Anda di halaman 1dari 11

RESILIENSI REMAJA KORBAN PERCERAIAN ORANGTUA

ARTIKEL E-JOURNAL

Oleh:
Eka Asriandari
NIM. 11104241059

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JULI 2015
Resiliensi Remaja Korban.... (Eka Asriandari) 1

RESILIENSI REMAJA KORBAN PERCERAIAN ORANGTUA

RESILIENCE OF THE YOUTH OF PARENTS DIVORCING

Oleh: Eka Asriandari, PPB/BK

ekaasriandari@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran resiliensi pada remaja korban perceraian orangtua.
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Pemilihan subjek
penelitian menggunakan purposive dan di dapat lima subjek peneltian yaitu lima remaja akhir yang memiliki
orangtua yang telah bercerai. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi sehingga
instrumen pengumpulan datanya berupa pedoman wawancara dan pedoman observasi. Teknik analisis data
menggunakan reduksi data, display data, lalu kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan teknik triangulasi data.
Hasil penelitian yang di dapat subjek An dan By memiliki regulasi emosi yang baik, sementara Ps, Mr, dan Dk
kurang baik. Subjek An, Dk, dan Mr mampu melakukan pengendalian impuls yang baik sementara By dan Ps
belum mampu melakukan pengendalian impuls yang baik. Kelima subjek memiliki rasa optimisme dalam diri
masing-masing. An, Dk, dan Mr memiliki rasa empati yang cukup tinggi, sementara Ps dan By memiliki empati
yang kurang. Kelima subjek mampu menganalisi masalah yang terjadi pada dirinya. Kelima subjek memiliki
efikasi diri dan juga reaching out yang baik.

Kata kunci: resiliensi, remaja, perceraian.

Abstract

This approach of research aims to know the description of the youth resilience of parents divorcing. This
research approach is using descriptive qualitative approach. Subject research is using purposive sampling
technique ang get five youth with parent divorcing problem. Method pf collecting data using interview and
observation, so the collecting data is based on interviews guideline and observation guideline. Technique of data
accumulation is using reductioan, display, and conclusion. The validity test of the data is using triangulation
technique data. It is found that the research result shows that subject An and By have good emotional regulation
while Ps, Mr and Dk aren’t. Subject An, Dk, and Mr are able to do good impulse control while By and Ps are’t.
The five subjects have their own selves optimism. An, Dk, and Mr have high enough empathy, while Ps and By have
less empathy. The five subjects are able to analyze the problem, which happen to them. The five subjects have self
eficasy and also good reaching out.

