Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rizqi Dwi Ramadhani No.

Absen : 03
NIM : 1610313110045
Tugas Kelas B:

Soal no 1
Kutipan
Menurut Nasser et. Al (2006) dalam Adityawati (2011) pergantian KAP yang sering akan
mengakibatkan peningkatan fee audit. Ketika auditor pertama kali mengaudit satu klien,
auditor harus memahami lingkungan bisnis klien dan risiko audit klien. Bagi auditor yang
sama sekali tidak paham dengan kedua masalah itu, maka biaya start up menjadi tinggi
sehingga dapat menaikan fee audit. Selain itu, penugasan yang pertama terbukti memiliki
kemungkinan kekeliruan yang tinggi. Akibat lain dari adanya rotasi auditor yang terlalu
sering adalah dari sisi klien, yaitu auditor yang melaksanakan tugas audit di perusahaan klien
di tahun pertama akan menganggu kenyamanan kerja karyawan, dengan bertanya semua
persoalan tentang perusahaan yang seharusnya tidak dilakukan apabila audior tidak berganti.
Dari beberapa akibat negatif di atas, seharusnya perusahaan melakukan banyak pertimbangan
sebelum mengambil keputusan untuk melakukan auditor switching secara voluntary. Hal ini
dikarenakan jika perusahaan sering melakukan auditor switching secara voluntary hanya akan
merugikan perusahaan itu sendiri.

Parafrase :
Hal yang pertama yang dilakukan oleh auditor saat melakukan proses audit adalah memahami
lingkungan bisnis klien dan resiko yang akan terjadi saat proses audit. Semakin sulit seorang
auditor untuk memahami hal tersebut, maka fee audit akan semakin mahal. Efek samping dari
pergantian auditor adalah, pada awalnya auditor dan karyawan harus saling menyesuaikan
satu sama lain, sehingga diduga akan mempengaruhi proses operasional perusahaan. Maka
dari itu, perusahaan harus mempertimbangkan efek samping dari pergantian auditor yang
dilakukan sebelum masa perikatan habis. Karena dengan seringnya perusahaan melakukan
pergantian auditor secara voluntary hanya akan merugikan perusahaan itu sendiri (Nasser et.
Al . 2006 dalam Adityawati 2011).

Parafrase Baru :
Auditor switching secara voluntary yang dilakukan terus menerus oleh perusahaan dapat
merugikan perusahaan itu sendiri. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan fee audit yang
terjadi pada saat start up proses audit. Auditor yang baru harus memahami secara betul
mengenai lingkungan bisnis perusahaan dan risiko audit dari perusahaan yang di auditnya.
Pemahaman ini tentu memerlukan waktu yang lama dan memungkinkan terjadinya
kekeliruan dalam penugasan pertama bagi auditor. Banyak informasi yang dibutuhkan oleh
auditor baru, contohnya adalah dalam menggali informasi perusahaan melalui wawancara
dengan pihak internal, hal ini bisa menggangu proses operasional perusahaan yang
bersangkutan (Nasser et. Al . 2006 dalam Adityawati 2011).

Soal no 2
Kutipan
Akuntan publik atau auditor independen dalam tugasnya mengaudit perusahaan klien
memiliki posisi yang strategis sebagai pihak ketiga dalam lingkungan perusahaan klien yakni
ketika akuntan publik mengemban tugas dan tanggung jawab dari manajemen (agen) untuk
mengaudit laporan keuangan perusahaan yang dikelolanya. Dalam hal ini manajemen ingin
supaya kinerjanya terlihat selalu baik dimata pihak eksternal perusahaan terutama pemilik
(prinsipal). Akan tetapi disisi lain, pemilik (prinsipal) menginginkan supaya auditor
melaporkan dengan sejujurnya keadaan yang ada pada perusahaan yang telah dibiayainya.
Dari uraian di atas terlihat adanya suatu kepentingan yang berbeda antara manajemen dan
pemakai laporan keuangan (Elfarini, 2007).

Parafrase :
Akuntan publik ataupun auditor independen tugasnya mengaudit perusahaan klien yang
mempunyai posisi yang strategis sebagai pihak ke tiga di lingkungan perusahaan klien ketika
akuntan publik memegang tanggung jawab dari manajemen untuk mengaudit laporan
keuangan yang dikerjakannya. Hal ini pun mendorong manajemen agar kinerjanya terlihat
selalu baik di mata pihak eksternal perusahaan tidak terkecuali pemilik. Tetapi pemilik
menginginkan agar auditor membuat laporan dengan sejujurnya keadaan yang ada di
perusahaannya tersebut. Bisa di lihat adanya perbedaan antara manajemen dan pemakai
laporan keuangan (Elfarini, 2007).

Parafrase Baru :
Terdapat perbedaan kepentingan antara pihak manajemen dan pemakai laporan keuangan.
Hal ini bisa dilihat pada hasil dari proses audit yang dilakukan oleh auditor independen.
Manajer menginginkan agar hasil laporan audit yang diperoleh dapat meningkatkan citra
perusahaan bagi pihak pemakai laporan keuangan, sedangkan pihak pemakai laporan
keuangan tersebut menginginkan agar auditor independen tetap berpengang pada
independensinya dalam melaporkan hasil auditnya agar tidak terdapat penipuan dalam
penyusunan laporan keuangan (Elfarini, 2007).

Soal no 3
Kutipan
Menurut Nuraeni (2010) kepemilikan manajerial mewakili suatu sumber kekuatan yang dapat
digunakan untuk mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal guna
mengantisipasi tindakan manajer yang tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh pemilik.
Putri (2014) yang juga menyatakan kepemilikan saham oleh institusi berpengaruh signifikan
dengan ROA menjelaskan bahwa kepemilikan oleh pihak institusi akan meningkatkan
pegawasan terhadap entitas bisnis tersebut. Karena pihak institusi memiliki kepentingan besar
terhadap investasinya. Dengan demikian maka akan terjadi peningkatan atas pengendalian
terhadap kebijakan-kebijakan manajeman yang nantinya meningkatkan kinerja perusahaan.

Parafrase
Nuraeni mengatakan kepemilikan manajerial berperan dalam peningkatan pengawasan untuk
mengantisipasi tindakan manajer yang tidak sesuai kehendak pihak institusi sebagai pemilik,
hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Putri. Adanya peningkatan atas pengendalian
pada kebijakan manajemen tersebut diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

Parafrase Baru :
Kepemilikan manajerial dapat mempengaruhi tingkat pengawasan tindakan manajer dalam
suatu perusahaan agar tidak melenceng dari apa yang diinginkan oleh pemilik (Nuraeni,
2010). Kepemilikan saham oleh pihak institusi berpengaruh terhadap tingkat ROA
perusahaan. Kepentingan yang dimiliki oleh pihak intitusi dapat mengendalikan kebijakan-
kebijakan perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan itu sendiri (Putri, 2014).

Soal no 4
Kutipan
Efisiensi operasi dapat bertujuan untuk menghemat biaya yang dikeluarkan setiap aktifitas
operasional perusahaan. Menurut Mulyadi (2007) efisiensi merupakan rasio antara keluaran
dengan masukan suatu proses, dengan fokus perhatian pada konsumsi masukan. Efisiensi
merupakan suatu hal yang harus dilakukan oleh perusahaan, dimana perusahaan mempunyai
tujuan untuk mencari laba semaksimal mungkin. Dengan melakukan efisiensi biaya produksi
variabel pada perusahaan maka, margin kontribusi yang diperoleh perusahaan akan
meningkat. Margin kontribusi (contribution margin),atau laba marginal (marginal income),
adalah selisih antara pendapatan penjualan dengan semua biaya variabel. Margin kontribusi
dihitung dengan cara mengurangkan biaya variabel, baik untuk biaya produksi maupun
nonproduksi, dari penjualan.

Parafrase:
Efisiensi operasi perusahaan perlu dilakukan agar perusahaan dapat meminimalkan biaya
yang timbul dari operasional mereka. Penilaian efisiensi sebuah perusahaan sendiri dilakukan
dengan memperhatikan presentase antara keluaran dan masukkan. Agar dapat meraih laba
yang memuaskan, maka perlu bagi setiap perusahaan untuk melakukan efisiensi biaya
produksi. Saat perusahan mampu melakukan efisiensi biaya produksi, maka perusahaan akan
mendapatkan margin kontribusi yang lebih tinggi. Hal ini sebagai dampak dari turunnya
biaya variabel perusahaan sebagai akibat efisiensi biaya produksi.

Parafrase Baru :
Efisiensi biaya operasional adalah hal yang sangat penting dalam pelaksanaan operasional
perusahaan untuk meningkatkan keuntungan dan meminimalkan pengeluaran terhadap
aktifitas perusahaan tersebut. Dengan melakukan efisiensi terhadap biaya produksi variable
maka tingkat margin kontribusi juga akan menigkat. Margin ini didapatkan dari selisih
pendapatan dengan seluruh biaya variable, baik itu produksi maupun nonproduksi (Mulyadi,
2007).

Soal no 5
Kutipan
Menurut Nasution (2003) yang membedakan antara manajemen bank syariah dengan bank
umum (konvensional) adalah terletak pada pembiayaan dan pemberian balas jasa yang
diterima oleh bank dan investor. Balas jasa yang diberikan atau diterima pada bank umum
berupa bunga (interest loan atau deposit) dalam presentase pasti. Jadi tidak peduli kondisi
dari peminjam dana (borrowers) apakah masih mampu ataukah tidak dalam melunasi hutang
sehingga hal ini akan membebani bagi pihak borrowers. Sementara pada bank syariah, hanya
memberi dan menerima balas jasa berdasarkan perjanjian (akad) bagi hasil. Bank syariah
akan memperolah keuntungan berupa bagi hasil dari proyek yang dibiayai oleh bank tersebut.
Apabila proyeknya mandek, maka akan dicarikan solusi penyelesaian. Bagi peminjam dana,
hal ini merupakan kesempatan emas dimana peminjam tidak terlalu terbebani atas bunga
pinjaman tersebut. Tetapi bagi kalangan investor (deposan atau penanam modal lainnya),
sistem perbankan ini kurang menjanjikan. Para investor (lenders) menginginkan dana yang
diinvestasikannya memiliki pengembalian minimal sesuari dengan harapan mereka.
Sebaliknya, bank sebagai media perantara (intermediasi) bisa mengalami kesulitan untuk
menggalang dana masyarakat. Kegiatan operasional bank dalam bentuk penyaluran kredit,
dapat terhambat jika mobilisasi dana tidak sesuai dengan jumlah permintaan.

Parafrase :
Menurut Nasution yang membedakan bank syariah dengan bank umum adalah terletak pada
pembiayaan dan pemberian balas jasa yqang diterima oleh bank dan investor. Balas jasa yang
diberikan bank umum yaitu berupa bunga dalam presentase yang pasti. Tidak peduli kondisi
peminjam dana apakah mampu membayar ataupun tidak dalam pelunasan hutangnya
sehingga hal ini akan membebani bagi pihak peminjam. Sedangkan pada bank syariah, hanya
memberi dan menerima balas jasa berdasarkan perjanjian bagi hasil. Bank syariah
memperoleh keuntungan dari proyek yang dibiayai-nya. Bagi peminjam dana, ini merupakan
keuntungan bagi peminjam dan menjadi kesempatan emas karena peminjam tidak terbebani
atas bunga pinjaman tersebut. Tetapi di kalangan investor, sistem perbankan ini kurang
menjanjikan. Para investor menginginkan dana yang mereka investasikan kembali sesuai
dengan harapan mereka. Sebaliknya, bank sebagai media perantara bisa mengalami kesulitan
untuk menggalang dana masyarakat. Kegiatan operasional bank dalam bentuk penyaluran
kredit akan terhambat jika dana tidak sesuai dengan jumlah permintaan.

Parafrase Baru :
Terdapat perbedaan antara bank umum konvensional dengan bank umum syariah, salah
satunya yaitu adalah pada sistem balas jasa yang diterima oleh bank dan investor. Pada bank
umum konvensional tidak memandang pada keadaan ekonomi pihak debitur, tingkat bunga
yang ditetapkan oleh bank akan membebani pihak debitur baik dia mampu membayar
maupun tidak. Pada bank umum syariah dibuat sebuah perjanjian (akad) yang mana jika
debitur mengalami kesusahan dalam melakukan pembayaran maka bank akan memberikan
solusi yang dapat meringankan beban debitur. Sistem bank syariah ini tidak terlalu memikat
pihak investor karena harapan investor terhadap tingkat pengembalian dana yang
diinvestasikannya (Nasution, 2003).

Anda mungkin juga menyukai