http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JEKO
JEM 12,3 (2016) 107-116
Syaifuddin Fahmi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kertanegara Malang
Jl. Cengger Ayam 1 No.5 Malang
Abstract
The aims of this study was to determine the effect of work stresss and work conflict on the work
spirit of employees at PT. Omega Mas Pasuruan. This study uses a quantitative approach to
survey research method, the research took a sample from a population and using questionnaires as
a means of collecting primary data. The population in this study were all employees of PT. Omega
Mas Pasuruan which amounted to 77 respondents, using census methode sample of this study are
the entire population. The data analysis technique used multiple regression. The results showed
that job stresss has negative effects on work spirit, labor conflict has negative effects on work
spirit and labor conflict is the variable most dominant influence on work spirit.
DOI : http://dx.doi.org/10.21067/jem.v12i3.1462
Zainun (2005) menyatakan bahwa ada stresss dapat timbul sebagai akibat tekanan atau
beberapa faktor yang menyebabkan munculnya ketegangan yang bersumber dari
semangat kerja. Faktor-faktor tersebut antara ketidakselarasan antara seseorang dengan
lain adalah: (1) Hubungan yang harmonis antara lingkungannya. Handoko (2008) stresss adalah
pimpinan dengan bawahan terutama antara suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi
pimpinan kerja sehari-hari langsung emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang.
berhubungan dan berhadapan dengan para Hasilnya, stress yang terlalu besar dapat
bawahan, (2) Kepuasan para petugas terhadap mengancam kemampuan seseorang untuk
tugas dan pekerjaannya karena memperoleh menghadapi lingkungan, yang akhirnya
tugas yang disukai sepenuhnya, (3) Terdapat mengganggu pelaksanaan tugas-tugasnya
satu suasana dan iklim kerja yang yang berarti mengganggu prestasi kerjanya.
bersahabat dengan anggota organisasi, apabila Biasanya stress semakin kuat apabila
dengan karyawan yang sehari-hari banyak menghadapi masalah yang datangnya bertubi-
berhubungan dengan pekerjaan, (4) Rasa tubi. Hal ini merupakan indikasi bahwa begitu
pemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi banyak stress yang dialami para pekerja, tidak
yang juga merupakan tujuan bersama yang seharusnya terjadi dan dapat dicegah.
harus diwujudkan secara bersama-sama pula. Pengendalian terhadap stresss yang
(5) Adanya tingkat kepuasan ekonomis dan disfungsional akan dapat membantu organisasi
kepuasan nilai lainnya yang memadai sebagai agar berjalan lebih efektif. Beberapa alasan di
imbalan yang dirasakan adil terhadap jerih atas memberikan pemahaman bahwa stress
payah yang telah diberikan kepada organisasi, yang dialami oleh individu-individu yang
(6) Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian terlibat dalam suatu organisasi ternyata dapat
serta perlindungan terhadap segala sesuatu yang membawa dampak yang cukup besar bagi orang
dapat membahayakan diri pribadi dan karier yang bersangkutan. Karena itu perlu dipahami
dalam perjalanan. sumber stress yang potensial dalam suatu
Globalisasi mengakibatkan adanya organisasi agar dapat diupayakan pencegahan
perubahan dengan tuntutan tertentu pada tenaga yang diperlukan. Robbins (2006) mengemu-
kerja seperti dalam hal penguasaan teknologi kakan bahwa dampak stress pada kepuasan jauh
baru, batasan atau waktu yang lebih ketat, lebih langsung. Ketegangan yang terkait dengan
perubahan tuntutan terhadap hasil kerja serta pekerjaan cenderung mengurangi kepuasan
perubahan dalam peraturan kerja dan lain lain kerja umum. Meskipun tingkat rendah sampai
dapat menimbulkan suatu situasi yang menekan sedang mungkin memperbaiki kinerja, para
tenaga kerja yang bersangkutan. Jika karyawan karyawan merasakan bahwa stresss itu tidak
sebagai individu tidak dapat dengan segera menyenangkan.
menyesuaikan diri, maka karyawan dapat Bagaimana mengelola karyawan bukan
mempersepsikan hal ini sebagai tekanan yang hal yang mudah, karena karyawan mempunyai
mengancam dirinya dan lama kelamaan dapat keinginan, pikiran, perasaan, status, dan latar
menimbulkan stress bagi karyawan yang belakang yang dibawa ke dalam organisasi.
bersangkutan. Luthans (2006) mengemukakan Adanya perbedaan kepribadian pada diri
bahwa banyak manajer melaporkan stresss manusia memungkinkan terjadinya konflik
berkaitan dengan pekerjaan, dan lingkungan dalam suatu organisasi dan hal ini merupakan
baru semakin memperburuk suasana. sesuatu yang yang tidak dapat dihindari.
Kesenjangan stresss kerja merupakan Konflik dalam perusahaan terjadi dalam
keseriusan menimpa setiap karyawan di tempat berbagai bentuk dan corak, yang merintangi
kerjanya. Banyak karyawan yang setiap hubungan individu dengan kelompok atau
tahunnya harus mengambil cuti untuk kelompok yang lebih besar. Berhadapan dengan
meredakan konflik dan ketegangan dalam orang-orang yang mempunyai pandangan yang
kehidupannya, serta dapat merupakan berbeda, sering berpotensi terjadinya
tantangan, rangsangan dan pesona, namun bisa pergesekan, sakit hati, dan lain-lain. Konflik
pula berarti kekhawatiran, konflik, ketegangan dapat juga berakibat stresss yang secara tidak
dan ketakutan tergantung bagaimana langsung akan berpengaruh terhadap kepuasan
memandangnya. Para ahli mengatakan bahwa kerja karyawan, tujuan serta kinerja karyawan
108
Syaifuddin Fahmi, Pengaruh Stres Kerja...
the job’ misalnya: (a). Kekuatiran finansial, (b), soal alokasi sumber daya yang langka atau
Masalah-masalah yang bersangkutan dengan perselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi
anak (c). Masalah-masalah fisik (d). Masalah- atau kepribadian. Perbedaan pendapat atau
masalah perkawinan (misal, perceraian), (e). persepsi mengenai tujuan, kepentingan maupun
Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat status serta nilai individu dalam organisasi
tinggal, (f). Masalah-masalah pribadi lainnya, merupakan penyebab munculnya konflik.
seperti kematian sanak saudara (Rivai, 2008). Pada suatu organisasi potensi konflik
Menurut Cox dan Gibson dkk (1996) kerap kali didukung pula oleh kehadiran
dalam Usman, 2006 ada lima macam individu atau kelompok yang ambisius dan
konsekuensi dari stress: (a). Subyektif, yang agresif. Individu atau kelompok itu dalam
meliputi: kecemasan, agresif, acuh, kebosanan, melaksanakan kegiatannya kerap kali
depresi, keletihan, frustasi, kehilangan merangsang potensi konflik menjadi nyata
kesabaran, rendah diri, gugup, merasa kesepian, yang tidak terkendali dapat berkembang
(b). Perilaku, yang menunjukan gejala stress menjadi konflik terbuka yang ganas. Lebih
adalah mudah mendapat kecelakaan, kecanduan lanjut dikemukakan oleh Luthans (2006)
alkohol, penyalahgunaan obat-obatan, luapan dalam Wahyudi, 2006, perilaku konflik
dimaksud adalah perbedaan kepentingan/minat,
emosional, makan atau merokok secara
perilaku kerja, perbedaan sifat individu, dan
berlebihan, perilaku yang mengikuti kata
perbedaan tanggung jawab dalam aktivitas
hati, tertawa. (c). Kognitif. Akibat stress yang
organisasi.
bersifat kognitif dapat menyebabkan
Keberadaan konflik dalam suatu
ketidakmampuan mengambil keputusan yang organisasi tidak dapat dihindarkan, dengan kata
jelas, daya konsentrasi rendah, kurang lain bahwa konflik selalu hadir dan tidak dapat
perhatian, sangat sensitif terhadap kritik, dielakkan. Konflik sering muncul dan terjadi
hambatan mental. (e). Fisiologis. Stress dapat pada setiap organisasi, dan terdapat perbedaan
menciptakan perubahan dalam metabolisme pandangan para pakar dalam mengkritik
tubuh, kandungan glukosa darah meningkat, konflik. (Mitchell, dkk. 2000) menjelaskan
denyut jantung dan tekanan darah meningkat, bahwa konflik atau pertentangan pada kondisi
mulut kering, berkeringat, bola mata melebar, tertentu mampu mengidentifikasi sebuah proses
tubuh panas dingin. (f). Organisasi. Akibat pengelolaan lingkungan dan sumber daya yang
yang bersifat organisasi meliputi angka tidak berjalan secara efektif, mempertajam
absen tinggi, pergantian karyawan (turn gagasan, bahkan dapat menjelaskan
over), produktivitas rendah, terasing dari kesalahpahaman. Pertentangan kepentingan
rekan sekerja, ketidakpuasan kerja, komitmen diantara anggota organisasi atau dalam
organisasi dan loyalitas berkurang. komunitas masyarakat merupakan suatu
kewajaran.
