Anda di halaman 1dari 70

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh Lila Puspitaningrum ini telah diperiksa dan disetujui untuk

diujikan.

Malang, Februari 2021


Pembimbing I

Dr. Blasius Boli Lasan, M.Pd


NIP 19570908 198601 1 001

Malang, Februari 2021


Pembimbing II

Dra. Ella Faridati Zen, M.Pd


NIP 19610126 198503 2 001
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persoalan hidup selalu dialami oleh setiap individu. Beberapa individu mampu
melewati ada pula yang tidak mampu melewatinya. Persoalan individu dialami
oleh semua kalangan baik orang dewasa, remaja maupun anak – anak dan
membuat setiap individu merasakan situasi tidak nyaman. Situasi yang membuat
tidak nyaman bisa dari luar individu misalnya pengabaian, perceraian orang tua,
status ekonomi, bencana alam ataupun kehilangan seseorang yang dicintai.
Sumber lain juga dapat berasal dari dalam individu, misalnya dikucilkan, merasa
bersalah, kegagalan, rasa takut,atau karena diserang penyakit.
Siswa SMP berada pada usia antara 12 – 15 tahun, berarti masuk pada periode
perkembangan di masa remaja awal. Pada masa itu siswa SMP tidak lepas dari
persoalan hidup yang harus mereka hadapi mulai dari yang sederhana hingga yang
rumit. Masa remaja merupakan masa dimana individu merasa dirinya mampu
mengatasi persoalannya sendiri dan menolak bantuan dari orang tua dan guru –
gurunya (Hurlock, 2003). Namun ketika individu merasa tidak mampu
menghadapi persoalan dalam hidupnya akan berakibat pada perilaku yang negatif.
Ketidakmampuan individu dalam menghadapi persoalan hidup yang terjadi akan
mempengaruhi psikologis dan perilakunya yang mengarah ke hal negatif seperti
frustasi, stress, depresi, penyalahgunaan narkoba dan minuman beralkohol,
perbuatan kriminal hingga bunuh diri. Karena ketika dihadapkan pada persoalan,
remaja cenderung menggunakan emosi dalam menghadapinya.
Selain dengan emosi, beberapa individu hanya pasrah dengan keadaan, dan
beberapa lainnya akan menyalahkan orang lain bahkan Tuhan. Pada masa ini
remaja sering disebut berada pada periode “badai dan tekanan”, dimana emosi
semakin meninggi karena perubahan fisik dan kelenjar. Individu usia remaja ingin
mendapatkan pengakuan dan cenderung tidak mau menerima bantuan dari orang
lain. Ketika individu tersebut tidak mampu menghadapi periode tersebut sendiri,
individu akan mengalami stress dan depresi. Dalam mengahadapi situasi tersebut,
perlu kemampuan dari diri individu sehingga tidak membuat individu berperilaku
negatif.
Namun setiap individu juga memiliki ketahanan diri dalam menghadapi hidup.
Ketahanan dalam menghadapi hidup disebut resiliensi. Resiliensi adalah
kemampuan individu untuk bangkit, menghadapi dan mengatasi masalah atau
situasi yang tidak sesuai dengan rencananya (Reivich dan Shatte, 2002).
Grothberg (1995) mengartikan resiliensi sebagai kekuatan atau daya tahan
seseorang untuk menghadapi, mengatasi, menjadi lebih kuat, dan bahkan
mengubah pengalaman tidak menyenangkan.
Reivich dan Shatter (2002) menjelaskan beberapa kemampuan yang dapat
membentuk resiliensi individu, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls,
optimis, empati, analisis penyebab masalah, efikasi diri dan reaching out. Reivich
dan Shatter juga berpendapat bahwa hampir tidak ada satupun individu yang
secara keseluruhan memiliki tujuh kemampuan tersebut dengan baik.
Resiliensi menjadi kemampuan yang penting dimiliki oleh setiap individu.
Resiliensi dapat menjadi kunci dari kesuksesan dan kebahagiaan seseorang.
Namun tidak semua individu memiliki resiliensi yang tinggi dalam mengahadapi
persoalan hidup. Sehingga rendahnya Resiliensi pada diri remaja, menjadi salah
satu penyebab munculnya perilaku – perilaku yang kurang sesuai.
Selama peneliti melakukan pengamatan di SMP Negeri 04 Batu, peneliti
menemukan fenomena – fenomena terkait hal yang diteliti. SMP Negeri 04 Batu
merupakan sekolah yang sebagian besar status pekerjaan orang tua siswanya
adalah bekerja. Sehingga intensitas pertemuan antara siswa dengan orang tua
rendah, disebabkan oleh sedikitnya waktu orang tua dirumah. Kebanyakan siswa
merasa kurang senang berada di rumah karena kesepian sehingga sehari – hari
siswa lebih banyak berkegiatan di luar rumah. Setelah pulang dari sekolah
sebagian besar siswa akan ikut bekerja di ladang lalu bermain hingga sore hari
atau mengikuti bimbingan belajar. Tidak jarang beberapa siswa pun memilih
untuk menghabiskan waktu lebih lama di sekolah atau bermain di rumah teman.
Dari fenomena yang didapat peneliti, siswa di SMP Negeri 04 Batu menghadapi
situasi – situasi yang tidak nyaman. Selain kurangnya waktu dengan orang tua
dirumah, permasalahan ekonomi dan perceraian juga dirasakan oleh siswa.
Ketidaknyamanan siswa menjadi potensi untuk bersikap merugikan dirinya dan
orang lain. Sikap individu ini ditentukan pula oleh tingkat resiliensinya.
Tingkat resiliensi siswa di SMP Negeri 04 Batu yang rendah akan
berpengaruh pada sikap dari siswa tersebut. Siswa yang memiliki resiliensi rendah
akan cenderung menyalahkan diri sendiri, orang tua bahkan Tuhan. Siswa yang
memiliki resiliensi rendah akan sulit mencari hal positif dari suatu hal, berfikir
pesimis, menggunakan emosi sebagai dasar apa yang akan dilakukan. Sedangkan
siswa yang memiliki tingkat resiliensi tinggi akan tetap memiliki prestasi yang
baik dan memunculkan perilaku yang menjadi ciri – ciri individu yang memiliki
resiliensi tinggi ketika dalam situasi tidak nyaman.
Reivich dan Shatter (2002) secara khusus menyampaikan bahwa individu
dapat meningkatkan resiliensinya. Salah satu cara meningkatkan resiliensi
individu adalah dengan mengajarkan diri sendiri. Sebuah penelitian yang
dilakukan Shochet dan Wurfl (2016) tentang pembangunan Resiliensi (daya
pegas) untuk menjaga kesehatan mental Remaja, menunjukkan bahwa
mengembangkan Resiliensi pada remaja dapat membuahkan hasil positif bagi
remaja (Geldard, 2009). Penelitian ini mengembangkan program membangun
resiliensi berfokus pada pembangunan kekuatan individu, dan membuahkan hasil
positif bagi remaja bahkan masyarakat umum.
Bimbingan dan Konseling berperan membantu siswa menemukan cara
mengatasi hambatan perkembangannya di sekolah salah satunya mengembangkan
keterampilan resiliensi. Keterampilan resiliensi dapat dikembangkan melalui
layanan bimbingan kelompok. Salah satu teknik yang dapat digunakan yaitu
outbound. Teknik outbound menjadi pola pengembangan potensi sumber daya
manusia melalui pendidikan yang terintegrasi melalui pengembangan media
simulasi di alam terbuka dengan tujuan untuk memberikan ruang belajar serta
pemikiran dan pemahaman yang lebih konsusif kepada siswa.
Menurut M. As’adi (2009: 26) outbound menjadi aktivitas yang fun dan
menantang. Aktivitas berupa simulasi kehidupan lewat permaianan – permainan
atau games yang kreatif, reaktif dan edukatif, baik dimainkan secara individual
maupun kelompok untuk pengembangan personality. Interaksi manusia dengan
alam berjalan alami akan mampu memberikan refleksi yang bermanfaat bagi
pengembangan lembaga, perusahaan, maupun organisasi (Ancok, 2002)
Teknik outbound menjadi salah satu teknik bimbingan yang sesuai untuk
meningkatkan personality seseorang, karena lewat permainan yang tercipta
membuat suasana santai, menyenangkan, serta sesuai keinginan. Penelitian yang
dilakukan oleh Lolang Mariana (2014) dengan subjek penelitian siswa SMK
menunjukkan bahwa teknik outbound efektif untuk mengurangi perilaku agresif
pada siswa SMK dimana siswa SMK mampu mengelola emosi yang merupakan
bagian dari regulasi emosi. Regulasi emosi merupakan faktor dari resiliensi.
Melalui teknik ini siswa akan dilatih mengendalikan emosi dan membuat
pertahanan diri, sehingga mampu melatih siswa untuk menghadapi persoalan
hidupnya.
Menurut Ancok (2002:3) outbound merupakan suatu penambah wawasan
pengetahuan yang didapat dari serangkaian pengalaman berpetualang sehingga
dapat memacu semangat dan kreatifitas seseorang. Outbound dirasa efektif untuk
meningkatkan kemampuan personal dari individu. Penelitian oleh Hetti dan Diana
(2011) menunjukkan bahwa outbound efektif untuk meningkatkan kemampuan
resolusi konflik interpersonal pada remaja.
Teknik outbound pun dirasa tepat dalam meningkatkan resiliensi siswa.
Melalui kegiatan outbound siswa diberi pengetahuan tentang maksud dan tujuan
permainan, termasuk metode yang digunakan dan diberikan gambaran masalah
lingkungan kegiatan secara kelompok. Selama masa outbound, siswa
mendapatkan pengalaman dalam permainan bersama yang kemudian mendukung
munculnya resilien pada diri siswa.
Berdasarkan dari fenomena yang ada dan penelitian sebelumnya, peneliti
bermaksud untuk meneliti dan mengembangkan suatu produk yang dapat
membantu meningkatkan resiliensi siswa. Penelitian ini juga berdasarkan belum
adanya bimbingan mengenai resiliensi menggunakan teknik outbound di lokasi
penelitian. Sehingga peneliti akan melakukan penelitian pengembangan dengan
judul “Pengembangan Paket Pelatihan Bimbingan dengan Teknik Outbound untuk
Mengembangkan Resiliensi Siswa SMP”
B. Tujuan Penelitian dan Pengembangan
Tujuan dilaksanakan penelitian pengembangan ini yaitu menghasilkan suatu
produk berupa panduan paket pelatihan bimbingan dengan teknik Outbound untuk
mengembangkan resiliensi siswa SMP yang sesuai kriteria keberterimaan yaitu
aspek ketepatan, kegunaan, kemenarikan dan kemudahan. Dengan adanya proses
validasi, paket bimbingan ini bisa diterima dan layak untuk digunakan konselor
saat memberikan layanan bimbingan pribadi dan sosial untuk mengembangkan
resiliensi siswa.
C. Spesifikasi Produk yang diharapkan
Penelitian pengembangan ini diharapkan dapat menghasilkan produk berupa
paket pelatihan bimbingan dengan teknik outbound untuk mengembangkan
resiliensi siswa SMP. Produk penelitian adalah sebuah buku paket pelatihan
bimbingan dengan teknik outbound untuk konselor dalam memberikan layanan
bimbingan untuk mengembangkan resiliensi siswa.
1. Deskripsi produk
a. Deskripsi format produk
Produk penelitian yang dikembangkan berupa paket buku panduan
sebagai acuan konselor untuk melaksanakan bimbingan dengan Teknik
Outbound. Paket ini berisi tahapan dan panduan yang akan dilakukan
konselor saat kegiatan bimbingan. Secara fisik buku paket pelatihan
bimbingan ini dikemas dalam bentuk buku berukuran 18,2 cm x 25,7 cm
(B5), dengan menggunakan kertas doff sebagai isi dan kertas glossy sebagai
sampul.
Pada Paket bimbingan dengan teknik Outbound untuk mengembangkan
resiliensi siswa SMP terdiri dari tiga bagian, yaitu 1) Pendahuluan yang
berisi latar belakang, tujuan penggunaan paket, sasaran pengguna, dan
metode yang digunakan. 2) Petunjuk pelaksanaan yang berisi tentang
petunjuk umum, petunjuk khusus, serta peran konselor dan peran siswa. Dan
3) Prosedur bimbingan yang berisi tentang tahapan yang akan dilaksanakan
oleh konselor saat memberikan materi pengait, melaksanakan outbound
sesuai dengan teknik dan prosedur outbound, refleksi setiap selesai
permainan dan pemberian reward.
b. Deskripsi isi produk
Buku panduan dalam produk paket bimbingan ini berisikan materi
resiliensi yang terdiri dari faktor – faktor pembentuk resiliensi yang berupa
tujuh kemampuan seseorang yaitu regulasi emosi, pengendalian dorongan,
optimis, efikasi diri, casual analysis, empati, dan reaching out. Produk ini
berisikan materi untuk mengembangkan resiliensi siswa dalam pencegahan
keputus asaan maupun penurunan prestasi pada siswa. Materi ini yang akan
disampaikan oleh konselor dalam memberikan layanan dengan teknik
outbound.
Dalam produk ini permainan outbound menjadi teknik yang digunakan
dalam mengembangkan resiliensi siswa. Teknik outbound berisikan
permainan – permainan yang membantu siswa mengembangkan
resiliensinya. Karena nantinya dalam teknik outbound dapat
mengembangkan personality individu melalui permainan – permainan yang
didukung dengan refleksi.
2. Kriteria keberterimaan
Produk yang akan dikembangkan memiliki spesifikasi produk
sesuai dengan kriteria keberterimaan yang akan dinilai oleh ahli materi
bimbingan konseling, ahli desain media dan calon pengguna produk. Ada
empat aspek keberterimaan yaitu a) aspek kegunaan, b) aspek
kemenarikan, c) aspek kemudahan, d) aspek ketepatan. Keseluruhan aspek
dijelaskan sebagai berikut:
a. Aspek ketepatan
Produk pengembangan ini memiliki ketepatan diantaranya
ketepatan tema dan judul paket, isi materi permainan outbound, teknik
permainan outbound dan pemberian soal latihan. Ketepatan metode
permainan outbound dengan karakteristik siswa SMP yang masih senang
bermain sehingga materi yaang diberikan dapat dipahami siswa. Paket ini
memiliki ketepatan tujuan dengan materi bimbingan dan permainan, serta
memiliki ketepatan gambar dan ketepatan penggunaan bahasa yang
mudah dipahami
b. Aspek kegunaan
Paket bimbingan ini berguna untuk panduan yang digunakan bagi
konselor dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling khususnya
materi meningkatkan resiliensi siswa SMP melalui Teknik outbound
yang telah disesuaikan dengan aspek yang dikembangkan. Aspek
kegunaan terletak pada 1) kegunaan kata pengantar dan pendahuluan
sebagai informasi awal pada buku panduan 2) kegunaan petunjuk
pelaksanaan dan prosedur bimbingan pada buku panduan 3) kegunaan
permainan dalam buku panduan 4) kegunaan alat evaluasi pada buku
panduan.
c. Aspek kemenarikan
Produk pengembangan ini berupa paket bimbingan dengan teknik
outbound untuk meningkatkan resiliensi siswa SMP yang menarik karena
di dalamnya terdapat berbagai macam jenis permainan outbound yang
didesain dan dimodifikasi khusus untuk meningkatkan resiliensi siswa.
Kemenarikan dari permainan ini terletak pada: (1) judul dan tema
permainan yang sesuai dengan siswa SMP, (2) metode permainan
outbound yang menarik untuk diikuti siswa SMP, dan (3) Durasi
permainan yang sesuai untuk diberikan kepada siswa SMP
d. Aspek kemudahan
Produk pengembangan ini memiliki kemudahan dalam
melaksanakan bimbingan dengan adanya langkah-langkah yang
sistematis pada paket. Adanya petunjuk penggunaan secara rinci
membuat konselor lebih mudah dalam menggunakan paket. Permainan
kelompok yang sederhana dan sesuai mudah dilakukan konselor dalam
memberikan bimbingan
D. Pentingnya Penelitian dan Pengembangan
Penelitian ini dilakukan berdasarkan potensi masalah yang ditemukan dari
studi awal di lapangan yaitu tingkat Resiliensi siswa yang rendah sehingga
memicu penurunan prestasi pada diri siswa. Oleh karena itu, konselor
membutuhkan sebuah produk berupa paket bimbingan dengan teknik outbound
untuk meningkatkan resiliensi siswa SMP yang dapat digunakan dalam
memberikan layanan bimbingan.
Adapun pentingnya paket bimbingan ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi Konselor
Paket bimbingan ini penting bagi konselor karena dapat dijadikan
sebagai bahan pelatihan sekaligus media dalam memberikan layanan
bimbingan dan konseling untuk meningkat resiliensi dalam pencegahan
keputus-asaan maupun penurunan prestasi pada siswa.
2. Peneliti selanjutnya
Pengembangan paket bimbingan dengan teknik outbound untuk
meningkatkan resiliensi siswa SMP ini dapat digunakan untuk penelitian
selanjutnya dalam menguji efektifitas produk yang telah dihasilkan dari
pengembangan ini. Pengembangan ini juga dipergunakan untuk melakukan
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan resiliensi siswa.
E. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan
1. Asumsi
Dalam penelitian dan pengembangan ini, peneliti memiliki beberapa
asumsi :
a. Tingkat resiliensi setiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang
lain.
b. Resiliensi siswa dapat dikembangkan, karena konsep ini merupakan
hasil dari perkembangan kognitif dan hasil belajar individu melalui
pengalaman yang dialami individu
c. Resiliensi dapat ditingkatkan dengan cara melatih dan mengelolanya
melalui strategi – strategi tertentu.
2. Keterbatasan
Beberapa keterbatasan pengembangan paket bimbingan dengan teknik
outbound untuk meningkatkan Resiliensi siswa SMP, yaitu:
a. Pelaksanaan uji coba pengembangan hanya dilaksanakan di satu
sekolah yaitu SMP Negeri 04 Batu
b. Pengembangan produk dalam penelitian ini dibatasi pada
pengembangan paket bimbingan dengan teknik outbound untuk
mengembangkan resiliensi siswa SMP
c. Proses pengembangan paket bimbingan ini hanya dilakukan sampai
dengan uji ahli dan calon pengguna produk
F. Definisi Operasional
1. Resiliensi
Resiliensi adalah kemampuan individu untuk menghadapi dan mengatasi
masalah, serta bangkit dari situasi tidak nyaman. Resiliensi memiliki
beberapa faktor – faktor pembentuk yang berupa tujuh kemampuan yang
dimiliki seseorang yaitu regulasi emosi, pengendalian dorongan, optimis,
efikasi diri, casual analysis, empati, dan reaching out.

