Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PENELITIAN

RESILIENSI PEREMPUAN PASCA PERCERAIAN ORANG TUA

Disusun Oleh:

ROFIKOTUL MUZAYYANAH

(12308183200)

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UIN SATU TULUNGAGUNG

2021
BAB I

A. LATAR BELAKANG
Terdapat tiga hal yang berperan penting bagi setiap individu dalam perjalanan hidupnya,
yaitu kelahiran, pernikahan, dan kematian. Pernikahan merupakan awal terbentuknya sebuah
keluarga (setiono, 2011). Dalam pernikahan terdapat banyak hal yang menjadi alasan
terpecahnya sebuah ikatan pernikahan, dan yang paling banyak terjadi yaitu pereraian.
Spanier dan Thompson (1984) mendefinisikan perceraian sebagai suatu reaksi terhadap
hubungan pernikahan yang tidak berjalan dengan baik dan bukan merupakan suatu
ketidaksetujuan terhadap lembaga perkawinan. Pereraian memang menjadi fenomena yang
paling banyak terjadi terkait keretakan sebuah pernikahan. Selama 10 tahun terakhir, angka
pereraian di Indonesia meningkat 165.000 kasus. Angka ini terbilang menjadi kasus
perceraian tertinggi di kawasan Asia Pasifik (Umar, 2013).
Berkaitan dengan hal ini, pastiya tidak terlepas dari dampak yang ditimbulkan.dampak
dari perceraian bermacam-macam dan kompleks (Buchanan, 2000, dalam Cui, Fincham &
Durtschi, 2010). Dampak-dampak tersebut paling banyak dialami oleh sang anak. Beberapa
ahli mengatakan terdapat banyak dampak yang dialami oleh anak korban perceraian orang
tua. Beberapa diantaranya yaitu sang anak merasa sedih, marah, dan juga perasaan takut akan
ditinggalkan. Namun hal ini bergantung pada daya tahan anak terhadap perceraian mengenai
proses penyesuaian yang dikenal dengan istilah resliensi (Masten, Best & Garmezy, 1991,
dalam Chen & George, 2005). Resiliensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang
individu sebagai usaha untuk bertahan dan terus berkembang secara sehat guna menjalani
kehidupan yang positif dalam situasi yang kurang menguntungkan dan penuh dengan tekanan
(Hildayani, dalam Dipayanti, 2012). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa
resiliensi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dimiliki setiap individu, terlebih
bagi individu yang sedang menhadapi masalah. Dengan resiliensi diharapkan agar individu
dapat mengupayakan kehidupannya dapat berkembang secara positif.oleh karena itu,
penelitian mengenai resiliensi menjadi hal penting untuk dilakukan. Selain itu peneliti
memlih subyek perempuan, karena perempuan seringkali diasumsikan sebagai kelompok
gender yang lemah, bukan hanya dari fisik namun juga secara psikologisnya. Dari sini
peneliti tertarik untuk meneliti resiliensi perempuan pasca perceraian orang tua.
B. PERTANYAAN PENELITIAN
1. Bagaimana dinamika resiliensi anak perempuan korban perceraian orang tua?
2. Apa sajakah factor-faktor yang mempengaruhi resiliensi anak perempuan pasca
perceraian orang tua?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Memberikan gambaran tentang dinamika resiliensi anak perempuan korban
perceraian orang tua
2. Memberikan gambaran tentang factor-faktor yang mempengaruhi resiliensi seorang
perempuan pasca perceraian orang tua

D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang resiliensi seorang
perempuan yang menjadi korban perceraian orang tua. Dan diharapkan dapat menjadikan
seorang anak perempuan mampu dan berhasil bertahan serta beradaptasi dengan pengalaman
setelah perceraian orang tua.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. RESILIENSI
1. Devinisi Resiliensi
Reivich & Shatte mendevinisikan resiliensi sebagai kemampua individu dalam
merespon dengan cara yang sehat ketika sedang mengalami trauma, dimana hal
tersebut dapat mengendalikan tekanan hidup sehari-hari.
Menurut Desmita (2017), resiliensi adalah daya ketahanan dan kemampuan yang
dimiliki seseorang, kelompok, atau masyarakat yang memungkinkannya untuk
menghadapi, meminimalkan, dan bahkan menghilangkan dampak-dampak negatis
yang merugikan dari kondisi yang tidak menyenangkan.
Fernanda Rojas juga mendevinisikan resiliensi sebagai kemampuan menghapi
tantangan, resiliensi akan tampak ketika seseorang dihadapkan oleh keadaan yang
sulit dan ia tahu bagaimana cara untuk menghadapi atau beradaptasi dengan keadaan
tersebut.
Dari beberapa devinisi yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa resiliensi merupakan sebuah kemampua individu dalam
memproses atau beradaptasi dengan jalan yang positif dan produktif ketika sedang
berhadapan dengan kondisi serta pengalaman yang sulit, agar dapat terus berkembang
dengan lebih baik lagi.
2. Aspek-aspek Resiliensi
Menurut Reivich dan Shatte (2002, dalam Asriandari 2015) ada tujuh aspek yang
dapat membentuk resiliensi, yaitu:
a. Pengendalian Emosi
Pengendalian emosi merupakan sebuah kemampuan untuk tetap tenang meskipun
berada di bawah tekanan.
b. Kemampuan Mengontrol Implus
Perasaan yang menantang dapat meningkatkan kemampuan untuk mengontrol
implus dan menjadikan pikiran lebih akurat hngga mengarahkan pada perilaku
yang lebih resilient.
c. Optimis Individu
Individu mempunyai harapan akan masa depan dan dapat mengontrol arah
kehidupannya.
d. Kemampuan Menganalisis Penyebab Masalah
Kebanyakan individu dengan resiliensi yang baik mampu menyesuaikan dirin
secara kognitif dan dapat mengenali semua penyebab kesulitan yang sedang
dihadapinya.
e. Kemampuan untuk Berempati
Walaupun individu tak dapat menempatkan dirinya pada posisi orang lain, namun
ia mampu memperkirakan apa yang orang rasakan.
f. Self efficacy
Self efficacy adalah keyakinan bahwa individu dapat menyelesaikan masalah,
dengan melalui pengalaman ia memiliki keyakinan akan keberhasilan dalam
kehidupan.
g. Kemampuan meraih apa yang diinginkan
Resiliensi menjadikan individu mampu untuk meningkatkan aspek-aspek
kehidupannya. Dengan demikian individu dapat memperkirakan batasan yang
sesungguhnya dari kemampuannya hingga berhasil meraih sesuatu yang ia
inginkan.
3. Factor yang Mempengaruhi Resiliensi
Menurut Holaday factor-faktor yang dapat mempengaruhi resiliensi adalah:
a. Social support, hal ini melibatkan keluarga, seseorang, serta budaya dan
komunitas di mana ia tinggal dalam memberi support.
b. Cognitice skill, diantaranya ntelegensi, kemampuan dalam memecahkan masalah,
menghindari menyalahkan diri sendiri, control pribadi, dan spiritualitas.
c. Psychological resources, empati dan rasa ingin tahu serta fleksibel pada setiap
situasi.
B. PERCERAIAN ORANG TUA
Perceraian merupakan cara yang sah menurut hukum untuk mengahiri suatu
pernikahan. Dengan perceraian keduanya dapat menikah lagi dengan orang lain. Benda-
benda milik mereka akan dibagi dan jika anak dilibatkan dalam hal ini maka akan
diputuskan hak asuhnya. Hal ini dapat menjadi sangat sulit untuk dirundingkan sekalipun
kedua belah pihak menyetujui perceraian (deGenova, dalam Dewanti 2014).
Perceraian dapat terjadi ketika dalam sebuah keluarga ada seseorang yang bermasalah
hingga mempengaruhi pribadinya, yang kemudian akan berpengaruh terhadap interakti
dan kebahagiaan dalam keluarga akan terhambat (Gunarsa, 2008).
Menurut Dodi Ahmad Fauzi, terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhi
perceraian, diantaranya:
1. Ketidakharmonisan dalam rumah tangga
2. Krisis moral dan akhlak
3. Perzinaan
4. Pernikahan tanpa cinta
5. Adanya masalah-masalah dalam perkawinan.
C. KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Merlin Indriani pada
tahun 2018 yang berjudul “Resiliensi Remaja Korban Perceraian Orang Tua”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antar kedua subjek, subjek
pertama kurang resilien dan subjek kedua cukup resilien. Perbedaan ini dipengaruhi
oleh aspek serta factor resiliensi yang dimiliki kedua subjek. Perbedaanya dengan
penelitian ini yaitu terketak pada subyek, peneliti sebelumnya menjadikan dua anak
remaja sebagai subyek penelitian, sedangkan subyek dari penelitian ini yaitu seorang
perempuan dewasa awal.
2. Penelitian kedua yaitu “Resiliensi Remaja yang Orang Tuanya Bercerai” yang
dilakukan oleh Patricia pada tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
gambaran resiliensi remaja yang orang tuanya bercerai. Peneliti mengambil tiga orang
remaja berusia 10-22 tahun sebagai subjek penelitian. Hasil penelitian ini
menunjukkan ketiga subjek dapat dikatakan resilien, meskipun mengalami dampak
dari perceraian orang tua. Perbedaannya yaitu penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan analisis isi terserah.
3. Penelitian yang relevan selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Berna Detta
dan Sri Muliati Abdulloh yan berjudul “Dinamika Resiliensi Remaja dengan
Keluarga Broken Home”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
gambaran dinamika resiliensi remaja dengan keluarga broken home. Subjek penelitian
ini adalah dua orang remaja dengan broken home. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa remaja dengan keluarga broken home memperlihatkan
dinamika resiliensi diantaranya yaitu regulasi emosi, pengendalian implus,
optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, serta efikasi diri. Perbedaan
dengan penelitian ini yaitu penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus,
sedangkan peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi.
4. Penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ayu Dewanti dan
Veronika S. yang berjudul “Resiliensi Remaja Putri terhadap Problematika Pasca
Orang Tua Bercerai”. Tujuan dari penlitian ini yaitu untuk melihat gambaran
resiliensi remaja putri terhadap problematika pasca orang tua bercerai. Penelitian ini
melibatkan 3 partisipan remaja putri yang berusia 17-20 tahun dengan pengalaman
orang tua yang bercerai. Hasil penelitian ini yaitu ketiga partisipan dapat beresiliensi
walapun setelah perceraian orang tua terjadi partisipan masih menghadapi
permasalahan-permasalahan baru. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi
kasus.
D. KERANGKA PENELITIAN

Resiliensi Perempuan Korban Perceraian Orang Tua

Aspek-aspek resiliensi: Factor-faktor yang


mempengaruhi resiliensi:
1. Pengendalian emosi
2. Pengendalian implus 1. Social support
3. Optimis 2. Social support
4. Causal analysis 3. Psychological
5. Empati resources
6. Self efficacy
7. Reaching out

Diharapkan agar seseorang yang menjadi


korban perceraian dapat beradaptasi dan
meningkatkan potensi positif dalam dirinya

RESILIENSI
BAB III

METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penilitian kualitatif. Peneltian kalitatif merupakan
penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena yang dialami subjek (Lexy
Moleong, 2012). Penelitia kualitatif adalah keterkaitan spesifik pada studi hubungan
social yang berhubungan dengan fakta dari pluralisasi dunia kehidupan (Iwan Gunawan,
2014). Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan gambaran mengenai
fenomena yang benar-benar terjadi.
Selanjutnya, pendekatan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah pendekatan
fenomenologi. Pendekatan fenomenologi adalah strategi penelitian dimana peneliti
mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia mengenai suatu fenomena tertentu. Dalam
proses ini peneliti mengesampingkan terlebih dahulu pengalaman pribadinya agar dapat
lebih memahami pengalaman partisipan yang akan diteliti (John W, 2003).
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Tempat penelitian yang dipilih oleh peneliti berusat di Desa Siyotobagus,
Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung. Secara geografis, sebelah utara Desa
Siyotobagus berbatasan dengan Desa Kedungwilut, sebelah timur berbatasan dengan
Desa Wateskroyo, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tulungrejo, dan sebelah utara
berbatasan dengan Desa Talun. Penelitian ini akan dilakukan pada awal bulan Juli hingga
bulan Agustus 2021 mendatang.
C. SUMBER DATA
Sumber data adalah semua informasi baik yang merupakan benda nyata, abstrak,
peristiwa atau gejala baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Sukandar Rumidi, 2006).
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Lofload, dalam Moleong).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Data Primer
Jenis data ini diperoleh secara langsung dari informan melalui wawancara. Di sini
peneliti mengambil satu informan kunci yang selanjunya memberikan petunjuk siapa
informan yang berkompeten yang mampu memberikan data.
2. Data Sekunder
Data ini diperoleh dari pengumpulan data sebagai penunjang data primer. Data
sekunder dalam penelitian ini adalah penelitian terdahulu mengenai resiliensi anak
korban perceraian orang tua.
Dalam penelitian kualitatif cenderung menggunakan teknik sampling yang
bersifat selektif atau penelitian yang bersifat purposive sampling (sampel bertujuan).
Dalam hal ini peniliti memilih informan dengan karakteristik seorang anak
perempuan yang berusia 19-21 tahun dengan pengalaman menjadi korban orang
tuanya yang bercerai.
D. TEKNIK DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
1. Wawancara mendalam (in-dept interview)
Wawancara mendalam merupakan pertemuan antara dua pihak untuk
memperoleh informasi dan ide melalui Tanya jawab sehingga dapat dikontribusikan
makna dalam satu topic tertentu. Jenis wawancara yang digunakan oleh penelti yaitu
wawancara semi struktur. Komunikasi tersebut dilakukan dengan diaog atau Tanya
jawab baik langsung atau tidak langsung.
2. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan
pengamatan terhadap subjek penelitian. Di sini peneliti menggunakan teknik
observasi non partisipan. Observasi dilakukan dengan mendatangi langsung rumah
subjek untuk mengamati secara langsung tindakan verbal maupun non verbal dari
subjek.
3. Tes SSCT
Sack’s Sentence Completion Tes atau yan disingkat dengan SSCT ini merupakan
salah satu alat tes kepribaian berbentuk proyeksi dengan menggunakan stimulus
berupa kalimat-kalimat yang belum selesai. Dengan tes proyektif ini diharapkan
individu secara tidak sadar dapat mengungkapkan srta menggambarkan sikap,
karakteristik, motivasi serta keyakinan yang ada pada diri individu (Fatmawati dkk,
2016).

E. KEABSAHAN/KREDIBILITAS DATA
Teknik yang digunakan peneliti dalam verivikasi data dan penelitian dengan
kenyataan di lokasi penelitian yaitu menggunakan teknik triangulasi. Menurut Moleong
(2013) triangulasi merupakan suatu teknik keabsahan data dengan mengunakan sesuatu
yang lain sebagai pembanding data tersebut. Melipti empat tahap pengujian, diantaranya:
1. Triangulasi data. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara kepada subjek yang
dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda serta orang terdekat subjek.
2. Triangulasi pengamat, yaitu adanya pengamat lain selain peneliti. Pada penelitian ini
dosen pembimbing menjadi penamat yang memberikan masukan mengenai data yang
diperoleh peneliti.
3. Triangulasi teori, menggunakan pernyataan dari berbagai tokoh untuk memastikan
data yang diperoleh telah sesuai.
4. Triangulasi metode, mengunakan berbagi metode untuk menggali data seperti metode
wawancara yang kemudian ditunjang dengan metode oservasi dan juga tes ssct.
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Sugiyono (2010) mendefinisikan teknik analisis data sebagai proses pengumpulan
data, menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, serta dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusun ke dalam pola memilih mana yang penting
dan yang akan dipelajari, hinga membuat kesimpulan agar dapat dengan mudah dipahami
oleh diri sendiri maupun orang lain. Teknik anaisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis data induktif. Analisis data induktif merupakan penarikan kesimpulan
dari fakta-fakta khusus, untuk kemudian ditarik kesimpulan secara umum.
Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan semua informasi mengenai fakta-fakta
yang ada dilapangan secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan
wawancara yang telah dilakukan.
2. Reduksi Data
Menurut Sugiyono (2010). Mereduksi data berarti merangkum, memfokuskan
pada hal-hal yang pokok, mencari tema dan polanya serta membuang hal-hal yang
tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya.
3. Display Data
Menurut Amailes dan Huberman (Sugiyono, 2010: 341) untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif yang paling sering dengan menggunakan teks dan naratif.
Pada tahap ini peneliti menyajikan data-data yang telah direduksi ke dalam laporan
secara sistematis. Data disajikan dalam bentuk narasi berupa bentuk dinamika
resiliensi perempuan pasca perceraian orang tua dan juga factor-faktor yang
mempengaruhinya.
4. Pengambilan Kesimpulan
Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
yang dikutip oleh Sugiyono (2010) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Data
yang telah diproses, selanjutnya akan ditarik kesimpulan secara kritis dengan
menggunakan metode induktif yang berangkat dari hal-hal yang bersifat khusus untuk
memperoleh kesimpulan umum yang objektif. Kesimpulan tersebut kemudian
diverifikasi dengan cara melihat kembali pada hasil reduksi dan display data sehingga
kesimpulan tersebut tidak menyimpang dari permasalahan yang sedang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA

Asriandari, E. (2015). Resiliensi Remaja korban Perceraian Orang Tua. Jurnal Psikologi
Konseling edisi 9 tahun ke-4, 1-8.
Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Dewanti, A.P & Suprapti, V. (2014). Resiliensi Remaja Putri terhadap Problematika
Pasca Orang Tua Bercerai. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 3(3),
164-171.
Emzir. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Depok. PT. Rajagrafindo
Perseda.
Fatmawati, A, Azhari, A.N. & Nisa, R.N.A. (2016). Pengembangan aplikasi tes
kepribadian berbasis intelegent agent menggunakan metode summary. 1(2),174.
Gunarsa, S.D. (2003). Psikologi untuk Keluarga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Gunawan, Imam. (2014). Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. Jakarta. PT.
Bumi Aksara.
Creswell, John W. (2003). Research Design. Yogyakarta. Pustaka Pelajar, hlm.20-21
Moleong, Lexy. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya.
Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia
Sugiono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung. Alfabeta.
Sukandarrumidi. (2006). Metodologi Penelitian Ppetunjuk Praktis untuk Peneliti
Pemula. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai