KEPUASAN KERJA
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini terdiri dari pokok pembahasan yang berjudul
“KEPUASAN BEKERJA”. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah psikologi
industri.
Harapan dari penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan
bagi kami dan pembaca. Dalam Penulisan laporan ini penulis mengetahui bahwa masih
banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat penulis juga masih
belajar. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan laporan ini. Terima kasih.
Wassalamu’alikum Wr.Wb
BAB I
PENDAHULUAN
Ketika seseorang mendapatkan kepuasan kerja dan mempunyai komitmen yang tinggi
terhadap organisasi atau perusahaan, karyawan akan memberikan pelayanan yang baik dan
begitu juga sebaliknya, ketika karyawan saja tidak mengalami kepuasan maka pelayanan
yang diberika bisa tidak memuaskan. Kepuasan kerja diartikan sebagai tanggapan emosional
seseorang terhadap aspek-aspek di dalam atau pada keseluruhan pekerjaannya (Nawawi,
1998). Keadaan emosional atau sikap seseorang tersebut akan diperlihatkan dalam bentuk
tanggung jawab, perhatian, serta perkembangan kinerjanya.
Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam setiap pekerjaan.
Kepuasan kerja merupakan sisi afektif atau emosi. Menurut Martoyo (2000), kepuasan kerja
pada dasarnya merupakan salah satu aspek psikologis yang mencerminkan perasaaan
seseorang terhadap pekerjaannya, ia akan merasa puas dengan adanya kesesuaian antara
kemampuan, ketrampilan dan harapannya dengan pekerjaan yang ia hadapi. Wibowo (2013)
seseorang pasti ingin mendapatkan pekerjaan karena dengan bekerja ia mengharapkan
mendapat imbalan untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. Namun, seringkali terjadi
bahwa mendapatkan imbalan saja dirasakan belum cukup. Mereka menginginkan
mendapatkan kepuasan dari pekerjaannya.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan kepuasan kerja.
2. Untuk mengetahui teori tentang kepuasan kerja.
3. Untuk mengetahui aspek kepuasan kerja.
4. Untuk mengetahui factor dan dampak yang mempengaruhi kepuasan kerja.
5. Untuk mengetahui strategi meningkatkan kepuasan kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kepuasan Kerja
Sesuai dengan kodratnya, kebutuhan manusia sangat beraneka ragam, baik jenis
maupun tingkatnya, bahkan manusia memiliki kebutuhan yang cenderung tak terbatas.
Kebutuhan manusia diartikan sebagai segala sesuatu yang ingin dimilikinya, dicapai dan
dinikmati. Untuk itu manusia terdorong untuk melakukan aktivitas yang disebut dengan
kerja.
1. Teori Ketidaksesuaian
Teori ini pertama sekali dikemukakan oleh porter (1961), yang mendefinisikan bahwa
job satisfaction is the difference between how much of something there should be and how
much there “is now”. Setiap orang menginginkan agar sejumlah pekerjaan yang telah
disumbangkan kepada pemberi kerja akan dihargai sebesar yang diterima secara
kenyataan. Seorang yang terpuaskan bila tidak ada selisih antara situasi yang diinginkan
dengan yang sebenarnya diterima. Dengan kata lain, jumlah yang disumbangkan ke
pekerjaannya bila dikurangi dengan apa yang diterima secara kenyataan hasilnya adalah
nol, dapat dikatakan pekerjaan tersebut memberikan kepuasan kerja. Semakin besar
kekurangan atau selisih dari pengurangan tersebut, semakin besar ketidakpuasan. Keadaan
sebaliknya, jika terdapat lebih banyak jumlah faktor pekerjaan yang dapat diterima yang
menimbulkan kelebihan atau menguntungkan, maka orang yang bersangkutan akan sama
puasnya bila terdapat selisih dari jumlah yang diinginkan.
2. Teori Keadilan
Teori ini pertama sekali dikemukakan oleh Zaleznik (1958), kemudian dikembangkan
oleh Adams (1963). Teori ini menunjukan kepada seseorang merasa puas atau tidak puas
atas situasi tergantung pada perasaan adil (equity) atau tidak adil (inequity). Perasaan adil
dan tidak adil atas suatu situasi didapat oleh setiap orang dengan cara mebandingkan
dirinya dengan orang lain pada tingkat dan jenis pekerjaan yang sama, pada tempat
maupun ditempat yang berbeda.
Teori ini menjelaskan bahwa kepuasan kerja merupakan selisih atau perbandingan
antara harapan dengan kenyataan.
4. Equity Theory
Teori ini mengatakan bahwa karyawan atau individu akan merasa puas terhadap
aspek-aspek khusus dari pekerjaan mereka. Misalnya gaji/upah, rekan kerja, dan supervisi.
Teori ini memandang kepuasan kerja berasal dari keberadaan motivator intrinsik dan
bahwa kepuasan kerja berasal dari ketidak-adaan faktor-faktor ekstrinsik.
a) Aspek psikologis, hal ini menyangkut kejiwaan karyawan yang terdiri dari sikap kerja,
minat, bakat dan keterampilan karyawan;
b) Aspek fisik, hal ini berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja seperti keadaan
ruangan, suhu udara, penerangan dan pertukaran udara. Selain itu kondisi fisik
karyawan yang terdiri dari pengaturan waktu kerja, pengaturan waktu istirahat dan
kondisi kesehatan karyawan dan umur;
c) Aspek sosial, hal ini berhubungan dengan interaksi antara sesama karyawan, atasan
maupun hubungan dengan anggota keluarga;
d) aspek finansial, hal ini berhubungan dengan kesejahteraan karyawan seperti gaji,
jaminan sosial, promosi, jaminan sosial maupun fasilitas yang didapatkan.
Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Menurut Blum dalam As’ad, (2004)
bahwa faktor kepuasan kerja sebagai berikut:
Tidak diragukan lagi bahwa kepuasan kerja berhubungan signifikan dengan kinerja
pegawai. Menurut Ruky (2002:15) bahwa, “performance atau kinerja adalah
catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi pekerjaan tertentu atau
kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu”. Seiring dengan itu Wahjosumidjo
(2002:22) mengartikan kinerja atau performance adalah sumbangan secara
kualitatif maupun kuantitatif yang terukur dalam rangka tercapainnya tujuan
kelompok dalam suatu unit kerja. (Ermita and Anisah 2013) Davis dan Newstrom
dalam Sinambela (2012), mengemukakan bahwa sebagaian manajer berasumsi
bahwa kepuasan kerja yang tinggi selamanya akan menimbulkan prestasi yang
tinggi, tetapi asumsi ini tidak benar, bukti yang memberi kesan menjadi lebih
akurat bahwa produktivitas itu mungkin menimbulkan kepuasan (Robbins, 2013).
Pegawai yang tidak puas boleh jadi adalah pegawai yang berproduksi tinggi,
sedang, atau rendah dan mereka akan terus cenderung menerukan tingkat prestasi
yang menimbulkan kepuasan bagi mereka. Hubungan kepuasan dengan kinerja
pegawai lebih rumit ketimbang pernyataan sederhana bahwa “ kepuasan
menimbulkan kinerja”.
Kepuasan kerja yang lebih tinggi berkaitan dengan rendahnya tingkat pergantian
pegawai yaitu proporsi pegawai yang meninggalkan organisasi. Para pegawai yang
lebih puas kemugkinan bsar lebih lama bertahan dengan majikan mereka.
Deemikian juga halnya para pegawai yang kurang puas biasanya menunjukkan
tingkat pergantian yang tinggi. Mereka lebih cenderung mencari sesuatu yang lebih
‘hijau’ di tempat lain dan meninggalkan majikan mereka, meskipun rekan kerja
mereka yang lebih puas tetap tinggal di situ. Kepuasan kerja dihubungkan secara
negatif dengan keluarnya masuknya pegawai. Dalam berbagai penelitian dijelaskan
bahwa korelasi keluar masuknya pegawai dari suatu organisasi berkorelasi lebih
kuat karena ketidakpuasan dibandingkan dengan kemangkiran. Meskipun
demikian, masih saja faktor-faktor lain,seperti kondisi pasar kerja, pengharapan
mengenai, kesempatan kerja alternatif, dan panjangnya masa kerja dalam
organisasi itu merupakan kedala yang penting pada keputusan untuk meninggalkan
pekerjaan sekarang.
f. Prestasi kerja.
Hubungan antara kepuasan dan prestasi kerja atau kinerja masih menjadi
kontroversi, dimana ada yang menyatakan bahwa kepuasan mempengaruhi
kinerja yang lebih tinggi, sedangkan lainnya berpendapat bahwa kinerjalah
yang mempengaruhi kepuasan kerja. Al ini menunjukkan bahwa di antara
kedua variabel tersebut (kinerja dan kepuasan kerja) diduga terdapat
hubungan yang bersifat timbal balik. (Sinambela, 2016).
Gretchen Rubin, pengarang buku The Happiness Project, menyebutkan 7 hal yang
bisa meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan kerja karyawan di kantor, antara lain:
1. Memberikan Fleksibilitas
Banyak perusahaan kini menerapkan peraturan yang lebih fleksibel, dan
ternyata hal ini bisa berpengaruh pada kepuasan kerja lho!
Menurut Rubin, karyawan akan merasa lebih bahagia apabila bisa memiliki
kontrol lebih atas jadwalnya. Beberapa hal yang bisa dilakukan perusahaan
misalnya memberlakukan jam kerja yang lebih fleksibel hingga membebaskan
karyawan untuk mendekorasi meja kerja mereka.
2. Mengurangi Stres di Perjalanan
Sudah bukan rahasia lagi bahwa kemacetan sekarang ada di mana - mana.
Perusahaan bisa membantu karyawan untuk mengurangi stres di perjalanan
dengan mengubah jam kerja, seperti jam masuk yang lebih siang, meniadakan
aturan keterlambatan yang terlalu ketat, atau memungkinkan karyawan untuk
bekerja dari rumah di saat-saat tertentu.
3. Buat Waktu Kerja Lebih Efisien
Deadline terlalu ketat hingga jadwal kerja yang terlalu padat bisa
menimbulkan stres pada sebagian besar karyawan. Karena itu, cobalah tengok
kembali Standar Operasional Prosedur yang sudah dibuat serta terapkan
kebijakan-kebijakan yang bisa membuat kerja lebih efisien. Beberapa
contohnya meliputi kurangi waktu meeting agar bisa lebih efektif tanpa terlalu
banyak basa-basi yang tidak penting.
4. Buat Komunikasi Menjadi Lebih Mudah
Satu hal simpel yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi stres
di tempat kerja yaitu memberikan kesempatan bagi karyawannya untuk
bersosialisasi. Hal ini bisa dengan mudah dilakukan dengan menyusun tempat
duduk sedemikian rupa untuk mempermudah komunikasi (seperti open space
office misalnya), ataupun menyelenggarakan acara rekreasi di mana karyawan
bisa berkumpul dan bersantai sejenak.
5. Dorong Gaya Hidup Sehat
Kesehatan mental memang penting, tapi kesehatan fisik jangan sampai
dilupakan begitu saja. Pastikan karyawan yang sudah menghabiskan 8 jam
waktunya untuk bekerja bisa mendapatkan akses untuk membuat tubuh
mereka bugas. Misalnya, adakan kegiatan olahraga bersama, sediakan buah
dan camilan sehat di kantor, atau adakan seminar seputar kesehatan bagi
karyawan.
6. Ciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pertumbuhan
Bekerja bukan hanya sekadar dilakukan demi mendapatkan uang. Banyak
juga karyawan yang ingin meningkatkan skill dan pelajaran baru di tempat
kerja. Perusahaan bisa mendukung keinginan karyawan untuk berkembang
dengan menyediakan training serta jenjang karier yang tepat. Berikan setiap
karyawan kesempatan yang sama untuk meningkatkan skill mereka agar
karyawan tidak terjebak dalam rutinitas yang monoton dan membosankan.
7. Ciptakan Rutinitas yang Seru
Setiap apresiasi atau hiburan sekecil apapun yang disediakan oleh perusahaan
akan bisa menyenangkan hati karyawan. Hal kecil seperti menyediakan kopi
gratis hingga mengadakan event atau kompetisi seru untuk semua karyawan
akan bisa menambah keseruan tersendiri di tengah rutinitas yang
membosankan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kepuasan kerjaadalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya.
Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Kinerja berasal dari
kata job performance atau actual performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kepuasan kerja
memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan pada suatu organisasi atau lembaga, karna jika
seorang karyawan puas akan kinerja yang dilakukannya maka kinerja yang dilakukan akan
baik , begitu pula sebaliknya.
3.2 SARAN