Keyword: resilience, youth, divorc


2 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 9 Tahun ke-4 2015

PENDAHULUAN orangtuanya telah bercerai penting untuk memiliki


kemampun yang positif dalam merespon masalah
Keluarga merupakan lingkungan primer
atau yang biasa disebut resilience.
bagi individiu dimana menjadi tempat pertma
individu dalam belajar dan menanamkan nilai-nilai Menurut Desmita (2006: 228) resilience
kehidupan. Menurut Singgih D & Yulia Singgih adalah kemampuan insani yang dimiliki seseorang,
(1991: 51) orangtua merupakan orang yang paling kelompok, maupun masyarakat yang
bertanggungjawab dalam perkembangan eksistensi memungkinkan untuk menghadapi, menegah, dan
anak baik fisik maupun psikis sehingga anak mengilangkan dampak-dampak dari suatu masalah.
mampu tumbuh menjadi pribadi yang dinamis dan Pengertian lain resilience dikemukakan oleh
harmonis. Idealnya sebuah keluarga memiliki Reivich & Schatte (Desmita, 2006:227) yang
kondisi yang harmonis guna memberi rasa aman menyatakan bahwa resilience adalah kemampuan
dan nyaman bagi setiap anggota keluarga terutama untuk bertahan dan beradaptasi ketika keadaan
bagi anak. Orangtua memiliki beberapa tugas salah menjadi serba salah. Hal ini berarti individu yang
satunya fungsi pengawasan. Bagi anak yang resilien akan mampu menyesuaikan diri saat
memasuki fase remaja peran orangtua sangat berada dalam situasi yang tidak menyenangkan
dibutuhkan dalam mengawasi tumbuh dalam hidupnya. Hal ini berarti individu akan
kembangnya. mampu beradaptasi terhadap kondisi yang terjadi
dalam hidupnya dan mampu bertahan dalam
Menurut Hurlock (1991: 207) remaja
kondisi yang kurang menyenangkan.
merpakan fase yang penting bagi individu untuk
pembentukan keperibadiannya. Ketika orangtua Terdapat tujuh aspek resilience menurut
dan anak memiliki hubungan yang positif dan Reivich & Shatte, (2002: 33-46), yaitu aspek
adaptif maka akan membantu remaja dalam regulasi emosi, kemampuan untuk tetap tenanf
pencapaian tugas perkembangan yang optimal. dalam kondisi yang penih tekanan dan mampu
Sebaliknya hubungan yang tidak harmonis antara mengelola emosi yang ada pada dirinya. Aspek
anak dengan orangtua dapat berpengaruh negtif pengendalian impuls yaitu kemampuan
bagi kehidupan remaja. Salah satu bentuk mengendalikan keinginan, doronganm kesukaan
hubungan yang negatif dapat berasal dari maupun tekanan yang muncul dari dalam diri.
perceraian yang terjadi dalam sebuah keluarga. Aspek ketiga yaitu optimisme, individu yang
Menurut Save M. Dagun (2002: 113) perceraian optimis adalah individu yang memiliki harapan
akan berdampak mendalam bagi setiap anggota atau impian untuk masa depannya dan memiliki
keluarga. Kejadian ini akan menimbulkan banyak kepercayaan untuk dapat mewujudkannya.
perubahan, baik dari fisik, mental, maupun Selanjutnya adalah empati, empati merupakan
komunikasi dalam keluarga. Salah satu individu kemampuan individu untuk mampi membaca tanda
yang terkena dampak perceraian yaitu anak dalam psikologis dan emosi orang lain. Individu yang
keluarga. Anak yang berusia remaja dan resilien akan mampu memahami perasaan maupun
Resiliensi Remaja Korban.... (Eka Asriandari.) 3

pemikiran orang lain. Aspek selanjutnya adalah menunujukkan timbulnya sikap positif dalam
aspek analisis penyebab masalah, individu yang menentukan sistem tata nilai yang ada,
resilien diharapkan mampu untuk mengidentifikasi menunjukkan ketenangan dan keseimbangan
dengan akurat penyebab dari permasalahan yang dalam kehidupannya, mulai memiliki rencana
terjadi dalam kehidupannya. Selanjutnya yaitu hidup yang jelas dan matang, dan mulai
aspek efikasi diri, efikasi diri merupakan mempertimbangkan berbagai aspek dalam
keyakinan individu pada kemampuan dirinya menentukkan pasangan hidup.
sendiri dalam meghadapi dan memecahkan
Badrus (2003: 45) mengemukakan bahwa
masalah secara efektif. Aspek yang terakhhir yaitu
perceraian merupakan kegagalan dalam
aspek reaching out, resilience merupakan
mengembangkan, menyempurnakan cinta antar
kemampuan meningkatkan aspek positif dalam
suami isteri. Anik Farida (2007: 17)
hidup. Individu yang resilien mampu melakukan
mengemukakan perceraian adalah terputusnya
tiga hal dengan baik,yaitu mampu menganalisis
sebuah keluarga karena salah satu atau kedua
risiko dari suatu masalah, mampu memahami
pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan
dirinya dengan baik, dan mampu menemukan
dan dengan demikian maka berhenti
makna serta tujuan hidup. Kemampuan resilience
melaksanankan kewajiban ataupun perannya
menjadi penting dimiliki individu dalam segala
sebagai suami isteri. Adapun faktor-faktor
usia guna merespon masalah yang terjadi dalam
perceraian (Agoes Dariyo: 2003: 166) adalah
kehidupannya. Remaja yang menjadi korban
sebagai berikut (a) perselingkuhan, (b) kekerasan
perceraian orangtuanya penting memiliki
dalam rumah tangga, (c) ekonomi, dan (d) problem
resilience yang tinggi, hal itu akan berpengaruh
anak. Perceraian dapat terjadi apabila pasangan
dengan cara kemampua mereka menyikapi dan
suami isteri sudah tidak mampu menyelesaikan
merespon masalah yang terjadi dalam
konflik atau permasalahan yang terjadi diantara
kehidupannya secara positif.
mereka. Sebenarnya dapat dikatakan bahwa
Petro Blos (Sarlito Wirawan S., 2005: 24- perceraian tidak selamanya menjadi hal buruk,
25) menyatakan bahwa dalam proses penyesuaian kadang perceraian memang jalan terbaik bila
diri menuju kedewasaan ada tiga tahap yang harus melihat dampak yang akan terjadi pada anak
dilalui oleh remaja, yaitu remaja awal, remaja maupun anggota keluarga lain apabila pernikahan
madya, dan remaja akhir. Menurut Thronburg tetap dilanjutkan.
(Agoes Dariyo, 2004: 14) rentan usia remmaja
Menurut Save Dagun (1990: 15) anak yang
akhir adalah 18-21 tahun, biasanya pada usia ini
mengalami perceraian orangtua diusia yang sudah
individu telah memasuki dunia perguruan tinggi
relatif besar cenderung tidak menyalahkan diri
atau lulus SMU atau mungkin sudah bekerja.
sendiri atas kejadian yang menimpanya, namun
Sebagai remaja akhir, ada beberapa sifat yang
anak mulai memiliki rasa takut akan perubahan
harus dimiliki individu individu (Abu Ahmadi &
sitiasi keluarga dan memiliki rasa cemas akan
Munawar Sholeh, 2005: 125-126) yaitu mampu
4 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 9 Tahun ke-4 2015