2. Teknik Outbound

Teknik Outbound merupakan teknik bimbingan untuk meningkatkan


personality individu melalui permainan – permainan yang didukung dengan
refleksi. Teknik ini melibatkan fikiran yang diteruskan ke tubuh dengan
berusaha memberikan pengalaman menantang yang merangsang perubahan
dalam diri siswa.

3. Paket pelatihan bimbingan dengan teknik outbound

Paket pelatihan bimbingan dengan teknik outbound adalah media yang


dapat digunakan konselor untuk memberikan layanan dalam meningkatkan
resiliensi siswa dengan menggunakan teknik outbound yang berisi
permainan – permainan yang mampu meningkatkan factor – faktor yang
membentuk resiliensi. Paket ini adalah media yang digunakan konselor
untuk memberikan bimbingan melalui Teknik outbound dengan langkah-
langkah yang sistematis dalam pelaksanaannya yang diwujudkan dalam
bentuk buku panduan paket pelatihan resiliensi yang di dalamnya terdapat
RPLBK yang memuat sistematika dalam pemberian bimbingan dengan
teknik outbound.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Resiliensi
1. Pengertian Resiliensi
Resiliensi berasal dari istilah bahasa Inggris Resilience yang dapat
diartikan sebagai daya pegas atau daya kenyal. Resiliensi diartikan pula
sebagai mempertahankan kebahagiaan. Smet (dalam Desmita, 2006)
menyatakan bahwa resiliensi adalah istilah yang dikenalkan oleh Redl pada
tahun 1969 dan digunakan untuk mendeskripsikan perbedaan respon
seseorang serta bagian positif terhadap stress atau keadaan tidak
menyenangkan. Pada kehidupan sehari – hari individu mengalami tekanan
dalam hidup, rintangan dan perubahan dalam hidupnya. Sehingga resiliensi
menjadi respon individu tersebut dalam menghadapinya. Menurut Grotberg
(dalam Desmita, 2006) resiliensi sebagai kekuatan atau daya tahan
seseorang untuk menghadapi, mengatasi, menjadi lebih kuat, dan bahkan
mengubah pengalaman tidak menyenangkan.
Definisi lain mengenai resiliensi disampaikan oleh Reivich dan Shatte
(2002) yang menjelaskan resiliensi sebagai kapasitas individu agar tetap
gigih dalam menghadapi dan menyesuaikan situasi yang terasa berat atau
tidak menyenangkan dihidupnya (Reivich dan Shatte, 2002). Disini
resiliensi merupakan kemampuan atau kapasitas individu bahkan kelompok,
atau masyarakat yang mencegah atau menghadapi untuk mengubah dampak
dari kondisi yang tidak menyenangkan menjadi hal yang wajar
(Desmita,2006).
Resiliensi menjadi proses kemampuan untuk mengatasi gangguan,
tekanan atau peristiwa dalam kehidupan yang dialami individu dan dirasa
menantang dengan melindungi diri dan mampu untuk kembali pada kondisi
sebelum terjadinya peristiwa. Sebagian Individu yang resilien mampu
menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. (Desmita, 2009)
Menurut Siebert (2005), resiliensi dianggap sebagai kemampuan dalam
mengatasi perubahan yang mengganggu. Individu mampu mempertahankan
kesehatan dan energi ketika berada di bawah kondisi tekanan, individu
mampu bangkit kembali dengan mudah dari masalah, mampu mengatasi
kesulitan, mampu mengubah gaya hidup yang tidak mungkin lagi
digunakan, dan tidak melakukan kemampuan dengan cara yang
disfungsional dan berbahaya.
Dari definisi yang di sebutkan beberapa ahli dapat peneliti simpulkan
bahwa resiliensi adalah kemampuan individu untuk bertahan dalam
menghadapi persoalan atau kesulitan sehingga individu dapat menjadi lebih
kuat, berkembang, menjadi percaya diri dan mampu melihat hal tersebut
sebagai keberuntungan bukan hambatan. Resiliensi merupakan kemampuan
yang harus dimiliki individu untuk mempertahankan diri dari kondisi yang
tidak menyenangkan atau kondisi yang sulit, agar menjadi individu yang
mampu berkembang secara optimal. Individu yang resilien akan kembali
segera (to bounce back) dalam menghadapi dan mengatasi situasi yang
penuh tekanan melalui pertahanan diri yang dimiliki serta adaptasi yang
positif terhadap perubahan dari pengalaman.
2. Fungsi Resiliensi
Resiliensi berfungsi sebagai sumber kebahagiaan individu. Individu
yang resilien tidak akan menyesali atau mengeluh atas hal – hal yang terjadi
pada hidupnya. Menurut Reivich dan Shatte (2002) resiliensi merupakan
kunci dari kebahagiaan dan kesuksesan seseorang. Individu dengan
kepribadian resilien akan merasakan bahwa hidup bermakna, memiliki
tujuan, dan penuh harapan.
Dalam penelitian yang dilakukan Reivich dan Shatte (2002) terdapat
empat fungsi dari resiliensi, yaitu :
a. Overcoming (Mengatasi)
Setiap individu terkadang berada dalam situasi yang tidak
menyenangkan, stress, dan bahkan menimbulkan kesengsaraan. Individu
dapat menganalisa atau mengubah cara pandang menjadi hal positif untuk
mengatasinya. Selain itu individu berusaha untuk meningkatkan
kemampuan untuk nantinya mengontrol kehidupannya sendiri. Hal
tersebut dapat membuat individu tetap merasa termotivasi, produktif,
dilibatkan, dan bahagia meskipun berada dalam situasi tidak
menyenangkan ketika beraktivitas.
b. Bouncing back (Memantau ulang)
Beberapa peristiwa yang tidak nyaman menjadi hal yang traumatis dan
menjadi stressor pada diri individu, sehingga dibutuhkan resiliensi yang
untuk menghadapi. Kemalangan yang begitu ekstrim, begitu menguras
emosi, membutuhkan resiliensi dan cara bertahap untuk menyembuhkan
diri. Seseorang dapat kembali mengatasi kemalangannya dengan tiga
karakteristik untuk menyembuhkan diri. Seseorang yakin bahwa dirinya
dapat mengontrol apa yang dihasilkan dari kehidupannya, mampu untuk
kembali ke kehidupannya yang normal dari trauma dengan cepat dan tahu
bagaimana seharusnya berkomunikasi dengan induvidu lain sebagai cara
mengatasi pengalam yang dirasakan. Ketiga hal tersebut merupakan task –
oriented coping style yang ditunjukan dari seseorang dalam proses
penyembuhan.
c. Steering through (Menghadapi)
Individu membutuhkan resiliensi untuk menghadapi suatu masalah,
stress atau tekanan, serta konflik yang sedang terjadi pada dirinya.Salah
satu manfaat menjadi resilien adalah steering through atau
menghadapinya. Individu yang memilki resiliensi tinggi dapat
mengarahkan atau memandu, dan mengendalikan diri dalam menghadapi
masalah yang terjadi. Efikasi diri menjadi salah satu unsur utama steering
through Efikasi diri yang tinggi akan memperngaruhi keyakinan individu
untuk tetap bertahan menghadapi masalah dan tidak menyerah ketika
pemecahan masalah yang dipilih tidak membuahkan hasil, sehingga
individu akan mencari pemecahan masalah baru yang dianggap dapat
membantu dirinya.
d. Reaching out (Menjangkau)
Sebagian orang hidup dengan kehidupan yang sempit. Individu yang
resiliensi tinggi dapat menemukan arti dan makna dari kehidupannya. Ada
tiga karakteristik yang dapat menggambarkan individu yang berkomitmen
dan mempelajari dengan baik pengalaman baru yaitu individu yang dapat
memaknai hidupnya, individu yang dapat menemukan makna dan tujuan
hidupnya, serta individu yang dapat memperkirakan resiko yang mungkin
akan terjadi pada hidupnya.
B. Sumber Resiliensi
Grotberg (dalam Desmita, 2006) menyatakan bahwa sumber untuk
mengembangkan resiliensi yang digunakan untuk mengatasi konflik akibat
keadaan yang tidak menyenangkan terdiri dari tiga sumber yaitu Aku
punya (I have), Aku ini (I am), Aku bisa (I can), dengan penjelasan
sebagai berikut,
1. Aku punya (I have)
Aspek I have merupakan merupakan sumber resiliensi yang
berhubungan dengan pemaknaan remaja terhadap besarnya dukungan
dimiliki oleh lingkungan sosialnya. Atau sumber resiliensi yang berkaitan
dengan apa yang individu miliki selain siapa dirinya (I am) atau apa yang
bisa dia lakukan (I can). Individu membutuhkan dukungan dari luar dirinya
untuk membangun perasaan aman agar dapat mengembangkan ketahanan
dirinya. Beberapa sumber yang mempengaruhi adalah sebagai berikut.
a. Trusting Relationship (Hubungan dengan kepercayaan penuh).
Hubungan individu dengan individu lain memiliki kepercayaan penuh
Sebagai contoh individu memiliki orangtua, anggota keluarga, guru,
dan teman yang mencintai dan mempercayainya. Karena individu
membutuhkan cinta tanpa syarat dari orang tua dan keluarga yang
memberikan kasih sayang dan dukungan emosional. Serta dari orang
lain disekitarnya untuk melengkapinya.
b. Structure and rules at home (Struktur dan aturan di rumah)
Individu tinggal bersama orang-orang yang memberikan batas ketika
melakukan sesuatu yang berbahaya. Misalnya, terdapat aturan – aturan
yang disepakati antara individu dengan orang tua, guru atupun teman.
Batas atau aturan itu menjadikan individu tidak berbuat diluar batas
atau norma yang berlaku ditiap keluarga atau lingkungan. Diharapkan
dengan adanya batas serta aturan tersebut dapat dipahami individu
dengan jelas. Ketika individu melanggar ia akan didorong untuk
memahami kesalahannya.
c. Role models (Model atau tokoh panutan)
Individu memiliki orang di sekitar yang menunjukkan atau memberikan
contoh melakukan sesuatu dengan benar. Individu memiliki teman,
idola, orang tua ataupun guru yang menjadi panutannya. Sehingga ia
memiliki panutan dalam perbuatannya. Orang yang menjadi panutan ini
menunjukkan perilaku yang baik terhadap dirinya dan orang lain lalu
individu menirukan mereka.
d. Encouragement to be autonomous (Dorongan untuk mandiri)
Orang – orang di sekitar individu yang mendorong dan membantunya
untuk melakukan sesuatu secara mandiri. Dorongan dari orangtua dan
guru misalnya agar individu dapat melakukan sesuatu secara mandiri.
Individu didorong untuk melakukan hal – hal mandiri dan mencari
bantuan sesuai kebutuhan.
e. Access to health, education, welfare and security services (Akses
layanan kesehatan, pendidikan, keamanan dan kesejahteraan)
Sumber ini berupa bantuan kepada individu ketika individu berada
dalam keadaan sakit, situasi berbahaya darn kebutuhan untuk belajar.
Individu mendapatkan akses untuk beberapa layanan dalam kehidupan
sehari – harinya.
2. Aku ini (I am)
I am atau aku ini yaitu sumber resiliensi yang berkaitan dengan kekuatan
pribadi dari dalam diri individu berupa perasaan, sikap, dan keyakinan dari
individu tersebut. Beberapa faktor atau sumber yang mempengaruhi sebagai
berikut.
a. Lovable and my temperament is appealing (Pantas untuk disukai dan
dicintai oleh banyak orang).
Individu tersebut merasa dirinya memiliki sifat yang pantas untuk
dicintai dan disukai oleh individu lain. Individu sadar bahwa orang
menyukai dan mencintainya begitu pula sebaliknya, ia juga mencintai
dan menyukai orang lain. Individu bisa sensitif terhadap suasana hati
orang lain. Namun individu tersebut juga mampu tenang saat
menanggapi orang lain.
b. Loving, empathic, and altruistic (Mencintai, empati, peduli )
Individu merasa senang dan bangga melakukan hal baik untuk orang
lain. Individu akan ikut merasa tidak nyaman atas penderitaan orang
lain dan ingin melakukan sesuatu untuk membantu mengurangi
penderitaan tersebut.
c. Proud of myself (Bangga dengan diri sendiri)
Individu mampu menghadapi persoalan hidupnya dengan percaya diri.
Ia akan merasa bangga dengan dirinya, apa yang telah ia lakukan, dan
apa yang ia dapatkan. Sehingga individu tersebut tidak akan
membiarkan orang lain untuk meremehkannya.
d. Autonomous and responsible (Mandiri dan bertanggung jawab)
Individu bertanggung jawab dengan cara melakukan sesuatu sendiri dan
dapat menerima konsekuensi dari perilakunya. Individu akan
memahami batas – batas dirinya sehingga mampu bertanggung jawab
atas perilakunya.
e. Filled with hope, faith, and trust (Percaya diri, tangguh, dan penuh
harapan)
Individu itu memiliki kepercayaan diri dan keyakinan pada moralitas
dan kebaikan serta dapat mengekspresikannya. Individu akan bersikap
tangguh atau tidak mudah menyerah dalam menghadapi permasalahan
atau dengan kata lain individu akan menjadi pribadi yang penuh akan
harapan.
3. Aku bisa (I can)
Aspek I can merupakan aspek yang berhubungan dengan apa saja yang
mampu dilakukan oleh dirinya sehubungan dengan keterampilan sosial dan
interpersonal. Keterampilan tersebut meliputi:
a. Communicate (Berkomunikasi)
Individu memiliki kemampuan untuk dapat menyampaikan hal-hal yang
membuatnya cemas atau mengganggunya kepada orang lain. Ia juga
bisa mendengarkan apa yang orang lain sampaikan dan memahami
perasaan orang lain. Komunikasi membantu individu mendamaikan
perbedaan dan mampu memahami dan menindaklanjuti hasil
komunikasi.
b. Problem solve (Memecahkan masalah)
Individu memiliki kegigihan dalam memecahkan masalah. Disini ia
mampu mengetahui sifat dan besarmya masalah yang dia hadapi, lalu
individu paham apa yang harus dia lakukan. Sehingga membuat
individu mengetahui bantuan apa yang dia butuhkan dari orang lain
untuk dapat mengatasi masalahnya, juga mampu menegosiasikan solusi
dengan orang lain dan mungkin menemukan solusi kreatif lainnya.
c. Manage my feelings and impulses (Mengelola perasaan dan impuls)
Individu bisa mengenali perasaannya, menamai emosinya, dan
mengungkapkannya dengan kata-kata serta perilaku yang tidak
merugikan dirinya dan orang lain. Dengan kata lain individu mampu
mengatur emosi dengan memahami emosi tersebut dan selanjutnya
disalurkan atau diungkapkan dengan kata atau perilaku positif.
d. Gauge the temperament of myself and others (Mengukur temperamen
sendiri dan orang lain)
Individu memiliki wawasan tentang temperamennya sendiri (seberapa
aktif, impulsif, dan seberapa berani mengambil risiko, reflektif, dan
seberapa hati-hatinya dia) dan juga mengenai temperamen orang lain.
e. Seek trusting relationships (Mencari hubungan yang penuh
kepercayaan)
Individu dapat menemukan seseorang yang dapat dimintai bantuan dan
membagi perasaan dan keprihatinannya, serta untuk mengeksplorasi
dan mendiskusikan cara-cara untuk memecahkan masalah pribadi dan
interpersonal (Grothberg, 1995).
Resiliensi merupakan hasil perpaduan dari ketiga faktor tersebut.
Untuk menjadi seorang yang resilien, tidak cukup hanya dimiliki oleh
salah satu faktor, tetapi saling menopang dengan factor yang lainnya.
Ketiga faktor tersebut merupakan faktor yang saling berinteraksi satu
dengan yang lainnya.
C. Faktor-faktor yang membentuk resiliensi
Menurut Reivich dan Shatte (2002) resiliensi memiliki tujuh faktor
kemampuan berbeda yang dapat membentuk dan menumbuhkan resiliensi,
dan sebagian besar tidak seorang pun yang menguasai semuanya dengan
baik. Ketujuh kemampuan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Regulasi emosi
Regulasi emosi adalah kemampuan individu untuk tetap tenang, ketika
dirinya berada pada situasi yang tidak nyaman atau menekan (Reivich dan
Shatte, 2002). Individu yang memiliki kemampuan meregulasi emosi dapat
mengatasi rasa cemas, marah atau sedihnya sehingga dapat mempercepat
menyelesaikan masalahnya. Individu akan kesulitan membangun atau
menjaga hubungan dengan orang lain jika tidak memiliki kemampuan
mengatur emosi. Emosi yang dirasakan individu tidak semuanya harus
diminimalisir. Mampu mengekspresikan emosi secara tepat merupakan
bagian dari resiliensi. Mengekspresikan emosi yang dirasakan merupakan
hal yang konstruksif dan sehat. Dalam regulasi emosi terdapat dua
ketrampilan yaitu tenang dan fokus yang dapat dipelajari oleh individu
dalam mengelola emosinya. Sehingga individu akan fokus walaupun banyak
hal yang mengganggu pikirannya dan mengurangi stress yang di alaminya.
2. Impuls control (pengendalian dorongan)
Impuls control merupakan Kemampuan individu untuk mengendalikan
dorongan dari dalam dirinya yang berupa keinginan, dorongan,keinginan,
rasa puas serta tekanan. Pada penelitian yang dilakukan Goleman (dalam
Reivich dan Shatte, 2002), membuktikan bahwa siswa yang memiliki
impuls control dapat memiliki prestasi akademik dan kemampuan sosial
yang lebih baik, dibandingkan dengan siswa yang tidak mengendalikan
impuls dari dirinya. Individu yang memiliki pengendalian impuls yang
rendah dapat memunculkan perilaku mudah marah, kehilangan kesabaran,
dan berperilaku agresif sehingga menghambat penyelesaian masalahnya.
Individu dapat memberi pertanyaan kepada dirinya sendiri secara rasional
mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Kemampuan dari
pengendalian dorongan ini sangat berkaitan dengan kemampuan regulasi
yang dimiliki individu tersebu.
3. Optimisme
Menurut Seibert (2005) terdapat hubungan antara perilaku dan
ekspektasi individu tentang kondisi yang sedang dialami. Optimisme adalah
ketika seseorang dapat melihat masa depannya cemerlang (Reivich dan
Shatte, 2002). Menurut Armina (2008) dalam skripsinya optimisme adalah
sikap individu yang mengharapkan akan terjadi hal-hal baik di masa
mendatang. Individu ini memiliki harapan yang positif terhadap masa
depannya. Ia memiliki kemampuannya memecahkan masalah sendiri dan
memimpin diri sendiri dalam mengatasi kemalangan yang mungkin saja
terjadi pada masa depan. Optimisme yang diiringi dengan keyakinan diri
akan sangat bermanfaat untuk individu karena akan mendorong individu
untuk bekerja keras dan menemukan solusi atas pemasalahannya. Sehingga
kan menciptakan kondisi yang lebih baik di masa depan. Dalam optimisme
individu yang realistic dan memiliki keyakinan di masa depan akan menjadi
kunci resiliensi pada diri individu.
4. Self Efficacy (efikasi diri)
Menurut Bandura (1994) self efficacy atau efikasi diri merupakan
keyakinan individu terhadap kemampuan untuk menghasilkan pekerjaan
atau tugas sesuai dengan harapan. Efikasi diri merupakan kemampuan untuk
dapat menilai tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak
bisa sesuai dengan yang diharapkan atau dipersyaratkan (Alwisol, 2006).
Individu yakin bahwa dirinya mampu memecahkan masalah, dirinya
memiliki keberuntungan dan mampu untuk sukses. Efikasi diri
menggambarkan bentuk keyakinan bahwa individu mampu memecahkan
masalah yang di alami dan mencapai kesuksesannya. Hal ini menjadi faktor
yang sangat penting dalam membentuk resiliensi.
5. Causal Analysis (Analisis penyebab)
Causal Analysis merupakan kemampuan individu untuk menganalisis
penyebab dari permasalahan yang sedang mereka hadapi. Menurut Reivich
dan Shatte (2002), causal analysis adalah istilah yang biasa digunakan
untuk menggambarkan kemampuan individu untuk mengidentifikasi
penyebab permasalahan mereka secara akurat. Jika ia mampu
mengidentifikasikan kesalahan secara akurat maka ia tidak akan mengulang
kesalahan yang sama terus menerus. Individu yang resilien akan menjadi
individu yang memiliki fleksibelitas kognitif, sehingga individu mampu
mengidentifikasikan semua penyebab dari kemalangan yang menimpanya.
Ia tidak akan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dibuat demi
membebaskan diri dari rasa bersalah, sehingga akan fokus dan memegang
kendali penuh untuk menganalisis penyebab dari permasalahan dan mulai
mengatasi, bangkit dan meraih kesuksesannya.
6. Empati
Goleman (1999), menyatakan bahwa empati adalah kemampuan untuk
memahami perasaan/emosi, kebutuhan dan kepentingan orang lain. Empati
adalah kemampuan individu untuk memahami perasaan, kebutuhan, dan
kepentingan orang melalui bahasa verbal dan non verbal orang tersebut.
Individu dapat membaca tanda – tanda kondisi psikologis dan emosional
orang lain untuk kemudian menentukan apa yang difikirkan dan dirasakan
orang lain. Orang yang memiliki empati tinggi cenderung lebih tepat
menentukan sikap dalam bertindak menghadapi orang lain. Individu tersebut
mampu menginterpretasikan bahasa non verbal yang ditunjukan oleh orang
lain melalui intonasi suara, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh. Sehingga
cenderung membentuk individu yang positif dalam hubungan sosialnya.
Individu yang memiliki empati rendah akan cenderung tidak resilien
sehingga menyamaratakan semua keinginan dan emosi dari orang lain.
7. Reaching Out
Reaching out diartikan sebagai peningkatan aspek positif. Namun tidak
sebatas itu, reaching out juga diartikan keluar dari “zona aman” yang
dimiliki seseorang. Beberapa orang tidak mampu melakukan reaching out
karena sejak kecil mereka belajar untuk sebisa mungkin menghindari
kegagalan dan hal-hal yang memalukan (Reivich dan Shatte, 2002).
Individu ini akan memilih memiliki standar hidup pada umumnya
dibandikan harus berhadapan dengan resiko kegagalan dan hinaan
masyarakat. Ia akan memiliki rasa takut untuk mengoptimalkan kemampuan
hingga batas akhir pada dirinya. Sedangkan individu yang mampu reaching
out merupakan Individu yang tidak memiliki batas kaku terhadap
kemampuan yang mereka miliki. Individu tidak terperangkap terhadap suatu
rutinitas, memiliki rasa ingin tahu, ingin mencoba hal – hal baru dan tidak
takut mengalami kegagalan.
D. Outbound
1. Pengertian Outbound
Outbound diartikan sebagai suatu bentuk dari pembelajaran segala ilmu
terapan yang dipraktekkan atau dilakukan di alam terbuka atau tertutup
dengan berbagai permainan yang efektif, yang menggabungkan antara
intelegensi, fisik dan mental. Menurut Ancok (2002) outbound merupakan
suatu penambah wawasan pengetahuan yang didapat dari serangkaian
pengalaman berpetualang sehingga dapat memacu semangat dan kreatifitas
seseorang. Bentuk kegiatannya berupa simulasi kehidupan melalui
permainan – permainan yang menekankan pada pengalaman diri atau
experience learning metode.
Outbound merupakan pola pengembangan potensi sumberdaya manusia
melalui pendidikan yang terintegrasi, melalui pengembangan media
simulasi di alam terbuka dengan tujuan memberikan ruang belajar serta
pemikiran dan pemahaman yang lebih kondusif kepada peserta permainan.
Interaksi manusia dengan alam yang berjalan alami akan mampu
memberikan refleksi yang bermanfaat bagi pengembangan Lembaga
perusahaan maupun organisasi. Salah satu bentuk permainan konsep ini
telah cukup lama dikenal namun mengkombinasikan metode ini dengan
petualangan di alam bebas adalah hal yang relative baru di Indonesia
(Ancok: 2002).
Melalui kegiatan outbound peserta diberi pengetahuan tentang maksud
dan tujuan permainan termasuk metode yg akan digunakan dan diberikan
gambaran masalah lingkungan kegiatan secara kelompok, setelah itu
diberikan ice breaking small group untuk menghilangkan batasan – batasan
diri dan membangun persepsi. Selanjutnya race game diberikan untuk
membangun kepercayaan diri serta kepercayaan kepada orang lain dengan
menciptakan kualitas interaksi yang dinamis. Kemudian dilanjut dengan
problem solving dimana peserta dituntut untuk berpikir positif dan
mengungkapkan komitmen pribadi dalam menjalani aktifitas bersama
kelompok , menggali harapan dan tujuan pribadi dalam permainan yakni
melatih ketrampilan social.
Menurut Asti (2003) kompetensi seseorang bisa ditingkatkan melalui
pengembangan pengetahuan, skill, dan sikap / karakter dari yang
bersangkutan. Outbound bertujuan membangun kecerdasan kolektif melalui
kematangan individu, kemampuan berkordinasi, kepercayaan antar anggota
dan semangat untuk saling mendukung. Dalam permainan outbound perlu
adanya hadiah atau penghargaan atas prestasi dan kemampuan yang
diperoleh peserta selama mengikuti kegiatan outbound. Hadiah atau reward
bukanlah suatu hal yang penting tetapi dapat membantu efektifitas suatu
permainan.
Berapapun usia peserta pasti ada suatu hal yang menarik jika ada hadiah.
Karena dari hal tersebut peserta dituntut untuk bersaing untuk merebutkan
hadiah. Hadiah dapat berupa ucapan terimakasih, penghargaan kepada
peserta dan motivasi kepada peserta untuk mengerjakan tugas. Selain itu
bisa juga merekayasa permainan outbound dengan memberikan hadiah pada
setiap kelompok atau setiap peserta sehingga peserta merasa tidak dibeda –
bedakan.
Melalui simulasi outdoor activity peserta juga akan mampu
mengembangkan potensi diri secara individual (personal development)
maupun dalam kelompok (team development) dalam melakukan interaksi
dalam bentuk komunikasi yang efektif, manajemen konflik, potensi
kepemimpinan, manajemen resiko dan pengambilan keputusan secara
inisiatif (Adventure Indonesia : 2006)
Konsep yang dibangun pada permainan outbound berupa aplikasi praktis
pengembangan sumber daya manusia dalam experiental learning yang
merupakan suatu metode pembelajaran dengan melakukan pendekatan
simulasi terhadap peserta melalui berbagai alur aktivitas yang terstruktur
serta diisi dengan proses diskusi yang efektif dengan menjadikan permainan
outbound sebagai teknik, guna mencapai tujuan dan mengoptimalkan
metode permainan tersebut. Maka media outdoor activity atau yg juga
dikenal outbound merupakan pilihan yang tepat sebagai teknik bimbingan
Melalui teknik outbound siswa akan melatih dan meningkatkan
keterampilan sosial melalui pengalaman sehingga mengenal jati diri dan
mau mendengar orang lain. Selain itu karena teknik ini dilakukan di luar
ruang dengan permainan-permainan, fisik serta mental siswa juga di uji.

Dari beberapa pengertian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa


outbound adalah teknik yang berupa kegiatan belajar di luar ruangan atau
lapangan terbuka. Teknik outbound melatih siswa untuk belajar mandiri
melalui hal yang menyenangkan dan penuh tantangan pada setiap permainan
yang kreatif, rekreatif, dan edukatif. Sehingga mampu merangsang minat
dan keinginan siswa untuk belajar dan meningkatkan potensi diri dan
ketrampilan sosialnya. Orang bisa belajar kalau dirinya merasa dalam
kondisi nyaman, bahkan dalam dunia remaja awal sangat kental terlihat
betapa kondisi mental sangat berpengaruh terhadap serapan pengetahuan.

2. Tujuan outbound
Outbound memiliki tujuan dalam setiap permainan yang dilakukan oleh
peserta. Individu yang mengikuti outbound tidak hanya dihadapkan pada
tantangan intelegensi, tetapi juga fisik dan mental. Dengan teknik outbound,
potensi diri dan ketrampilan sosialnya akan terus terlatih menjadi sebuah
pengalaman yang nantinya menjadi bekal dalam menghadapi kehidupan
yang lebih nyata dalam sosial masyarakat.
Teknik outbound bertujuan menumbuhkan dan menciptakan suasana
saling mendorong, mendukung dan memotivasi dalam sebuah kelompok.
Selain itu juga memberikan kotribusi dalam memupuk jiwa, kepemimpinan,
kemandirian, keberanian, percaya diri, tanggung jawab, dan empati yang
merupakan nilai dasar yang harus dimiliki setiap orang.
Adrianus dalam Muhammad (2009) mengemukakan tujuan
dilakukannya outbound dalam pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri siswa.
Melalui permainan dalam teknik outbound siswa akan mengetahui
kapasitas diri yaitu kekuatan dan kelemahan pada dirinya. Sehingga apa
yang menjadi kelebihan bisa siswa kelola dengan baik. Selain itu siswa
mampu melatih kelemahan yang ia miliki.

b. Berekpresi sesuai dengan caranya sendiri.


Siswa akan percaya diri meluapkan ekspresinya melalui pengalaman di
setiap permainan dalam teknik outbound. Namun masih sesuai dengan
batasan yang ada atau sesuai prosedur permainan.
c. Mengetahui dan memahami perasaan, pendapat orang lain dan
menghargai perbedaan.
Beberapa permainan dalam teknik outbound dilakukan berkelompok
sehingga siswa akan berusaha memahami perasaan dan pendapat orang
lain. Sehingga dalam permainan – permainan tersebut siswa akan
berlatih menghargai orang lain. Siswa juga akan berlatih menerima
pendapat serta saran dari orang lain.
d. Membangkitkan semangat dan motivasi.
Melalui permainan yang fun atau menyenangkan dan suasana di luar
kelas akan membangkitkan semangat siswa. Siswa juga diajak terlibat
aktif terlibat dalam setiap permainan. Sehingga siswa akan semangat
dan termotivasi.
e. Lebih mandiri dan bertindak sesuai dengan keinginan.
Siswa diajak mengambil keputusan sendiri dalam setiap permainan, hal
ini tentu bertujuan untuk menjadikan siswa lebih mandiri.
f. Lebih empati dan sensitif dengan perasaan orang lain.
Siswa diajak bekerja sama dan merasakan kesulitan orang lain sehingga
saling membantu dalam menyelesaikan permainan.
g. Mampu berkomunikasi dengan baik.
Sebagian besar permainan dibutuhkan kerjasama tim sehingga akan
menimbulkan komunikasi. Tentunya ini melatih siswa untuk
berkomunikasi yang baik.
h. Mengetahui cara belajar yang efektif dan kreatif.
Permainan dalam teknik outbound dapat menjadi media belajar yang
efektif serta kreatif karna dilakukan melalui pengalaman langsung
disetiap permainan. Selain itu permainan – permainan ini juga menjadi
metode belajar yang menyenangkan di luar kelas sehingga efektif
mengatasi kebosanan.

i. Memberikan pemahaman terhadap pentingnya karakter yang baik.

Setiap permainan memiliki tujuan pembentukan karakter positif pada


siswa. Siswa diajak untuk memahami karakter yang baik melalui
permainan sehingga bisa diterapkan pada kehidupan sehari – hari.

3. Macam – macam permainan dalam outbound


Permainan dalam outbound merupakan media dalam melatih siswa
untuk meningkatkan ketrampilan diri. Permainan- permainan ini
memberikan wawasan, edukasi, sekaligus menyenangkan. Dalam permainan
juga dipilih berdasarkan nilai apa saja yang akan ditanamkan dipermainan
tersebut.
Ada berbagai permainan kreatif yang menarik untukdilakukan bersama
dalam bentuk kelompok. Berbagai jenis permainan ini dapat membangun
atau meningkatkan rasa kebersamaan. Berikut macam – macam permainan
yang bisa dipilih untuk dijadikan teknik bimbingan.
a. The Opposite

Gambar 2.1 Permainan The Opposite

Permainan opposite merupakan permainan dengan tujuan


membuat individu merasa pro – aktif, tidak merasa rendah diri
ataupun over confident sehingga individu tersebut mampu
mengendalikan dorongan dalam dirinya.
Permainan ini dapat dilakukan di luar / di dalam kelas.
Nantinya oleh konselor siswa dibagi dalam 3 – 4 kelompok yang
terdiri dari 6 – 10 siswa. Jumlah kelompok bisa di tambah sesuai
dengan jumlah siswa di kelas tersebut. Setiap kelompok diminta
membentuk barisan ke belakang. Siswa yang telah berbaris diminta
untuk memegang bahu atau pinggang siswa lain yang ada di
depannya.
Kemudian Konselor memberi instruksi pertama yaitu aba –
aba untuk tiap kelompok bergerak melompat bersama – sama
sesuai arah yang di instruksikan tanpa boleh barisan rusak atau
putus. Selanjutnya instruksi kedua yaitu inti permainan. Konselor
memberi instruksi “opposite” yang berarti kebalikan. Dalam
menjalankan intruksi konselor meminta ke siswa untuk tidak
bersuara. Bagi kelompok atau salah satu anggotanya salah
melakukan instruksi maka kelompok tersebut dinyatakan gugur.
Permainan terus berlanjut sampai di dapatkan pemenang, yaitu
yang tidak pernah melakukan kesalahan.
Pada akhir permainan, konselor mengajak siswa untuk
merefleksikan kegiatan outbound setelah permainan berakhir.
Permainan ini mengajak siswa untuk melatih konsentrasi dalam
mendengarkan instruksi yang diberikan konselor. Permainan ini
juga mengajarkan kekompakan. Selain itu dalam permainan
kelompok siswa dilatih untuk tidak saling menyalahkan atas
kegagalan dalam permainan.
Sumber:
https://fajaralayyubi.wordpress.com/2013/01/10/outbound-fun-
game/

b. Jaring Laba – laba (spider web)

Gambar 2.2 Permainan Jaring laba – laba

Permainan jaring laba – laba atau spider web merupakan


permainan yang bertujuan untuk melatih problem solving dan empati
siswa. Dalam permainan ini konselor menyiapkan media permainan
yaitu, Tali raffia diikatkan diantara dua pohon atau tiang dan dibuat
menyerupai sarang laba – laba. Selanjutnya konselor mengajak siswa
berkumpul di dekat lokasi. Para siswa di minta untuk membuat 2
kelompok yang terdiri dari 10 – 15 siswa.
Konselor mulai memjelaskan permainan. Anggota setiap kelompok
diminta untuk melewati 1 lubang pada sarang laba – laba tersebut.
Siswa yang telah melewati sarang laba – laba tidak boleh kembali ke
tempat semula, tetapi di perbolehkan untuk membantu dari sisi
seberang. Satu lubang hanya boleh dimasuki oleh satu anggota
kelompok. Saat melewati sarang laba – laba, para pemain tidak boleh
mengenai tali raffia, jika mengenai, maka pemain tersebut harus
mengulangi dari awal.
Permainan ini membuat siswa memikirkan strategi dalam tim
sehingga rasa empati siswa dilatih, siswa harus memikirkan
kekurangan diri dan kelebihan dirinya agar mampu membagi lubang
dalam jaring sesuai dengan dirinya. Setiap siswa tidak boleh egois
dalam permainan ini, kerjasama tim dibutuhkan karna jika siswa
hanya memikirkan dirinya untuk dapat melewati lubang maka tidak
semua anggota memperoleh lubang yang sesuai. Dalam permainan ini
siswa dilatih agar memiliki keyakinan untuk mampu menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
Sumber : http://koleksigamesoutbound.blogspot.com/
c. Karet Estafet

Gambar 2.3 Permainan Karet Estafet

Karet estafet merupakan permainan yang menggunakan media


karet gelang dan sedotan. Permainan ini melatih kerjasama kelompok
dan kesabaran agar lebih berhati – hati dalam melakukan sesuatu.
Konselor meminta siswa untuk membentuk 3 – 4 kelompok yang
terdiri dari 6 – 10 siswa. Setiap kelompok diminta untuk berdiri dan
berbaris berbanjar. Konselor membagikan sedotan pada masing –
masing siswa. Konselor meletakkan karet gelang di sedotan siswa
yang berada di barisan paling depan. Kemudian konselor meminta
siswa memindahkan karet gelang tersebut melalui sedotan sampai ke
siswa terakhir di setiap kelompok. Jika karet terjatuh kelompok harus
mengulanginya dari awal lagi. Kelompok yang paling cepat
memindahkan karet gelang adalah pemenangnya.
Permainan ini mengajarkan siswa untuk berkonsentrasi dan tetap
tenang meskipun dibawah tekanan. Siswa dilatih untuk optimis dan
saling percaya dengan teman untuk menyesaikan misi dari permainan.
Siswa juga dilatih untuk tidak menyalahkan teman atas kegagalan
dalam permainan dan siswa yakin untuk mampu bangkit melanjutkan
permainan.
Sumber : http://koleksigamesoutbound.blogspot.com/
d. Perang Naga

Gambar 2.4 Permainan Perang Naga

Permainan perang naga adalah permainan yang membuat peserta


menjadi empati dan berhati – hati untuk saling melindungi dan
bekerjasama
Konselor meminta siswa untuk berkumpul di halaman atau
lapangan sekolah. Seluruh siswa dibagi menjadi 2 kelompok yang
terdiri dari 8 – 10 yg diibaratkan sebagai naga. Setiap kelompok diberi
balon yang diikatkan di pinggang dengan tali rafia kecuali siswa
paling depan. Siswa paling depan diberi tusuk gigi. Setiap kelompok
berberis dengan kedua tangan memegang pundak teman di depannya
seperti seekor naga dan barisan tidak boleh lepas. Sang kepala naga
atau siswa paling depan dengan tusuk gigi berusaha meletuskan balon
pada barisan lawan namun juga harus melindungi barisannya.
Kelompok dengan balon yang paling banyak meletus atau barisannya
terlepas adalah kelompok yang kalah.
Dalam permainan ini peserta harus kompak untuk saling
melindungi. Kepala ular naga menjadi penentu gerak kelompok untuk
menyerang kelompok lawan agar bisa menyentuh ekornya. Selain itu
kelompok juga harus saling melindungi ekor agar tidak tersentuh oleh
lawan. Sehingga kekompakan dan konsentrasi diperlukan dalam
kerjasama tim. Permainan ini juga mengajarkan kekompakan dan
tidak saling menyalahkan satu sama lain. Setiap kesalahan yang
dilakukan anggota tim merupakan kesalahan bersama yang bisa
dijadikan pelajaran untuk menerima kekalahan ataupun untuk bangkit
kembali.
Sumber: https://lpihtarakan.wordpress.com/2018/04/29/games-
outbond-sederhana-untuk-meningkatkan-kerjasama-kelompok/
E. Bimbingan Dengan Teknik Outbound Untuk Meningkatkan Resiliensi Siswa
SMP
Bimbingan dengan teknik outbound menjadi teknik yang dapat digunakan
konselor dalam memberikan layanan bimbingan untuk meningkatkan resiliensi
siswa. Dalam teknik outbound terdapat permainan yang dapat melatih sikap dan
mental individu. Rahayu (2010:46) menjelaskan bahwa outbound menjadi
program pembelajaran di alam terbuka yang berdasarkan prinsip experiental
learning (pengalaman langsung) melalui permainan, simulasi, diskusi dan
petualangan sebagai bentuk penyempaian materi.
Permainan outbound yang digunakan pada bimbingan ini ada lima yaitu 1)
The Opposite, untuk membuat individu merasa pro – aktif tidak merasa rendah
diri ataupun over confident sehingga individu tersebut mampu mengendalikan
dorongan dalam dirinya , 2) Jaring Laba – laba, untuk melatih problem solving
dan empati , 3) Karet Estafet, untuk melatih kerjasama kelompok dan kesabaran
serta mengelola rasa takut agar berani mencoba sesuatu yang baru , 4) Perang
Naga, untuk melatih empati dan cermat dalam menggunakan strategi agar saling
melindungi dan bekerjasama.
Tujuan pada setiap permainan dalam outbound yaitu untuk meningkatkan
faktor – faktor pembentuk resiliensi pada siswa. Tekanan serta rintangan pada
setiap permainan memiliki tujuan untuk melatih resiliensi individu.Kegiatan
outbound membentuk pola pikir yang kreatif, serta meningkatkan kecerdasan
emosional dan spiritual dalam berinteraksi (Ancok : 2002). Individu diajak untuk
menyelesaikan tantangan pada setiap permainan sehingga menjadi simulasi dalam
kehidupan sehari – hari. Diharapkan siswa mampu merefleksikan nilai – nilai
yang dapat diambil dalam setiap permainan lalu menerapkan pada kehidupan
sehari – harinya.
Setiap siswa mengikuti dan melakukan permaianan sesuai intruksi
konselor. Sehingga semua siswa dapat terlibat aktif melalui permainan yang
menyenangkan selama proses pemberian layanan. Teknik outbound menghadirkan
situasi dan kondisi nyata pada permainan – permainannya yang memberikan
dampak pembelajaran pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Sesuai akan tujuan utama pada kegiatan outbound yaitu menimbulkan
karakter positif pada individu maupun kelompok yang ditandai dengan
meningkatnya: a) komunikasi efektif, b) pengembangan tim, c) pemecahan
masalah, d) kepercayaan, e) kepemimpinan, f) kerjasama, g) permainan yang
menghibur, i) kejujuran atau sportivitas. (Ancok:2002)
Tujuan dibuatnya media bimbingan ini sebagai media yang tepat, jelas,
berguna dan menarik yang nantinya dapat digunakan konselor untuk
melaksanakan bimbingan dengan materi resiliensi. Sehingga resiliensi siswa akan
meningkat. Dengan memiliki resiliensi yang tinggi maka siswa akan memiliki
kekuatan atau daya tahan untuk menghadapi dan mengatasi masalah, serta
menjadi lebih kuat, dan bahkan mengubah pengalaman tidak menyenangkan pada
kehidupannya.
BAB III

METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

A. Model Penelitian dan Pengembangan


Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang berorientasi
dihasilkannya produk paket pelatihan bimbingan dengan Teknik outbound untuk
mengembangkan resiliensi siswa SMP yang diterima berdasarkan ketepatan,
kemudahan, kegunaan, dan kemenarikan. Peneliti menggunakan pendekatan
penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R & D), yaitu
proses atau langkah – langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
langkah – langkah untuk pengembangan suatu produk baru atau menyempurnakan
produk yang sudah ada yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2007).
Penelitian pengembangan ini menghasilkan langkah – langkah untuk
pengembangan suatu produk.
Model pengembangannya menggunakan model pengembangan procedural
deskriptif, yang mempersyaratkan langkah – langkah atau tahapan yang sistematis
untuk menghasilkan produk. Model pengembangan paket bimbingan dengan
teknik outbound untuk meningkatkan resiliensi siswa SMP ini diadaptasi dari
model pengembangan Borg dan Gall (1983), langkah – langkah dari model
pengembangan ini yaitu :
1. Melakukan penelitian dan pengumpulan data (research and
information collecting)
Kegiatan dalam langkah ini meliputi mengumpulkan literatur kajian
pustaka, pengamatan lapangan, identifikasi permasalahan yang ditemui,
serta merangkum permasalahan.
2. Melakukan perencanaan (planning)
Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan – kemampuan yang
diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, Rumusan tujuan yang hendak
dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah – langkah penelitian,
kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.
3. Meningkatkan produk awal (develop preliminary from product)
Kegiatan dalam langkah ini meliputi pengembangan bahan pembelajaran,
proses pembelajaran, dan instrument evaluasi.
4. Melakukan uji lapangan awal (preliminary field testing)
uji coba yang dilakukan di lapangan awal pada 1 sampai 3 sekolah dengan 6
sampai 12 subjek. Uji coba lapangan awal dilakukan dengan pengamatan
atau observasi, wawancara, dan angket kemudian dikumpulkan dan
dianalisis.
5. Melakukan revisi terhadap produk utama (main product revision)
Berdasarkan evaluasi dari hasil uji ahli. Revisi digunakan untuk
penyempurnaan produk sebelum dilakukan uji coba kepada calon pengguna
produk.
6. Melakukan uji lapangan utama (main field testing)
Uji coba terhadap pengguna produk ini dilakukan kepada satu orang
konselor di sekolah yang nantinya akan memberikan penilaian terhadap
paket bimbingan yang akan digunakan untuk memberikan layanan
bimbingan di sekolah.
7. Melakukan revisi terhadap produk operasional (operational product
revision)
Berdasarkan saran – saran dari hasil uji coba lapangan utama. Produk
direvisi berdasarkan penilaian dari uji calon pengguna produk.
8. Melakukan uji coba lapangan operasional (operational field testing)
Dilakukan pada 10 sampai 20 sekolah dengan melibatkan 30 sampai 200
subjek. Pengujian dilakukan melalui angket, wawancara, observasi, dan
hasilnya dikumpulkan kemudian dianalisis.
9. Melakukan revisi produk akhir (final product revision)
Merupakan penyempurnaan produk yang disesuaikan dengan hasil uji coba
lapangan operasional. Revisi produk berdasarkan saran – saran hasil uji
coba lapangan operasional.
10. Mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk (dissemination
and implementation)
melaporkan hasilnya dalam pertemuan professional dan dalam jurnal –
jurnal ilmiah, bekerjasama dengan penerbit untuk penerbitan dan meminitor
penyebaran untuk mengontrol kualitas.

Kesepuluh langkah model pengembangan Borg and Gall merupakan siklus


yang saling berkaitan, namun langkah – langkah tersebut bukanlah langkah
baru yang harus dilakukan oleh peneliti, sehingga dapat diadaptasikan sesuai
dengan kebutuhan peneliti. Penelitian pengembangan ini, peneliti tidak
menggunakan seluruh langkah – langkah model pengembangan yang
dijelaskan oleh Borg and Gall. Pengembangan paket pelatihan bimbingan
dengan teknik outbound untuk mengembangkan Resiliensi siswa SMP
dilakukan hanya sampai tahap revisi terhadap produk utama (main product
revision).

Penggunaan model pengembangan Research and Development (R&D)


Borg and Gall (1983) dalam pengembangan paket bimbingan dengan teknik
outbound untuk meningkatkan Resiliensi siswa SMP didasarkan pada
pertimbangan sebagai berikut :

1. Model pengembangan ini mengacu pada model pengembangan R&D yang


diawali dengan proses pengumpulan informasi, kajian pustaka, pengamatan
lapangan dan mensintesis permasalahan. Dengan demikian, penggunaan
model R&D ini dapat dianggap sesuai dengan tujuan pengembangan yaitu
dimulai dari pengumpulan informasi serta kajian pustaka mengenai aspek
yang hendak ditingkatkan atau dikembangkan.
2. Model R&D yang cukup sederhana dan fleksibel, membuat peneliti dapat
memilih tahap atau prosedur mana yang akan dipakai dalam penelitian ini
disesuaikan dengan kebutuhan. Hal tersebut sesuai dengan prosedur dalam
pengembengan ini, yang memakai beberapa prosedur untuk menghasilkan
produk akhir.
3. Dalam model pengembangan R&D terdapat salah satu tahap, yaitu tahap uji
lapangan atau kelompok kecil dan revisi produk. Hal ini sesuai dengan
penelitian pengembangan ini yang memerlukan uji calon pengguna produk
dan revisi berulang – ulang untuk menghasilkan produk yang dapat diterima
berdasarkan ketepatan, kegunaan, kemenarikan, dan kemudahan.
B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan
Penelitian ini memodifikasi prosedur pengembangan Borg & Gall. Peneliti
menyesuaikan keadaan di lapangan dan tahapan yang diperlukan. Selain itu
peneliti penyesuaian waktu dalam melakukan mengembangan produk ini, menjadi
alasan peneliti mengadaptasi prosedur pengembangan Borg & Gall.
Berikut adalah skema prosedur pengembangan produk menurut Borg and
Gall (1983) yang telah diadaptasi, yaitu sebagai berikut :

TAHAP PERSIAPAN
Melakukan
Analisis Menentukan Menyiapkan
Melakukan kajian
kebutuhan dan tujuan bahan yang
pustaka
potensi pengembangan diperlukan
masalah

TAHAP PENGEMBANGAN
Penyusunan prototype produk Desain produk

TAHAP VALIDASI
Uji calon Revisi II dan penyusunan
Uji coba
Revisi I pengguna produk akhir
produk awal
produk

PRODUK AKHIR PAKET PELATIHAN BIMBINGAN DENGAN


TEKNIK OUTBOUND UNTUK MENGEMBANGKAN RESILIENSI
SISWA SMP
Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan Paket Bimbingan dengan Teknik Outbound untuk
Meningkatkan Resiliensi Siswa

Berikut penjelasan bagan diatas :


1. Tahap Persiapan
a. Melakukan kajian pustaka
Kajian pustaka dilakukan dengan menyusun dasar teori yang
bersumber dari buku, media online, dan hasil penelitian sebelumnya.
Kajian pustaka dilakukan dengan tujuan untuk memperlajari berbagai
konsep atau landasan teori serta mengkaji hasil-hasi penelitian
terdahulu berkenaan dengan produk yang akan dikembangkan.
Pada tahap ini peneliti mendapatkan ide-ide dan konsep-konsep
dengan sejumlah data dari literatur atau pustaka. Literatur atau bahan
pustaka ini kemudian di jadikan sebagai referensi atau landasan teoritis
dalam pengembangan. Tahap ini bertujuan untuk menginformasikan
hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan pengembangan
ini, serta menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada.
b. Analisis kebutuhan dan potensi masalah
Analisis kebutuhan dan potensi masalah adalah tahap pengumpulan
informasi yang selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk perencanaan
produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
Untuk kebutuhan pengembangan dilakukan peneliti melalui proses
observasi, wawancara dan penyebaran angket skala resiliensi di SMP
Negeri 4 Batu. Berikut tahapan proses observasi yang penelti lakukan.
1) Penyebaran Skala resiliensi
Skala resiliensi adalah skala pengukuran yang digunakan
sebagai alat untuk menganalisa kebutuhan akan faktor resiliensi.
Skala ini menggunakan instrumen skala dari peneliti sebelumnya.
Skala ini menggunakan skala resiliensi Reivich and Shatte yang
terdiri dari pernyataan yang berasal dari tujuh factor resiliensi.
Jenis skala yang digunakan adalah skala likert. Skala likert adalah
skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial
(Sugiyono, 2009 : 93). Skala ini disebarkan kepada 65 siswa.
Dengan menggunakan skala ini peneliti menemukan faktor
resiliensi mana saja yang harus ditingkatkan pada siswa di SMPN 4
Kota Batu.
Skala resiliensi dari Reivich dan Shatte yang terdiri dari 56
item. Item – item ini terdiri dari item positif dan item negatif yang
dikembangkan dari tujuh sub variabel yang menggambarkan tujuan
aspek resiliensi. Keterangan nomer item dari setiap sub variabel di
jelaskan pada tabel di bawah ini
Keterangan nomer item

Tabel 3.1 keterangan no item skala resiliensi

Sub variabel Item positif Item negatif


Regulasi emosi 13, 25, 26, 56 2, 7, 23, 31
Impuls control 4, 15, 42, 47 11, 36, 38, 55
Optimisme 18, 27, 32, 53 3, 33, 39, 43
Causal analysis 12, 19, 21, 48 1, 41, 44, 52
Empati 10, 34, 37, 46 24, 30, 50, 54
Efikasi diri 5, 28, 29, 49 9, 17, 20, 22
Reaching out 6, 8, 14, 40 16, 35, 45, 51

Jawaban untuk mengisi skala resiliensi ini terdiri dari lima


pilihan jawaban. Bobot skor dari item favorable dan unfavorable

Tabel 3.2 Keterangan skor / nilai skala resiliensi

Pilihan jawaban Skor / nilai


Favorable Unfavorable
Sangat sesuai 5 1
Sesuai 4 2
Kurang sesuai 3 3
Tidak sesuai 2 4
Sangat tidak sesuai 1 5

Cara menganalisis :

a. Konselor menjumlah skor jawaban siswa dengan nilai skor masing


– masing jawaban setiap item

b. Lalu konselor mencocokan skor akhir dengan kriteria skala


resiliensi sebagai berikut :

Tabel 3.3 skor akhir skala resiliensi

Jumlah skor Kriteria


225 – 280 Sangat
tinggi
169 – 224 Tinggi
113 – 168 Sedang
56 – 112 Rendah

Skor akhir yang didapat siswa, diinterpretasikan sebagai berikut :


a. Antara 225 – 280, maka siswa termasuk dalam kategori yang
memiliki resiliensi yang sangat tinggi
b. Antara 169 – 224, maka siswa termasuk dalam kategori yang
memiliki resiliensi yang tinggi
c. Antara 113 – 168, maka siswa termasuk dalam kategori yang
memiliki resiliensi yang sedang
d. Antara 56 – 112, maka siswa termasuk dalam kategori yang
memiliki resiliensi yang rendah
2) Wawancara
Wawancara digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data
dan permasalahan yang harus diteliti. Selain itu wawancara ini
untuk mendapatkan data mendalam terhadap permasalahan yang
diteliti. Wawancara dilakukan dengan konselor di SMP Negeri 4
Batu. Hal-hal yang belum diungkap dalam skala dapat diungkap
melalui dialog atau wawancara dengan pengguna produk,
yaitu konselor.
Peneliti menggunakan jenis wawancara terstruktur. Wawancara
terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi apa yang akan diperoleh (Sugiyono, 2009 :
138). Pedoman wawancara terstruktur dapat dilihat pada lampiran.
Hasil dari wawancara dengan konselor yaitu peneliti
mendapatkan informasi mengenai latar belakang keluarga siswa,
hubungan keluarga siswa, dan aktivitas sosial ekonomi pertemanan
siswa. Latar belakang hubungan keluarga yang dialami siswa
sangat berhubungan dengan pekerjaan orang tua siswa. Sehingga
informasi – informasi tersebut juga memaparkan bagaimana
gambaran resiliensi siswa disana.
Siswa di SMP Negeri 04 Batu lebih menyukai metode layanan
berupa permaianan daripada ceramah. Menurut konselor pun
sampai saat ini belum banyak materi –materi yang menggunakan
teknik outbound. Untuk materi resiliensi, konselor belum
menggunakan teknik outbound dalam pemberian layanan
bimbingan. Konselor mendukung adanya rencana pengembangan
paket bimbingan dengan teknik outbound yang mudah dipahami
dan diterapkan.
Menurut konselor layanan terkait bimbingan terkait resiliensi
dapat diberikan untuk siswa kelas 7. Siswa kelas 7 menghadapi
situasi yang tidak nyaman karna harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang baru, yaitu masa perpindahan dari sekolah dasar
menjadi sekolah menengah pertama
c. Menentukan tujuan pengembangan
Pada tahap ini peneliti menentukan tujuan dari pengembangan
paket. Dari tahap analisis kebutuhan dan potensi masalah yang
dilakukan sebelumnya. Peneliti mendapati potensi masalah yang
dialami siswa yang dapat berimbas pada kegiatan belajar serta perilaku
siswa. Untuk itu pengembangan ini memiliki tujuan untuk
menghasilkan panduan bimbingan untuk meningkatkan resiliensi siswa.
Dengan tujuan agar dapat membantu agar siswa bisa bangkit dan
menghadapi masalahnya saat ini dan di masa depan. Selain itu siswa
akan memiliki ketrampilan yang baik dalam menghadapi berbagai
situasi.
d. Menyiapkan bahan yang diperlukan
Tahap selanjutnya dilakukan peneliti setelah mendapat informasi
mengenai teknik yang dapat membantu meningkatkan resiliensi dan
faktor-faktornya. Peneliti mempersiapkan materi yang akan digunakan
dalam memberikan bimbingan. Untuk proses evaluasi aspek
keberterimaan panduan peneliti juga mempersiapkan instrumen
penclitian dan pengembangan dengan skala penilaian dari standar
pengembangan program, proyek, dan material pendidikan yaitu
ketepatan, kemudahan, kegunaan, dan kemenarikan.
2. Tahap Pengembangan
Setelah melakukan persiapan bahan-bahan yang diperlukan, maka
selanjutnya peneliti melakukan proses pengembangan produk awal. Peneliti
menyusun prototype buku panduan dan mendesain sampul dan layout buku
panduan.
a. Menyusun prototype produk
Penyusunan protopype produk merupakan tahap penyusunan dari
produk yang di kembangkan. Prototype ini adalah bentuk dasar
spesifikasi pada suatu produk. Rancangan ini dibuat berdasarkan kajian
pustaka dan analisis kebutuhan serta potensi masalah yang telah di
susun oleh peneliti. Selain itu prototype dibuat berdasarkan tujuan
pengembangan produk. Dalam prototype menghasilkan produk
sementara dan masih memerlukan perbaikan dan revisi lebih lanjut
sebagai contoh atau model awal dari produk. Rancangan prototype ini
berupa paket pelatihan bimbingan dengan teknik outbound untuk
mengembangkan resiliensi siswa SMP yang diperuntukan untuk
konselor.
Paket bimbingan dengan teknik outbound dalam prototype ini
terdiri atas :
1) Pendahuluan
Bagian pendahuluan menjelaskan rasional pentingnya resiliensi
untuk dikembangkan pada siswa, tujuan dikembangkannya paket
pelatihan bimbingan dengan teknik outbound untuk
mengembangkan resiliensi siswa, sasaran atau pengguna buku
panduan, serta metode bimbingan yang digunakan.
2) Petunjuk Pelaksanaan
Bagian bab petunjuk pelaksanaan menjelaskan tantang petunjuk
umum dan petunjuk khusus pelaksanaan bimbingan. Petunjuk
digunakan sebagai acuan yang akan mempermudah konselor dalam
melaksanakan bimbingan. Peran konselor dan siswa selama
kegiatan bimbingan, juga dijelaskan pada bab ini.
3) Prosedur Pelaksanaan Bimbingan
Prosedur pelaksanaan bimbingan untuk meningkatkan resiliensi
siswa dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah
“memahami hakekat resiliensi” yang dilaksanakan dalam satu kali
pelaksanaan bimbingan. Sedangkan bagian kedua adalah “langkah
– langkah dalam meningkatkan resiliensi dengan teknik outbound”
yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan bimbingan. Pada
setiap bagiannya, memuat identitas layanan, kompetensi, metode
bimbingan, uraian kegiatan, evaluasi bimbingan dan lampiran
materi bimbingan.
b. Desain Produk
Desain produk adalah Penyusunan rancangan awal produk yang
akan dikembangkan oleh peneliti. Desain produk dapat diwujudkan
dalam bentuk gambar ataupun bagan. Pada pengembangan ini, peneliti
menghasilkan paket buku panduan untuk konselor. Peneliti membuat
desain produk buku panduan berupa desain sampul bagian depan dan
belakang, serta layout untuk isi buku. Tahap mendesain produk
melibatkan ahli desain. Sasaran dicantumkan pada buku panduan yang
berfungsi sebagai identitas buku. Judul buku panduan untuk konselor
adalah "Pelaksanaan Bimbingan dengan Teknik Outbound untuk
Mengembangkan Resiliensi Siswa".
3. Tahap Validasi Produk
Tahap validasi produk adalah proses menilai apakah rancangan produk
sesuai dengan kriteria pengembangan atau tidak. Validasi produk ini melalui
beberapa tahapan yang dilakukan oleh tenaga ahli. Berikut tahapan validasi
yang akan dilakukan peneliti
a. Uji coba produk awal
Uji coba produk awal adalah proses validasi melalui uji coba dari
produk untuk mengetahui efektifitas produk dari segi teoritik. Kegiatan
uji coba produk dalam pengembangan ini melibatkan beberapa subjek
ahli diantaranya ahli desain produk dan ahli Bimbingan dan Konseling.
Uji ahli produk dilakukan untuk menguji kelayakan dari paket
bimbingan yang dikembangkan. Uji ahli produk ini terdiri dari uji ahli
desain produk dan uji ahli materi Bimbingan dan Konseling.
Uji ahli desain produk dilakukan untuk mengetahui kelayakan dan
kemenarikan produk apakah cocok untuk diberikan kepada siswa
Sekolah Menengah Pertama. Sedangkan uji ahli materi Bimbingan dan
Konseling, dilakukan untuk mengetahui validitas isi dalam paket
bimbingan seberapa sesuai antara media, isi, dan teknik yang digunakan
dalam bimbingan untuk diberikan saat layanan Bimbingan dan
Konseling di tingkat siswa Sekolah Menengah Pertama.

Uji ahli produk awal melibatkan dua ahli yaitu :

1) Penguji ahli materi Bimbingan dan Konseling adalah seorang dosen


Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Malang dengan gelar
Magister dengan masa kerja minimal selama lima tahun.
2) Penguji ahli desain produk adalah seorang dosen jurusan Teknologi
Pendidikan Universitas Negeri Malang dengan gelar Magister
dengan masa kerja minimal selama lima tahun.
Instrumen yang akan digunakan berupa skala penilaian dan lembar
saran dan akan dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif. Instrumen
yang dinilai secara kuantitatif diperoleh dari penilaian ahli dengan
mengisi angket penilaian yang disediakan. Sedangkan penilaian
deskriptif diperoleh dengan menyimpulkan saran-saran yang diberikan
oleh ahli.

b. Revisi I
Tahap revisi I ini dilakukan setelah uji ahli awal. Pada tahap uji
ahli awal akan didapatkan kelebihan dan kekurangan dari produk yang
telah di desain. Revisi pada tahap ini dilakukan berdasarkan penilaian
dan evaluasi dari uji ahli materi dan ahli desain produk. Revisi pada
tahap ini bertujuan untuk memperbaiki kekurangan dari produk agar
lebih menarik dan mudah dipahami, sebelum diberikan kepada subjek
calon pengguna yaitu konselor.
c. Uji calon pengguna produk
Uji calon pengguna produk melibatkan konselor sebagai calon
pengguna produk panduan bimbingan dengan teknik outbound untuk
mengembangkan resiliensi siswa. Konselor akan menilai dan
mengevaluasi produk, dari hasil penilaian akan diperoleh data
kuantitatif dan deskriptif. Data penilaian kuantitatif diperoleh dari hasil
pengisian angket oleh konselor dan data deskriptif adalah saran yang
diberikan.
d. Revisi II dan penyusunan produk akhir
Berdasarkan masukan dan penilaian konselor sebagai uji coba
lapangan terbatas, tahap selanjutnya dilakukan revisi sekaligus
penyusunan produk akhir sebagai langkah terakhir dari prosedur
pengembangan ini.

C. Uji Coba Produk Pengembangan


1. Desain uji coba
Desain uji coba merupaka rancangan uji coba yang akan dilakukan oleh
peneliti dalam pengembangan ini. Uji coba penelitian pengambangan paket
bimbingan resiliensi siswa dengan teknik outbound untuk mengembangkan
resiliensi siswa dilakukan dengan melibatkan konselor. Uji coba ini
bertujuan untuk mengetahui kesesuaian panduan yang dikembangkan
dengan profesi konselor sebagai pengguna produk tersebut. Dalam uji coba
ini konselor menilai efektivitas dan efisiensi dari produk yang
dikembangkan peneliti melalui lebar penilaian berupa angket dan data
deskriptif dari saran yang diberikan.
2. Subjek Uji Coba
Sesuai dengan tahap uji coba yang telah dipaparkan di atas, subjek yang
terlibat dalam pengembangan paket diantaranya:
a. Subjek Uji ahli
Subjek yang terlibat dalam uji ahli ini terdiri dari 2 ahli yaitu
ahli teori/ ahli bimbingan, dan ahli desain produk. Masing-masing
subyek merupakan dosen dari Universitas Negeri malang yaitu dosen
program studi Bimbingan Konseling dan Teknologi Pendidikan.
b. Subjek uji calon pengguna produk
Subjek yang terlibat dalam uji coba lapangan terbatas adalah
konselor sebagai calon pengguna produk. Konselor yang terlibat dalam
uji coba memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Memiliki gelar S1 pendidikan Bimbingan dan Konseling
2) Aktif mengajar sebagai guru Bimbingan dan Konseling
3. Jenis data
a. Data deskriptif
Data deskriptif adalah data yang memberikan penilaian atau
interpretasi dengan apa adanya. Data ini mendeskripsikan variabel yang
berkenaan dengan penilaian produk yang diuji. Data dalam
pengembangan ini berupa komentar dan sasaran yang dikemukakan
oleh ahli dan subjek uji coba.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data
yang diperoleh dari hasil uji ahli dan uji calon pengguna produk.
Bentuk data kuantitatif ini berupa angka atau skor penilaian yang
diberikan oleh ahli melalui angket penilaian yang disediakan oleh
peneliti.
4. Instrument pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data yang dimaksudkan adalah alat yang
digunakan untuk memperoleh tanggapan dari subjek uji ahli dan calon
pengguna produk. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data
berupa angket yang terdiri dari dua bagian yaitu:
a. Lembar penilaian berupa skala penilaian (rating scale), yaitu
pernyataan yang diikuti oleh kolom – kolom yang menunjukkan
tingkatan – tingkatan yang bertujuan menghindari jawaban ragu – ragu.
b. Lembar saran secara umum mengenai isi produk.
5. Teknik analisis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam menilai produk adalah
teknik bersifat kuantitatif dan deskriptif. Penjabaran analisis data
selengkapnya sebagai berikut :
a. Analisis data deskriptif
Data deskriptif diperolch dari saran, masukan, dan komentar
dari ahli materi, desain produk, dan konselor sebagai calon pengguna
produk. Data tersebut kemudian dianalisis dengan mengambil
kesimpulan data yang kemudian digunakan sebagai dasar untuk
perbaikan dan penyempurnaan paket bimbingan dengan teknik
outbound untuk mengembangkan resiliensi siswa SMP.
b. Analisis data kuantitatif
Analisis data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini
didapat dari menganalisis hasil jawaban yang diperoleh dari instrument
uji ahli materi, uji ahli desain produk dan uji calon pengguna produk.
Data penilaian yang diperoleh merupakan nilai numerical dari subjek
uji ahli materi, media, dan konselor sebagai calon pengguna produk.
Setelah mendapatkan penilaian berupa data numerical,
kemudian menghitung rata – rata skor dari setiap aspek penilaian
dengan rumus sebagai berikut.Data angka dianalisis dengan
menggunakan rumus :
∑X
x́ =
N
x́ = rata-rata
∑ X = jumlah penilaian
N = jumlah pernyataan
Terdapat empat pilihan pada skala penelitian uji ahli, untuk
setiap butir pernyataan yang diberikan. Interpretasi dari penilaian
pilihan jawaban dijelaskan pada tabel 3.4.

Tabel 3.4 Skala interpretasi penilaian ahli dan calon pengguna

N Aspek Skor Keterangan


o
1 Ketepatan 0,00 Tidak tepat

1,00
1,01 Kurang tepat

2,00
2,01 Cukup Tepat

3,00
3,01 Sangat tepat

4,00
2 Kemudahan 0,00 Tidak mudah

1,00
1,01 Kurang mudah

2,00
2,01 Cukup Mudah

3,00
3,01 Sangat mudah

4,00
3 Kegunaan 0,00 Tidak berguna

1,00
1,01 Kurang berguna

2,00
2,01 Cukup berguna

3,00
3,01 Sangat berguna

4,00
4 Kemenarika 0,00 Tidak menarik
n –
1,00
1,01 Kurang menarik

2,00
2,01 Cukup Menarik

3,00
3,01 Sangat menarik

4,00

Hasil dari perhitungan indeks uji ahli dapat diklasifikasikan sesuai


dengan tabel 3.5

Tabel 3.5 Pengklasifikasian indeks validitas uji ahli dan uji coba calon pengguna (konselor)

Indeks uji ahli Klasifikasi validitas Ekuivalen


0,76 – 1,00 Sangat tinggi Sangat layak
0,51 – 0,75 Tinggi Layak
0,26 – 0,50 Sedang Kurang layak
0,00 – 0,25 Rendah Tidak layak
BAB IV

HASIL PENGEMBANGAN

Bab ini akan mengurai tiga bagian yang menjadi pokok pembahasan dari
hasil pengembangan. Hasil pengembangan akan diuraikan menjadi empat bagian
yaitu : (1) Deskripsi hasil pengembangan, (2) Penyajian data hasil uji coba, (3)
Analisis data, (4) dan revisi produk. Penjelasan rinci kajian terkait hasil
pengembangan produk adalah sebagai berikut:

A. Deskripsi Hasil Pengembangan


Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah panduan paket
pelatihan bimbingan dengan Teknik outbound untuk mengembangkan resiliensi
pada siswa SMP. Setelah melalui uji ahli materi Bimbingan Konseling, uji ahli
desain produk, dan uji ahli calon pengguna produk, maka dihasilkan sebuah
produk berbentuk panduan paket pelatihan bimbingan dengan teknik outbound
untuk mengembangkan resiliensi siswa SMP yang berterima secara teoritis dan
praktis. Hasil dari penelitian dan pengembangan panduan paket bimbingan ini
ditujukan kepada konselor.
Panduan paket pelatihan bimbingan dengan teknik outbound untuk
mengembangkan resiliensi siswa SMP terdiri dari tiga bagian, yaitu: 1)
pendahuluan, 2) petunjuk pelaksanaan, 3) prosedur pelaksanaan bimbingan.
Bagian pendahuluan berisi penjelasan latar belakang pengembangan panduan
paket pelatihan bimbingan, tujuan bimbingan, sasaran pengguna produk, metode
yang digunakan dan alokasi waktu pelaksanaan bimbingan. Bagian kedua dari
paket pelatihan bimbingan berisi penjelasan petunjuk penggunaan buku paket
pelatihan pengembangan. Pada bagian ketiga berisikan penjelasan tentang
prosedur pelaksanaan bimbingan dengan menguraikannya ke dalam penjelasan
setiap langkah bimbingan.
B. Penyajian Data Hasil Uji Coba
Data yang disajikan berupa data uji ahli dan uji coba calon pengguna. Data uji
coba diuraikan berdasarkan hasil penilaian angket yang telah diberikan kepada 2
subjek uji ahli dan 1 subjek calon pengguna produk. Keseluruhan data tersebut
diuraikan sebagai berikut.
1. Data uji coba ahli materi Bimbingan Konseling
Panduan paket pelatihan bimbingan dengan teknik outbound untuk
mengembangkan resiliensi pada siswa SMP sudah diuji kelayakan oleh
Dr.Arbin Janu Setiyowati, S.Pd, M.Pd selaku validator materi Bimbingan
Konseling. Keseluruhan materi pada panduan paket pelatihan bimbingan
dinilai oleh validator. Pelaksanaan validasi materi pada tanggal 10 Agustus
2020. Hasil dari validasi tersaji dalam tabel berikut.

Tabel 4.1 Hasil Penilaian Panduan Paket Pelatihan Bimbingan oleh Ahli materi Bimbingan
dan Konseling

N Aspek Hal yang dinilai Nilai


o

1 Ketepatan Ketepatan bahasa yang digunakan dalam 3


paket bimbingan

Ketepatan materi resiliensi dengan tujuan 3


bimbingan

Ketepatan teknik outbound yang digunakan 3


untuk tujuan bimbingan

Ketepatan permainan outbound 1 3


“Opposite” dengan kompetisi yang ingin
dicapai

Ketepatan permainan outbound 2 “Jaring 3


Laba – laba” dengan kompetisi yang ingin
dicapai

Ketepatan permainan outbound 3 “Karet 3


Estafet” dengan kompetisi yang ingin
dicapai

Ketepatan permainan outbound 4 “ Perang 3


Naga” dengan kompetisi yang ingin
dicapai
Ketepatan sistematika teknik yang 3
diberikan dalam bimbingan

Ketepatan ilustrasi sampul dengan judul 3


buku sebagai identitas

Total 27

2 Kemudahan Kemudahan bahasa paket bimbingan untuk 4


dipahami oleh konselor

Kemudahan materi resiliensi untuk 3


dipahami konselor

Kemudahan mengikuti prosedur 3


pelaksanaan bimbingan

Kemudahan permainan outbound 1 4


“Opposite” untuk dipahami konselor

Kemudahan permainan outbound 2 “Jaring 4


Laba – laba” untuk dipahami konselor

Kemudahan permainan outbound 3 “Karet 4


Estafet” untuk dipahami konselor

Kemudahan permainan outbound 4 4


“Perang Naga” untuk dipahami konselor

Kemudahan paket bimbingan untuk dibawa 4

Total 30

3. Kegunaan Kegunaan kata pengantar untuk informasi 4


awal paket bimbingan

Kegunaan pendahuluan sebagai informasi 4


awal pada paket bimbingan

Kegunaan petunjuk pelaksanaan dalam 4


paket bimbingan

Kegunaan prosedur bimbingan dalam paket 4


bimbingan

Kegunaan materi resiliensi dalam paket 4


bimbingan
Kegunaan petunjuk permainan dalam paket 4
bimbingan

Kegunaan permainan 1 “Opposite” untuk 3


meningkatkan resiliensi siswa SMP

Kegunaan permainan 2 “Jaring Laba – 3


laba” untuk meningkatkan resiliensi siswa
SMP

Kegunaan permainan 3 “Karet Estafet” 3


untuk meningkatkan resiliensi siswa SMP

Kegunaan permainan 4 “Perang Naga” 3


untuk meningkatkan resiliensi siswa SMP

Total 36

4. Kemenarika Kemenarikan desain tampilan paket 3


n bimbingan (cover,warna, dan gambar)

Kemenarikan teknik yang digunakan untuk 4


siswa SMP

Kemenarikan paket bimbingan secara 3


keseluruhan

Kemenarikan permainan 1 “Opposite” 4


dengan karakteristik siswa SMP

Kemenarikan permainan 2 “Jaring Laba – 4


laba” dengan karakteristik siswa SMP

Kemenarikan permainan 3 “Karet Estafet” 4


dengan karakteristik siswa SMP

Kemenarikan permainan 4 “Perang Naga” 4


dengan karakteristik siswa SMP

Total 26

Tabel 4.2 data deskriptif uji ahli materi

No Komentar Saran

1 Judul kurang tepat Judul sebaiknya ditambahkan


“Panduan Paket Pengembangan dan
sebaiknya pengembangan resiliensi
siswa, bukan peningkatan reseliensi
siswa karna ini bimbingan bukan
konseling

2 Cover buku panduan Ganti gambar di cover dengan yang


lebih mencerminkan resiensi

3. Ukuran huruf terlalu Mengganti ukuran huruf / jenis huruf


kecil yang lebih tebal dan besar

4. Sasaran pada buku Sasaran hanya untuk konselor tidak


panduan perlu siswa

5. Alokasi waktu Dalam 1 pertemuan maksimal 2


pertemuan kurang logis permainan jadi dapat dibuat 4x
dan kegiatan refleksi pertemuan
harus mendapatkan porsi
waktu yang cukup

6. Tidak ada jadwal Ditambahakan jadwal pelaksanaan dan


pelaksanaan dan instrument refleksi
instrument refleksi

2. Data uji coba ahli desain produk


Panduan paket pelatihan bimbingan dengan teknik outbound untuk
mengembangkan resiliensi pada siswa SMP telah diuji kelayakan oleh Eka
Pramono Adi, S.IP., M.Si selaku validator ahli desain produk. Seluruh
tampilan pada panduan paket pelatihan bimbingan telah dinilai oleh
validator. Penilaian dilakukan pada tanggal 10 Agustus 2020. Adapun hasil
validasi tersebut tersaji dalam tabel berikut.

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Panduan Paket Pelatihan Bimbingan oleh Ahli Desain Produk

N Aspek Hal yang dinilai Nilai


o

1 Ketepatan Ketepatan desain sampul pada 4


paket bimbingan

Ketepatan jenis dan ukuran huruf 3


dengan ukuran kertas paket
bimbingan

Ketepatan penggunaan bahasa 4


pada paket bimbingan

Ketepatan gambar dengan materi 4


pada paket bimbingan

Ketepatan perpaduan warna dan 3


gambar di paket bimbingan

Ketepatan materi paket bimbingan 4


untuk siswa SMP

Total 22

2 Kemudahan Kemudahan sampul depan dan 4


belakang untuk mengetahui
identitas paket bimbingan

Kemudahan kata pengantar 4


sebagai informasi awal paket
bimbingan

Kemudahan mengikuti prosedur 4


pelaksanaan bimbingan

Kemudahan daftar isi untuk 4


membantu menemukan halaman
dalam paket bimbingan

Kemudahan materi paket 4


bimbingan untuk dipahami dan
diterapkan konselor

Kemudahan petunjuk penggunaan 4


produk untuk dipahami oleh
konselor

Total 24

3. Kegunaan Kegunaan sampul depan dan 4


belakang sebagai identitas paket
bimbingan

Kegunaan paket bimbingan untuk 4


membantu konselor memberikan
layanan bimbingan

Kegunaan paket bimbingan untuk 4


efektifitas pelaksanaan layanan
bimbingan

Kegunaan media secara 3


keseluruhan dari segi interaktif
bagi konselor

Petunjuk penggunaan dalam 4


setiap kegiatan untuk membantu
konselor dalam melaksanakan
setiap aktivitas kegiatan siswa
dalam paket bimbingan

Total 19

4. Kemenarikan Kemenarikan warna dan gambar 4


pada sampul depan paket
bimbingan

Kemenarikan warna dan gambar 4


pada sampul belakang paket
bimbingan

Kemenarikan paket bimbingan 4


secara keseluruhan

Kemenarikan jenis dan ukuran 3


huruf pada isi paket bimbingan

Kemenarikan jenis dan ukuran 4


huruf pada sampul depan paket
bimbingan

Kemenarikan layout isi pada 3


paket bimbingan
Kemenarikan gambar pada isi 4
paket bimbingan

Kemenarikan tampilan secara 4


keseluruhan paket bimbingan

Total 30

Tabel 4.4 data deskriptif uji ahli desain produk

No Komentar Saran

1. Aspek desain grafis kurang optimal Ornament hias visualisasinya perlu


diminimalis karna mengganggu
viewing pembaca buku

2 Jenis font pada teks Sebaiknya menggunakan jenis font


yang keterbacaan (readability) tinggi

3 Cover depan Cantumkan “panduan untuk


konselor”

4 Gambar yang dikutip tidak ada Sebaiknya gambar / foto yang


sumbernya diambil / dikutip dari pihak lain
dicantumkan sumbernya.

3. Data uji coba calon pengguna produk


Panduan paket pelatihan bimbingan dengan teknik outbound untuk
mengembangkan resiliensi pada siswa SMP telah diuji kelayakan oleh Pipit
Asriningpuri, S.Pd selaku calon pengguna produk. Seluruh materi
permainan pada produk dinilai oleh calon pengguna produk. Penilaian
dilaksanakan pada tanggal 24 September 2020. Adapun hasil validasi
tersebut tersaji dalam tabel berikut.

Tabel 4.5 Hasil Penilaian Panduan Paket Pelatihan Bimbingan oleh Calon Pengguna Produk
No Aspek Hal yang dinilai Nilai

1 Ketepatan Ketepatan sasaran pengguna produk 4

Ketepatan metode / teknik dengan 4


karakteristik siswa SMP

Ketepatan permainan outbound 1 4


“Opposite” dengan kompetisi yang
ingin dicapai

Ketepatan permainan outbound 2 4


“Jaring Laba – laba” dengan
kompetisi yang ingin dicapai

Ketepatan permainan outbound 3 4


“Karet Estafet” dengan kompetisi
yang ingin dicapai

Ketepatan permainan outbound 4 4


“Perang Naga” dengan kompetisi
yang ingin dicapai

Total 24

2 Kemudahan Kemudahan materi resilensi untuk 4


dipahami siswa

Kemudahan permainan outbound 1 4


“Opposite” untuk dipahami siswa

Kemudahan permainan outbound 2 4


“Jaring Laba – laba” untuk dipahami
siswa

Kemudahan permainan outbound 3 4


“Karet Estafet” untuk dipahami
siswa

Kemudahan permainan outbound 4 4


“Perang Naga” untuk dipahami siswa

Kemudahan bahasa yang digunakan 4


dalam buku panduan untuk dipahami
konselor
Total 24

3. Kegunaan Kegunaan kata pengantar untuk 4


informasi awal buku panduan

Kegunaan pendahuluan sebagai 4


informasi awal pada buku panduan

Kegunaan petunjuk pelaksanaan 4


dalam buku panduan

Kegunaan prosedur bimbingan dalam 4


buku panduan

Kegunaan materi resilensi dalam 4


buku panduan

Kegunaan petunjuk permainan dalam 4


buku panduan

Kegunaan permainan outbound 1 4


“Opposite” untuk meningkatkan
resiliensi siswa SMP

Kegunaan permainan outbound 2 4


“Jaring Laba – laba” untuk
meningkatkan resiliensi siswa SMP

Kegunaan permainan outbound 3 4


“Karet Estafet” untuk meningkatkan
resiliensi siswa SMP

Kegunaan permainan outbound 4 4


“Perang Naga” untuk meningkatkan
resiliensi siswa SMP

Kegunaan alat evaluasi siswa pada 4


setiap permainan outbound dalam
paket bimbingan

Total 44

4. Kemenarikan Kemenarikan desain tampilan paket 4


bimbingan (cover,warna, dan
gambar)
Kemenarikan teknik yang digunakan 4
untuk siswa SMP

Kemenarikan buku panduan secara 4


keseluruhan

Kemenarikan permainan outbound 1 4


“Opposite” dengan karakteristik
siswa SMP

Kemenarikan permainan outbound 2 4


“Jaring Laba – laba” dengan
karakteristik siswa SMP

Kemenarikan permainan outbound 3 4


“Karet Estafet” dengan karakteristik
siswa SMP

Kemenarikan permainan outbound 4 4


“Perang Naga”dengan karakteristik
siswa SMP

Total 28

Tabel 4.6 data deskriptif uji calon pengguna produk

No Komentar Saran

1. Instrument refleksi kurang rinci Lebih memperinci instrument


refleksi

C. Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah seluruh data uji coba terkumpul. Tujuan
analisis data adalah untuk mengetahui produk sudah menarik dan efektif
atau belum, sehingga mendapatkan produk layak untuk digunakan sesuai
dengan kriteria yang sudah ditentukan. Data skor setiap aspek penilaian
dijelaskan pada tabel sebagai berikut.
1. Analisis data uji ahli
a. Analisis data kuantitatif
1) Analisis data kuantitatif ahli materi
Hasil analisis data berdasarkan tabel 4.1 didapatkan rata –
rata skor penilaian uhi ahli materi di setiap aspek adalah aspek
ketepatan 3, aspek kemudahan 3,75, aspek kegunaan 3,6, dan
aspek kemenarikan 3,71.

Tabel 4.7 Hasil penilaian keseluruhan aspek oleh ahli materi

No Aspek ∑ X ∑ Xi Indeks Kualifikasi Ekuivalen

1 Ketepatan 3 4 0,75 Tinggi Layak

2 Kemudahan 3,75 4 0,93 Sangat tinggi Sangat layak

3 Kegunaan 3,6 4 0,90 Sangat tinggi Sangat layak

4 Kemenarikan 3,71 4 0,92 Sangat tinggi Sangat layak

Keseluruhan 14,06 16 87,88% Sangat tinggi Sangat layak


Aspek

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa hasil rata – rata aspek


ketepatan 3 jika dimasukkan dalam tabel 3.5, maka nilai aspek
ketepatan dari produk termasuk dalam kategori tepat. Hasil rata
– rata aspek kemudahan 3,75 jika dimasukkan dalam tabel 3.5,
maka nilai aspek kemudahan dari produk termasuk dalam
kategori sangat mudah. Hasil rata – rata aspek kegunaan 3,6
jika dimasukkan dalam tabel 3.5, maka nilai aspek kegunaan
dari produk termasuk dalam kategori sangat berguna. Hasil rata
– rata aspek kemenarikan 3,71 jika dimasukkan dalam tabel
3.5, maka nilai aspek kemenarikan dari produk termasuk dalam
kategori sangat menarik.
Dari interpretasi keseluruhan aspek yang dihitung dengan
menemukan skor indeks uji ahli dari rata – rata nilai yang
didapatkan. Total nilai rata – rata yaitu 14,06, dengan nilai rata
– rata yang didapatkan dengan membagi nilai rata – rata yang
didapat dengan nilai rata – rata maksimal. Hasil yang
didapatkan yaitu 0,88 yang berarti produk memiliki ekuivalen
sangat layak untuk digunakan karna memiliki validitas sangat
tinggi.
2) Analisis data kuantitatif ahli desain produk
Hasil analisis data berdasarkan tabel 4.3 didapatkan rata –
rata skor penilaian uji ahli desain produk di setiap aspek adalah
aspek ketepatan 3,6, aspek kemudahan 4, aspek kegunaan 3,8,
dan aspek kemenarikan 3,75.

Tabel 4.8 Hasil penilaian keseluruhan aspek oleh ahli materi

No Aspek ∑ X ∑ Xi Indeks Kualifikasi Ekuivalen

1 Ketepatan 3,6 4 0,90 Sangat tinggi Sangat Layak

2 Kemudahan 4 4 1 Sangat tinggi Sangat layak

3 Kegunaan 3,8 4 0,95 Sangat tinggi Sangat layak

4 Kemenarikan 3,75 4 0,93 Sangat tinggi Sangat layak

Keseluruhan 15,15 16 94,69% Sangat tinggi Sangat layak


Aspek

Tabel 4.8 menunjukkan hasil rata – rata aspek ketepatan 3,6


jika dimasukkan dalam tabel 3.5, maka nilai aspek ketepatan
dari produk termasuk dalam kategori sangat tepat. Hasil rata –
rata aspek kemudahan 4 jika dimasukkan dalam tabel 3.5, maka
nilai aspek kemudahan dari produk termasuk dalam kategori
sangat mudah. Hasil rata – rata aspek kegunaan 3,8 jika
dimasukkan dalam tabel 3.5, maka nilai aspek kegunaan dari
produk termasuk dalam kategori sangat berguna. Hasil rata –
rata aspek kemenarikan 3,75 jika dimasukkan dalam tabel 3.5,
maka nilai aspek kemenarikan dari produk termasuk dalam
kategori sangat menarik.
Dari interpretasi keseluruhan aspek yang dihitung dengan
menemukan skor indeks uji ahli dari rata – rata nilai yang
didapatkan. Total nilai rata – rata yaitu 15,15 dengan nilai rata
– rata yang didapatkan dengan membagi nilai rata – rata yang
didapat dengan nilai rata – rata maksimal. Hasil yang
didapatkan yaitu 0,94 yang berarti produk memiliki ekuivalen
sangat layak untuk digunakan karna memiliki validitas sangat
tinggi.
b. Analisis data deskriptif
1) Analisis data deskriptif ahli materi
Analisis data deskriptif ahli materi dilakukan berdasarkan
hasil rekomendasi yang berupa masukan,saran, dan kritikan
dari validator materi. Berdasarkan paparan data pada tabel 4.2
hasil uji validasi materi memperoleh hasil rekomendasi yaitu
menambahkan “Panduan paket pelatihan” pada judul buku dan
mengganti kata meningkatkan dengan kata mengembangkan
karna produk untuk bimbingan bukan konseling. Gambar pada
cover buku seharusnya menggunaka gambar yang
mencerminkan resiliensi. Ukuran / jenis huruf dapat diganti
dengan yang lebih tebal dan besar.
Ahli materi memberikan rekomendasi untuk pertemuan
pelaksanaan bimbingan seharusnya dibuat 4 kali pertemuan,
setiap pertemuan maksimal 2 kali permainan karna refleksi
membutuhkan waktu yang cukup agar siswa memahami teknik
yang digunakan pada bimbingan. Dalam buku panduan, ahli
materi juga menyarankan dapat ditambahkan jadwal
pelaksanaan dan instrument refleksi. Sasaran pada buku
panduanpun hanya untuk konselor tidak perlu siswa.
2) Analisis data deskriptif ahli desain produk
Analisis data deskriptif ahli desain media dilakukan
berdasarkan hasil rekomendasi yang berupa masukan,saran,
dan kritikan dari validator desain produk. Berdasarkan paparan
data pada tabel 4.4 hasil uji validasi desain produk
memperoleh hasil rekomendasi yaitu mengoptimalkan desain
grafis dengan cara meminimalkan ornament hias agar tidak
mengganggu viewing pembaca buku. Jenis font pada teks juga
sebaiknya menggunakan font yang memiliki tingkat
keterbacaan (readability) yang tinggi. Selain itu validator
menyarankan agar pada cover depan dicantumkan “panduan
untuk konselor” agar lebih jelas sasaran panduan tersebut.
Pada buku panduan gambar / foto yang dikutip seharusnya ada
sumber yang dicantumkan baik di bawah gambar / foto
ataupun di daftar rujukan.
2. Analisis data calon pengguna produk (konselor)
a. Analisis data kuantitatif
Hasil analisis data berdasarkan tabel 4.5 didapatkan rata –
rata skor penilaian calon pengguna produk (Konselor) disetiap
aspek yaitu aspek ketepatan 4, aspek kemudahan 4, aspek
kegunaan 4, dan aspek kemenarikan 4.

Tabel 4.9 Hasil penilaian keseluruhan aspek oleh calon pengguna produk

No Aspek ∑ X ∑ Xi Indeks Kualifikasi Ekuivalen

1 Ketepatan 4 4 1 Sangat Tinggi Sangat Layak

2 Kemudahan 4 4 1 Sangat tinggi Sangat layak

3 Kegunaan 4 4 1 Sangat tinggi Sangat layak

4 Kemenarikan 4 4 1 Sangat tinggi Sangat layak

Keseluruhan 16 16 100% Sangat tinggi Sangat layak


Aspek

Tabel 4.9 menunjukkan hasil rata – rata aspek ketepatan 4


jika dimasukkan dalam tabel 3.5, maka nilai aspek ketepatan dari
produk termasuk dalam kategori sangat tepat. Hasil rata – rata
aspek kemudahan 4 jika dimasukkan dalam tabel 3.5, maka nilai
aspek kemudahan dari produk termasuk dalam kategori sangat
mudah. Hasil rata – rata aspek kegunaan 4 jika dimasukkan dalam
tabel 3.5, maka nilai aspek kegunaan dari produk termasuk dalam
kategori sangat berguna. Hasil rata – rata aspek kemenarikan 4 jika
dimasukkan dalam tabel 3.5, maka nilai aspek kemenarikan dari
produk termasuk dalam kategori sangat menarik.
Dari interpretasi keseluruhan aspek yang dihitung dengan
menemukan skor indeks uji ahli dari rata – rata nilai yang
didapatkan. Total nilai rata – rata yaitu 16,00 dengan nilai rata –
rata yang didapatkan dengan membagi nilai rata – rata yang
didapat dengan nilai rata – rata maksimal. Hasil yang didapatkan
yaitu 1,00 yang berarti produk memiliki ekuivalen sangat layak
untuk digunakan karna memiliki validitas sangat tinggi. Dapat
disimpulkan, keberterimaan produk panduan paket pelatihan
bimbingan dengan teknik outbound untuk mengembangkan
resiliensi siswa SMP sangat tinggi dan sangat layak untuk
digunakan.
b. Analisis data deskriptif
Analisis data deskriptif calon pengguna produk dilakukan
berdasarkan hasil rekomendasi yang berupa masukan,saran, dan
kritikan dari calon pengguna produk. Berdasarkan paparan data
pada tabel 4.6 hasil uji validasi calon pengguna produk
memperoleh hasil rekomendasi terkait belum adanya instrument
refleksi pada produk. Calon pengguna produk merekomendasikan
untuk memperinci instrument refleksi pada buku panduan karna
akan membantu konselor menyampaikan refleksi pada tiap
permainan.
D. Revisi Produk
Revisi produk dilakukan berdasarkan rekomendasi dan saran yang
diberikan sebagai acuan untuk merevisi produk. Revisi dilakukan untuk
memperbaiki kesalahan dan kekurangan produk agar menghasilkan produk
yang sempurna. Revisi pertama dilakukan setelah uji ahli materi dan uji ahli
desain produk. Revisi kedua dilakukan setelah uji calon pengguna produk.
Hasil revisi uji ahli dan uji calon pengguna produk sebagai berikut.
1. Revisi pertama
Revisi pertama merupakan revisi yang dilakukan setelah uji ahli
materi dan uji ahli desain produk.
a. Perbaikan berdasarkan uji ahli materi
Dari hasil uji ahli materi pada table 4.2 memperoleh
rekomendasi terkait produk buku panduan yang di jabarkan pada
table 4.10

Tabel 4.10 Revisi Produk Uji Ahli Materi

Rekomendasi Sebelum perbaikan Sesudah perbaikan


b. Perbaikan berdasarkan uji ahli desain produk
Mengganti judul Judul “Bimbingan dengan Judul “Panduan Paket
Teknik Outbound untuk Pelatihan Bimbingan
Meningkatkan Resiliensi dengan Teknik Outbound
pada Siswa SMP” untuk Meningkatkan
Resiliensi pada Siswa
SMP”

Mengganti gambar cover Cover gambar empat anak Telah diubah


sedang bermain Engklek

Mengubah pertemuan Pertemuan 2 kali, Pertemuan 4 kali


pertemuan pertama
eksposori, pertemuan kedua
outbound

Menambah jadwal pelaksaan Belum ada jadwal Telah ditambahkan


pelaksanaan bimbingan

Menambahkan instrument Belum ada instrument Telah ditambahkan


refleksi refleksi

Dari hasil uji ahli desain produk pada table 4.4 memperoleh
rekomendasi terkait produk buku panduan yang di jabarkan pada
tabel 4.11
Tabel 4.11 Revisi Produk Uji Ahli Desain Produk

Rekomendasi Sebelum perbaikan Sesudah perbaikan

Mengganti ornament hias Ornament besar Telah diubah


Mengubah jenis font Jenis font lebih dari 1 dan Jenis font 1 dan tebal
ukuran kecil serta tipis

Menambahkan “panduan Tidak dicantumkan di cover Telah ditambahkan


untuk konselor” pada judul

Mencantumkan sumber Tidak dicantumkan Telah ditambahkan


rujukan dari gambar yang
digunakan

2. Revisi kedua
Revisi kedua merupakan revisi yang dilakukan setelah uji calon pengguna produk
produk. Dari hasil uji ahli calon pengguna produk pada tabel 4.6 memperoleh
rekomendasi terkait produk buku panduan yang di jabarkan pada table 4.12

Tabel 4.12 Revisi Produk Uji calon pengguna produk

Rekomendasi Sebelum perbaikan Sesudah perbaikan

Memperinci instrument Instrument refleksi kurang Telah ditambahkan


refleksi dipahami
BAB V

KAJIAN DAN SARAN

Pada bab V akan mengurai tentang : 1) kajian produk pengembangan, 2) kesimpulan, dan 3)
saran pemanfaatan dan pengembangan produk lebih lanjut. Penjelasan rinci kajian terkait hasil
pengembangan produk adalah sebagai berikut.

A. Kajian Produk Pengembangan


Penelitian dan pengembangan ini dibuat dengan proses yang sistematis sehingga
menghasilkan produk berupa paket pelatihan bimbingan teknik outbound untuk
mengembangkan resiliensi siswa SMP. Produk tersebut telah melalui tahap uji kelayakan yaitu
uji ahli materi Bimbingan dan Konseling, uji ahli desain produk, dan uji calon pengguna produk.
Ketiga uji kelayakan tersebut telah mempertimbangkan empat aspek keberterimaan produk yaitu
aspek ketepatan, kegunaan, kemudahan dan kemenarikan. Melalui proses uji kelayakan itulah
produk awal diberi masukan dan direvisi. Paket bimbingan ini dapat digunakan oleh konselor
sekolah dalam melaksanakan kegiatan layanan bimbingan untuk mengembangkan resiliensi
siswa.
Menurut Grotberg (dalam Desmita, 2006) resiliensi sebagai kekuatan atau daya tahan
seseorang untuk menghadapi, mengatasi, menjadi lebih kuat, dan bahkan mengubah pengalaman
tidak menyenangkan. Individu dengan kepribadian resilien akan merasakan bahwa hidup
bermakna, memiliki tujuan, dan penuh harapan. resiliensi adalah kemampuan individu untuk
bertahan dalam menghadapi persoalan atau kesulitan sehingga individu dapat menjadi lebih kuat,
berkembang, menjadi percaya diri dan mampu melihat hal tersebut sebagai keberuntungan bukan
hambatan. Resiliensi menjadi kemampuan yang harus dimiliki individu untuk mempertahankan
diri dari kondisi yang tidak menyenangkan atau kondisi yang sulit, agar menjadi individu yang
mampu berkembang secara optimal. Individu yang resilien akan kembali segera (to bounce back)
dalam menghadapi dan mengatasi situasi yang penuh tekanan melalui pertahanan diri yang
dimiliki serta adaptasi yang positif terhadap perubahan dari pengalaman.
Menurut Asti (2003) kompetensi seseorang bisa ditingkatkan melalui pengembangan
pengetahuan, skill, dan sikap / karakter dari yang bersangkutan. Lalu Menurut Ancok (2002)
outbound merupakan suatu penambah wawasan pengetahuan yang didapat dari serangkaian
pengalaman berpetualang sehingga dapat memacu semangat dan kreatifitas seseorang. Outbound
bertujuan membangun kecerdasan kolektif melalui kematangan individu, kemampuan
berkordinasi, kepercayaan antar anggota dan semangat untuk saling mendukung. Dari pelatihan
outbound akan mendukung munculnya resiliensi pada diri individu. Sehingga paket pelatihan
bimbingan yang dikembangkan oleh peneliti memberikan serangkaian kegiatan bimbingan untuk
mengembangkan resiliensi secara berkala dari konselor melalui proses bimbingan.
Dalam setiap permainan dalam outbound akan menjadi teknik untuk mengembangkan tiap –
tiap faktor pembentuk resiliensi. Teknik outbound menghadirkan situasi dan kondisi nyata pada
permainan – permainannya yang memberikan dampak pembelajaran pada aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik. Menurut Siebert (2005), resiliensi dianggap sebagai kemampuan dalam
mengatasi perubahan yang mengganggu. Dalam kondisi tertekan, individu akan mampu
mempertahankan energi dan kesehatannya. Selain itu individu akan mampu bangkit kembali dari
masalah dan mengatasinya.
Proses penelitian dan pengembangan ini berjalan secara sistematis dengan mengadopsi
prosedur penelitian dan pengembangan Borg and Gall (1983), dengan tahapan 1) tahap persiapan
yang terdiri dari melakukan kajian pustaka, analisis kebutuhan dan potensi masalah, menentukan
tujuan dan menyiapkan bahan yang diperlukan, 2) tahap pengembangan yang terdiri dari
penyusunan prototype produk dan desain produk, 3) tahap validasi yang terdiri dari uji coba
produk awal, revisi I, uji calon pengguna produk, revisi II dan penyusunan produk akhir.
Produk pengembangan ini dikembangkan dengan melalui proses validasi. Pada tahap
validasi, pengembang melakukan tahap uji coba untuk menilai kelayakan produk, uji kelayakan
dilakukan oleh ahli materi bimbingan dan konseling, uji ahli desain produk, dan uji calon
pengguna produk. Hasil uji ahli materi, produk dianggap sangat layak dengan skor 14,06 dan
jumlah rata – rata 0,88 dengan kualifikasi validitas tinggi dan ekuivalen sangat layak digunakan.
Produk juga memuat materi resiliensi yang sangat layak digunakan untuk mengembangkan
resiliensi siswa.
Berdasarkan uji ahli desain produk, produk dianggap sangat layak dengan skor 15,15 dan
jumlah rata – rata 0,94 dengan kualifikasi validitas tinggi dan ekuivalen sangat layak digunakan.
Desain pada produk menambah kemenarikan dan kemudahan calon pengguna produk nantinya.
Pada uji calon pengguna produk, produk dianggap sangat layak dengan skor 16,00 dan jumlah
rata – rata 1,00 dengan kualifikasi validitas tinggi dan ekuivalen sangat layak digunakan.
Dari uji ahli materi, uji ahli desain produk dan uji calon pengguna produk didapatkan
rekomendasi dan saran yang selanjutnya dimasukan pada tahap revisi. Revisi pertama dilakukan
setelah uji ahli materi dan uji ahli desain produk. Judul produk dianggap kurang tepat dan
menyarankan untuk mengganti kata “meningkatkan” menjadi “mengembangkan” karna produk
digunakan untuk bimbingan bukan konseling. Gambar pada cover juga diganti dengan gambar
yang menunjukkan resiliensi. Ahli desain produk juga menyaran untuk memperkecil ornament
hias agar tidak mengganggu viewing pembaca serta mengganti font dengan font yang memiliki
tingkat keterbacaan tinggi. Selanjutnya revisi kedua dilakukan setelah uji calon pengguna
produk. Konselor yang ,menjadi subjek calon pengguna produk menyarankan untuk
memperbaiki instrument refleksi agar lebih tepat sasaran yaitu merefleksikan faktor – faktor
pembentuk resiliensi.
Paket pelatihan bimbingan dengan teknik outbound untuk mengembangkan resiliensi
siswa disusun dari hasil analisis kebutuhan. Paket ini terdiri dari tiga bab, yaitu 1) Bab I
memaparkan tentang rasional, tujuan, sasaran layanan, metode dan jadwal pelaksanaan
bimbingan, 2) Bab II memaparkan tentang petunjuk pelaksanaan dan peran konselor dan siswa
dalam bimbingan, 3) Bab III menjelaskan tentang prosedur pelaksanaan pelalui rancangan
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling (RPLBK). Pembagian tersebut bertujuan agar
pengguna memahami paket pelatihan bimbingan dengan baik dan benar. Peneliti
mengembangkan paket bimbingan ini dengan komprehensif. Dalam buku ini terdapat
serangkaian kegiatan bimbingan secara runtut dan juga dilengkapi uraian materi. Instrument
refleksi juga ditambahkan pada produk ini untuk menyempurnakan produk bimbingan ini. Pada
instrument refleksi, terdapat pon – poin yang dikaitkan dengan tujuh faktor pembentuk resiliensi.
Buku paket pelatihan bimbingan ini dibuat semenarik mungkin dan disesuaikan dengan
karakteristik siswa SMP. Paket bimbingan di cetak dengan menggunakan kertas HVS 80 gram
dan berukuran B5 (18,2 cm x 25,7 cm) pada bagian isi. Sedang pada cover kertas di cetak dengan
bahan ArtPaper 230. Produk dijilid dengan jilid ring/ spiral. Desain cover menggambarkan
resiliensi dan outbound sesuai dengan konsep dengan pilihan warna yang menarik dan nyaman
untuk dilihat. Ornament hias dibuat kecil sehingga tidak mengganggu viewing pembaca dengan
font yang memiliki tingkat keterbacaan tinggi.
Produk bimbingan ini masih jauh dari kesempurnaan, banyak hal pada produk ini yang
dapat dikembangkan lebih lanjut. Salah satu dari keterbatasan produk paket bimbingan dengan
teknik outbound untuk mengembangkan resiliensi ini yaitu penilaian produk ini hanya sampai
pada tahap validasi, belum sampai pada uji efektivitasnya.
Selain kelemahan dalam pengembangan produk ini juga memiliki kelebihan. Kelebihan
ini yang menjadi alasan peneliti berinisiatif untuk mengembangkan produk. Produk ini memiliki
langkah – langkah bimbingan yang sederhana sehingga akan mudah dipahami oleh konselor
sebagai calon pengguna produk. Teknik outbound dirasa tepat oleh peneliti untuk dikembangkan
menjadi teknik bimbingan, permainan dalam outbound akan menjadi teknik yang mudah dan
menarik untuk konselor dalam memberi layanan bimbingan. Alur permainan yang
menyenangkan membuat siswa tidak mudah bosan saat pemberian layanan. Konselor dapat
memakai instrument refleksi yang peneliti sertakan pada produk untu melihat perkembangan
resiliensi siswanya.
B. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari produk pengembangan paket pelatihan bimbingan
dengan teknik outbound untuk mengembangkan resiliensi adalah produk ini telah memenuhi ke –
4 aspek keberterimaan diantaranya, aspek ketepatan, kegunaan, kemudahan dan kemenarikan.
Namun untuk mengetahui keefektifan dari paket tersebut, konselor maupun peneliti selanjutnya
diperkenankan melakukan uji eksperimen dengan kelompok terbatas.
C. Saran Pemanfaatan
Berdasarkan kajian pengembangan produk yang telah direvisi, ada beberapa saran yang
diajukan peneliti agar nantinya produk ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan pada
pengembangan produk selanjutnya.
1. Saran pemanfaatan bagi konselor
Produk paket bimbingan dengan teknik outbound untuk mengembangkan resiliensi ini
dapat digunakan oleh konselor dalam memberikan bimbingan kepada siswanya. Diharapkan
konselor memahami petunjuk pelaksanaan serta langkah – langkah yang telah dijelaskan
pada buku panduan agar layanan dapat berjalan dengan lancar. Saat memberi materi di
dalam kelas, konselor dapat membuat power point untuk menjelaskan materi resiliensi.
Resiliensi merupakan hal yang penting bagi siswa dalam perkembangan hidupnya. Agar
perkembangan hidupnya optimal, siswa perlu memiliki resiliensi yang tinggi. Oleh karena
itu konselor perlu melatih siswa agar memiliki resiliensi yang tinggi dengan terlebih dahulu
memahami materi resiliensi.
2. Perkembangan produk lebih lanjut
Pada penelitian dan pengembangan ini, peneliti belum mengukur tingkat efektifitas dan
uji operasional produk. Sehingga peneliti selanjutnya dapat mengembangkan ataupun
meneruskan penelitian ini dengan tahap uji efektifitas dan pengaruh produk ini dalam
pengembangan resiliensi siswa. Peneliti selanjutnya juga dapat melaksanakan uji operasional
dari produk pengembangan ini lalu mendesiminasikannya jurnal ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai