OLEH :
M. HAYATUL KAMAL
Nim : 3022019067
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak dikalangan siswa yang kurang percaya diri serta sangat sulit
bersosialisasi. Hal ini dilihat saat mereka berada pada suatu kondisi dan situasi
komunitas baru (masuk pada lingkungan yang baru). Gejala kurang percaya diri
tersebut muncul ketika dia berbicara atau memulai pembicaraan dengan orang
yang baru ia kenal, mudah cemas dan sering salah ucap ketika berbicara.1
sekitar.2 Akan tetapi tidak semua siswa mengalami rasa kurang percaya diri,
banyak juga siswa yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dalam
menyesuaikan diri baik bersama teman maupun bersama masyarakat tempat siswa
tersebut tinggal.
perkembangan sosial, pada siswa sangat rentan dengan rasa percaya diri yang dia
miliki. Siswa yang memiliki rasa kurang percaya diri akan menghambat tumbuh
kembang siswa tersebut dalam beraktifitas dilingkungan sekitar yang dia tempati,
baik disekolah, keluarga maupun masyarakat. Dilihat dari sudut Bimbingan dan
1
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2008), h. 309.
2 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: Rajawali Pers,
2007), h.170
1
Konseling, siswa yang kurang percaya diri akan merasa sangat kesulitan dalam
berkomunikasi dengan lawan bicara, yang sering terjadi, mereka sering banyak
salah ucap dalam berbicara. Siswa yang mengalami kurang percaya diri akan
pada siswa usia menengah atas menjadi salah satu penentu dalam keberhasilan
perkembangan dan menjadi suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan
tentang kepribadian manusia. Konsep penyesuaian diri merupakan sifat yang unik
mental dan tingkah laku yang mana seorang individu berusaha untuk menguasai
tempat individu berada. Dalam hidupnya seorang individu akan terus menerus
3
Syamsul Barci Thalib, Psikologi pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif.
(Jakarta: Rencana. 2010), h. 68.
2
Di lingkungan sekolah siswa dituntut mampu menyesuaikan diri dengan
siswa. Seperti yang dinyatakan oleh Desmita “Bagi seorang adanya suatu
ketegangan pada diri individu tersebut perlu adanya penyesuaian diri yang baik.
frustasi, dengan keadaan seperti itu individu didorong untuk meneliti berbagai
kemungkinan perilaku yang tepat untuk membebaskan diri dari konflik agar
individu dapat meningkatkan penyesuaian diri. Salah satu konflik yang dapat
terjadi adalah penolakan diri. Menurut Hurlock “seseorang yang menolak diri
segera tidak dapat menyesuaikan diri dan tidak bahagia”. Maka siswa yang
dinikmati oleh teman-teman sebaya. Selain itu tidak dapat menyesuaiakan diri
siswa SMA Negeri 5 Langsa, maka dibutuhkan suatu layanan untuk membantu
siswa diantaranya yaitu salah satunya dengan layanan bimbingan kelompok. Pada
4
Abdul Mujib,. Kepribadian Dalam Psikologi Islam; (Jakarta :PT Raja Grafindo Perkasa,
2006), h. 201
3
layanan bimbingan kelompok, siswa diajak bersama-sama mengemukakan
salah satu layanan konseling yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri siswa.
normatif serta aspek-aspek positif lainnya yang pada gilirannya individu dapat
mengembangkan potensi diri dan dapat menyesuaiakan diri dengan baik melalui
permainan pada hakikatnya disukai semua orang dari seluruh tingkat usia dan
5
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta : PT. Gunung Agung, Jakarta. 1975), h. 88
4
mendengarkan dengan baik, seperti: pendapat, ide, saran, tanggapan serta
sama lain, ini diperkirakan dapat membantu bagi siswa yang mengalami
dengan teknik permainan terhadap penyesuaian diri siswa SMA Negeri 5 Langsa”
B. Identifikasi Masalah
rendah.
2. Masih terdapat siswa yang kurang percaya diri serta sangat sulit untuk
bersosialisasi.
5
C. Rumusan Masalah
5 Langsa
1. Manfaat Teoritis
6
khususnya dan dapat bermanfaat bagi orang lain, terutama pada siswa
2. Manfaat Praktis
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyesuaian Diri
1. Pengertian
situasi dari dalam maupun dari luar dirinya. Pada saat individu mengatasi
menghadapi kondisi tersebut dengan baik. Ada beberapa jenis penyesuaian antara
Hurlock, 1990) salah satu indikasi penyesuaian sosial yang berhasil adalah
merupakan proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk
menyesuaikan diri dengan keinginan yang berasal dari dalam diri sendiri yang
tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri dengan orang
lain dan kelompok sesuai dengan keinginan dari dalam dan tuntutan lingkungan.
6
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta : PT. Gunung Agung, Jakarta. 1975), h.
109
8
Penyesuaian sosial menunjukkan kapasitas untuk bereaksi secara efektif dan
sehat pada realitas sosial, situasi dan relasi sosial, sehingga kebutuhan-kebutuhan
untuk kehidupan sosial terpenuhi dalam cara yang dapat diterima dan memuaskan.
Proses sosialisasi dimulai sejak dini pada masa kanak-kanak, yaitu ketika anak
belajar untuk menyesuaikan diri terhadap struktur standar tertentu yang ada dalam
keluarga tempat individu tinggal. Saat seseorang semakin berkembang maka dia
juga akan belajar untuk menyesuaikan diri dengan standar dari kelompok lain,
mental dan tingkah laku yang mana seorang individu berusaha untuk menguasai
adjustment).
7
Gede Sedanayasa dkk, Dasar-Dasar Bimbingan Konseling, (Singaraja: Fakultas Ilmu
Pendidikan Undiksha,2010 ), h. 30
9
2. Aspek-aspek Penyesuaian Diri
menciptakan relasi yang baik dengan orang lain, memperhatikan orang lain,
mengembangkan persahabatan yang baik dengan orang lain, berperan secara aktif
dalam kegiatan sosial, serta menghargai nilai-nilai yang berlaku. Terdapat tiga
aspek yang saling berkaitan satu sama lain di dalam penyesuaian sosial, yaitu
Begitu juga dalam menyesuaikan dir terdapat beberap aspek yang perlu di
terapkan diantaranya :
Diri itu belum ada sejak kita pertama kali dilahirkan, namun diri itu
terbentuk dari faktor lingkungan sekitar kita. Ketika saat kita pertama kali
dilahirkan kita tak berdaya dan selalu tergantungan terhadap orang lain, namun
kita memiliki keyakinan, seperti halnya seorang bayi, ia menangis saat dia lapar,
setelah dia nangis maka si ibu akan memberinya susu, dan si bayi itujika dia lapar,
8
Abu Bakar M.Luddin, Dasar-Dasar Konseling, (Bandung: Citapustaka Media Perintis,
2010), h.47
10
dia akan nangis dan dia yakin jika dia nangis maka ibunya akan memberi ia susu.
sekitar kita, sehingga jika lingkungan itu bersifat positif maka diri kita akan
terbentuk menjadi diri yang positif. Namun jika lingkungan itu bersifat negatif
b. Konsep Diri
Menurut Carl Rogers, konsep diri merupakan gestalt konseptual yang teratur
dan bersifat konsisten yang terdiri dari persepsi-persepsi tentang ciri atau
karakteristik diri kita atau persepsi yang kita miliki tentang hubungan antara diri
kita dengan orang lain, apa pendapat orang lain tentang diri kita dan juga berbagai
Konsep diri merupakan gabungan dari pandangan diri kita tentang orang tua
kita, teman kita, pasangan kita, juga dari atasan kita, karyawan, atlit dan juga dari
artis yang kita idolakan. Sehingga jelas bahwa konsep diri seseorang terdiri dari
kehidupan. 9
9
M Handry, dan Heyes, S. Pengantar Psikologi. (Jakarta: Erlangga. 1989). h. 88
11
Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran yang kompleks
dari perasaan, sikap dan persefsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri
situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Kita mulai membentuk konsep diri
saat usia muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika banyak hal secara
yang aman dan stabil, maka konsep diri masa remaja tersebut secara mengejutkan
akan sangat stabil. Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan
Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama
lain. Klien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat
menjelaskan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara
utuh : fisikal, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Kepribadian yang sehat
disebut dengan istilah fully functioning person yang memiliki ciri-ciri terbuka
pada pengalaman, hidup pada masa kini, percaya pada diri sendiri, mengalami
kebebasan dan kreatifitas. Kelima ciri tersebut berjalan secara berurutan, bila
seseorang tidka terbuka pengalamannya maka ia tidak bisa hidup pada masa kini,
10
Muzakkir Jusuf, Nuansa-nuansa Psikologi Islam; (Jakarta : Raja Grafindo Perkasa,
2002), h. 65
12
Konsep diri belum ada saat dilahirkan, tetapi dipelajari dari pengalaman unik
melalui eksplorasi diri sendiri hubungan dengan orang dekat dan berarti bagi
diri.“.
d. Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan
13
termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang
Konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Kita tidak dilahirkan
dengan konsep diri tertentu. Bahkan ketika kita lahir, kita tidak memiliki konsep
diri, tidak memiliki pengetahuan tentang diri, dan tidak memiliki pengharapan
bagi diri kita sendiri, serta tidak memiliki penilaian apa pun terhadap diri kita
sendiri.11
Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan atau herediter. Konsep diri
Burns (1979) menyatakan bahwa konsep diri berkembang terus sepanjang hidup
manusia, namun pada tahap tertentu, perkembangan konsep diri mulai berjalan
dalam tempo yang lebih lambat. Secara bertahap individu akan mengalami sensasi
dari tubuhnya dan lingkungannya, dan individu akan mulai dapat membedakan
keduanya. Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap
Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan atau herediter. Konsep diri
11
Abdul Mujib,. Kepribadian Dalam Psikologi Islam; (Jakarta :PT Raja Grafindo
Perkasa, 2006), h. 201
14
perkembangan dirinya menjadi dewasa. Proses pembentukan tidak terjadi dalam
Burns (1979) menyatakan bahwa konsep diri berkembang terus sepanjang hidup
manusia, namun pada tahap tertentu, perkembangan konsep diri mulai berjalan
dalam tempo yang lebih lambat. Secara bertahap individu akan mengalami sensasi
dari tubuhnya dan lingkungannya, dan individu akan mulai dapat membedakan
keduanya. Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap
sendiri baik internal maupun eksternal. Penentu identik dengan faktor-faktor yang
sebagai berikut:
fisik, susunan saraf, kelenjar, dan system otot, kesehatan, penyakit, dan
sebagainya.
12
M Handry, dan Heyes, S. Pengantar Psikologi. (Jakarta: Erlangga. 1989). h. 88
15
b. Perkembangan dan kematangan, khususnya kematangan intelektual,
1. Pengertian Bimbingan
mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan
penyesuaian diri secara maksimum kepada Sekolah (dalam hal ini termasuk
bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun
16
perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada
teratur dan sistematik guna membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatanya
13
Priyatno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling ...h. 63
17
siswa baik ada masalah atau atau tidak ada masalah. Jumlah anggota berkisar
kelompok serta meningkatkan mutu kerja sama dalam kelompok guna mencapai
laku di dalam masyarakat dan didalam kegiatan layanan bimbingan kelompok bisa
1) Pengembangan pribadi
14
Dewa Ketut Sukardi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah ... h. 69
18
pikiran yang buntu melalui masukkan atau tanggapan baru. Lebih efektif melalui
kelompok yaitu kelompok kecil (2-6 orang), kelompok sedang (7-12orang), dan
jenis kelompok yaitu kelompok tetap (yang anggotanya tetap untuk jangka waktu
tertentu, misalnya satu bulan atau satu cawu) dan kelompok tidak tetap atau
penjadwal yang sudah diatur oleh Guru Pembimbing, sedangkan kelompok tidak
tetap melakukan kegiatannya atas dasar kesempatan yang ditawarkan oleh Guru
4. Jenis-Jenis Kelompok
15
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) h. 13-14
19
kelompok primer dan kelompok sekunder, kelompok sosial dan kelompok
Kelompok primer dicirikan oleh kontak akrab atau kontinue seperti dalam
keluarga dan dasar minat yang dikejar k. Kelompok sekunder dibentuk atas
dasar minat yang dikejar bersama seperti satuan kelas di sekolah pecinta alam
Dalam kelompok pertama, tekanan terletak pada hal yang harus dikerjakan
pribadi. Akan tetapi tekanan tersebut dapat bergeser sehingga suatu sociogroup
bimbingan.
20
4) In Group and Out Group.
Dalam kelompok yang pertama, para anggota merasa terkait dan menunjukan
loyalitas satu sama lain. Anggota Out Group adalah mereka yang bukan
anggota kelompok tertentu. Diantara mereka terdapat rasa loyalitas, simpati dan
C. Teknik Permainan
1.Pengertian Permainan
Permainan pada hakikatnya disukai semua orang dari seluruh tingkat usia
mengatasi frustasi dan merupakan medium bagi ahli terapi untuk menganalisis
konflik- konflik siswa dan cara-cara mereka mengatasinya. siswa dapat merasa
merupakan cara belajar yang menyenangkan karena dengan bermain siswa belajar
16
Dewa Ketut Sukardi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah ... h. 71
21
sesuatu tanpa mempelajarinya. Apa yang dipelajari ini disimpan dalam pikirannya
bimbingan dan konseling. Menurut Suwarjo, play dan expressive arts berfungsi
b. Expressive arts dan play media dilihat sebagai salah satu metode
22