1
2
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa Permasalahan yang sering dihadapi
perubahan yang terjadi pada saat seorang oleh remaja adalah pendidikan.
individu memasuki usia belasan tahun Permasalahan penyesuaian diri di sekolah
hingga awal dewasa (20 tahun), dimana akan timbul saat remaja memasuki jenjang
perubahan yang terjadi pada remaja tidak pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu
hanya fisik namun juga psikologi, serta permasalahan dalam penyesuaian diri di
perubahan yang terjadi dapat di terima oleh sekolah adalah prestasi belajar menjadi
lingkungan masyarakat. Masa remaja menurun dibanding dengan prestasi di
merupakan masa peralihan dari masa kanak- sekolah sebelumnya (Sunarto & Hartono,
kanak ke masa dewasa yang pada umumnya 2006). Penyesuaian diri merupakan proses
ditandai dengan perubahan fisik, kognitif, seorang individu untuk mencapai
dan psikososial, tetapi juga beresiko keseimbangan dalam memenuhi kebutuhan
terhadap kesehatan mental. Masa remaja dirinya agar sejalan dengan lingkungan
terbagi menjadi 2 bagian yaitu: masa remaja sekitarnya. Penyesuaian diri dapat diartikan
awal yaitu usia 11-15 tahun, dan masa sebagai cara individu untuk menjauhi
remaja akhir usia 16-18 tahun (dalam ketegangan serta menjaga kondisi
Hurlock, 2004). keseimbangan yang lebih baik. Penyesuaian
Dalam Tahap perkembangan remaja diri merupakan proses dalam menjali
terdapat berbagai permasalahan. hubungan yang harmonis untuk tuntutan diri
Permasalahan yang terjadi bersumber dari sendiri maupun tuntutan dari luar dirinya.
beberapa faktor, diantaranya dari diri remaja Usia 13-15 atau usia remaja awal (pre-
sendiri, keluarga, serta lingkungan adolescence), remaja mulai mengenal sistem
sekitarnya. Permasalahan yang dihadapi yang baru dalam sekolah, diantaranya
remaja seperti ujian yang harus berkenalan dengan banyak orang dengan
diselesaikannya agar dapat menyesuaikan kerpibadian yang berbeda pula. Hal ini
diri dengan lingkungannya. Hal ini menunjukkan perlunya kemampuan untuk
disebabkan untuk mempertimbangan menyesuaikan diri bagi remaja dalam
perkembangan masa transisi yang dialami mengahadapi situasi yang beragam. Begitu
oleh remaja dari masa kanak-kanak ke masa pula remaja yang mulai mengenal berbagai
dewasa, yang melibatkan perubahan bilogis, mata pelajaran yang harus dipelajari dengan
kognitif, dan perubahan sosio-emosionalnya berbagai karakteristiknya (Sunarto &
(Santrock, 2007). Hartono, 2006).
3
Lingkungan yang baru ditemui dengan tanpa berpikir sebelumnya yaitu bersifat
berbagai macam sifat dan perilaku manusia kekanakan. Hurlock (2004) mendefinisikan
yang berbeda satu sama lainnya, remaja kematangan emosi yaitu tidak meledaknya
membutuhkan pengendalian emosi yang emosi dihadapan orang lain melainkan
baik dalam memahami karakter guru dan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat
teman sekelasnya. Dalam mengendalikan untuk mengungkapkan emosinya dengan
emosi, individu membutuhkan kematangan cara yang lebih dapat diterima. Menurut
emosi yang merupakan kemampuan Sukadji (dalam Ratnawati, 2005),
individu untuk mengarahkan emosi dasar berpendapat bahwa kematangan emosi
yang kuat ke penyaluran yang mencapai merupakan kemampuan dalam mengarahkan
tujuan, dan tujuan ini memuaskan diri emosi dasar yang dimiliki individu ke
sendiri dan dapat diterima di lingkungan, penyaluran yang tepat untuk mencapai
Hurlock (2004) mengatakan bahwa remaja tujuan yang diinginkan, serta dapat
mencapai kematangan emosi jika pada akhir memuaskan dirinya sendiri dan diterima
masa remajanya tidak sembarangan oleh lingkungannya. Jadi, kematangan
meluapkan emosinya dihadapan orang lain, emosi dapat disimpulkan sebagai
tetapi menempatkannya secara tepat dan kemampuan dan kesanggupan individu
dengan cara-cara yang dapat diterima oleh dalam mengatasi emosinya dalam
orang lain, memberikan reaksi emosional mengahadapi suatu masalah dan tantangan
yang stabil, tidak berubah-ubah dari satu hidupnya baik ringan maupun berat, serta
suasana hati ke suasana hati yang lain. dapat menyelesaikan, mengendalikan luapan
Sejalan dengan bertambah kematangan emosi, dan mampu mengantisipasi secara
emosi seseorang maka akan berkuranglah kritis dan baik bagaimanapun situasi yang
emosi negatif. Perkembangan bentuk emosi dihadapinya.
yang positif memungkinkan individu untuk Ciri-ciri kematangan emosi menurut
menyesuaikan diri dengan lingkungan Walgito (dalam Asih & Pratiwi, 2010),
sehingga dapat menerima diri sendiri diantaranya:
maupun orang lain. a. Dapat menerima keadaan dirinya dan
Menurut Hurlock, (2004) petunjuk orang lain. Hal ini dikarenakan
kematangan emosi adalah individu menilai seseorang yang memiliki emosi yang
situasi secara terlebih dahulu sebelum lebih matang akan berfikir lebih baik
beraksi secara emosional, tidak lagi bereaksi dan objektif.
4
e. Hubungan interpersonal yang baik. dalam penelitian ini adalah teknik purposive
Manusia adalah makhluk sosial, sejak sampling. Teknik purposive sampling adalah
dalam kandungan, manusia selalu teknik penentuan sampel dengan
bergantung pada orang lain dalam pertimbangan atau kriteria tertentu
pemenuhan kebutuhannya, baik (Sugiyono, 2009). Adapun kriteria sampel
kebutuhan fisik, kebutuhan sosial dan dalam penelitian ini adalah: (a) Tercatat
kebutuhan emosi. Seorang individu sebagai siswa MTI Koto Tinggi, (b) Remaja
dalam menyesuaiankan idri dengan awal usia 13-15 tahun (Sunarto & Hartono
lingkungannya akan menciptakan 2006), yaitu siswa kelas 1 dan 2 di MTI
hubungan yang saling menguntungkan Koto Tinggi atau setara dengan siswa kelas
antara satu dengan yang lainnya. 1 dan 2 SMP. Pengambilan sampel
didasarkan pada tujuan ditetapkan
METODE sebelumya dan jumlah yang dianggap
Desain dari penelitian ini adalah mewakili siswa adalah sebanyak 50 orang.
penelitian kuantitatif korelasi, yang Instrumen yang digunakan pada
bertujuan untuk melihat hubungan antar satu penelitian ini berbentuk skala, yaitu skala
variabel dengan variabel lainnya. Penelitian Rensis Likert. Responden hanya memberi
korelasional merupakan suatu tipe penelitian persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap
yang melihat hubungan antara satu atau butir soal (Yusuf, 2010).Analisis data yang
beberapa hubungan dengan yang digunakan untuk melihat hubungan antara
lain (Yusuf, 2010). Variabel terikat penyesuaian diridan kematangan emosi
(dependent) dalam penelitian ini adalah remaja dengan menggunakan korelasi
penyesuaian diri.Variabel bebas product moment dari Karl Parson. Korelasi
(independent) dalam penelitian ini adalah product moment digunakan untuk
kematangan Emosi. melukiskan hubungan antara dua variabel
Populasi adalah totalitas semua nilai yang sama-sama berjenis intreval atau rasio
yang mungkin daripada karakteristik (Winarsunu, 2009). Cara penghitungannya
tertentu mengenai sejumlah objek yang dibantu dengan menggunakan perangkat
ingin dipelajari sifat-sifatnya (Yusuf, 2010). lunak dari statistik atau SPSS versi 16.0
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi
adalah seluruh siswa MTI Koto Tinggi. HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik pengambilan sampel yang digunakan
6
menggunakan teknik analisis korelasi diri remaja mendapat pengaruh positif dari
Product Moment dari Karl Pearson dengan variabel kematangan emosi, dengan
menggunakan program SPSS 16.0. tingginya kematangan emosi remaja maka
Berdasarkan hasil dari analisis akan semakin baik tingkat penyesuaian diri
korelasi, didapatkan koefisien korelasi remaja di lingkungannya. Dapat
sebesar 0,796, p = 0,000 (p < 0,05 ) yang disimpulkan bahwa, siswa MTI Koto Tinggi
menandakan bahwa hipotesis diterima. Hasil sudah memiliki kematangan emosi yang
ini memperlihatkan bahwa terdapat korelasi positif sehingga siswa dapat menyesuaian
yang positif antara kematangan emosi diri dengan baik di lingkungan sekolah.
dengan penyesuaian diri siswa MTI kelas Hasil penelitian diketahui bahwa
VIII dan kelas IX tingkat tsanawiyah. kematangan emosi pada remaja siswa kelas
Hubungan yang positif ini dapat diartikan VIII dan kelas IX Tsanawiyah MTI Koto
bahwa semakin tinggi tingkat kematangan Tinggi ditemukan bahwa pada umumnya
emosi maka cenderung untuk memiliki siswa memiliki kematangan emosi
penyesuaian diri yang tinggi, begitu juga berkategori tinggi, dilihat dari segi aspek-
sebaliknya semakin rendah tingkat aspek kematangan emosi semua berkategori
kematangan emosi remaja maka cenderung tinggi. Hal ini berarti bahwa siswa kelas
memiliki penyesuaian diri yang rendah pula. VIII dan kelas IX Tsanawiyah MTI Koto
Tinggi sudah memiliki kematangan emosi
Pembahasan
dalam diri mereka.Hasil penelitian
Dalam buku Fatimah (2006), ia
ditemukan bahwa aspek-aspek kematangan
mengatakan bahwa penyesuaian diri dapat
emosi memiliki selisih yang beragam antara
juga diartikan sebagai penguasaan dan
rerata empiris dan rerata teoritiknya, pada
kematangan emosi, salah satu faktor dari
aspek dapat menerima diri sendiri dan orang
penyesuaian diri adalah faktor
lain memiliki selisih rerata yang tinggi
perkembangan dan kematangan, dimana
dibanding aspek lain, hal ini sependapat
kondisi perkembangan dan kematangan
dengan Yusuf (2004), mengatakan bahwa
mempengaruhi setiap aspek kepribadian
perubahan kematangan emosi pada remaja
individu.Dari hasil penelitian ditemukan
yaitu dari arah perasaan yang tidak jelas
bahwa variabel kematangan emosi memiliki
tentang dirinya dan orang lain ke arah mau
selisih skor empiris yang lebih besar
menerima dirinya sendiri dan orang lain.
dibanding selisih skor empiris variabel
Disusul oleh aspek bertanggung jawab,
penyesuaian diri. Jadi variabel penyesuaian
8
mandiri dan tidak mudah putus asa yang kemampuan mengungkapkan perasaan
memiliki selisih yang cukup tinggi, berada pada kategori tinggi dan sedang yang
selanjutnya aspek mampu mengontrol emosi imbang atau sama banyak. Menurut
dan mengekpresikan emosi siswa MTI Koto Schneiders (dalam Ali & Asrori, 2009),
Tinggi memiliki selisih rerata yang tidak penyesuaian diri dapat juga dimaknai
jauh berbeda dengan aspek bertanggung sebagai usaha penguasaan atau mastery,
jawab mandiri dan tidak mudah putus asa, yaitu kemampuan penguasaan bagi individu
dan aspek bersifat sabar, pengertian dan untuk perkembangan diri sehingga
toleransi memiliki selisih yang tidak jauh dorongan, emosi, serta kebiasaan dalam
berbeda antara rerata empiris dan rerata dirinya dapat terkontrol dan terarahkan. Hal
teoritiknya, serta aspek tidak impulsive dan ini dapat diartikan juga bahwa penguasaan
dapat merespon stimulus memiliki selisih atau kemampuan dalam menghadapi
rerata yang kecil dibanding aspek-aspek lingkungan, ialah kemampuan seseorang
kematangan emosi yang lainnya. Jadi, dapat untuk menyesuaikan dirinya terhadap
disimpulkan bahwa siswa MTI Koto Tinggi realitas yang ada dengan cara-cara yang
telah dapat menerima dirinya sendiri serta baik, akurat, sehat, dan mampu bekerja sama
dapat menerima orang lain dengan baik. dengan orang lain atau lingkungannya
Dilihat dari variabel penyesuaian diri, secara lebih baik.
siswa MTI Koto Tinggi secara umum Hasil penelitian didapatkan bahwa
memiliki kategori yang tinggi, namun jika pada aspek-aspek variabel penyesuaian diri
dilihat dari segi aspek-aspek penyesuaian temukan selisih yang beragam antara rerata
diri ditemukan bahwa banyak siswa yang empiris dan rerata teoritik, selisih tertinggi
berada di kategori tinggi dan sedang. Pada didapatkan pada aspek persepsi yang akurat
aspek pertama dan aspek kelima yaitu aspek terhadap realita dibanding aspek lainnya,
persepsi yang akurat terhadap realita dan selanjutnya yaitu aspek self-image yang
aspek hubungan interpersonal yangbaik positif dan aspek kemampuan dalam
berada pada kategori tinggi, sedangkan mengungkapkan perasaan, kedua aspek
aspek kedua dan ketiga yaitu aspek memiliki selisih rerata empiris yang sama,
kemampuan dalam mengatasi stress dan aspek selanjutnya yang memiliki selisih
kecemasan serta aspek self-image positif rerata yang rendah adalah aspek kemampuan
banyak siswa yang berada dalam kategori untuk mengatasi stress dan kecemasan, dan
sedang, dan pada aspek keempat yaitu aspek aspek yang memiliki selisih rerata paling
9