PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
ISI
2.1 Kepuasan Kerja
2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah perasaan senang atau tidak senang yang relatif. Misalnya, pernyataan
berikut: “Saya senang melakukan tugas yang beraneka” yang berbeda dari pemikiran
objektif; melalui pernyataan “pekerjaan saya rumit” dan keinginan perilaku, seperti
pernyataan “Saya sedang merencanakan untuk tidak lagi melakukan pekerjaan ini dalam tiga
bulan.” Ketiga bagian sikap itu membantu para manajer memahami reaksi pegawai terhadap
pekerjaan mereka dan memperkirakan dampaknya pada perilaku di masa datang. Menurut
Steve M. Jex (2002) mendefinisikan bahwa kepuasan kerja sebagai tingkat afeksi positif
seorang pekerja terhadap pekerjaan dan situasi pekerjaan, kepuasan kerja melulu berkaitan
dengan sikap pekerja atas pekerjaannya. Sikap tersebut berlangsung dalam aspek kognitif dan
aspek perilaku. Aspek kognitif kepuasan kerja adalah kepercayaan pekerja tentang pekerjaan
dan situasi pekerjaan.
Berdasarkan berbagai definisi yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan
kerja adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaannya yang dihasilkan oleh usahanya sendiri
(internal) dan yang didukung oleh hal-hal yang dari luar dirinya (eksternal), atas keadaan
kerja, hasil kerja, dan kerja itu sendiri. Apabila pegawai bergabung dalam suatu organisasi, ia
membawa serta seperangkat keinginan, kebutuhan, hasrat, dan pengalaman masa lalu yang
menyatu membentuk harapan kerja. Kepuasan kerja menunjukkan kesesuaian antara harapan
seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan, jadi kepuasan kerja juga
berkaitan erat dengan teori keadilan, perjanjian psikologis, dan motivasi.
Disiplin kerja adalah kemampuan kerja seseorang untuk secara teratur, tekun secara terus-menerus
dan bekerja sesuai dengan aturan-aturan berlaku dengan tidak melanggar aturan-aturan yang sudah
ditetapkan. Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai suatu
organisasi diantaranya ialah (1) tujuan dan kemampuan, (2) teladan pimpinan, (3) balas jasa/gaji dan
kesejahteraan, (4) keadilan, (5) waskat (pengawasan melekat), (6) sanksi hukuman, (7) ketegasan, (8)
dan hubungan kemanusiaan.
Terdapat dua jenis bentuk disiplin kerja, yaitu disiplin preventif dan disiplin korektif.
a. Disiplin preventif
Disiplin preventif adalah suatu upaya untuk menggerakkan pegawai untuk mengikuti dan
mematuhi pedoman dan aturan kerja yang ditetapkan oleh organisasi. Disiplin preventif
bertujuan untuk menggerakkan dan mengarahkan agar pegawai bekerja berdisiplin. Cara
preventif dimaksudkan untuk pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peraturan-
peraturan organisasi. Pimpinan organisasi bertanggung jawab untuk membangun iklim
organisasi yang mengarah pada penerapan disiplin yang preventif.
Untuk efektifnya disiplin preventif ini, manajer perlu memperhatikan.
1) Penyelarasan pegawai dengan pekerjaannya melalui seleksi, pengujian, dan prosedur-
prosedur penempatan yang efektif.
2) Mengorientasikan pegawai secara benar pada pekerjaan, dan memberikan pelatihan
yang diperlukan.
3) Menjelaskan perilaku pegawai yang tepat.
4) Memberikan umpan balik yang positif dan konstruktif kepada para pegawai tentang
kinerja.
5) Mengondisikan para pegawai dapat mengutarakan masalah-masalah mereka pada
manajemen melalui teknik-teknik seperti kebijakan pintu terbuka dan pertemuan-
pertemuan kelompok antara manajemen dengan pegawai.
b. Disiplin korektif
Disiplin Korektif adalah suatu upaya penggerakan pegawai dalam menyatukan suatu
peraturan dan mengarahkannya agar tetap mematuhi berbagai peraturan sesuai dengan
pedoman yang berlaku pada organisasi. Dalam disiplin korektif, pegawai yang melanggar
disiplin akan diberikan sanksi yang bertujuan agar pegawai tersebut dapat memperbaiki diri
dan mematuhi aturan yang ditetapkan. Kita dapat membagi langkahlangkah disiplin progresif
ke dalam tiga tahapan.
1) Tahap pertama serupa dengan proses manajemen kinerja yang telah kita paparkan.
2) Tahap kedua melibatkan tindakan mengomunikasikan dan menjatuhkan konsekuensi-
konsekuensi yang ringan sifatnya.
3) Tahap ketiga menggunakan kekuasaan manajemen sepihak yang amat besar. Penerapan
disiplin dalam organisasi mengandung konsekuensi, yaitu penegakan aturan. Bagi yang
melanggar pedoman atau aturan yang ada akan memperoleh ganjaran. Konsekuensi
adalah apa pun yang terjadi sebagai akibat langsung suatu tindakan.
a. Tujuan umum disiplin kerja. Tujuan umum disiplin kerja adalah demi kelangsungan
perusahaan sesuai dengan motif organisasi bagi yang bersangkutan baik hari ini, maupun
hari esok.
b. Tujuan khusus disiplin kerja. Tujuan khusus antara lain:
1) untuk para pegawai menepati segala peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan maupun
peraturan, serta kebijakan perusahaan yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen;
2) dapat melaksanakan pekerjaan sebaik-baiknya, serta mampu memberikan servis yang
maksimum pada pihak tertentu yang berkepentingan dengan perusahaan sesuai dengan
bidang pekerjaan yang diberikan kepadanya;
3) dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana barang dan jasa perusahaan
dengan sebaik-baiknya;
4) dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku pada
perusahaan;
5) tenaga kerja mampu memperoleh tingkat produktivitas yang tinggi sesuai dengan
harapan perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.