengan karyawan yang sehari-hari banyak menghadapi masalah yang datangnya bertubi-
berhubungan dengan pekerjaan, (4) Rasa tubi. Hal ini merupakan indikasi bahwa begitu
pemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi banyak stress yang dialami para pekerja, tidak
yang juga merupakan tujuan bersama yang seharusnya terjadi dan dapat dicegah.
harus diwujudkan secara bersama-sama pula. Pengendalian terhadap stresss yang
(5) Adanya tingkat kepuasan ekonomis dan disfungsional akan dapat membantu organisasi
kepuasan nilai lainnya yang memadai sebagai agar berjalan lebih efektif. Beberapa alasan di
imbalan yang dirasakan adil terhadap jerih atas memberikan pemahaman bahwa stress
payah yang telah diberikan kepada organisasi, yang dialami oleh individu-individu yang
(6) Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian terlibat dalam suatu organisasi ternyata dapat
serta perlindungan terhadap segala sesuatu yang membawa dampak yang cukup besar bagi orang
dapat membahayakan diri pribadi dan karier yang bersangkutan. Karena itu perlu dipahami
dalam perjalanan. sumber stress yang potensial dalam suatu
Globalisasi mengakibatkan adanya organisasi agar dapat diupayakan pencegahan
perubahan dengan tuntutan tertentu pada tenaga yang diperlukan. Robbins (2006) mengemu-
kerja seperti dalam hal penguasaan teknologi kakan bahwa dampak stress pada kepuasan jauh
baru, batasan atau waktu yang lebih ketat, lebih langsung. Ketegangan yang terkait dengan
perubahan tuntutan terhadap hasil kerja serta pekerjaan cenderung mengurangi kepuasan
perubahan dalam peraturan kerja dan lain lain kerja umum. Meskipun tingkat rendah sampai
dapat menimbulkan suatu situasi yang menekan sedang mungkin memperbaiki kinerja, para
tenaga kerja yang bersangkutan. Jika karyawan karyawan merasakan bahwa stresss itu tidak
sebagai individu tidak dapat dengan segera menyenangkan.
menyesuaikan diri, maka karyawan dapat Bagaimana mengelola karyawan bukan
mempersepsikan hal ini sebagai tekanan yang hal yang mudah, karena karyawan mempunyai
mengancam dirinya dan lama kelamaan dapat keinginan, pikiran, perasaan, status, dan latar
menimbulkan stress bagi karyawan yang belakang yang dibawa ke dalam organisasi.
bersangkutan. Luthans (2006) mengemukakan Adanya perbedaan kepribadian pada diri
bahwa banyak manajer melaporkan stresss manusia memungkinkan terjadinya konflik
berkaitan dengan pekerjaan, dan lingkungan dalam suatu organisasi dan hal ini merupakan
baru semakin memperburuk suasana. sesuatu yang yang tidak dapat dihindari.
Kesenjangan stresss kerja merupakan Konflik dalam perusahaan terjadi dalam
keseriusan menimpa setiap karyawan di tempat berbagai bentuk dan corak, yang merintangi
kerjanya. Banyak karyawan yang setiap hubungan individu dengan kelompok atau
tahunnya harus mengambil cuti untuk kelompok yang lebih besar. Berhadapan dengan
meredakan konflik dan ketegangan dalam orang-orang yang mempunyai pandangan yang
kehidupannya, serta dapat merupakan berbeda, sering berpotensi terjadinya
tantangan, rangsangan dan pesona, namun bisa pergesekan, sakit hati, dan lain-lain. Konflik
pula berarti kekhawatiran, konflik, ketegangan dapat juga berakibat stresss yang secara tidak
dan ketakutan tergantung bagaimana langsung akan berpengaruh terhadap kepuasan
memandangnya. Para ahli mengatakan bahwa kerja karyawan, tujuan serta kinerja karyawan

