Disusun Oleh:
1. Sukma Fathimah (1910801059)
2. Mey Lini Dwi Hapsari (1910801065)
3. Nabila Hasna Q (1910801074)
4. Yola Amantha W (1910801098)
5. Tiara Harde M (1910801101)
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini, manusia memiliki kedudukan yang penting.
Salah satu sumber daya yang terdapat dalam perusahaan adalah sumber daya
manusia. Sumber daya ini dirasakan semakin penting karena pengendali dan
pengelola perusahaan adalah manusia . Tanpa faktor manusia seluruh sumber daya
perusahaan tidak dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan baik. Potensi sumber
daya manusia yang ada dalam perusahaan harus dapat dimanfaatkan dengan
sebaik - baiknya, sehingga mampu memberikan output secara optimal. Suatu
organisasi akan berjalan lancar bil a semua jasa yang disumbangkan para
individu kepada organisasi mendapat perhatian dan imbalan yang seimbang
(Charlos, 2019).
Sumber daya atau dalam perusahaan disebut dengan pekerja memiliki peran
dalam kehidupan sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan. Pemilihan pekerjaan
tentunya tidak terlepas dari faktor-faktor seperti kebutuhan ekonomi, sosial, dan
psikologis. Secara ekonomi, orang yang bekerja akan memperoleh penghasilan yang
digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari- hari. Secara sosial orang yang
memiliki pekerjaan akan lebih dihargai oleh masyarakat daripada orang yang tidak
mempunyai pekerjaan (pengangguran). Lebih lanjut, orang yang memiliki pekerjaan
secara psikologis akan meningkatkan kompetensi diri dan harga dirinya (Kemas,
2015). Karakteristik pekerjaan mengacu pada isi d an kondisi dari tugas –
tugas pekerjaan itu sendiri. Menurut teori karakteristik pekerjaan, sebuah
pekerjaan memiliki tiga keadaan psikologis dalam diri seorang karyawan yakni:
(1) mengalami makna kerja (2) memikul tanggung jawab akan hasil kerja (3)
dan pengetahuan akan hasil kerja , dan ketiga kondisi psikologis ini akan
mempengaruhi motivasi kerja, kinerja, perputaran karyawan, serta loyalitas kerja
karyawan (Riane, 2019).
Lingkungan kerja merupakan sebagian dari komponen yang sangat penting
ketika karyawan melakukan aktivitas bekerja. Dengan memperhatikan lingkungan
kerja yang baik akan menciptakan kondisi kerja yang mampu memberikan motivasi
untuk bekerja, maka akan membawa pengaruh terhadap semangat karyawan dalam
bekerja. Menurut Rizk (2016), lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas,
bahan yang dihadapi, lingkungan, metode kerja yang berada disekitar pekerjaan serta
pengaturan kerjanya baik sebagai individu maupun kelompok. Selain itu, menurut
Nitisemito dalam Sunyoto (2015), lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di
sekitar para pekerja dan yang dapat memengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-
tugas yang dibebankan, misalnya kebersihan, musik, penerangan, dan lain- lain.
Menurut (Susilo:2016), “lingkungan kerja adalah sesuatu yang berada di sekitar
pekerja yang dapat mempengaruhi individu dalam menjalankan tugas-tugas yang
dibebankan. Sedangkan menurut (Khotimah:2017), “lingkungan kerja merupakan
segenap faktor fisik yang bersama-sama merupakan suat suasana fisik yang
melingkupi suatu tempat kerja.
Semakin tinggi tuntutan pekerjaan yang diberikan perusahaan maka akan
menimbulkan rasa tertekan bagi para karyawan belum lagi dengan lingkungan kerja
yang terdapat di dalam organisasi, sehingga hal ini akan sangat mudah menimbulkan
rasa stres bagi para karyawan. Stres kerja merupakan perasaan tertekan yang dialami
para karyawan dalam melaksanakan berbagai aktivitas di dalam organisasi, sehingga
memperngaruhi mental dan kinerja para karyawan. Konsekuensi dari setiap aktivitas
di dalam lingkungan kerja yang membebani tuntutan psikologis atau fisik yang
berlebihan. Karena dalam menjalankan pekerjaan, sehingga karyawan akan
berinteraksi langsung dengan lingkungan kerja yang berada disetiap bagian
perusahaannya. Dimana lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap mental
karyawan. Apabila interaksi dengan lingkungan dapat berjalan sangat baik maka akan
mengurangi tingkat stres yang dialami para karyawan, disamping itu lingkungan kerja
yang sangat baik akan mengurangi keletihan dan kejenuhan dalam bekerja.
Lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif akan sangat berpengaruh terhadap
karyawan dalam melaksanakan tugasnya dan secara bersamaan menurunkan tingkat
stres para karyawan, begitu juga sebaliknya apabila lingkungan kerja tidak kondusif
dan tidak baik maka akan sangat berdampak pada tingginya tingkat stres kerja
karyawan (Jaka Santosa, 2018).
Secara garis besar ada empat pandangan mengenai stres, yaitu:
stres merupakan stimulus, stres merupakan respon, stres merupakan
interaksi antara individu dengan lingkungan, dan stres sebagai
hubungan antara individu dengan stresor ( Musradinur, 2016). Menurut Bart Smet,
reaksi terhadap stres bervariasi antara orang satudengan yang lain dan dari waktu ke
waktu pada orang yang sama, karena pengaruh variabel-varibel yaitu
1. Kondisi individu, seperti: umur, tahap perkembangan, jenis
2. kelamin, temperamen, inteligensi, tingkat pendidikan,
3. kondisi fisik, dst.
4. Karakteristik kepribadian, seperti: introvert atau ekstrovert,
5. stabilitas emosi secara umum, ketabahan, locus of control, dst.
6. Variabel sosial-kognitif, seperti; dukungan sosial yang
7. dirasakan, jaringan sosial, dst.
8. Hubungan dengan lingkungan sosial, dukungan sosial yang
9. diterima, integrasi dalam jaringan sosial, dst.
10. Strategi coping.
Menurut Nitisemito dalam Sunyoto (2015), Setiap perusahaan tentunya
mempunyai cara atau suatu fakta yang mendukung demi keberhasilan dan kemajuan
perusahaan. Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan lingkungan organisasi, yaitu :
1. Hubungan Karyawan dalam hubungan karyawan ini terdapat dua hubungan, yaitu
hubungan sebagai individu dan hubungan sebagai kelompok. Hubungan sebagai
individu, motivasi yang diperoleh seorang karyawan datangnya dari rekan – rekan
sekerja maupun atasan. Menjadi sebuah motivasi, jika hubungan karyawan dengan
rekan sekerja maupun atasannya berlangsung harmonis. Begitu juga sebaliknya, jika
hubungan diantara mereka tidak harmonis, maka akan mengakibatkan kurangnya atau
tidak adanya motivasi di dalam diri karyawan yang bekerja.
2. Tingkat kebisingan lingkungan, Lingkungan kerja yang tidak tenang atau bising akan
dapat menimbulkan pengaruh yang kurang baik, yaitu adanya ketidaktenangan dalam
bekerja. Bagi para karyawan tentu saja ketenangan lingkungan kerja sangat membantu
dalam penyelesaian pekerjaan dan ini dapat meningkatkan produktivitas kerja.
3. Peraturan kerja yang baik dan jelas dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap
kepuasan dan kinerja para karyawan untuk pengembangan karir di perusahaan
tersebut.
Dengan perangkat peraturan tersebut karyawan akan dituntut untuk menjalankan
aktivitasnya guna mencapai tujuan perusahaan maupun tujuan individu dengan pasti.
Di samping itu karyawan akan lebih termotivasi untuk bekerja lebih baik.
4. Penerangan dalam hal ini, penerangan bukanlah sebatas pada penerangan listrik, tetapi
termasuk juga penerangan matahari. Karyawan memerlukan penerangan yang cukup,
apalagi jika pekerjaan yang dilakukan menuntut ketelitian. Untuk melaksanakan
penghematan biaya maka dalam usaha penerangan hendaknya diusahakan dengan
sinar matahari. Jika suatu ruangan memerlukan penerangan lampu maka ada dua hal
yang perlu diperhatikan, yaitu biaya dan pengaruh lampu tersebut terhadap karyawan
yang sedang bekerja.
5. Sirkulasi Udara untuk sirkulasi atau pertukaran udara yang cukup maka pertama yang
harus dilakukan yakni pengadaan ventilasi. Ventilasi harus cukup lebar terutama pada
ruangan – ruangan yang dianggap terlalu panas. Bagi perusahaan yang merasa
pertukaran udaranya kurang atau kepengapan masih dirasakan, dapat mengusahakan
pengaturan suhu udara.
6. Keamanan Lingkungan kerja dengan rasa aman akan menimbulkan ketenangan dan
kenyamanan, dimana hal ini akan dapat memberikan dorongan semangat untuk
bekerja. Keamanan yang dimaksudkan ke dalam lingkungan kerja adalah keamanan
terhadap milik pribadi karyawan.
B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan stres?
2. Apa saja jenis stres dalam kerja?
3. Apa saja faktor- faktor yang bisa mempengaruhi stres kerja?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian stres kerja.
2. Menjabarkan jenis stres dalam kerja.
3. Menjelaskan faktor yang dapat mempengaruhi stres kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
Stres adalah aspek umum pengalaman pekerjaan, yang paling sering terungkap
sebagai ketidakpuasan kerja, tetapi juga terungkap dalam dalam keadaan afektif yang
kuat: kemarahan, frustrasi, permusuhan, dan kejengkelan. Respon yang lebih pasif
juga umum, misalnya kejenuhan dan rasa bosan (tedium), kelelahan jiwa (burnout),
kepenatan (fatigue), tidak berdaya, tidak ada harapan, kurang gairah, dan suasana jiwa
depresi (Kaswan, 2015: 247). Pemimpin kemungkinan tidak memperhatikan ketika
karyawan mengalami stres dengan tingkat stres yang rendah sampai menengah.
Alasannya adalah stres dengan tingkat seperti itu bias bersifat fungsional dan
membawa kinerja karyawan yang lebih tinggi. Akan tetapi tingkat stres yang tinggi,
bahkan tingkat stres yang rendah tetapi berlangsung lama, dapat menurunkan kinerja
karyawan, sehingga perlu tindakan dari manajemen. Meskipun jumlah stres yang
terbatas bisa bermanfaat bagi kinerja karyawan, tetapi jangan berharap seperti itu.
Tingkat stres yang rendah dipersepsi karyawan sebagai sesuatu yang tidak
dikehendaki. Stres menurut Gibson dkk (2011: 339) adalah suatu tanggapan
penyesuaian, diperantarai oleh perbedaan-perbedaan individual dan atau proses-proses
psikologis, akibat dari setiap tindakan lingkungan, situasi, atau peristiwa yang
menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan kepada seseorang
Berdasarkan pada beberapa pendapat tokoh yang ada di atas maka dapat
penulis rumuskan mengenai pengertian dari stres kerja adalah suatu kondisi dari
interaksi manusia dengan pekerjaannya pada sesuatu berupa suatu kondisi ketegangan
yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi
emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang karyawan
Stres kerja timbul karena adanya hubungan interaksi dan komunikasi antara
individu dan lingkungannya. Selain itu, stres muncul karena adanya jawaban individu
yang berwujud emosi, fisiologis, dan pikiran terhadap kondisi, situasi, atau peristiwa
yang meminta tuntutan tertentu terhadap diri individu dalam pekerjaannya (Wijono,
2015: 168).
1. Stresor ekstraorganisasi
Stresor di luar organisasi berhubungan dengan efek dan perasaan negatif pada
pekerjaan. Contohnya seperti perubahan sosial / teknologi, globalisasi, keluarg
a, relokasi, kondisi ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, serta kondisi tempat
tinggal atau masyarakat. Keluarga mempunyai dampak besar terhadap tingkat
stres individu. Situasi keluarga, seperti pertengkaran atau sakit anggota keluar
ga, relasi yang buruk dengan orangtua, pasangan atau anak-anak. Pindah karen
a promosi jabatan, juga dapat menyebabkan stres. Variabel sosiologi seperti ra
s, dan kelas juga bisa menjadi pemicu stres kerja. Perbedaan keyakinan dan nil
ai, perbedaan kesempatan untuk penghargaan atau promosi, serta persepsi kary
awan minoritas baik mengenai diskriminasi maupun kurangnya kesesuaian ant
ara diri sendiri dan organisasi. Stresor organisasi Adanya kebijakan dan strateg
i adsministratif, struktur dan desain organisasi, proses organisasi, serta kondisi
kerja. Adanya tanggung jawab tanpa otoritas, ketidakmampuan menyuarakan
keluhan, penghargaan yang tidak memadai, kurangnya deskripsi kerja yang jel
as. Kehilangan pekerjaan atau terancam dipecat dapat menjadi tekanan yang lu
ar biasa bagi karyawan. Adanya tuntutan pekerjaan yang kronis, juga dapat me
nyebabkan stres kerja.
2. Stresor kelompok
Kurangnya kohesivitas kelompok seperti karyawan tidak memiliki kebersamaa
n karena desain kerja, karena penyelia melarang atau membatasinya, atau kare
na ada anggota kelompok yang menyingkirkan karyawan lain, kurangnya kohe
sivitas ini akan menyebab stres. Kurangnya dukungan sosial. Berbagi masalah
dan kebahagiaan bersama-sama akan lebih baik. Bila dukungan sosial kurang,
akan menyebabkan stres kerja, yang mengakibatkan biaya perawatan kesehata
n.
3. Stresor individu
Adanya situasi dan disposisi individu dapat memengaruhi stres. Disposisi indi
vidu seperti kepribadian, control personal, ketidakberdayaan yang dipelajari, d
aya tahan psikologis, tingkat konflik intra individu yang berakar dari frustrasi.
Adanya predisposisi daya tahan psikologis akan membantu orang menahan str
es dengan memberikan buffer pada diri sendiri dan stresor.
A. Kesimpulan
Setiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda antara
perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Karakteristik itu dapat berupa
fasilitas kerja, tuntutan kerja, beban kerja, hubungan interaksi dan komunikasi
antar individu/ individu dengan lingkungannya, dan lain-lain. Stres kerja
adalah suatu kondisi gejala yang dapat diterima oleh setiap orang dan
menimbulkan suatu kondisi ketidakseimbangan antara fisik dan psikis. Stres
kerja muncul karena adanya hasil dari tidak/ kurang adanya kecocokan antara
individu dengan lingkungan pekerjaan dalam menghadapi suatu tuntutan
pekerjaan. Lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai stresor kerja.
Dari hasil wawancara yang kami lakukan antara seorang karyawan
pabrik dan pekerja kantoran, dapat ditarik kesimpulan bahwa stres kerja dapat
muncul karena beberapa faktor, seperti tuntutan target kerja, jam kerja yang
melebihi batas normal, kurangnya komunikasi antar karyawan, dll. Setiap
perusahaan memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan baik dari pemberian
pelatihan untuk mengelola emosi/ stres para pekerja, pemberian fasilitas yang
menunjang pekerjaan, cara perusahaan untuk menyejahterakan pekerjanya, dll.
B. Saran
Stres kerja sebaiknya dapat diminimalisir dengan berbagai teknik
penanganan stres kerja, baik dengan melakukan pelatihan, melakukan kegiatan
outing kantor/ ghathering, dll. Setiap pekerja yang mampu memenejemen stres
dengan baik maka dapat berdampak juga pada perusahaan, seperti mampunya
para pekerja menyelesaikan pekerjaannya dengan sangat efektif. Pentingnya
suatu perusahaan menerapkan berbagai teknik penanganan stres yang baik
karena hal tersebut menunjang kesejahteraan fisik dan psikis pekerja dan
kemajuan perusahaan.
C. Solusi
1. Perusahaan mengadakan gethering atau outing karyawan untuk
membentuk dan meningkatkan kebersamaan (team work) antar
karyawan.
2. Menyediakan sarana dan prasarana yang nyaman dan mudah diakses.
3. Menyediakan konseling bagi karyawan yang membutuhkan.
4. Mengadakan pelatihan terkait kesehatan mental dan manajemen emosi.
5. Mengevaluasi sistem kerja selama 6 bulan sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Gusti Yuli Asih, Hardani Widhiastuti, Rusmalia Dewi, 2018. Stres Kerja. Semarang:
Semarang University Press.
Lumiu, C. A., Pio, R. J., & Tatimu, V. (2019). Pengaruh Karakteristik Pekerjaan,
Pengembangan Karir Dan Kompensasi Terhadap Loyalitas karyawan. Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB), 9(3), 93-100.
Jum’ati, N., & Wuswa, H. (2013). Stres Kerja (Occupational Stres) yang
Mempengaruhi Kinerja Individu pada Dinas Kesehatan Bidang Pencegahan
Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2P-PL) di Kabupaten
Bangkalan. Neo-Bis, 7(2), 195-211.
Bashir, A., & Muhammad, H. T. K. (2015). Persepsi seseorang dalam memilih
pekerjaan sebagai dosen perguruan tinggi negeri di Indonesia. Jurnal
Manajemen dan Bisnis Sriwijaya, 13(3), 397-412.
Amas, L. M., & Jaka, S. (2018). Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Stres Kerja
Karyawan pada PT Pandu Siwi Sentosa Jakarta.
Musradinur, M. (2016). Stres dan Cara Mengatasinya dalam Perspektif Psikologi.
JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling, 2(2), 183-200.