Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH REGULASI EMOSI TERHADAP RESILIENSI

PADA DEWASA AWAL DI YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh

MEY LINI DWI HAPSARI

1910801065

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS EKONOMI, ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2023
PENGARUH REGULASI EMOSI TERHADAP RESILIENSI

PADA DEWASA AWAL DI YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:

MEY LINI DWI HAPSARI

1910801065

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui Untuk Dipublikasikan

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS EKONOMI, ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

Oleh:

Pembimbing: ZAHRO VARISNA ROHMADANI, S. Psi., M. Psi., Psi.

20 Maret 2023
PENGARUH REGULASI EMOSI TERHADAP RESILIENSI
PADA DEWASA AWAL DI YOGYAKARTA

Mey Lini Dwi Hapsari


Prodi Psikologi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Zahro Varisna Rohmadani
Prodi Psikologi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

ABSTRACT

Everyone will have their own developmental tasks, from children, adolescents, adults to the
elderly. Given that early adulthood is the developmental apex for everyone, developmental
activities must be completed in order for life to be enjoyable and devoid of significant
problems. Early adulthood is the transition from adolescence to adulthood that occurs
between the ages of 18 and 25. This study aims to determine the effect of emotional
regulation on resilience in early adulthood in Yogyakarta. The collected data were analyzed
using the Pearson product moment correlation test with the help of the SPSS 16 for windows
program. The results showed that there was a very significant influence between the
independent variable (emotional regulation) and the dependent variable (resilience) with a
significant level of p = 0.00 <0.01. This proves that emotional control and resilience have a
connection in early adulthood in Yogyakarta.
Keywords: Emotion Regulation, Resilience
ABSTRAK

Setiap orang akan mempunyai tugas perkembangannya masing-masing mulai dari anak-anak,
remaja, orang dewasa sampai ke lansia. Tugas perkembangan harus dilalui supaya kehidupan
menjadi bahagia dan tidak mengalami permasalahan yang berarti, khususnya bagi orang
dewasa awal, karena masa dewasa awal ini masa puncaknya perkembangan bagi setiap orang.
Dewasa awal adalah transisi dari masa remaja ke dewasa yang terjadi pada usia 18 sampai 25
tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh regulasi emosi terhadap resiliensi
pada dewasa awal di Yogyakarta. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji korelasi
product moment Pearson dengan bantuan program SPSS 16 for windows. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara variabel independen
(Regulasi emosi) dan variabel dependen (Resiliensi) dengan taraf signifikan p = 0,00 < 0,01.
Hal ini mengidentifikasikan bahwa adanya pengaruh antara regulasi emosi terhadap resiliensi
pada dewasa awal di Yogyakarta.
PENDAHULUAN penuh dengan masa ketegangan emosional,
ketegangan emosional seringkali di
Setiap orang akan mempunyai tugas
tempatkan dalam ketakutan-ketakutan atau
perkembangannya masing-masing mulai
kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan
dari anak-anak, remaja, orang dewasa
atau kekhawatiran yang timbul ini pada
sampai ke lansia. Beberapa tugas
umumnya bergantung pada
perkembangan harus dilalui supaya
kehidupan menjadi bahagia dan tidak tercapainya penyesuaian terhadap
mengalami permasalahan yang berarti, persoalan yang dihadapi pada suatu saat
khususnya bagi orang dewasa awal, karena tertentu atau sejauh mana sukses atau
masa dewasa awal ini masa puncaknya kegagalan yang dialami dalam
perkembangan bagi setiap orang. Oleh penyelesaian persoalan. Penyesuaian dan
karena itu, dewasa awal adalah seseorang penyelesaian terhadap persoalan yang
yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dihadapi dikenal dengan istilah resiliensi.
dan siap menerima tugas di masyarakat
Resiliensi merupakan kapasitas individu
dengan orang dewasa lainnya (Hurlock,
untuk menghadapi, mengatasi,
2003).
memperkuat diri dan tetap melakukan
Santrock (2012) mengemukakan bahwa perubahan sehubungan dengan masalah
masa dewasa awal adalah transisi dari atau ujian yang dialami. Setiap individu
masa remaja ke dewasa atau yang disebut memiliki kapasitas untuk menjadi resilien.
dengan beranjak dewasa (emerging Kemampuan untuk melanjutkan hidup
adulthood) yang terjadi pada usia 18 setelah ditimpa kemalangan atau bertahan
sampai 25 tahun. Masa ini ditandai dengan ditengah lingkungan dengan tekanan yang
adanya eksperimen dan eksplorasi yang berat bukanlah sebuah keberuntungan, hal
dapat menyebabkan adanya tersebut menunjukkan adanya kemampuan
ketidakstabilan dalam proses transisi tertentu dalam diri individu yang dikenal
tersebut. Adanya ketidakstabilan ini adalah dengan istilah resiliensi (Connor &
salah satu dari tiga ciri dari orang yang Davidson, 2003).
berada pada masa dewasa awal.
Penelitian yang dilakukan oleh Reivich di
Ketidakstabilan ini terjadi dalam hal relasi
Universitas Pennsylvania selama kurang
romantis, pekerjaan dan pendidikan.
lebih dari 15 tahun menemukan bahwa
Hurlock (2003) mengemukakan bahwa resiliensi memegang peranan yang penting
masa dewasa awal merupakan masa yang dalam kehidupan. Resiliensi merupakan
faktor esensial bagi kesuksesan dan mengalami kesulitan mencari pekerjaan
kebahagiaan (Reivich & Shatte, 2002). dan pertemanan yang semakin menyempit.
Dalam penelitiannya, Reivich & Shatte Selain itu, subjek juga merasa bosan dalam
(2002) menyebutkan pentingnya resiliensi menjalani kehidupan karena belum
untuk mengatasi hambatan-hambatan yang memiliki pekerjaan yang tetap. Saat ini,
dialami seperti keluarga yang berantakan, subjek mengatasi permasalahannya dengan
kehilangan orang tua, kemiskinan, lebih melakukan kegiatan sederhana yang
diabaikan secara emosional ataupun positif seperti lebih banyak menghabiskan
siksaan fisik. waktu dengan teman, jalan-jalan, dan
kegiatan rohani.
Kebanyakan orang menganggap dirinya
cukup memiliki resiliensi, padahal Subjek kedua mengalami stres karena
sebenarnya kebanyakan orang tidak siap merasa sendiri dalam menyelesaikan tugas
secara emosional ataupun psikologis untuk akhir di masa akhir perkuliahan. Subjek
menghadapi penderitaan. Setiap orang juga menjadi tidak percaya diri dari teman-
beresiko untuk putus asa dan merasa tidak teman perkuliahan yang sudah
berdaya, namun mungkin masih menyelesaikan tugas akhir. Hal itu
membutuhkan pertolongan untuk membuat subjek menarik diri dari
mengatasi penderitaan. Jadi, tidak ada lingkungan sosial dalam beberapa waktu.
orang yang tidak membutuhkan resiliensi Tuntutan untuk segera lulus dari
karena pada dasarnya setiap manusia lingkungan keluarga dan dosen membuat
pernah, sedang atau akan mengalami subjek lebih tertekan. Selain itu, subjek
penderitaaan dalam satu atau beberapa juga mengalami kesulitan tidur karena
area kehidupannya (Reivich & Shatte, pesimis tidak bisa menyelesaikan tugas
2002). akhir dengan tepat waktu. Saat ini, subjek
belum menemukan solusi yang terbaik
Dari hasil wawancara dan observasi yang
untuk mengatasi permasalahannya.
telah peneliti lakukan pada 4 orang dewasa
awal terdapat bahwa setiap orang Subjek ketiga mengalami kesulitan dalam
mengalami kesulitan dalam menjalani bersosialisasi dan adaptasi dengan
hidup yang berbeda-beda. Subjek pertama lingkungan baru. Ketika subjek berada
merasa sedang mengalami quarter life dalam lingkungan baru, subjek menutup
crisis karena subjek merupakan diri dan lebih memilih menunggu untuk
freshgraduate yang sedang mengalami bergabung dalam lingkungan baru. Selain
kebimbangan kehidupan misalnya itu, dalam lingkungan keluarga orang tua
subjek termasuk orang tua yang strict merasa bersalah dan sering menyalahkan
parents. Hal itu membuat subjek semakin diri sendiri, selalu merasa cemas dan
menutup diri, tidak memiliki pertemanan khawatir berlebihan, suasana hati yang
yang luas, dan merasa sendiri. Saat ini, buruk atau sedih secara berkepanjangan,
subjek belum bisa keluar dari zona nyaman sering mengalami mimpi buruk, penurunan
untuk berlatih bersosialisasi dengan nafsu makan menurun, malas dan takut
lingkungan yang lebih luas. untuk melakukan sesuatu yang baru, sering
merusak barang-barang di sekitar secara
Subjek keempat merasa masih labil dan
refleks, merasa rendah diri dan tidak
bimbang dalam menjalani hubungan
berdaya serta sulit tidur.
percintaan dengan orang. Subjek melihat
orang-orang seusianya mayoritas sudah Kharisma (2021) dalam penelitiannya
memiliki hubungan yang pasti, namun menyebutkan faktor yang dapat
subjek belum memiliki hubungan yang mempengaruhi resiliensi, salah satunya
seperti itu. Hal itu membuat subjek merasa adalah regulasi emosi. Regulasi emosi
tidak percaya, iri hati, overthinking terbukti memiliki pengaruh yang
mengenai jodoh di masa depan, dan signifikan kepada resiliensi. Karena
terkadang mengganggu aktivitas sehari- regulasi emosi memiliki pengaruh yang
hari. Saat ini subjek masih belum memiliki positif dalam menyikapi masalah, lebih
solusi mengenai permasalahan menyelesaikan masalah menggunakan
percintaannya. Dapat disimpulkan bahwa 3 kognitif serta berguna untuk memperkuat
orang masih belum bangkit dari masalah resiliensi.
yang sedang dihadapi dan 1 orang lainnya
Regulasi emosi didefinisikan sebagai
telah bengkit dan menjalani hidup dengan
kemampuan individu dalam mengelola
baik-baik saja.
emosi dan tampak pada tindakan yang
Dari fenomena yang telah diuraikan di atas dilakukannya. Regulasi emosi adalah
terdapat beberapa orang yang mengalami proses kompleks yang bertanggung jawab
distres psikologis berkepanjangan yang untuk memulai, menghambat, atau
belum bisa ditentukan berapa lama dia memodulasi emosi seseorang dalam
mengalami gejala ini dikarenakan setiap menanggapi situasi tertentu. Regulasi
orang memiliki permasalahan dan waktu emosi didefinisikan pula sebagai
yang berebeda-beda untuk bangkit dari pembentukan emosi seseorang, emosi yang
keterpurukan yang dialami. Distres dimiliki, dan pengalaman atau bagaimana
psikologi yang dialami adalah selalu seseorang mengekspresikan emosi. Karena
itu, regulasi emosi berkaitan dengan Creswell dan Creswell (2018), pendekatan
bagaimana emosi itu sendiri diatur, bukan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori-
bagaimana emosi mengatur sesuatu yang teori objektif dengan menguji hubungan
lain (Gross, 2014). antar variabelnya. Variabel tersebut dapat
diukur dengan instrumen dan dapat
Hasil penelitian dari Sukmaningpraja dan
dianalisis dengan prosedur statistik.
Santhoso (2016) memaparkan bahwa
Peneliti memilih menggunakan pendekatan
regulasi emosi berperan terhadap
kuantitatif karena ingin menguji pengaruh
resiliensi. Dapat disimpulkan bahwa
regulasi emosi terhadap resiliensi pada
individu yang memiliki kesulitan dalam
individu dewasa awal.
meregulasi emosi akan sulit untuk
beradaptasi dalam menghadapi masalah. Pengambilan sampel menggunakan simple
Pernyataan ini didukung pendapat random sampling (sampling acak
Thompson Kostiuk & Gregory (Mutia, sederhana) yaitu metode pengambilan
2016) yang menggambarkan regulasi sampel dari populiasi secara acak
emosi sebagai kemampuan merespon berdasarkan frekuensi probabilitas semua
proses-proses ekstrinsik dan intrinsik anggota populasi. Dalam pengambilan
untuk memonitor, mengevaluasi, dan sampel pada penelitian ini memastikan
memodifikasi reaksi emosi yang intensif subjek termasuk dalam kritera. Pada
dan menetap untuk mencapai suatu tujuan. penelitian ini dilakukan terhadap dewasa
Ini berarti apabila seseorang mampu awal. Adapun karakteristik pengambilan
mengelola emosinya secara efektif, maka sampel yang dilakukan yaitu:
ia akan memiliki daya tahan yang baik
a. Laki-laki atau perempuan
dalam menghadapi masalah. Berdasarkan
fenomena yang didapatkan maka peneliti b. Berumur 18- 25 Tahun

tertarik untuk meneliti tentang pengaruh c. Tinggal di Yogyakarta


regulasi emosi terhadap resiliensi pada
Proses penyebaran kuesioner dilakukan
dewasa awal di Yogyakarta.
dengan memberikan kuesioner terhadap
METODE PENELITIAN responden yang sesuai dengan kriteria

Penelitian ini menggunakan metode secara online dengan menggunakan teknik

kuantitatif korelasional yang dimana Self-Administered Questionnaires. Teknik

peneliti berupaya untuk mendeteksi ada Self-Administered Questionnaires

tidaknya korelasi antar variabel. Menurut merupakan metode pengumpulan data


yang mencakup wilayah tertentu sehingga
memudahkan peneliti dalam Responden dari penelitian ini yaitu
mengumpulkan semua data yang individu dewasa awal yang tinggal di
diperlukan dengan waktu yang relatif lebih Yogyakarta. Responden yang ikut serta
singkat (Sekaran & Bougie, 2013). dalam penelitian ini berusia dewasa awal.
Penelitian ini menggunakan skala Responden dalam penelitian ini berjumlah
pengukuran diukur menggunakan skala 65 seorang dewasa awal di Yogyakarta
likert. Menurut Sugiyono (2015) skala sesuai dengan teori Santrock (2011) masa
likert digunakan untuk mengukur sikap, dewasa awal adalah istilah yang kini
pendapat dan persepsi seorang atau digunakan untuk menunjuk masa transisi
kelompok orang tentang fenomena sosial. dari remaja menuju dewasa. Rentang usia
Jawaban setiap aitem instrumen yang ini berkisar antara 18 tahun hingga 25
menggunakan skala likert mempunyai tahun, masa ini ditandai oleh kegiatan
perbedaan dari sangat positif sampai bersifat eksperimen dan eksplorasi.
sangat negatif. Skala tersebut disiapkan Transisi dari masa remaja menuju masa
beberapa pilihan jawaban, yaitu SS dewasa diwarnai dengan peruhan yang
(Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak berkesinambungan.
Sesuai), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa
Penelitian ini menghasilkan data kuantitaif
seorang dewasa awal di Yogyakarta
yang diperoleh dari skala pada test.
memerlukan regulasi emosi untuk
Metode analisis yang digunakan yaitu
meningkatkan resiliensi ketika
korelasi pearson product moment. Analisis
menghadapi masalah. Sama dengan halnya
regresi sederhana ini digunakan untuk
menurut Kharisma (2021) yang berjudul
menguji bagaimana pengaruh masing-
pengaruh regulasi emosi terhadap resiliensi
masing variabel independen (regulasi
remaja awal memiliki hasil analisis yaitu
emosi) terhadap variabel dependen
bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa
(resilensi). Dilakukan uji hipotesis dengan
regulasi emosi memiliki pengaruh yang
menggunakan korelasi pearson product
signifikan terhadap variabel resiliensi pada
moment yang tujuannya untuk mengetahui
remaja awal di SMPN 54 Bandung. Hal ini
derajat keeratan hubungan 2 variabel yang
memberi arti bahwa subjek dengan
berskala interval atau ratio. Proses analisis
kemampuan pengendalian emosi yang
data dibantu dengan SPSS versi 26 for
baik, akan membuatnya memiliki resiliensi
windows.
yang baik. Pernyataan itu dapat dilihat dari
HASIL DAN PEMBAHASAN hasil penelitian yang telah dilakukan.
Dengan demikian penelitian ini memiliki
kesamaan dengan hasil penelitian
sebelumnya yaitu memiliki hubungan
antara regulasi emosi dengan resiliensi.

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat


bawah semua responden merupakan
seorang dewasa awal yang di Yogyakarta.
Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.8
dapat diketahui bahwa signifikan antara
kedua variabel karena P>0,05 dengan hasil
sig (2-tailed) yaitu 0,200 sehingga alat
ukur yang digunakan berdistribusi normal.
Pada tabel 4.9 dapat dinilai bahwa kedua
variabel tersebut linear karena P linearity
kurang dari 0,05 sehingga memenuh syarat
linearitas sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel independen (Regulasi
emosi) mempengaruhi variabel dependen
(Resiliensi) hasil dari data tersebut
dianalisis menggunakan SPSS versi 26 for
windows. Maka berdasarkan kesimpulan
yang dihasilkan dari penelitian memiliki
hubungan antara kedua variabel regulasi
emosi dan resiliensi. Berdasarkan hasil
penelitian ini regulasi emosi memiliki
sumbangan efektifnya sebesar 20,5 %.
Dengan demikian sumbangan variabel
independen (Regulasi emosi) terhadap
variabel dependen (Resiliensi) sebesar
20,5%, sedangkan sisanya sebesar 79,5%
dipengaruhi oleh variabel lain.
DAFTAR PUSTAKA The Guilford Press.

Amalia, S. T., & Cahyanti, I. Y. (2021). Hanggara, A., & Amiati, A. T. (2018).
Gambaran Resiliensi Pada Individu Tingkat Resiliensi Siswa (Analisis
Dewasa Awal Terhadap Situasi Akibat Pengaruh Lingkungan Keluarga, Teman
Perceraian Orangtua. Buletin Riset Sebaya, Kecakapan Sosial Dan
Psikologi Dan Kesehatan Mental (Brpkm), Kemandirian.
1(1), 268-279.
Belajar Terhadap Resiliensi Mahasiswa
Azwar, S. (2011). Reliabilitas Dan Pendidikan Ekonomi). Equilibrium: Jurnal
Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Penelitian Pendidikan Dan Ekonomi,
Azwar. (2012). Reliabilitas Dan Validitas. 15(01), 35-45.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Harjanto, J. (2017). Pengaruh Destination
Egsaugm, (2020), Darurat Kesehatan Awareness, Destination Image, Motivasi,
Mental Bagi Remaja. Dan Word Of Mouth Terhadap Kunjungan
Wisata Di Batu Secret Zoo (Doctoral
Estefan, G., & Wijaya, Y. D. (2014).
Dissertation, Uajy)
Gambaran Proses Regulasi Emosi Pada
Pelaku Hidayat, A.A.. (2014). Metode Penelitian
Keperawatan Dan Teknis Analisis
Self Injury. Jurnal Psikologi Esa Unggul,
Data.Jakarta : Salemba Medika.
12(01), 126410.
Hurlock, E. B. (1996). Psikologi
Fatmawati, I. (2018). Hubungan Antara
Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Regulasi Diri Dan Resiliensi Pada Remaja
Di Keluarga Yang Bercerai. Ihsan, H. (2015). Validitas Isi Alat Uukur
Penelitian: Konsep Dan Panduan
Greenberg, M. A., & Stone , A. A. (1992).
Penilaiannya. Pedagogia, 13(3), 173-179.
Emotional Disclosure About Traumas And
Its Relation To Health: Effect Of Previous Kamilah, Hana, Et Al. Construction And
Disclosure And Trauma Seve_Rity. Journal Validation Of Emotional Agility
Of Personality And Social Psychology, Measurement Tools: Measuring One's
63(1), 75-84. Emotional Agility. Jppp-Jurnal Penelitian
Dan Pengukuran Psikologi, 2021, 10.1:
Gross, James J. (2014). Emotion
65-72.
Regulation: Conceptual And Empirical
Foundations.
Karen Reivich, Andrew Shatte. (2003). Citra Instansi Terhadap Kepuasan
The Resilience Factor 7 Keys To Finding Masyarakat Pada Kantor Administrasi
Your Inner Strength And Overcoming Hukum Umum Cikini Jakarta
Life's Hurdles. (Kemenkumham). Tesis Thesis, Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Jakarta.
Martono, Nanang. (2015). Metode
Penelitian Sosial. Jakarta: Rajagrafindo Rusmaladewi, Dewi Rosaria Indah;
Persada. Kamala, Intan; Anggraini, Henny. Regulasi
Emosi Pada Mahasiswa Selama Proses
Mawardah, Mutia; Adiyanti, M. G.
Pembelajaran Daring Di Program Studi
Regulasi Emosi Dan Kelompok Teman
Pg- Paud Fkip Upr. Jurnal Pendidikan Dan
Sebaya Pelaku Cyberbullying. Jurnal
Psikologi Pintar Harati 16 No, 2020, 2: 33-
Psikologi, 2014, 41.1: 60-73.
4
Padang, M.A.I.A. (2018). Hubungan
Antara Regulasi Emosi Dan Kompetensi
Sosial Pada Anak Usia 9-11 Tahun. Sanaky, M. M. (2021). Analisis Faktor-
Faktor Keterlambatan Pada Proyek
Padang, Monica Angelina Imaldia Arung
Pembangunan Gedung Asrama Man 1
(2018) Hubungan Antara Regulasi Emosi
Tulehu Maluku Tengah. Jurnal Simetrik,
Dan Kompetensi Sosial Pada Anak Usia 9
11(1), 432-439.
- 11 Tahun. Skripsi Thesis, Sanata Dharma
University. Santrock, J, W, (2011). Life-Span
Development (Perkembangan Masa
Putri, A. F. (2019). Pentingnya Orang
Hidup) Jakarta:Erlangga
Dewasa Awal Menyelesaikan Tugas
Perkembangannya. Schoulid: Indonesian Sukmaningpraja, A. & Santhoso, F. H.
Journal Of School Counseling, 3(2), 35- (2016). Peran Regulasi Emosi Terhadap
40. Resiliensi pada Siswa Sekolah Berasrama
Berbasis Semi Militer. Jurnal GamaJoP,
Rahayu, H. S. (2018). Hubungan Regulasi
2(3), 184-191. doi:
Emosi Terhadap Subjective Well Being
10.22146/gamajop.36944
Pada Remaja Dengan Orang Tua Bercerai
(Doctoral Dissertation, University Of Yusuf, Putri Maharani; Kristiana, Ika
Muhammadiyah Malang). Febrian. Hubungan Antara Regulasi Emosi
Dengan Perilaku Prososial Pada Siswa
Rusakamto, Muhamad (2021) Pengaruh
Kualitas Pelayanan, Kualitas Website,
Sekolah Menengah Atas. Jurnal Empati,
2018, 6.3: 98-104.

Anda mungkin juga menyukai