108
Syaifuddin Fahmi, Pengaruh Stres Kerja...

di dalam suatu organisasi. Stresss atau tekanan TINJAUAN PUSTAKA


dalam jiwa seorang karyawan akan berdampak Stress Kerja
pada kepuasan kerjanya. Manusia sebagai Stress kerja adalah suatu kondisi
karyawan dalam suatu organisasi harus dapat ketegangan yang menciptakan adanya
mengatasi stresss, baik melalui pihak lain ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang
maupun dari diri karyawan itu sendiri. mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan
Karyawan yang stress cenderung menganggap kondisi seorang karyawan. Stress yang terlalu
suatu pekerjaan bukanlah sesuatu yang penting besar dapat mengancam kemampuan seseorang
bagi dirinya, sehingga tidak mampu untuk menghadapi lingkungan. Sebagai
menyelesaikan suatu pekerjaan tersebut sesuai hasilnya, pada diri para karyawan berkembang
target yang telah ditetapkan. Akan tetapi, tidak berbagai macam gejala stresss yang dapat
semua karyawan yang mengalami tekanan mengganggu kinerja karyawan. Karyawan yang
dalam pekerjaannya tidak mampu mengalami stresss bisa menjadi nervous dan
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan merasakan kekuatiran kronis. Karyawan sering
sesuai dengan target yang telah ditetapkan. menjadi mudah marah dan agresi, tidak dapat
Stress yang dialami oleh karyawan akibat relaks, atau menunjukkan sikap yang tidak
lingkungan yang dihadapinya akan kooperatif (Rivai, 2008).
mempengaruhi kinerja dan kepuasan kerjanya. Stress kerja merupakan tekanan yang
Kepuasan kerja mencerminkan sikap seorang didapatkan secara tidak sengaja, atau
karyawan terhadap pekerjaannya. Dalam pembebanan yang diperoleh dengan sengaja,
menjalankan tugas, pimpinan perusahaan tentu diadakan untuk suatu tujuan. Stress kerja
saja tidak terlepas dari permasalahan yang dikonseptualisasi dari beberapa titik pandang,
berkaitan dengan kepuasan pegawai. Kepuasan yaitu stress sebagai stimulus, stress sebagai
kerja karyawan merupakan faktor yang sangat respon dan stress sebagai stimulus-respon.
diperhatikan. Maka dari itu, dilakukan suatu Stress sebagai stimulus merupakan pendekatan
kegiatan penilaian kepuasan kerja karyawan, yang menitikberatkan pada lingkungan.
yang diukur dari hubungan antara pimpinan Pendekatan ini memandang stress sebagai
dengan karyawan, pembagian tugas dan konsekuensi dari interaksi antara stimulus
kesamaan atau kesesuaian program kerja. lingkungan dengan respon individu. Pendekatan
PT. Omega Mas Pasuruan merupakan stimulus-respon mendefinisikan stress sebagai
perusahaan swasta yang berorientasi ekspor konsekuensi dari interaksi antara stimulus
yang bergerak dibidang pembuatan mebel. PT. lingkungan dengan respon individu (Robbins,
Omega Mas Pasuruan ingin lebih meningkatan 2006).
pelayanannya kepada konsumen dengan Pendekatan stress sebagai respon,
memberikan pelayanan kualitas kelas dunia. menitikberatkan pada reaksi seseorang terhadap
Untuk memenuhi tugas ini dibutuhkan stressor dan menggambarkan stress sebagai
partisipasi karyawan yang dalam hal ini dapat variabel terikat. Sebagai contoh, karyawan
dilakukan dengan meningkatkan semangat kerja perusahaan akan merasa stress atau
karyawan. tertekan bila dituntut untuk menghasilkan
Karyawan PT. Omega Mas Pasuruan sesuatu sesuai dengan waktu yang telah
sering dihadapkan dengan berbagai masalah, diberikan. Respon yang dialami karyawan
sehingga sangat mungkin untuk terkena stress akan mengandung dua komponen yaitu
dan konflik. Masalah tersebut dapat terjadi komponen psikologis yang meliputi tingkah
karena adanya serangkaian tuntutan yang laku, pola pikir, emosi serta perasaan tertekan,
berkaitan dengan pekerjaan seperti beban kerja dan komponen fisiologis yang berupa rang-
yang berlebihan, keterbatasan waktu, adanya sangan-rangsangan fisik seperti jantung berde-
konflik peran, hubungan yang kurang harmonis bar-debar, mulut kering, tubuh berkeringat.
dengan rekan kerja, perubahan gaya manajerial Respon psikologis atau fisiologis terhadap
yang kurang sesuai dan hal lain yang dapat stressor ini disebut stain atau ketegangan.
membuat seseorang merasa tertekan sehingga Di lain pihak, stress karyawan juga dapat
secara potensial dapat memicu timbulnya stress disebabkan masalah-masalah yang terjadi di
kerja dan konflik kerja pada karyawan. luar organisasi. Penyebab-penyebab stress ‘off
109
Jurnal Ekonomi Modernisasi, 12,3 (2016), 107-116

the job’ misalnya: (a). Kekuatiran finansial, (b), soal alokasi sumber daya yang langka atau
Masalah-masalah yang bersangkutan dengan perselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi
anak (c). Masalah-masalah fisik (d). Masalah- atau kepribadian. Perbedaan pendapat atau
masalah perkawinan (misal, perceraian), (e). persepsi mengenai tujuan, kepentingan maupun
Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat status serta nilai individu dalam organisasi
tinggal, (f). Masalah-masalah pribadi lainnya, merupakan penyebab munculnya konflik.
seperti kematian sanak saudara (Rivai, 2008). Pada suatu organisasi potensi konflik
Menurut Cox dan Gibson dkk (1996) kerap kali didukung pula oleh kehadiran
dalam Usman, 2006 ada lima macam individu atau kelompok yang ambisius dan
konsekuensi dari stress: (a). Subyektif, yang agresif. Individu atau kelompok itu dalam
meliputi: kecemasan, agresif, acuh, kebosanan, melaksanakan kegiatannya kerap kali
depresi, keletihan, frustasi, kehilangan merangsang potensi konflik menjadi nyata
kesabaran, rendah diri, gugup, merasa kesepian, yang tidak terkendali dapat berkembang
(b). Perilaku, yang menunjukan gejala stress menjadi konflik terbuka yang ganas. Lebih
adalah mudah mendapat kecelakaan, kecanduan lanjut dikemukakan oleh Luthans (2006)
alkohol, penyalahgunaan obat-obatan, luapan dalam Wahyudi, 2006, perilaku konflik
dimaksud adalah perbedaan kepentingan/minat,
emosional, makan atau merokok secara
perilaku kerja, perbedaan sifat individu, dan
berlebihan, perilaku yang mengikuti kata
perbedaan tanggung jawab dalam aktivitas
hati, tertawa. (c). Kognitif. Akibat stress yang
organisasi.
bersifat kognitif dapat menyebabkan
Keberadaan konflik dalam suatu
ketidakmampuan mengambil keputusan yang organisasi tidak dapat dihindarkan, dengan kata
jelas, daya konsentrasi rendah, kurang lain bahwa konflik selalu hadir dan tidak dapat
perhatian, sangat sensitif terhadap kritik, dielakkan. Konflik sering muncul dan terjadi
hambatan mental. (e). Fisiologis. Stress dapat pada setiap organisasi, dan terdapat perbedaan
menciptakan perubahan dalam metabolisme pandangan para pakar dalam mengkritik
tubuh, kandungan glukosa darah meningkat, konflik. (Mitchell, dkk. 2000) menjelaskan
denyut jantung dan tekanan darah meningkat, bahwa konflik atau pertentangan pada kondisi
mulut kering, berkeringat, bola mata melebar, tertentu mampu mengidentifikasi sebuah proses
tubuh panas dingin. (f). Organisasi. Akibat pengelolaan lingkungan dan sumber daya yang
yang bersifat organisasi meliputi angka tidak berjalan secara efektif, mempertajam
absen tinggi, pergantian karyawan (turn gagasan, bahkan dapat menjelaskan
over), produktivitas rendah, terasing dari kesalahpahaman. Pertentangan kepentingan
rekan sekerja, ketidakpuasan kerja, komitmen diantara anggota organisasi atau dalam
organisasi dan loyalitas berkurang. komunitas masyarakat merupakan suatu
kewajaran.
Konflik Kerja Secara teoritis terdapat dua jenis konflik,
Konflik kerja adalah ketidaksesuaian antara yaitu konflik tradisional yaitu konflik karena
dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok perbedaan interest sesuai kepentingan masing-
(dalam suatu organisasi/ perusahaan) yang masing antara dua pihak yana terikat hubungan
harus membagi sumber daya yang terbatas atau kerja. Kedua pihak tersebut biasanya adalah
kegiatan-kegiatan kerja dan atau karena antara pemimpin (manajer) dengan
kenyataan bahwa anggota kelompok karyawan/anggota organisasi, meskipun dapat
mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau terjadi juga antar karyawan dan/atau antara
persepsi. Konflik kerja juga dapat diartikan kelompok karyawan. Konflik ini terjadi karena
sebagai perilaku anggota organisasi yang pertentangan kepentingan yang memicu setiap
dicurahkan untuk beroposisi terhadap anggota pihak berusaha untuk mengalahkan,
yang lain. Selain itu konflik diartikan sebagai mempermalukan dan bahkan menghancurkan
perbedaan, pertentangan dan perselisihan pihak lawan. Kedua, konflik perilaku yang
(Rivai, 2008). Sedangkan Stoner (1994) dalam terjadi karena pertentangan perilaku
Wahyudi, (2006) menyatakan bahwa, konflik berdasarkan perbedaan latar belakang antar para
organisasi adalah mencakup ketidaksepakatan karyawan/anggota organisasi. Perbedaan

110
Syaifuddin Fahmi, Pengaruh Stres Kerja...

tersebut antara lain berupa ketidaksamaan latar yang merupakan tujuan bersama yang harus
belakang budaya, pendidikan, suku, agama, ras, diwujudkan bersama-sama. (d). Adanya tingkat
warna kulit (khusus antara kulit hitam dan kulit kepuasan ekonomi dan kepuasan-kepuasan
putih di belahan bumi barat). Dalam materi lainnya yang memadai, sehingga
kenyataannya konflik ini dapat dibedakan imbalan yang dirasakan akan adil terhadap jerih
antara: (a). Konflik fungsional berupa payah yang telah diberikan terhadap organisasi.
pertentangan yang bersifat persaingan (e). Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian
dalam berprestasi. Konflik ini pada umumnya serta perlindungan terhadap segala yang dapat
dinilai positif bagi organisasi, sehingga perlu membahayakan diri pribadi dan karir pekerjaan
dikelola. (b). Konflik Interaksi, yaitu konflik dalam perusahaan atau organisasi.
terjadi karena interaksi yang disharmonis yang Dalam rangka membangun semangat
selalu dapat terjadi dalam manusia mewujudkan kerja McGregor dan Maslow (Luthans, 2006)
hakikat sosialitasnya. Salah satu penyebabnya mengatakan bahwa para karyawan dimotivasi
adalah kondisi kecerdasan emosional atau oleh banyak faktor, tidak hanya uang atau
kecerdasan sosial anggota organisasi/karyawan keinginan untuk mencapai kepuasan, tetapi juga
relatif masih rendah. Diantaranya tampak dalam kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh
sikap dan perilaku ingin menang sendiri, pekerjaan yang berarti bagi mereka.
cendrung suka menggurui orang lain, merasa Temuan penelitian Afrizal dkk. (2014)
super lebih dari orang lain/sombong, egois dan menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan
ingin diistimewakan dan lain-lain, baik dalam secara simultan (bersama-sama) antara variabel
bergaul maupun bekerja. bebas (Konflik Kerja dan Stress Kerja)
mempengaruhi variabel terikat (Kepuasan
Semangat Kerja Kerja). Seadangkan penelitian Irzani dan
Semangat kerja didefinisikan berbeda Witjaksono (2014) menunjukkan konflik peran
oleh beberapa ahli. Menurut Nitisemito (2006), terbukti mempunyai pengaruh langsung
semangat kerja adalah melakukan pekerjaan terhadap keinginan keluar kerja karyawan
secara lebih giat, sehingga dengan demikian maupun terhadap kepuasan kerja karyawan.
pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat Sedangkan hasil pengujian pada pengaruh
dan lebih baik. Sementara Anoraga (1995) langsung ambiguitas peran menunjukkan
menyebutkan bahwa semangat kerja adalah kesimpulan tidak ada pengaruh langsung antara
melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga ambiguitas peran terhadap keinginan keluar
pekerjaan cepat selesai dan lebih baik serta kerja karyawan, namun ambiguitas peran
biaya perunit dapat diperkecil. Definisi mempunyai dampak pengaruh langsung
semangat kerja juga dikemukakan oleh terhadap kepuasan kerja karyawan.
beberapa ahli, diantaranya Azwar (2002), Penelitian Susilawati (2013) menemukan
menurut Azwar semangat kerja merupakan pengaruh yang negatif antara stress kerja
suatu gambaran perasaan yang berhubungan terhadap kepuasan kerja. Terdapat Pengaruh
dengan tabiat/jiwa semangat kelompok, yang negatif antara stress kerja terhadap kinerja
kegembiraan/kegiatan, untuk kelompok- karyawan. Serta diketahui bahwa ada pengaruh
kelompok pekerja yang menunjukkan iklim dan yang positif antara kepuasan kerja terhadap
suasana pekerja. Bukhari (2001) kinerja karyawan. Dengan demikian hipotesis
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat terbukti. Sedangkan Noviansyah dan Zunaidah
mempengaruhi semangat kerja adalah sebagai (2011) yang melakukan penelitian di PT.
berikut: (a) Hubungan yang harmonis antara Perkebunan Minanga Ogan Baturaja
atasan dan bawahan, terutama antara pimpinan menunjukkan stress kerja (konflik kerja, beban
kerja yang sehari-hari berhubungan dan kerja, waktu kerja, karakteristik tugas,
berhadapan dengan para karyawan. (b) Terdapat dukungan kelompok dan pengaruh
suatu suasana dan iklim kerja yang bersahabat kepemimpinan) secara parsial mempunyai
dengan anggota-anggota lain organisasi, apalagi pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
dengan karyawan yang sehari-hari banyak kinerja karyawan. Secara simultan stress kerja
berhubungan dengan pekerjaan. (c). Rasa dan motivasi kerja berpengaruh signifikan
kemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi terhadap kinerja karyawan. Temuan penelitian

111
Jurnal Ekonomi Modernisasi, 12,3 (2016), 107-116

yang dilakukan Noviansyah dan Zunaidah (25,97%) dari usia 35-39 tahun, 17 orang
(2011) menunjukkan bahwa stress kerja lebih (22,08%) dari usia 40-44 tahun dan selebihnya
berpengaruh dari pada motivasi kerja terhadap 11 orang (14,29%) berusia > 50 tahun. Kondisi
kinerja karyawan. Penelitian Tunjungsari karyawan di PT. Omega Mas Pasuruan dilihat
(2011) menunjukkan bahwa stress kerja dari masa kerja ternyata dari 25 orang
berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan, (32,47%) yang masa kerjanya di atas 19 tahun,
dimana stress mampu menjelaskan varian masa kerja antara 8-16 tahun sebanyak 31 orang
kepusana kerja sebesar 34,3 persen. (40,26%) dan masa kerja kurang dari 8 tahun
sebanyak 21 orang (27,27%).
HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini dapat Uji Validitas
dirumuskan sebagai berikut: Berdasarkan hasil pengujian validitas
H1 : stress kerja berpengaruh signifikan menunjukkan bahwa semua instrument
terhadap semangat kerja. penelitian valid. Hal ini ditunjukkan dengan
H2 : konflik kerja berpengaruh signifikan nilai Sig. (2-tiled) untuk semua ítem variabel
terhadap semangat kerja. X1, X2, dan variabel Y berada dibawah 0.05.

METODE Uji Reliabilitas


Penelitian ini merupakan penelitian Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas
eksplanatif yang menjelaskan hubungan antar menunjukkan bahwa semua instrument
variabel. Penelitian ini dilakukan pada penelilitian reliable. Hal ini ditunjukkan dengan
karyawan pada PT. Omega Mas Pasuruan yang nilai Alpha Cornbach di atas 0,6. Hasil uji
berjumlah 77 pegawai yang secara keseluruhan reliabilitas menunjukkan bahwa nilai koefisien
dijadikan responden. Pengambilan data reliabilitas variabel X1 (stress kerja) sebesar
menggunakan kuesioner. Teknik analisis yang 0,980, nilai koefisien reliabilitas variabel X2
digunakan adalah analisis regresi linier (konflik kerja) sebesar 0,983.
berganda.
Analisis Regresi Linear Berganda
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis regresi linier berganda
Karakteristik Responden disajikan pada tabel 1. Hasil analisis regresi
Dari data yang diperoleh selama linier berganda diperoleh persamaan regresi
penelitian terhadap 77 responden, diketahui sebagai berikut:
beberapa gambaran identitas pribadi sebagai
berikut : responden berdasarkan jenis kelamin Y = 3,530 – 0,247X1 – 0,540X2
sesuai data yang diperoleh dari PT. Omega Mas
Pasuruan, menunjukkan bahwa responden laki- Hasil penelitian menunjukkan bahwa
laki sebanyak 40 orang (51,95%) dan stress kerja berpengaruh terhadap semangat
selebihnya perempuan sebanyak 37 orang kerja, dengan arah yang negatif. Hal ini
(48,05%). Dilihat dari tingkat pendidikan menunjukkan bahwa semakin tinggi stress kerja
karyawan yang menjadi responden dalam karyawan, maka semangat kerja karyawan akan
penelitian ini dapat dikatahui bahwa pendidikan menjadi semakin rendah dan sebaliknya.
terakhir S-3 sebanyak 0 orang (0,00%), S-2 Hasil penelitian untuk konflik kerja
sebanyak 4 orang (5,19%), S-1 sebanyak 36 menunjukkan bahwa konflik kerja berpengaruh
orang (46,75%), Diploma sebanyak 21 orang signifikan terhadap semanagat kerja dengfan
(27,27%), dan SLTA sebanyak 16 orang arah yang negative. Hal ini menunjukkan
(20,78%). bahwa semakin tinggi konflik kerja akan
Sedangkan dilihat dari usia adalah 12 semakin rendah semangat kerja kaywan di PT.
orang (15,58%) dari usia 25-29 tahun, 17 orang Omega Mas Pasuruan dan sebaliknya.
(22,08%) dari usia 30-34 tahun, 20 orang

112
Syaifuddin Fahmi, Pengaruh Stres Kerja...

Tabel 1
Ringkasan Hasil Regresi
Unstandardized Standartdized
Model Coefficient Coefficient t Sig. Keterangan
B Std. Error Beta
(Constant) 3,530 1,900 1,858 0,067
Stress kerja -0,247 0,195 0,297 2,268 0,021 Signifikan
Konflik kerja -0,540 0,104 1,214 5,189 0,000 Signifikan
R : -0,924
R Square : 0,855
Ajd. RSquare : 0,851
Sumber : Data diolah, 2016

Tabel 1 diperoleh nilai koefisien korelasi sehingga thitung > ttabel dengan nilai signifikansi
(r) sebesar -0,924. Hal ini menunjukkan adanya (probabilitas) sebesar 0.021 < α = 5% (0.05).
hubungan negatif dan sangat kuat antara Hal ini bermakna bahwa variabel stress kerja
variabel stress kerja dan konflik kerja dengan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
semangat kerja. Hal ini bermakna semakin semangat kerja.
meningkat stress kerja dan konflik kerja di PT. Nilai thitung variabel konflik kerja sebesar
Omega Mas Pasuruan, maka akan 5.189 sedangkan nilai ttabel diketahui sebesar
menyebabkan semakin rendah semangat kerja, 1.9925 sehingga thitung > ttabel dengan nilai
dan sebaliknya. signifikansi (probabilitas) sebesar 0.000 < α =
Perhitungan analisis regresi linier 5% (0,05). Hal ini bermakna bahwa variabel
berganda juga diketahui nilai koefisien konflik kerja secara parsial berpengaruh
determinasi R Square (R2) yaitu sebesar 0,855. signifikan terhadap semangat kerja.
Nilai Adjusted R Square sebesar 0,851
menunjukkan kontribusi atau sumbangan Variabel Berpengaruh Dominan
variabel stress kerja dan konflik kerja terhadap Untuk melihat variable yang berpengaruh
semangat kerja. Nilai Adjusted R Square dominan terhadap semangat kerja dalam
sebesar 0,851 bermakna 85,1% semangat kerja penelitian ini dilakukan dengan
karyawan PT. Omega Mas Pasuruan ditentukan membandingkan nilai koefisien beta yang
oleh variabel stress kerja dan konflik kerja, distandarisasi masing-masing variabel bebas.
sedangkan lainnya sebesar 14,9% disebabkan Kriteria pengujian hipotesis ketiga dalam
oleh variabel lain diluar model. penelitian ini adalah variabel bebas yang
memiliki nilai koefisien beta yang
Hasil Uji Hipotesis distandarisasi (βi) paling besar maka dinyatakan
Hasil uji hipotesis menunjukkan sebagai variabel yang berpengaruh dominan
dinyatakan stress kerja (X1) dan konflik kerja terhadap variabel terikat.
(X2) secara parsial berpengaruh signifikan Dari hasil analisis diketahui nilai
terhadap semangat kerja. Untuk menguji koefisien beta yang distandarisasi variabel
hipotesis 2 dalam penelitian ini digunakan Uji-t. konflik kerja sebesar 1,214 sedangkan nilai
Kriteria penerimaan hipotesis kedua dalam koefisien beta yang distandarisasi variabel
penelitian ini adalah: Jika thitung > ttabel atau stress kerja sebesar 0,297. Hal ini menunjukkan
probabilitas < 0,05, maka hipotesis nol (Ho) bahwa nilai koefisien beta yang distandarisasi
ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, variabel konflik kerja lebih besar dibandingkan
artinya secara parsial variabel stress kerja (X1) dengan nilai koefisien beta yang distandarisasi
dan konflik kerja (X2) berpengaruh signifikan variabel stress kerja. Hasil tersebut bermakna
terhadap semangat kerja pada tingkat kesalahan konflik kerja merupakan variabel yang
5% (α = 5%). Dari hasil analisis data diketahui berpengaruh paling dominan terhadap semangat
Nilai thitung variabel stress kerja sebesar 2.268 kerja.
sedangkan nilai ttabel diketahui sebesar 1.9925

113
Jurnal Ekonomi Modernisasi, 12,3 (2016), 107-116

PEMBAHASAN dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting


Pengaruh Stress Kerja Terhadap Semangat (Robbins, 2006). Stress merupakan salah satu
Kerja masalah yang pasti akan dihadapi oleh setiap
Pada penelitian ini terdapat pengaruh orang dalam kehidupanya dan stress tersebut
negatif yang signifikan stress kerja terhadap harus diatasi baik oleh karyawan tanpa bantuan
semangat kerja karyawan. Penelitian ini sesuai orang lain maupun dengan bantuan pihak lain,
dengan penelitian Afrizal dkk. (2014), seperti para spesialis yang disediakan oleh
Noviansyah dan Zunaidah (2011) dan penelitian organisasi untuk karyawan dalam bekerja.
Tunjungsari (2011) yang menyatakan bahwa Stress pekerjaan adalah bagian dari stress
stress kerja berpengaruh secara signifikan
kehidupan disamping itu stress yang begitu
terhadap semangat kerja karyawan. Hal tersebut
hebat hingga melampui batas-batas toleransi
berarti bahwa semangat kerja karyawan pada
akan berkaitan langsung dengan gangguan
PT. Omega Mas Pasuruan dipengaruhi oleh
stress kerja. psikis dan ketidaknyamanan fisik (Anoraga,
Perkembangan zaman yang semakin 2006). Stress merupakan tanggapan seseorang
maju menuntut kita harus bisa beradaptasi baik secara fisik maupun secara mental
dalam segala kondisi. Beban kerja yang terhadap suatu perubahan dilingkungannya
semakin berat, semakin banyaknya kebutuhan yang dirasakan mengganggu dan
yang ingin dipenuhi, tingkat pendapatan yang mengakibatkan dirinya terancam. Jadi
tak sejalan dengan biaya hidup, persaingan sebenarnya stress merupakan sesuatu yang
yang semakin ketat dan seterusnya dapat sangat ilmiah. Kondisi pekerjaan yang tidak
menjadi ancaman untuk dapat tetap bertahan dimungkinkan bisa menyebabkan stress
hidup. Karyawan sering dihadapkan dengan tergantung seberapa besar kemampuan
berbagi masalah dalam perusahaan sehingga karyawan dalam menerimanya.
sangat tidak mungkin untuk terkena stress.
Stress pekerjaan dapat diartikan sebagi tekanan Pengaruh Konflik Kerja Terhadap
yang dirasakan karyawan karena tugas-tugas Semangat Kerja
pekerjaan tidak dapat mereka penuhi. Artinya, Pada penelitian ini terdapat pengaruh
stress muncul saat karyawan tidak mampu negatif yang signifikan konflik kerja terhadap
memenuhi apa yang menjadi tuntutan-tuntutan semangat kerja karyawan. Penelitian ini sesuai
pekerjaan. Ketidak jelasan apa yang menjadi dengan penelitian Afrizal dkk. (2014) dan
tanggung jawab pekerjaan, kekurangan waktu penelitian dari Irzani dan Witjaksono (2014)
untuk menyelesaikan tugas, tidak ada dukungan yang menyatakan bahwa konflik kerja
fasilitas untuk menjalankan pekerjaan, tugas- berpengaruh secara signifikan terhadap
tugas yang saling bertentangan, merupakan semangat kerja karyawan.
contoh pemicu stress. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Dalam jangka pendek, stress yang semangat kerja karyawan pada PT. Omega Mas
dibiarkan begitu saja tanpa penanganan yang Pasuruan dipengaruhi oleh konflik kerja. PT.
serius dari pihak perusahaan membuat Omega Mas Pasuruan merupakan salah satu
karyawan menjadi tertekan, tidak termotivasi, perusahaan swasta di Indonesia yang
dan frustasi menyebabkan karyawan bekerja mempekerjakan karyawan dalam jumlah cukup
tidak optimal sehingga kinerjanya pun akan besar. Perusahaan ini menyerap tenaga kerja
terganggu. Dalam jangka panjang, karyawan yang memiliki berbagai kemampuan dan bidang
yang tidak dapat menahan stress kerja maka keahlian dengan tingkat pendidikan yang
karyawan tidak mampu lagi bekerja diperu- beragam. Sehingga lingkungan kerja yang
sahaan. Pada tahap yang semakin parah, stress muncul merupakan lingkungan kerja yang
bisa membuat karyawan menjadi sakit atau dinamis, dan memiliki interaksi tinggi di mana
bahkan akan mengundurkan diri (turnover). seringkali terjadi friksi karena adanya
Stress merupakan kondisi dinamik perbedaan persepsi tentang harapan dan tujuan
seorang individu dikonfrontasikan dengan suatu masing-masing pihak. Hal ini dapat
peluang kendala atau tuntutan yang dikaitkan menimbulkan ketegangan yang memicu
dengan apa yang diinginkannya dan hasilnya ketidakpuasan atau keluhan dan berujung pada
114
Syaifuddin Fahmi, Pengaruh Stres Kerja...

konflik. Konflik yang sering ditemui adalah Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|
perasaan ketidakpuasan terhadap prosedur Volume 8 Nomor 1 Februari 2014.
kerja, keluhan terhadap pelayanan, Anoraga, Pandji. 2006. Perilaku
ketidakadilan dalam kompensasi yang diterima, Keorganisasian. Jakarta: Pustaka Jaya.
dan beban kerja yang berlebihan. Azwar, Saifudin. 2002. Sikap Manusia:Teori
PT. Omega Mas Pasuruan sebagai sebuah dan Pengukurannya. Edisi 2. Jogyakarta:
organisasi juga membutuhkan inovasi untuk Pustaka Pelajar.
meningkatkan profesionalisme dalam Bechtold Mark. 2010. Improving Worker
memberikan kepuasan pada konsumen. Morale Through The Use of Appreciative
Kurangnya ide-ide kreatif bagi kemajuan Inquiry. Industrial and Commercial
organisasi, mendorong organisasi pada Training, 43(1), pp: 25-30.
pertumbuhan yang stagnan, sehingga Bruce Mitchell, dkk. 2000. Pengelolaan
menurunkan profesionalisme anggota Sumberdaya dan Lingkungan.
organisasi. Salah satu cara untuk Yogyakarta, Gadjah Mada University
mengembalikan organisasi pada kinerja yang Press.
tinggi adalah dengan mengelola perilaku Handoko, Hani T. 2008. Manajemen Personalia
anggota organisasi dan konflik peran yang dan Sumber Daya Manusia. BPFE:
berkembang dalam organisasi. Yogyakarta.
Irzani, Dwi dan Andre Dwijanto Witjaksono.
Kesimpulan 2014. Pengaruh konflik Peran dan
Kesimpulan pada penelitian ini bahwa Ambiguitas peran terhadap keinginan
Stress kerja berpengaruh negatif dan signifikan Keluar Karyawan Dengan Kepuasan
terhadap semangat kerja, konflik kerja Kerja Sebagai variabel mediasi pada PT.
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Asuransi Raksa Pratikaradi Surabaya.
semangat kerja, adapun konflik kerja Jurnal Ilmu Manajemen, Volume 2
berpengaruh berpengaruh lebih dominan yang Nomor 1 Januari 2014.
berpengaruh paling lebih dominan terhadap Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi, Edisi
semangat kerja. Sepuluh, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Diharapkan penelitian ini menjadi dasar Nitisemito, Alek S. 2006. Manajemen
bagi pengembangan perusahaan terutama dalam Personalia, Edisi kedua, Ghalia
meningkatkan semangat kerja karyawan untuk Indonesia.
itu perusahaan dapat meningkatkan semangat Noviansyah dan Zunaidah. 2011. Pengaruh
kerja karyawan dengan cara menurunkan stress Stress Kerja dan Motivasi Kerja
kerja dan konflik kerja karyawan di PT Omega Terhadap Kinerja Karyawan PT.
Mas Pasuruan. Keterbatasan dalam penelitian Perkebunan Minanga Ogan Baturaja.
ini adalah cakupan penelitian yang kurang luas Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya
sehingga justifikasi terhadap hasil penelitian Volume 9 Nomor 18 Desember 2011.
tidak bisa disamakan apabila terjadi di lingkup Nurhendar, Siti. 2007. Pengaruh Stresss Kerja
penelitian di tempat yang berbeda. Perluasan dan Semangat Kerja terhadap Kinerja
lingkup penelitian juga diperlukan bagi peneliti Karyawan Bagian Produksi (Studi Kasus
untuk meneliti stress kerja dan konflik kerja Pada CV Aneka Ilmu Semarang). Jurnal
yang terjadi di perusahaan-perusahaan yang Ekonomi dan Bisnis. Volume 7, No.3.
memiliki banyak cabang, sehingga bisa dilihat Rivai Veithzal, 2008, Manajemen Sumber Daya
apakah ada perbedaan semangat kerja karyawan Manusia Untuk Perusahaan: dari Teori
bila dipengaruhi oleh stress kerja dan konflik dan Praktik, PT. RajaGrafindo Persada,
kerja. Jakarta.
Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: Prehallindo.
Afrizal, Poundra Rizky, dkk. 2014. Pengaruh Susilawati, Endang. 2013. Pengaruh Stress
Konflik Kerja dan Stress Kerja Terhadap Kerja Terhadap Kepuasan Kerja dan
Kepuasan Kerja (Studi Pada Karyawan Kinerja Karyawan Pada PDAM
PT. Taspen (Persero) Cabang Malang. Kabupaten Buton. Penelitian. Jurusan

115
Jurnal Ekonomi Modernisasi, 12,3 (2016), 107-116

Manajemen, Fakultas Ekonomi Dan


Bisnis, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Tunjungsari, Peni. 2011. Pengaruh Stresss
Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan Pada Kantor Pusat PT. Pos
Indonesia (Persero) Bandung. Jurnal
Universitas Komputer Indonesia. Vol. 1
No. 1, Maret 2011.
Usman, Husaini. 2006. Manajemen Teori,
Praktik Dan Riset Pendidikan, PT Bumi
Aksara, Jakarta.
Wahyudi, 2006, Manajemen Konflik Dalam
Organisasi, Edisi Kedua, Penerbit
Alfabeta, Bandung.
Zainun, Buchari. 2005. Manajemen dan
Motivasi. Jakarta: Balai Aksara.
Zendy Pranata. 2012. Pengaruh Kompensasi,
Kepemimpinan dan Motivasi terhadap
Semangat Kerja Karyawan LPD Desa
Adat Kuta. Penelitian Sarjana Jurusan
Manajemen pada Fakultas Ekonomi
Universitas Udayana, Denpasar.

116

Anda mungkin juga menyukai