Konflik Kerja Secara teoritis terdapat dua jenis konflik,
Konflik kerja adalah ketidaksesuaian antara yaitu konflik tradisional yaitu konflik karena
dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok perbedaan interest sesuai kepentingan masing-
(dalam suatu organisasi/ perusahaan) yang masing antara dua pihak yana terikat hubungan
harus membagi sumber daya yang terbatas atau kerja. Kedua pihak tersebut biasanya adalah
kegiatan-kegiatan kerja dan atau karena antara pemimpin (manajer) dengan
kenyataan bahwa anggota kelompok karyawan/anggota organisasi, meskipun dapat
mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau terjadi juga antar karyawan dan/atau antara
persepsi. Konflik kerja juga dapat diartikan kelompok karyawan. Konflik ini terjadi karena
sebagai perilaku anggota organisasi yang pertentangan kepentingan yang memicu setiap
dicurahkan untuk beroposisi terhadap anggota pihak berusaha untuk mengalahkan,
yang lain. Selain itu konflik diartikan sebagai mempermalukan dan bahkan menghancurkan
perbedaan, pertentangan dan perselisihan pihak lawan. Kedua, konflik perilaku yang
(Rivai, 2008). Sedangkan Stoner (1994) dalam terjadi karena pertentangan perilaku
Wahyudi, (2006) menyatakan bahwa, konflik berdasarkan perbedaan latar belakang antar para
organisasi adalah mencakup ketidaksepakatan karyawan/anggota organisasi. Perbedaan
110
Syaifuddin Fahmi, Pengaruh Stres Kerja...
tersebut antara lain berupa ketidaksamaan latar yang merupakan tujuan bersama yang harus
belakang budaya, pendidikan, suku, agama, ras, diwujudkan bersama-sama. (d). Adanya tingkat
warna kulit (khusus antara kulit hitam dan kulit kepuasan ekonomi dan kepuasan-kepuasan
putih di belahan bumi barat). Dalam materi lainnya yang memadai, sehingga
kenyataannya konflik ini dapat dibedakan imbalan yang dirasakan akan adil terhadap jerih
antara: (a). Konflik fungsional berupa payah yang telah diberikan terhadap organisasi.
pertentangan yang bersifat persaingan (e). Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian
dalam berprestasi. Konflik ini pada umumnya serta perlindungan terhadap segala yang dapat
dinilai positif bagi organisasi, sehingga perlu membahayakan diri pribadi dan karir pekerjaan
dikelola. (b). Konflik Interaksi, yaitu konflik dalam perusahaan atau organisasi.
terjadi karena interaksi yang disharmonis yang Dalam rangka membangun semangat
selalu dapat terjadi dalam manusia mewujudkan kerja McGregor dan Maslow (Luthans, 2006)
hakikat sosialitasnya. Salah satu penyebabnya mengatakan bahwa para karyawan dimotivasi
adalah kondisi kecerdasan emosional atau oleh banyak faktor, tidak hanya uang atau
kecerdasan sosial anggota organisasi/karyawan keinginan untuk mencapai kepuasan, tetapi juga
relatif masih rendah. Diantaranya tampak dalam kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh
sikap dan perilaku ingin menang sendiri, pekerjaan yang berarti bagi mereka.
cendrung suka menggurui orang lain, merasa Temuan penelitian Afrizal dkk. (2014)
super lebih dari orang lain/sombong, egois dan menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan
ingin diistimewakan dan lain-lain, baik dalam secara simultan (bersama-sama) antara variabel
bergaul maupun bekerja. bebas (Konflik Kerja dan Stress Kerja)
mempengaruhi variabel terikat (Kepuasan
Semangat Kerja Kerja). Seadangkan penelitian Irzani dan
Semangat kerja didefinisikan berbeda Witjaksono (2014) menunjukkan konflik peran
oleh beberapa ahli. Menurut Nitisemito (2006), terbukti mempunyai pengaruh langsung
semangat kerja adalah melakukan pekerjaan terhadap keinginan keluar kerja karyawan
secara lebih giat, sehingga dengan demikian maupun terhadap kepuasan kerja karyawan.
pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat Sedangkan hasil pengujian pada pengaruh
dan lebih baik. Sementara Anoraga (1995) langsung ambiguitas peran menunjukkan
menyebutkan bahwa semangat kerja adalah kesimpulan tidak ada pengaruh langsung antara
melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga ambiguitas peran terhadap keinginan keluar
pekerjaan cepat selesai dan lebih baik serta kerja karyawan, namun ambiguitas peran
biaya perunit dapat diperkecil. Definisi mempunyai dampak pengaruh langsung
semangat kerja juga dikemukakan oleh terhadap kepuasan kerja karyawan.
beberapa ahli, diantaranya Azwar (2002), Penelitian Susilawati (2013) menemukan
menurut Azwar semangat kerja merupakan pengaruh yang negatif antara stress kerja
suatu gambaran perasaan yang berhubungan terhadap kepuasan kerja. Terdapat Pengaruh
dengan tabiat/jiwa semangat kelompok, yang negatif antara stress kerja terhadap kinerja
kegembiraan/kegiatan, untuk kelompok- karyawan. Serta diketahui bahwa ada pengaruh
kelompok pekerja yang menunjukkan iklim dan yang positif antara kepuasan kerja terhadap
suasana pekerja. Bukhari (2001) kinerja karyawan. Dengan demikian hipotesis
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat terbukti. Sedangkan Noviansyah dan Zunaidah
mempengaruhi semangat kerja adalah sebagai (2011) yang melakukan penelitian di PT.
berikut: (a) Hubungan yang harmonis antara Perkebunan Minanga Ogan Baturaja
atasan dan bawahan, terutama antara pimpinan menunjukkan stress kerja (konflik kerja, beban
kerja yang sehari-hari berhubungan dan kerja, waktu kerja, karakteristik tugas,
berhadapan dengan para karyawan. (b) Terdapat dukungan kelompok dan pengaruh
suatu suasana dan iklim kerja yang bersahabat kepemimpinan) secara parsial mempunyai
dengan anggota-anggota lain organisasi, apalagi pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
dengan karyawan yang sehari-hari banyak kinerja karyawan. Secara simultan stress kerja
berhubungan dengan pekerjaan. (c). Rasa dan motivasi kerja berpengaruh signifikan
kemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi terhadap kinerja karyawan. Temuan penelitian
111
Jurnal Ekonomi Modernisasi, 12,3 (2016), 107-116
yang dilakukan Noviansyah dan Zunaidah (25,97%) dari usia 35-39 tahun, 17 orang
(2011) menunjukkan bahwa stress kerja lebih (22,08%) dari usia 40-44 tahun dan selebihnya
berpengaruh dari pada motivasi kerja terhadap 11 orang (14,29%) berusia > 50 tahun. Kondisi
kinerja karyawan. Penelitian Tunjungsari karyawan di PT. Omega Mas Pasuruan dilihat
(2011) menunjukkan bahwa stress kerja dari masa kerja ternyata dari 25 orang
berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan, (32,47%) yang masa kerjanya di atas 19 tahun,
dimana stress mampu menjelaskan varian masa kerja antara 8-16 tahun sebanyak 31 orang
kepusana kerja sebesar 34,3 persen. (40,26%) dan masa kerja kurang dari 8 tahun
sebanyak 21 orang (27,27%).
HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini dapat Uji Validitas
dirumuskan sebagai berikut: Berdasarkan hasil pengujian validitas
H1 : stress kerja berpengaruh signifikan menunjukkan bahwa semua instrument
terhadap semangat kerja. penelitian valid. Hal ini ditunjukkan dengan
H2 : konflik kerja berpengaruh signifikan nilai Sig. (2-tiled) untuk semua ítem variabel
terhadap semangat kerja. X1, X2, dan variabel Y berada dibawah 0.05.
112
Syaifuddin Fahmi, Pengaruh Stres Kerja...
Tabel 1
Ringkasan Hasil Regresi
Unstandardized Standartdized
Model Coefficient Coefficient t Sig. Keterangan
B Std. Error Beta
(Constant) 3,530 1,900 1,858 0,067
Stress kerja -0,247 0,195 0,297 2,268 0,021 Signifikan
Konflik kerja -0,540 0,104 1,214 5,189 0,000 Signifikan
R : -0,924
R Square : 0,855
Ajd. RSquare : 0,851
Sumber : Data diolah, 2016
Tabel 1 diperoleh nilai koefisien korelasi sehingga thitung > ttabel dengan nilai signifikansi
(r) sebesar -0,924. Hal ini menunjukkan adanya (probabilitas) sebesar 0.021 < α = 5% (0.05).
hubungan negatif dan sangat kuat antara Hal ini bermakna bahwa variabel stress kerja
variabel stress kerja dan konflik kerja dengan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
semangat kerja. Hal ini bermakna semakin semangat kerja.
meningkat stress kerja dan konflik kerja di PT. Nilai thitung variabel konflik kerja sebesar
Omega Mas Pasuruan, maka akan 5.189 sedangkan nilai ttabel diketahui sebesar
menyebabkan semakin rendah semangat kerja, 1.9925 sehingga thitung > ttabel dengan nilai
dan sebaliknya. signifikansi (probabilitas) sebesar 0.000 < α =
Perhitungan analisis regresi linier 5% (0,05). Hal ini bermakna bahwa variabel
berganda juga diketahui nilai koefisien konflik kerja secara parsial berpengaruh
determinasi R Square (R2) yaitu sebesar 0,855. signifikan terhadap semangat kerja.
Nilai Adjusted R Square sebesar 0,851
menunjukkan kontribusi atau sumbangan Variabel Berpengaruh Dominan
variabel stress kerja dan konflik kerja terhadap Untuk melihat variable yang berpengaruh
semangat kerja. Nilai Adjusted R Square dominan terhadap semangat kerja dalam
sebesar 0,851 bermakna 85,1% semangat kerja penelitian ini dilakukan dengan
karyawan PT. Omega Mas Pasuruan ditentukan membandingkan nilai koefisien beta yang
oleh variabel stress kerja dan konflik kerja, distandarisasi masing-masing variabel bebas.
sedangkan lainnya sebesar 14,9% disebabkan Kriteria pengujian hipotesis ketiga dalam
oleh variabel lain diluar model. penelitian ini adalah variabel bebas yang
memiliki nilai koefisien beta yang
Hasil Uji Hipotesis distandarisasi (βi) paling besar maka dinyatakan
Hasil uji hipotesis menunjukkan sebagai variabel yang berpengaruh dominan
dinyatakan stress kerja (X1) dan konflik kerja terhadap variabel terikat.
(X2) secara parsial berpengaruh signifikan Dari hasil analisis diketahui nilai
terhadap semangat kerja. Untuk menguji koefisien beta yang distandarisasi variabel
hipotesis 2 dalam penelitian ini digunakan Uji-t. konflik kerja sebesar 1,214 sedangkan nilai
Kriteria penerimaan hipotesis kedua dalam koefisien beta yang distandarisasi variabel
penelitian ini adalah: Jika thitung > ttabel atau stress kerja sebesar 0,297. Hal ini menunjukkan
probabilitas < 0,05, maka hipotesis nol (Ho) bahwa nilai koefisien beta yang distandarisasi
ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, variabel konflik kerja lebih besar dibandingkan
artinya secara parsial variabel stress kerja (X1) dengan nilai koefisien beta yang distandarisasi
dan konflik kerja (X2) berpengaruh signifikan variabel stress kerja. Hasil tersebut bermakna
terhadap semangat kerja pada tingkat kesalahan konflik kerja merupakan variabel yang
5% (α = 5%). Dari hasil analisis data diketahui berpengaruh paling dominan terhadap semangat
Nilai thitung variabel stress kerja sebesar 2.268 kerja.
sedangkan nilai ttabel diketahui sebesar 1.9925
113
Jurnal Ekonomi Modernisasi, 12,3 (2016), 107-116
konflik. Konflik yang sering ditemui adalah Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|
perasaan ketidakpuasan terhadap prosedur Volume 8 Nomor 1 Februari 2014.
kerja, keluhan terhadap pelayanan, Anoraga, Pandji. 2006. Perilaku
ketidakadilan dalam kompensasi yang diterima, Keorganisasian. Jakarta: Pustaka Jaya.
dan beban kerja yang berlebihan. Azwar, Saifudin. 2002. Sikap Manusia:Teori
PT. Omega Mas Pasuruan sebagai sebuah dan Pengukurannya. Edisi 2. Jogyakarta:
organisasi juga membutuhkan inovasi untuk Pustaka Pelajar.
meningkatkan profesionalisme dalam Bechtold Mark. 2010. Improving Worker
memberikan kepuasan pada konsumen. Morale Through The Use of Appreciative
Kurangnya ide-ide kreatif bagi kemajuan Inquiry. Industrial and Commercial
organisasi, mendorong organisasi pada Training, 43(1), pp: 25-30.
pertumbuhan yang stagnan, sehingga Bruce Mitchell, dkk. 2000. Pengelolaan
menurunkan profesionalisme anggota Sumberdaya dan Lingkungan.
organisasi. Salah satu cara untuk Yogyakarta, Gadjah Mada University
mengembalikan organisasi pada kinerja yang Press.
tinggi adalah dengan mengelola perilaku Handoko, Hani T. 2008. Manajemen Personalia
anggota organisasi dan konflik peran yang dan Sumber Daya Manusia. BPFE:
berkembang dalam organisasi. Yogyakarta.
Irzani, Dwi dan Andre Dwijanto Witjaksono.
Kesimpulan 2014. Pengaruh konflik Peran dan
Kesimpulan pada penelitian ini bahwa Ambiguitas peran terhadap keinginan
Stress kerja berpengaruh negatif dan signifikan Keluar Karyawan Dengan Kepuasan
terhadap semangat kerja, konflik kerja Kerja Sebagai variabel mediasi pada PT.
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Asuransi Raksa Pratikaradi Surabaya.
semangat kerja, adapun konflik kerja Jurnal Ilmu Manajemen, Volume 2
berpengaruh berpengaruh lebih dominan yang Nomor 1 Januari 2014.
berpengaruh paling lebih dominan terhadap Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi, Edisi
semangat kerja. Sepuluh, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Diharapkan penelitian ini menjadi dasar Nitisemito, Alek S. 2006. Manajemen
bagi pengembangan perusahaan terutama dalam Personalia, Edisi kedua, Ghalia
meningkatkan semangat kerja karyawan untuk Indonesia.
itu perusahaan dapat meningkatkan semangat Noviansyah dan Zunaidah. 2011. Pengaruh
kerja karyawan dengan cara menurunkan stress Stress Kerja dan Motivasi Kerja
kerja dan konflik kerja karyawan di PT Omega Terhadap Kinerja Karyawan PT.
Mas Pasuruan. Keterbatasan dalam penelitian Perkebunan Minanga Ogan Baturaja.
ini adalah cakupan penelitian yang kurang luas Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya
sehingga justifikasi terhadap hasil penelitian Volume 9 Nomor 18 Desember 2011.
tidak bisa disamakan apabila terjadi di lingkup Nurhendar, Siti. 2007. Pengaruh Stresss Kerja
penelitian di tempat yang berbeda. Perluasan dan Semangat Kerja terhadap Kinerja
lingkup penelitian juga diperlukan bagi peneliti Karyawan Bagian Produksi (Studi Kasus
untuk meneliti stress kerja dan konflik kerja Pada CV Aneka Ilmu Semarang). Jurnal
yang terjadi di perusahaan-perusahaan yang Ekonomi dan Bisnis. Volume 7, No.3.
memiliki banyak cabang, sehingga bisa dilihat Rivai Veithzal, 2008, Manajemen Sumber Daya
apakah ada perbedaan semangat kerja karyawan Manusia Untuk Perusahaan: dari Teori
bila dipengaruhi oleh stress kerja dan konflik dan Praktik, PT. RajaGrafindo Persada,
kerja. Jakarta.
Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: Prehallindo.
Afrizal, Poundra Rizky, dkk. 2014. Pengaruh Susilawati, Endang. 2013. Pengaruh Stress
Konflik Kerja dan Stress Kerja Terhadap Kerja Terhadap Kepuasan Kerja dan
Kepuasan Kerja (Studi Pada Karyawan Kinerja Karyawan Pada PDAM
PT. Taspen (Persero) Cabang Malang. Kabupaten Buton. Penelitian. Jurusan
115
Jurnal Ekonomi Modernisasi, 12,3 (2016), 107-116
116