Anda di halaman 1dari 6

PENGEMBANGAN INVENTORI SELF DISCLOSURE

BAGI SISWA USIA SEKOLAH MENENGAH ATAS

Maryam B. Gainau

Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN), Burere Sentani Jayapura
Email: m.gainau@yahoo.com

Abstract: The purpose of this study is to develop a self disclosure inventory, which might be used by
counselors in counseling service to students. Stages of development research were followed to ensure
the validity and reliability of the inventory which consists of 89 items. The items refer to both positive
and negative statements.

Kata kunci: inventori, self disclosure, bimbingan konseling, komunikasi interpersonal.

Manusia adalah makhluk sosial yang saling berhu- hubungan sosial di sekolah maupun di luar sekolah
bungan. Melalui komunikasi, manusia menyatakan menghambat kegiatan belajar dan menganggu hu-
eksistensi dirinya. Komunikasi dengan orang lain bungan interaksi dengan orang lain. Siswa yang ter-
akan lebih menyenangkan dan lancar apabila sese- masuk kategori ini tidak disukai teman-temannya,
orang mampu dan berani mengungkapkan pikiran sering diperolok, dikucilkan, diremehkan, sombong,
dan perasaan secara terbuka dan lancar. Komunikasi kurang peka terhadap orang lain, dan mudah tersing-
yang dilakukan seseorang dapat berbentuk komu- gung. Hal ini ditandai dengan semakin menurunnya
nikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal di- kesediaan menyapa, kecenderungan untuk mengung-
lakukan dengan bahasa, sedangkan komunikasi non- kapkan perasaan secara agresif, dan merasa was-
verbal dilakukan dengan ekspresi wajah, gerak tubuh, was jika mengemukakan ide atau gagasan.
tangan, dan postur tubuh. Komunikasi itu pun dapat Siswa yang termasuk dalam karakteristik terse-
berlangsung antarpersonal, kelompok, organisasi, dan but adalah siswa yang tidak memiliki kemampuan
masyarakat. interpersonal. Apabila dibiarkan, siswa akan menga-
Larasati (1992) mengemukakan sekitar 73% lami kesulitan dalam pencapaian tugas perkembangan
komunikasi yang dilakukan manusia merupakan ko- berikutnya serta mengalami kesulitan memasuki
munikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal dunia pergaulan yang majemuk. Oleh karena itu, ke-
merupakan komunikasi antarpribadi, yang akan mem- mampuan berkomunikasi interpersonal harus diting-
bantu individu untuk bertumbuh dan berkembang katkan.
dalam lingkungan sosialnya. Salah satu aspek penting dalam komunikasi
Dalam lingkup sekolah, kemampuan siswa me- interpersonal adalah self disclosure. Menurut Lums-
lakukan komunikasi interpersonal mempunyai kon- den (1996), self disclosure dapat membantu sese-
tribusi yang penting dalam mencapai kesuksesan aka- orang berkomunikasi dengan orang lain, meningkat-
demik. Jika dibandingkan dengan siswa yang tidak kan kepercayaan diri, serta hubungan menjadi lebih
memiliki kemampuan berhubungan dengan orang akrab. Selain itu, self disclosure dapat melepaskan
lain, siswa yang mempunyai keterampilan komuni- perasaan bersalah dan cemas (Calhoun, 1995). Tanpa
kasi interpersonal cenderung dapat mengemukakan self disclosure, individu cenderung mendapat pene-
pandangan, ide-ide, atau gagasan secara jelas tanpa rimaan sosial kurang baik sehingga berpengaruh
menyakiti orang lain, menyenangkan, bahagia, serta pada perkembangan kepribadiannya.
rasa aman bila di dekatnya (Goleman, 1995; Gardner, Self disclosure merupakan tindakan seseorang
1993). dalam memberikan informasi yang bersifat pribadi
Temuan Prayitno (1997) menunjukkan hal yang kepada orang lain. Informasi yang bersifat pribadi
sama. Dalam studinya terhadap siswa SLTA di Pa- tersebut mencakup aspek sikap atau opini, selera dan
dang ditemukan bahwa ketidakmampuan siswa ber- minat, pekerjaan atau pendidikan, fisik, keuangan,

169
170 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 15, Nomor 3, Oktober 2008, hlm. 169-174

dan kepribadian (Jourard, 1971). Altman dan Taylor yakni 31,11% memiliki keterbukaan diri yang sifat-
(1973) mengemukakan bahwa self disclosure me- nya dalam. Penelitian Sery (2004) menunjukkan bah-
rupakan kemampuan seseorang untuk mengung- wa hanya 24,55% siswa yang terampil dalam mem-
kapkan informasi diri kepada orang lain yang ber- buka diri, sedangkan 43,63% siswa kurang terampil
tujuan untuk mencapai hubungan yang akrab. membuka diri. Di tingkat perguruan tinggi, juga dite-
Self disclosure merupakan salah satu faktor mukan hal yang sama. Temuan Daharnis (2001)
yang menentukan keberhasilan dalam interaksi sosial. menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa di Pa-
Individu yang terampil melakukan self disclosure dang dalam membuka diri relatif rendah.
mempunyai ciri-ciri lebih memiliki rasa tertarik ke- Berdasarkan hasil wawancara dengan kon-
pada orang lain daripada mereka yang kurang terbu- selor sekolah dan siswa SMA, diperoleh gambaran
ka, percaya diri sendiri, dan percaya kepada orang bahwa siswa kurang membuka diri (self disclosure)
lain (Taylor & Belgrave, 1986). dalam mengungkapkan persoalan yang dihadapi
Hasil penelitian Johnson (1990) menunjukkan (wawancara, 10 Juni 2003). Hal ini ditandai oleh
bahwa individu yang mampu membuka diri (self sikap siswa yang malu dan takut untuk mengung-
disclosure) akan dapat mengungkapkan diri secara kapkan masalahnya kepada konselor. Siswa juga
tepat; terbukti mampu menyesuaikan diri (adap- malu untuk mengungkapkan masalahnya kepada
tive), lebih percaya diri sendiri, lebih kompeten, teman, tidak terbiasa mengemukakan pikiran dan
dapat diandalkan, lebih mampu bersikap positif, per- pendapat kepada temannya, tidak memiliki keper-
caya terhadap orang lain, lebih objektif, dan terbuka. cayaan kepada temannya karena khawatir masalah-
Sebaliknya, individu yang kurang mampu mem- nya dibocorkan kepada teman lainnya.
buka diri (self disclosure) terbukti tidak mampu Persoalan yang dihadapi siswa di sekolah da-
menyesuaikan diri, kurang percaya diri, timbul pe- pat diatasi apabila bimbingan konseling di sekolah
rasaan takut, cemas, merasa rendah diri, dan tertutup. mempunyai misi dan tujuan yang jelas. Pada kenya-
Johnson mengatakan bahwa ciri-ciri self disclosure taannya di lapangan program bimbingan lebih ber-
tersebut, memengaruhi kesehatan mental seseorang. fokus pada bimbingan karier maupun belajar, se-
Sebagai salah satu aspek penting dalam hu- dangkan layanan bimbingan pribadi sosial jauh lebih
bungan interpersonal, self disclosure juga perlu bagi sedikit dibandingkan bimbingan karier dan belajar.
remaja karena masa remaja merupakan periode saat Materi bimbingan yang menyangkut aspek pribadi
individu belajar menggunakan kemampuannya un- sosial juga belum banyak dikembangkan untuk per-
tuk memberi dan menerima dalam berhubungan de- kembangan siswa. Materi tentang pemahaman diri,
ngan orang lain. Sesuai dengan perkembangannya, perkembangan psikoseksual remaja, etika pergaulan,
remaja dituntut untuk lebih belajar menyesuaikan kemampuan sosial, khususnya self disclosure, me-
diri dengan lingkungan sosial yang lebih luas dan rupakan contoh materi yang perlu mendapat per-
majemuk. Keterampilan membuka diri (self disclo- hatian konselor untuk diberikan kepada siswa guna
sure) yang dimiliki oleh remaja, akan membantu mengembangkan kemampuannya berhubungan de-
siswa dalam mencapai kesuksesan akademik dan ngan orang lain. Di samping itu, konselor kurang
penyesuaian diri. Apabila remaja tersebut tidak me- mempunyai perhatian dan waktu yang cukup untuk
miliki kemampuan self disclosure, dia akan menga- memperhatikan aspek pengembangan pribadi sosial
lami kesulitan berkomunikasi dengan orang lain. sehingga siswa kurang berkembang secara optimal.
Misalnya, dalam lingkungan sekolah banyak dijum- Konselor melakukan berbagai upaya untuk
pai adanya komunikasi yang kurang efektif antara mengembangkan siswa untuk bersosialisasi karena
siswa dan guru, siswa dengan teman-temannya. Salah hal ini juga sesuai dengan tujuan bimbingan kon-
satu penyebabnya adalah kurang adanya self dis- seling. Seperti yang dikemukakan oleh Thompson
closure siswa. Hal ini dapat dilihat dari gejala-gejala dan Rudolph (1983) bahwa bimbingan konseling ber-
seperti tidak bisa mengeluarkan pendapat, tidak tujuan mengadakan perubahan tingkah laku secara
mampu mengemukakan ide atau gagasan yang ada positif, mengembangkan penerimaan diri, membantu
pada dirinya, merasa was-was atau takut jika hendak siswa dalam memecahkan masalah, membantu sis-
mengemukakan sesuatu (Johnson, 1990). wa dalam pengambilan keputusan, mengembang-
Rendahnya kemampuan membuka diri (self kan pribadi dan mengembangkan kesadaran, serta
disclosure) siswa, juga terungkap melalui penelitian membantu siswa dalam memecahkan masalah.
yang dilakukan Maharani (2000). Penelitian ini me- Dalam memberikan layanan bantuan kepada
nunjukkan bahwa 68,80% siswa mempunyai keter- siswa, khususnya siswa yang mengalami kesulitan
bukaan diri yang sifatnya dangkal, sedangkan sisanya dalam self disclosure, konselor memerlukan berba-
Gainau, Pengembangan Inventori Self Disclosure bagi Siswa Usia Sekolah Menengah Atas 171

gai data tentang self disclosure melalui pengumpulan bangkan potensi dirinya secara optimal (Mortensen
data. Salah pengumpulan data yang dapat membantu & Schumller, 1976; Miyers, 1992).
konselor untuk mengetahui informasi tentang diri Pekerjaan konselor akan menjadi lebih mudah
siswa adalah inventori self disclosure. Inventori apabila data keadaan diri siswa tersedia secara leng-
adalah alat pengumpul data yang berisi sejumlah kap. Kelengkapan data memudahkan konselor untuk
pernyataan yang harus diisi oleh individu sesuai menentukan jenis bantuan yang tepat bagi siswa.
dengan keadaan dirinya. Data keadaan diri siswa tersebut dapat dijaring me-
Alasan dikembangkannya inventori self dis- lalui instrumen atau inventori self disclosure. Na-
closure adalah (1) dapat dipergunakan untuk men- mun kenyataan bahwa inventori self disclosure be-
dapatkan informasi diri secara mendalam dan menye- lum tersedia SMA & SMK di Malang. Oleh karena
luruh, (2) dapat dikembangkan dalam bentuk pernya- itu, diperlukan pengembangan inventori self disclo-
taan-pernyataan dengan tetap berpijak pada konsep sure untuk siswa Sekolah Menengah Atas & Seko-
atau teori (Anastasi,1988), (3) belum tersedia in- lah Menengah Kejuruan di Malang. Diharapkan
ventori atau instrumen pengumpul data yang dapat hasil penelitian pengembangan inventori self dis-
mengungkap self disclosure, (4) mudah digunakan closure ini dapat dijadikan panduan bagi konselor
karena (a) siswa dapat menilai dirinya sendiri me- sebagai dasar dalam menyusun program layanan
lalui pernyataan inventori yang dipilihnya sendiri, bimbingan pribadi sosial.
(b) konselor dapat membantu mendiagnosis self dis-
closure siswa dan dapat memberikan layanan bim- METODE
bingan yang tepat, (5) inventori yang dikembangkan
memiliki kekhususan, yaitu (a) praktis, efisien dan Penelitian ini dikembangkan berdasarkan pro-
efektif digunakan, (b) pengguna tidak dituntut per- sedur pengembangan Borg dan Gall (1983), karena
syaratan khusus, (c) dapat dilatihkan dalam waktu siklus pengembangannya lebih rinci dan sistematis.
singkat kepada calon pengguna, (d) inventori bisa Pengembangan meliputi pengembangan produk,
dipergunakan mengukur self disclosure tanpa mem- menguji produk di lapangan, merevisi, menguji
bedakan jenis kelamin, dan (e) bisa dipergunakan kembali di lapangan, merevisi kembali sampai produk
mengukur tingkat self disclosure. tersebut benar-benar sesuai dengan tujuan pengem-
Inventori self disclosure merupakan salah satu bangan yang diharapkan. Prosedur pengembangan
instrumen yang dibutuhkan konselor dalam layanan inventori self disclosure ini dilakukan dengan tahapan
bimbingan di sekolah. Informasi diri siswa yang di- berikut ini. (1) Melakukan penelitian dan pengum-
peroleh melalui self disclosure dapat dijadikan ba- pulan informasi (kajian pustaka, pengamatan, per-
han pertimbangan bagi konselor dalam memberi- siapan laporan tentang pokok permasalahan). (2)
kan layanan bimbingan pribadi maupun bimbingan Merumuskan tujuan pengembangan dan menentu-
sosial yang sesuai dengan keadaan siswa. Melalui kan langkah-langkah pengembangan inventori self
pemahaman yang baik terhadap diri siswa, konselor disclosure. (3) Mengembangkan bentuk produk awal
dapat menentukan jenis bantuan yang tepat bagi inventori self disclosure dengan menjabarkan vari-
siswa. Hasil penilaian diri yang diperoleh siswa akan abel menjadi subvariabel, subvariabel menjadi des-
lebih efektif membantu siswa untuk memahami diri- kriptor dan deskriptor dijabarkan menjadi pertanya-
nya khususnya dalam membuka diri (self disclosure). an inventori. (4) Uji permulaan: Konsultasi dengan
Permasalahan yang dihadapi konselor ialah kesulitan ahli untuk meminta masukan kesesuaian antara sub-
mendapatkan instrumen, khususnya inventori self variabel dengan indikator, antara indikator dengan
disclosure. Hal ini dikarenakan kurangnya pema- deskriptor dan antara deskriptor dengan pertanyaan
haman akan instrumen yang tepat untuk mengung- inventori. (5) Revisi produk utama inventori self dis-
kapkan self disclosure siswa. closure berdasarkan masukan dari par ahli pada uji
Data bagi layanan bimbingan dan konseling permulaan. (6) Uji lapangan utama: melakukan pengu-
sebagai sesuatu hal yang sangat esensial karena data jian keterbacaan inventori, pengujian bobot nilai
sebagai dasar menentukan jenis masalah dan cara skala, validitas, analisis faktor dengan subjek siswa
pemecahannya. Layanan bimbingan dan konseling Sekolah Mengah Atas. (7) Revisi produk operasional
tanpa didukung data tidak akan efektif. Ketiadaan inventori self disclosure berdasarkan hasil dari uji
instrumen pengumpul data menyebabkan layanan lapangan utama.
bimbingan konseling tidak dapat berjalan dengan Subjek penelitian terdiri atas siswa SMA Ne-
baik, konselor tidak bisa berbuat banyak. Di sisi lain, geri dan SMK Negeri di kota Malang. Penentuan
siswa sangat membutuhkan bantuan dalam mengem- subjek pada kelas 1 dan 2 SMAN dan SMKN di
172 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 15, Nomor 3, Oktober 2008, hlm. 169-174

kota Malang terutama didasarkan pada pertimbangan laku untuk kota Malang, dengan menggunakan nor-
kelas tiga sedang dalam persiapan menghadapi uji- ma lokal, yaitu SMA Negeri dan SMK Negeri di
an akhir. Jumlah keseluruhan subjek yang diambil kota Malang.
9.373 siswa. Penarikan sampel dilakukan dengan
cluster sampling. Dalam penentuan jumlah subjek Pembahasan
penelitian dihitung berdasarkan persentasi dari se-
luruh jumlah siswa kelas 1 dan 2. Jumlah sampel Pengembangan dilakukan dengan menjabarkan
adalah 410 siswa. subvariabel menjadi indikator, indikator menjadi
Instrumen yang digunakan dalam pengembang- deskriptor, dan deskriptor dikembangkan menjadi
an inventori self disclosure ini ialah angket penilaian pernyataan sebanyak 89 yang terdiri atas pernya-
inventori self disclosure (ISD). Penilaian ISD ini taan positif dan negatif. Hasil uji permulaan meng-
dipergunakan untuk memperoleh masukan dan sa- ungkapkan bahwa 6 indikator sesuai dengan sub-
ran dari ahli tentang kesesuaian subvariabel dengan variabel. 18 deskritpor dinyatakan sesuai dengan
indikator, antara indikator dengan deskriptor, antara indikator. Untuk deskriptor ada 7 pernyataan yang
deskriptor dan pernyataan. Angket digunakan untuk perlu direvisi secara redaksional. Revisi redaksional
memperoleh masukan dari siswa tentang pemahaman ialah revisi terhadap pernyataan yang belum meng-
siswa terhadap petunjuk pernyataan, pemahaman ungkapkan aspek ISD yang diharapkan. Kriteria suatu
terhadap kata dan bahasa yang digunakan dalam pernyataan yang direvisi redaksional antara lain (1)
pernyataan, pemahaman terhadap kalimat dan alter- item belum mengukur aspek yang diharapkan, (2)
natif jawaban self disclosure. item kurang cocok dengan kondisi yang ditargetkan,
Ada dua teknik analisis data yang digunakan dan (3) item tidak mendapat respon balik sesuai
dalam inventori self disclosure, yaitu data kualitiatif kebutuhan yang ingin dicapai.
dan kuantitatif. Data kualitatif berupa masukan dari Uji lapangan utama dilakukan untuk memper-
ahli tentang inventori self disclosure yang meliputi oleh bobot skala yang konsisten dengan mengguna-
kesesuaian subvariabel dengan indikator, antara in- kan summated rating (Edwards, 1957). Dari hasil
dikator dan deskriptor, antara deskriptor dan pernya- perhitungan tersebut diperoleh 82 butir pernyatan
taan. Data kuantitatif dianalisis dengan uji statistik memiliki bobot nilai skala yang konsisten dan, 7
menggunakan SPSS 11. Data kuantitatif digunakan butir pernyataan yang dinyatakan memiliki bobot
untuk (a) menetapkan nilai skala, (b) validitas in- skala yang tidak konsisten. Menurut pendapat likert,
strumen, (c) reliabilitas instrumen, (d) melakukan pernyataan yang memiliki bobot tidak konsisten,
analisis faktor, dan (e) penetapan norma. dapat digunakan dengan syarat dilakukan revisi ter-
hadap pernyataan tersebut sehingga memenuhi per-
syaratan nilai skala yang ideal.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji validitas dapat dipaparkan sebagai
Hasil berikut. Dari hasil perhitungan korelasi antara tiap
pernyataan dengan skor total diperoleh 82 pernya-
Hasil pengembangan ini secara ringkas dipa- taan (92,13%) dinyatakan valid dan signifikan dengan
parkan sebagai berikut. (1) Ada 89 pernyataan in- skor total p < 0,05, sedangkan 1 pernyataan tidak
ventori self disclosure yang terdiri atas pernyataan valid dan tidak signifikan pada p < 0,05. Ini berarti
positif maupun negatif. (2) Hasil validisi menun- bahwa inventori self disclosure benar-benar mengu-
jukkan 82 pernyataan dinyatakan valid dan 7 tidak kur self disclosure
valid. (3) Inventori self disclosure memiliki reliabi- Dari uji reliabilitas diperoleh kofisien reliabi-
litas yang tinggi, yaitu 0,855. (4) Inventori self dis- litas alpha 0,8553. Menurut Cronbach (1990) koefi-
closure yang dikembangkan memiliki pernyataan- sien reliabilitas di atas 0,80 tergolong tinggi. Hal ini
pernyataan yang memiliki muatan faktor yang diang- berarti inventori self disclosure memiliki reliabilitas
gap baik (0,30). Hal ini berarti bahwa pernyataan- yang tinggi.
pernyataan inventori self disclosure mempunyai Hasil rotasi faktor menggunakan metoda vari-
korelasi cukup tinggi. (5) Hasil uji lapangan utama max menghasilkan ada 4 pernyataan yang terdapat
menghasilkan 81 butir pernyataan sebagai produk pada faktor pendapat, 11 pernyataan pada faktor se-
inventori self disclosure. (6) Hasil penelitian disu- lera dan minat, 7 pernyataan yang terdapat pada faktor
sun berdasarkan norma persentil self disclosure pendidikan/pekerjaan, 3 pernyataan faktor keadaan
siswa dan diklasifikasikan tingkat self disclosure, fisik, 11 pernyataan pada faktor keuangan, dan 22
yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Penelitian ini ber- pernyataan pada faktor kepribadian diri. Keenam
Gainau, Pengembangan Inventori Self Disclosure bagi Siswa Usia Sekolah Menengah Atas 173

faktor inventori self discloure berjumlah 58 pernya- Inventori self disclosure yang dikembangkan
taan yang memiliki muatan faktor 0,30 dengan pem- memiliki koefisien alpha sebesar 0,855. Hal ini ber-
bulatan (Hair,1998). Hal ini berarti bahwa pernya- arti bahwa inventori self disclosure hasil pengem-
taan-pernyataan inventori self disclosure mempunyai bangan memiliki tingkat realibilitas yang tinggi.
korelasi cukup tinggi dengan komponen atau faktor Inventori self disclosure yang dikembangkan
self disclosure yang mendasari pengembangan ISD. memiliki pernyataan-pernyataan yang memiliki mu-
Setelah dilakukan ekstraksi faktor dengan meng- atan faktor yang dianggap baik (0,30). Hal ini ber-
gunakan Principal Componen analysis (PC) diper- arti bahwa pernyataan-pernyataan inventori self
oleh 6 faktor pada inventori self disclosure yang sesuai disclosure mempunyai korelasi cukup tinggi dengan
dengan konstruk self disclosure menurut Jourard komponen atau faktor self disclosure yang men-
(1971) dan Altman & Taylor (1973). Di samping dasari pengembangan ISD. Setelah dilakukan eks-
itu, inventori self disclosure dapat menerangkan traksi faktor, dihasilkan 6 faktor pada inventori self
52,402% dari seluruh faktor dapat menerangkan in- disclosure. Hal ini sesuai dengan konstruk self dis-
ventori self disclosure, sedangkan 47,598% terdiri closure menurut Jourard dan Altman & Taylor yang
dari faktor lain yang tidak dapat diterangkan dalam mendasari pengembangan inventori self disclosure.
faktor inventori self disclosure. Hal ini berarti in- Di samping itu, ada 52,402% dapat menerangkan
ventori self disclosure yang dikembangkan seba- seluruh faktor yang ada dalam inventori self disclo-
gian besar mencakup 6 aspek self disclosure yang sure, sedangkan 47,598% diterangkan oleh faktor
dapat mengukur keterbukaan diri siswa. lain.
Berdasarkan hasil uji lapangan utama meng- Hasil uji lapangan utama menghasilkan 81
hasilkan 81 butir pernyataan inventori self disclo- pertanyaan ISD yang dapat digunakan konselor untuk
sure yang dapat digunakan konselor untuk mengukur mengukur self disclosure siswa dan sebagai dasar
self disclosure siswa, dan dapat digunakan dasar da- dalam menyusun program layanan bimbingan sosial.
lam menyusun program layanan bimbingan sosial. Hasil penelitian ini disusun norma persentil
dan pengklasifikasian tingkat self disclosure men-
KESIMPULAN DAN SARAN jadi 3 kategori: tinggi, sedang, rendah. Apabila nor-
ma ini diterapkan/dipakai oleh daerah lain, maka
Kesimpulan perlu disusun norma tersendiri sesuai populasi dae-
rah dengan jumlah polulasi yang lebih banyak.
Inventori self disclosure mengalami pengujian
bobot nilai skala berdasarkan metode summated
Saran
rating dan sebagian besar (92,13%) memiliki bobot
nilai yang konsisten, berkisar dari 1 sampai dengan 4 Sejalan dengan hasil penelitian ini disarankan
untuk pernyataan negatif dan angka 4 sampau dengan kepada para konselor hal-hal berikut. Hasil inventori
1 untuk pernyataan positif. 7,86% dari jumlah item self disclosure yang dikembangkan ini memiliki
(7 item) memiliki bobot skala yang tidak konsisten. validitas dan reliabilitas yang baik sehingga sebaik-
Pengembangan inventori self disclosure dila- nya digunakan konselor sebagai salah satu alat pe-
kukan melalui serangkaian uji lapangan, yaitu uji ngumpul data bagi konselor untuk memahami pri-
permulaan dan uji lapangan utama. Hasil kegiatan badi siswa, melakukan diagnosis, serta merencana-
pengembangan inventori self disclosure (ISD) adalah kan kegiatan layanan bimbingan yang berorientasi
82 pernyataan inventori dinyatakan valid setelah pada kebutuhan dan masalah siswa.
melalui pengujian statistik dengan rumus korelasi
Product Moment.

DAFTAR RUJUKAN

Anastasi, A.S. 1977. Psychological Testing. New Yersey: Daharnis, Nirwana, H., Ilyas, A. & Karneli, Y. 2001.
Printice Hall. Inc. Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Mahasiswa.
Borg .W.D. & Gall M. D. 1983 . Educational Research Jurnal Ilmu Pendidikan, 8 (4): 294-304.
(4th ed). New York: Longman Inc. Edwards, A.A. 1957. Techniques of Attiude Scale Construc-
Calhoun. F, 1995. Psikologi tentang Penyesuaian dan tion. New York: Appleton Centruy Crofts, Inc.
Hubungan Kemanusiaan. Alih bahasa R.S. Sat- Gardner, H. 1993. Frames of Mind: The Theory of Mul-
moko. Semarang: IKIP Semarang Press. tiple Intelligene. New York: Basic Books.
Cronbach, L.J. 1990. Essentials of Psycological Testing. Goleman, D.1995. Emotional Intelligence: Why it Can
New York: Harper Colins Publisher, Inc. Matter More Then IQ. New York: Bantam Books.
174 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 15, Nomor 3, Oktober 2008, hlm. 169-174

Hair, F.J. 1998. Multivariate Data Analysis. New Jersey: Miyer, E. 1992. Wellnes, Prevension, Development; The
Printece Hall. Cormestnone of The Prosessin. Journal of Coun-
Johnson,W.D. 1990. Reaching Out: Interpersonal Effec- seling and Developmen, 2 (5): 50-5.2
tivenss and Self Actualization. New Jersey: Prin- Morthensen, D.G. & Schmuller, D.S. 1976. Guidance In
tice Internasional. Today’S Schools. New York: Jhon Willey &
Jourard, S.M. 1971. Self Disclosure; An Experimental Sons, Inc.
Analysis of the Transparent Self. New York: Pub- Prayitno. 1997. AUM Umum Format 2: Siswa SLTA.
lishing Company Huntington. Padang: UNP.
Larasati, B. 1992. Komunikasi Efektif. Makalah disam- Sery, D.I.Y. 2004. Hubungan antara Pola Asuh Orang
paikan dalam Pelatihan Public Relations, di Yog- Tua dan Self Disclosure Siswa SMP Negeri di
yakarta, 7-12 Oktober. Kota Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang:
Lumsden, G. & Lumsden, D. 1996. Commucating with PPs UM.
Credibility of Confidence. Boston: Wadsworth Taylor, D.A. & Belgrave, F.Z. 1986. The Effects Fer-
Publishing Company, A Division International ceived Intimacy and Valance on Self Disclosure
Thomson Publishing Inc. Reciprocity. Personalilty and Social Psychology
Maharani, N. 2000. Hubungan antara Konsep Diri Bulletin. 12 (2): 247-255.
Siswa dan Pengungkapan diri (Self Disclosure) Thomson, C.L. & Rudolph, L.B. 1983. Counseling Chil-
Siswa di SMU 1. Skripsi tidak diterbitkan. Ma- dren. Monterey, California: Brooks/Cole Publish-
lang: FIP UM. ing Company.

Anda mungkin juga menyukai