ditinggal oleh salah satu orangtua. Setiap remaja Penelitian ini dilakukan di kota
yang orangtuanya bercerai baik ketika dia masih Yogyakarta, waktu pelaksanaan dimulai dari April-
kecil maupun dalam usia yang sudah memasuki Juni 2015.
remaja memiliki respon yang berbeda dalam Subjek Penelitian
merespon masalahnya. Ada remaja yang merespon Subjek penelitian terdiri dari lima subjek
masalah perceraian orangtuanya dengan cara yang yang berusia antara 18-21 tahun dan memiliki
positif seperti menjadi motivasi untuk berprestasi, orangtua yang telah bercerai. Subjek tersebut
atau menyalurkan emosi kepada hobi yang positif. adalah An (20 tahun), Mr (20 tahun), Dk (21
Namun adapula remaja yang merespon perceraian tahun), Ps (20 tahun), dan Mr (19 tahun)
orangtuanya tersebut dengan cara yang negatif Metode Penelitian
seperti menjadi nakal, sering berkelahi, atau Metode pengumpulan data pada penelitian
berbagai hal negatif lainnya. Respon dari remaja ini menggunakan wawancara dan observasi.
dipengaruhi oleh kemampuan resilience yang Instrumen Penelitian
dimilikinya. Resilience yang dimiliki remaja Instrumen yang digunakan yaitu pedoman
korban perceraian orangtua dapat mempengaruhi wawancara dan pedoman observasi.
pencapaian tugas perkembangannya. Teknik Analisis dan Uji Keabsahan Data
Teknik analisis data menggunakan reduksi
Berdasarkan paparan diatas fokus
data, display data, lalu dibuat kesimpulan. Uji
penelitian ini adalah mengetahui gambaran
keabsahan data pada penelitian ini menggunakan
resilience pada remaja korban perceraian orangtua.
metode triangulasi data dan triangulasi metode.
Penelitian ini berfokus pada remaja yang berada
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
pada rentan usia remaja akhir yaitu 18-21 tahun.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah
hasil penelitian ini adalah sebagai berikut, latar
pengetahuan dalam BK mengenai resilience,
belakang perceraian orangtua kelima subjek
khususnya resilience pada remaja korban
hampir sama yaitu pada empat subjek An, Dk, By,
perceraian orangtua.
dan Ps perceraian yang terjadi antara kedua
Penelitian orangtuanya disebabkan karena ayah mereka
memiliki hubungan dengan wanita lain. Sementara
Penelitian ini merupakan penelitian dengan
pada kasus orangtua Me perceraian terjadi karena
pendekatan kualitatif jenis deskriptif. Hal ini
ayah Mr memiliki kebiasaan berjudi sehingga
karena data yang dihasilkan pada penelitian ini
membuat usaha keluarga mengalami kebangkrutan.
berupa kata-kata dan fakta-fakta yang terungkap
Hal tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh
selama hasil wawancara maupun observasi di
Agoes Dariyo (2003: 165) apabila salah satu
lapangan.
pasangan atau kedianya berselingkuh dapat
Waktu dan Tempat Penelitian menjadi salah satu sebab perceraian, begitu pula
dengan faktor ekonomi.
Resiliensi Remaja Korban.... (Eka Asriandari.) 5

Menurut Santrock (2010: 155) salah satu mereka. Menurut Reivich dan Shatte (2002: 39)
kompetensi emosi yang harus dimiliki seorang individu yang optimis adalah individu yang
remaja adalah memiliki strategi regulasi emosi memiliki impian dalam hidupnya dan mampu
yang baik untuk mengatasi kondisi negatif yang mengontrol arah hidupnya. An ingin menjadi
sedang dialaminya. Hal tersebut sejalan dengan seorang pengacara dan memiliki firma hukum
salah satu aspek resilience yaitu regulasi emosi. sendiri, sementara By sudah memiliki cita-cita
Pada aspek ini subjek An dan By terlebih dahulu mempunyai usaha dibidang IT. Dk memiliki cita-
melihat situasi ketika ingin menyampaikan cita membuka sebuah usaha toko baju untuk
emosinya, sementara subjek Ps dan Mr cenderung ibunya. Sementara Mr memiliki impian untuk
memendam apa yang sedang dirasakan, sementara menjadi seorang guru. Ps memiliki cita-cita
subjek Dk cenderung akan langsung menjadi seorang akuntan. Kelima subjek yakin
mengemukakan emosi atau perasaan yang sedang bisa meraih cita-citanya.
dia rasakan. Aspek selanjutnya yaitu analisis penyebab
Pada aspek pengendalian impuls subjek masalah. Yudri Jahja (2013: 239) mengatakan
An, Dk, dan Mr sudah mampu mengendalikan salah satu tujuan perkembangan yaitu perubahan
keinginan maupun dorongan dalam dirinya. dari menyenangi prinsip-prinsip umum berubah ke
Sementara subjek Ps dan By belum mampu arah membutuhkan penjelasan tentang fakta dan
melakukan dengan baik. Menurut Santrock (2003: teori. Hal ini berarti dengan memiliki penjelasan
199) perceraian yang terjadi saat anak masih tentang fakta dan teori dari sebuah kejadian,
berusia dibawah 10 tahun akan menguntungkan remaja diharapkan dapat menganalisis penyebab
bagi sang anak dikemudian hari karena ingatan masalah yang timbul di kehidupannya. Kelima
anak mengenai konflik yangterjadi lebih sedikit subjek mampu menganalisis penyebab masalah
daripada anak yang mengalami perceraian dengan cukup baik, hal tersebut terlihat dari
orangtua diatas usia 10 tahun. By dan Mr kemampuan mereka menganalisis penyebab
orangtuanya bercerai ketika mereka kecil sehingga perceraian yang terjadi antara kedua orangtua
perceraian tersebut tidak terlalu mempengaruhi mereka.
kondisi mereka. Sementara An, Ps, dan Dk Reivich and Shatte, (2002: 44) menyatakan
orangtuanya bercerai ketika mereka memasuki usia empati menggambarkan bahwa individu mampu
remaja oleh sebab itu bagi dua subjek yaitu An dan membaca tanda-tanda psikologis dan emosi dari
Ps perceraian ini berpengaruh cukup besar bagi orang lain. Empati mencerminkan seberapa baik
kehidupannya. Untuk subjek Dk walaupun individu mengenali keadaan psikologis dan
perceraian terjadi di usianya yang memasuki kebutuhan emosi orang lain. Individu yang resilien
remaja namun itu tidak terlalu mempengaruhinya. akan memiliki empati yang cukup baik dalam
Kelima subjek telah memiliki rasa optimis kehidupan sehari-harinya. Subjek An mampu
yang baik dalam dirinya, hal ini dapat dilihat dari mengerti hal yang terjadi di lingkungan sekitar dan
keyakinan kelima subjek dalam meraih mimpi berusaha semaksimal mungkin membantu orang
6 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 9 Tahun ke-4 2015

disekitarnya yang membutuhkan bantuan. Rasa mengambil makna dari peristiwa yang terjadi
perhatian Dk sangat besar terhadap lingkungan dalam kehidupannya dan menjadikan hal tersebut
sekitar, Dk akan berusaha untuk membantu orang- pelajaran dalam hidupnya. Remaja pada periode
orang yang memang sedang membutuhkan akhir juga diharapkan mulai membangun cita-cita.
bantuan darinya. Subjek Mr merupakan orang Subjek An memiliki tujuan membahagiakan dan
yang cukup perhatian dan peka dengan lingkungan membanggakan orangtuanya. Perceraian yang
sekitarnya. Sementara By dan Ps memiliki rasa terjadi anatara kedua orangtuanya dimakanai oleh
empati yang kurang, hal ini dapat dilihat dari sikap An sebagai cobaan dalam hidupnya dan agar dia
mereka yang tidak terlalu memperhatikan bisa mengambil pelajaran dari kejadian tersebut.
lingkungan. By memiliki keinginan agar sesegera mungkin
Efikasi diri dapat diartikan sebagai dapat membantu ibunya membiayai sekolah adik-
keyakinan diri terhadap kemampuan diri sendiri adiknya dan hikmah yang bisa diambil By dengan
dalam menyelesaikan permasalahan atau kejadian perceraian yang terjadi antara orangtua
mengerjakan suatu tug. Menurut Bandura adalah dia harus lebih sayang dan memperhatikan
(Syarifatisnaini 2014:5) terdapat dua bentuk keluarganya. Dia juga dapat lebih menghargai
efikasi diri, yaitu efikasi diri tinggi yang dapat seorang perempuan. Proritas dan tujuan hidup Dk
dilihat dengan ciri memiliki sikap optimis dan saat ini adalah untuk membahagiakan mama dan
suasana hati positif. Sedangkan efikasi diri yang adiknya. Dk ingin membuatkan sebuah toko baju
rendah memiliki sikap pesimis dan suasana hati untuk mamanya. Perceraian yang terjadi antara
negatifas maupun mencapai tujuan. An cenderung kedua orangtuanya dimaknai Dk sebagai pelajaran
untuk mengatakan hal yang mengganjal dan dalam hidupnya dan menjadikannya semakin
merupakan sosok yang dewasa dalam mengatasi menyayangi keluarga. Fokus utama Mr adalah
masalah. Subjek By ketika mengalami masalah membahagiakan dan membanggakan kedua
akan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, orangtuanya,. Mr juga ingin menjadi seorang guru.
namun cenderung diam dan memendam masalah. Dia ingin membuktikan bahwa tidak selamanya
Dk ketika mengalami sebuah masalah apabila anak korban perceraian menjadi anak yang nakal.
dirasa dapat menyelesaikan sendiri maka dia akan Tujuan hidup Ps saat ini adalah membahagiakan
menyelesaikan sendiri. Mr akan merenungkan ibunya dan berharap suatu saat nanti dapat benar-
permasalahan yang terjadi terlebih dahulu dan benar memaafkan kesalahan ayahnya.Ps bercita-
menyelesaikan masalahnya sendiri. Ps ketika cita menjadi seorang akuntan. Perceraian kedua
dihadapkan pada sebuah masalah cenderung diam orangtuanya membuat Ps belajar menjadi pribadi
dan akan menangis. yang lebih ikhlas dan pemaaf.
Apabila remaja berkembang dengan baik SIMPULAN DAN SARAN
maka mereka dapat menjadikan pengalaman Simpulan
negatif sebagai sifat positif yang dapat memperbiki Berdasarkan hasil penelitian yang
dirinya. Hal ini berarti pula remaja mampu dilakukan resilience yang dimiliki kelima subjek
Resiliensi Remaja Korban.... (Eka Asriandari.) 7

dilihat dari aspek regulasi emosi, pengendalian c. Subjek Dk


impuls, optimisme, empati, analisis penyebab Subjek Dk diharapkan mampu
masalah, efikasi diri, dan reaching out memperbaiki regulasi emosi yang dimilikinya dan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan berkeyakinan lebih positif dalam meraih karirnya.
resilience yang dimiliki kelima subjek dilihat dari d. Subjek Mr
aspek regulasi emosi, pengendalian impuls, Diharapkan Mr lebih mau membuka diri kepada
optimisme, empati, analisis penyebab masalah, lingkungan sekitarnya.
efikasi diri, dan reaching out sebagai berikut, An e. Subjek Ps
dan By memiliki regulasi emosi yang baik, Ps diharapkan mampu untuk belajar
sementara Ps, Mr, dan Dk kurang baik. Subjek An, mengendalikan impuls atau dorongan yang ada
Dk, dan Mr mampu melakukan pengendalian dalam dirinya. Ps juga diharapkan mampu
impuls yang baik sementara By dan Ps belum memperbaiki rasa empati yang ada dalam dirinya.
mampu melakukan pengendalian impuls yang 2. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling
baik.Kelima subjek memiliki rasa optimisme Diharapkan program studi Bimbingan dan
dalam diri masing-masing. An, Dk, dan Mr Konseling menyiapkan calon-calon tenaga guru
memiliki rasa empati yang cukup tinggi, sementara BK atau konselor yang semakin berkompeten dan
Ps dan By memiliki empati yang kurang. Kelima dibekali dengan berbagai macam keterampilan dan
subjek mampu menganalisi masalah yang terjadi pemahaman khususnya tentang resilience dan
pada dirinya. Kelima subjek memiliki efikasi diri perceraian orangtua sehingga ketika terjun di
dan juga reaching out yang baik. lapangan sudah siap untuk menghadapi masalah

Saran yang ada.


Berdasarkan hasil penelitian dan informasi DAFTAR PUSTAKA
yang diperole maka peneliti dapat memberikan Abu Ahmadi & Munawar Shholeh. (2004).
Psikologi Perkembangan, Jakarta: Penerbit
beberapa saran sebagai berikut: Rineka Cinta.
1. Bagi Subjek Penelitian Agoes Dariyo. (2003). Psikologi Perkembangan
a. Subjek An Dewasa Muda, Jakarta: PT. Grasindo.
Diharapkan An mampu lebih optimis dan ___________. (2005). Psikologi Perkembangan
yakin dengan kemampuan yang dimilikinya. Remaja, Bogor: Ghalia Indonesia.

b. Subjek By Ali Mohammad, dkk.(2012).Psikologi Remaja


Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: PT.
Diharapkan By mampu belajar Bumi Aksara.
mengendalikan keinginan atau dorongan yang
Anik Farida. (2007). Perempuan dalam Sistem
berasal dari dalam dirinya dan meningkatkan rasa Perkawinan dan Perceraian Diberbagai
empati yang ada dalam dirinya. By juga Komunitas Adat. Jakarta: Balai Penelitian
dan Pengembangan Agama.
diharapkan agar mampu mengambil hikmah lebih
Badrus. (2003). Memahami Pola Pengasuhan
baik lagi mengenai kejadian yang menimpa Orangtua pada remaja. Jurnal Intelektual. I
dirinya. (II). Hal 151-164.
8 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 9 Tahun ke-4 2015

Dagun, S.M.(2002).Psikologi Keluarga, Jakarta:


Rineka Cipta.
Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
_______. (2011). Psikologi Perkembangan
Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Hurlock, E.B. (1980). Perkembangan Anak (Edisi
Kedua). Jakarta: Penerbit Erlangga.
___________. (1991). Psikologi Perkembangan.
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Alih Bahasa Istiwidyanti.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
___________. (1996). Psikologi Perkembangan:
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidoan(eds). Jakarta: Erlangga.
Reivich, K., & Shatte, A. (2002). The Resilience
Factor: 7 Keys to Finding Your Inner Strength
and Overcoming Life's Hurdles. New York:
Broadway Books.
Santrock, John W. (2003). Adolesence
(Perkembangan Renaja). Jakarta: Erlangga.
___________. (2010). Adolesence (Thirteenth
Edition). New York: McGraw-Hill.
Save M. Dagun. (2002). Psikologi Keluarga
(cetakan kedua). Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.
Sarlito Wirawan Sarwono. (2005). Psikologi
Remaja. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Singgih D. Gunsara & Yulia Singgih D. Gunsara.
(1991). Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Syamsu Yusuf. (2006). Psikologi Perkembangan
Anak & Remaja. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai