Anda di halaman 1dari 9

Psikologi

CRITICAL JOURNAL REVIEW

Dosen Pengampu:

Siti Marisa, MA, M. Psi

Disusun oleh:

Sayyidati Maliha

TBI-4

Tadris Bahasa Inggris

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

2022

i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur Alhamdulillah saya ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa


Ta’ala Tuhan seluruh alam yang maha rahman dan rahim karena atas berkat
rahmat dan kasih sayang-Nya saya dapat menyelesaikan CJR tentang psikologi
umum ini.

Dan terimakasih saya sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah


Psikologi umum yang dibimbing oleh ibu Siti Marisa yang telah mengarahkan dan
membimbing pembelajaran dan pembuatan CJR ini.

Didalam CJR ini terdapat materi mengenai ilmu psikologi beserta penjelasan
tentang Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja yang
mengalami Perceraian Orangtua

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik bagi
pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini
dengan senang hati penulis terima. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Aamiin.

Wassalamu`alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Medan, 21 April 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

a. Latar Belakang..................................................................................... 1
b. Tujuan.................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2

a. Identitas Jurnal..................................................................................... 2
b. Ringkasan Isi Jurnal............................................................................. 2
c. Kelebihan Jurnal.................................................................................. 4
d. Kekurangan Jurnal............................................................................... 4
e. Kritik dan Saran................................................................................... 4

BAB III PENUTUP......................................................................................... 5

A. Kesimpulan......................................................................................... 5

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perceraian tidak hanya berdampak bagi yang bersangkutan (suami-isteri), namun


juga melibatkan anak khususnya yang memasuki usia remaja, perceraian merupakan
beban tersendiri bagi anak sehingga berdampak pada psikis. Reaksi anak terhadap
perceraian orangtuanya, sangat dipengaruhi oleh cara orang tua berperilaku sebelum,
selama dan sesudah perceraian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dampak
psikologis pada anak akibat perceraian orangtua. Metode penelitian menggunakan
deskriptif kuantitatif, dengan pendekatan survey fenomenologis. Populasi dalam
penelitian ini seluruh remaja yang orang tuanya telah bercerai dengan rentang waktu
minimal 1 tahun setelah perceraian dengan purposive sampling sebanyak 30. Instrumen
menggunakan kuesioner dan analisa univariat.

Dampak yang terjadi meliputi anak ingin menang sendiri28 (93%), sering tidak
peka terhadap lingkungan 22 (73%), mudah marah jika orang lain tidak sesuai dengan
keinginan saya 19 (63%), malu dengan perceraian orang tua 18 (60%), sulit fokus
terhadap sesuatu 15 (50%), kehilangan rasa hormat dan mudah menyalahkan orang tua
15 (50%), tidak aman dengan lingkungan sekitar karena tidak ada orang tua yang
melindungi secara utuh 15 (50%), melakukan sesuatu yang salah 13 (43%), tidak
memiliki tujuan hidup 12 (40%), tidak memiliki etika dalam bermasyarakat 11 (36%,
lebih mandiri 24 (80%), terlatih dalam kegiatan keseharian 20 (66%), cepat bangkit jika
mengalami keterpurukan 12 (40%), Dengan demikian anak remaja dengan perceraian
orang tua menimbulkan dampak psikologis negative maupun positif. Dampak negatif
lebih banyak timbul dibandingkan dengan dampak positif.

B. Tujuan

Makalah Critical Jurnal Review ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Umum yang membahas tentang Hubungan antara Konsep Diri dengan
Resiliensi pada Remaja yang mengalami Perceraian Orangtua.

Saya sebagai penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan para pembaca mengenai topik yang diambil dari salah satu e-Journal tentang
psikologi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Identitas Jurnal

1. Judul Jurnal : Hubungan antara Konsep Diri dengan


Resiliensi pada Remaja yang mengalami Perceraian Orangtua
2. e-ISSN : 2301-7074
3. Penulis : Siti Rineksa W. N dan Achmad Chusairi, M.Psi.
4. Penerbit : http://url.unair.ac.id/9a92e446
5. Tahun Terbit : 2017
6. Jumlah Halaman : 11 halaman

B. Ringkasan Isi Jurnal

Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja yang


mengalami Perceraian Orangtua

Angka perceraian di Indonesia tergolong tinggi dan terus meningkat pada


tahun-tahun terakhir (Sasongko, 2014). Menurut data dari artikel Angka
Perceraian di Jawa Timur Capai 100 ribu Kasus, dapat disimpulkan bahwa angka
perceraian di Jawa Timur cukup tinggi dengan total 81.672 pada tahun 2014
(Arifin, 2015). Sama halnya dengan perpisahan dan perceraian secara hukum,
perpisahan non-legal juga memiliki dampak-dampak negative pada berbagai
konteks, termasuk pada anak yang lahir dalam pernikahan tersebut (Sember,
1968).

Peristiwa perceraian orangtua membawa dampak sepanjang rentang


kehidupan seorang anak (Amato, 1994; Fagan & Churchill, 2012; Whitton, 2008),
meski demikian, dinamika psikologis pada masa-masa kritis perkembangan
manusia yaitu masa remaja, tidak dapat diabaikan (Kelly & Emery, 2003; Amato,
1994). Elizabeth B. Hurlock (1980) menjelaskan masa remaja sebagai usia dimana
baik laki-laki maupun perempuan memiliki masalah yang sulit diatasi, karena
selama masa kanak-kanak, permasalahan yang mereka hadapi seringkali
diselesaikan oleh orangtua dan guru, sehingga kebanyakan remaja tidak
berpengalaman mengatasi permasalahan. Karatas dan Cakar (2011) juga
menyebutkan bahwa masa remaja pada umumnya ditandai dengan periode
depresi, kemarahan, konflik, dan keprihatinan yang intens dan direspon secara
ekstrim. Salah satu faktor depresi pada remaja bersumber dari keluarga. Faktor-
faktor tersebut meliputi: orangtua yang menderita depresi, orangtua yang tidak
terikat secara emosi, orangtua yang mengalami konflik perkawinan, dan orangtua

2
yang mengalami masalah finansial (Santrock, 2011). Dengan kata lain, kondisi
keluarga yang diwarnai konflik dan tidak bahagia menyebabkan remaja memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami depresi.

Resiliensi bukanlah sifat yang dibawa individu sejak lahir melainkan hasil
interaksi dari berbagai faktor yang oleh beberapa ahli digolongkan sebagai faktor
protektif dan faktor risiko (Rutter, 2006; Luthar dkk., 2000; Werner, 2005). Faktor
protektif adalah pengaruh yang memodifikasi, memperbaiki, atau merubah respon
seseorang terhadap bahaya lingkungan atau situasi yang tidak menguntungkan
(Rutter, Resilience in the Face of Adversity, 1985). Faktor protektif resiliensi
terdiri dari faktor protektif internal dan eksternal. Faktor internal yang ada dalam
diri subjek adalah, subjek memiliki perasaan dicintai dan mampu mencintai orang
lain, subjek mampu berempati, dan memiliki keyakinan dan harapan yang besar
akan kehidupannya di masa yang akan datang (Swastika, 2009). Faktor protektif
yang disebutkan oleh Zolkoski dan Bullock (2012) antara lain karakteristik
individu yang meliputi regulasi diri dan konsep diri, kondisi keluarga, dan
dukungan masyarakat. Sejalan dengan hal itu, Richmond dkk. (dalam Wagnaild &
Young, 1993) menyatakan bahwa resiliensi dapat dipengaruhi kedisiplinan diri,
rasa ingin tahu, harga diri, dan konsep diri. Beberapa penelitian mendukung
bahwa pandangan remaja tentang diri dan identitasnya merupakan salah satu
faktor yang memiliki peran dalam pencapaian resiliensi (Zolkoski & Bullock,
2012; Beardslee & Podorefsky, 1988; Werner, 2005).

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut (Beardslee & Podorefsky, 1988;


Chen & George, Werner, 2005; Crawford, Rutter, 2006; Zolkoski & Bullock,
2012) dapat diketahui bahwa pencapaian resiliensi didukung oleh proses
pembentukan konsep diri. Menurut Calhoun dan Acocella (1990), konsep diri
adalah gambaran mental individu tentang dirinya sendiri, segala yang terlintas di
pikiran tentang “saya”, yang terangkum dalam pengetahuan, pengharapan, dan
penilaian tentang diri. Konsep diri terbentuk dari interaksi antara manusia dengan
lingkungannya yaitu orangtua, teman sebaya, dan masyarakat sebagai sumber
informasi (Calhoun & Acocella, 1990).

Menurut Calhoun dan Accocella (1990), individu yang memiliki konsep diri
positif akan merancang tujuannya sesuai realitas, yaitu tujuan yang memiliki
kemungkinan besar untuk tercapai, mampu menghadapi kehidupan di depannya
serta menganggap bahwa hidup adalah sebuah penemuan. Individu yang memiliki
konsep diri positif cenderung adaptif karena mampu terbuka terhadap pengalaman
dan realitas yang baik dan yang buruk bukan sebagai ancaman, dan kemudian
ditanggapi secara fleksibel. Respon positif terhadap situasi baru, kemampuan
adaptasi terhadap stres, dan pandangan positif tentang kehidupan inilah yang
menjadi faktor protektif resiliensi pada lingkup internal (Garmezy, 1985; Masten,
1990).

3
C. Kelebihan Isi Jurnal

Dalam sebuah jurnal maupun buku pasti memiliki kelebihan maupun


kekurangan karena keterbatasan penulis.

Jurnal tersebut ditulis dengan sistematika yang cukup baik dimana


memberikan pembukaan atau pengenalan masalah yang cukup jelas yang dapat
membantu pembaca dalam memahami permasalahan isi jurnal.

Pada bagian metode juga dijelaskan dengan baik dimana penulis menjelaskan
tentang bagaimana metode dalam penelitian ini bekerja dan juga dengan data-data
yang lengkap. Hasil penelitian pada jurnal ini juga dipaparkan dengan baik karena
didukung oleh data-data yang lengkap.

D. Kekurangan Isi Jurnal

Selain kelebihan pada suatu jurnal pasti juga memiliki kekurangan karena
penulis juga mungkin melakukan kesalahan.

Jurnal sudah ditulis dengan cukup baik. Tetapi juga memiliki kekurangan
meskipun kekurangan tersebut juga bukan termasuk kesalahan yang fatal. Pada
jurnal yang saya teliti, penulis ada melakukan kesalahan pada penulisan dan
penulis juga kurang rapi dalam menulis hasil dari penelitian yang dilakukan yang
dapat membuat pembaca bingung dengan hasil riset yang dilakukan peneliti atau
penulis jurnal tersebut.

E. Kritik dan Saran

Artikel jurnal yang membahas tentang Hubungan antara Konsep Diri


dengan Resiliensi pada Remaja yang mengalami Perceraian Orangtua tersebut
sudah ditulis dengan sebaik dengan membahas metode dan hasil penelitian yang
dijelaskan dengan rinci.

Tetapi alangkah baiknya jika penulis menulis dengan lebih rapi pada kata-
kata yang dipaparkan pada artikel tersebut sehingga tidak membuat pembaca
merasa bingung dalam membaca artikel jurnal tersebut

4
BAB III

PENUTUP

A. Kesmpulan

Penelitian ini menemukan adanya positif dan signifikan antara konsep diri
dan resiliensi, hasil ini sesuai dengan penelitian terdahulu (Beardslee &
Podorefsky, 1988; Crawford, 2006; Masten, 1990; Zolkoski & Bullock, 2012).
Masten dkk. (2011) menyebutkan bahwa kemampuan untuk menerima diri
sendiri, persepsi positif terhadap diri sendiri, dan rasa berharga merupakan faktor
protektif dalam pembentukan resiliensi individu. Sybil Wolin dan Steven Wolin
(1993) secara khusus memasukkan konsep diri sebagai salah satu hal yang penting
untuk diperhatikan dalam penanganan anak-anak (atau orang dewasa) yang
berisiko (disebut survivor). Menurutnya, konsep diri adalah hal penting yang
harus dibangun saat berhadapan dengan survivor.

Menurut Calhoun dan Acocella (1990), individu yang memiliki konsep diri
positif akan merancang tujuannya sesuai realitas, yaitu tujuan yang memiliki
kemungkinan besar untuk tercapai, mampu menghadapi kehidupan di depannya
serta menganggap bahwa hidup adalah sebuah penemuan. Hal ini menunjukkan
bahwa konsep diri yang positif merupakan kualitas seseorang yang berkaitan
dengan kemampuan resiliensi, yaitu untuk mengatasi kesulitankesulitan hidupnya
serta menghadapi secara kompeten kondisi yang tidak menguntungkan (Werner,
2005).

5
DAFTAR PUSTKA

Sih R. W. N. Chusairi A. Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi


pada Remaja yang mengalami Perceraian Orangtua. Jurnal Psikologi
Kepribadian dan Sosial Tahun 2017, Vol. 6, 1 - 11

Anda mungkin juga menyukai