DAN KELUARGA
LAPORAN HASIL PENGKAJIAN CALON PENGANTIN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan Perempuan
Dan Keluarga
Disusun Oleh
Kelompok 2
Alya Feby Priarti P3.73.24.1.21.002
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………. 2
BAB I………………………………………………………………………………………. 3
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………. 3
1.1. Latar Belakang…………………………………………………………………... 3
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………………….. 4
1.3. Tujuan Penulisan.....................................................................................................4
1.4. Fakta dan Data ........................................................................................................5
BAB II ...................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI ...............................................................................................................6
2.1. Pandangan Bidan Terhadap Calon Pengantin .........................................................6
2.2. Kesiapan Pernikahan...............................................................................................6
2.3. Psikologi Pernikahan ..............................................................................................7
2.4. Perilaku Hidup Sehat dan Kesehatan Reproduksi ..................................................8
2.5. Pengetahuan dan Kekhawatiran Berkeluarga .......................................................11
2.6. Fungsi Keluarga ....................................................................................................12
2.7. Alat Kontrasepsi....................................................................................................13
BAB III ................................................................................................................................14
METODE PENELITIAN ....................................................................................................14
BAB IV ................................................................................................................................18
HASIL WAWANCARA .....................................................................................................18
I. Pengkajian Data Calon Pengantin Oleh Andini Mitadyah dan Salsabila Andrita .......18
II. Pengkajian Data Calon Pengantin Oleh Alya Feby Priarti dan Mutiara Bilqis ............25
III. Pengkajian Data Calon Pengantin Oleh Mesra Siti Syarifah dan Mutiara Amanda Putri
.................................................................................................................................. 32
BAB V .................................................................................................................................40
DISKUSI .............................................................................................................................40
BAB VI ................................................................................................................................45
KESIMPULAN ...................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................46
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
erat kaitannya dengan kematangan emosional dalam menyelesaikan konflik
rumah tangga.
Remaja yang tidak matang secara emosi berakibat pada timbulnya emosi
negatif atau efek negatif. Kondisi ini berakibat pada situasi yang tidak
menyenangkan dan menyusahkan selama menjalani rumah tangga. Perkembangan
sosial emosional remaja memiliki peran untuk memenuhi tugas-tugas
perkembangannya dengan baik. Tugas-tugas perkembangan remaja ini harus
dipenuhi untuk membentuk pondasi yang bertujuan mencapai kesejahteraan
psikologis dan kebahagiaan individu.
4
5. Untuk mengetahui pengetahuan dan kekhawatiran dalam berkeluarga.
6. Untuk mengetahui tentang fungsi keluarga.
7. Untuk mengetahui tentang alat kontrasepsi.
8. Untuk mengetahui identitas calon pengantin.
9. Untuk mengetahui kesiapan kehidupan berkeluarga calon pengantin.
10. Untuk mengetahui kebiasaan perilaku hidup sehat dan kesehatan reproduksi
calon pengantin.
11. Untuk mengetahui latar belakang pernikahan calon pengantin.
12. Untuk mengetahui sosial budaya calon pengantin.
13. Untuk mengetahui program perencanaan keluarga berencana (KB) calon
pengantin.
14. Untuk mengetahui pengetahuan dan kekhawatiran calon pengantin tentang
berkeluarga.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
peran, kesiapan usia, kesiapan emosi, kesiapan sosial, dan kesiapan finansial (Sari
& Sunarti, 2013).
Kesiapan menikah juga merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi
risko terjadinya perceraian. Selain itu pasangan yang mempersiapkan
pernikahannya dengan baik dan tepat dapat mencapai kepuasan dan kesejahteraan
pernikahan. Hal dasar yang dilakukan individu dalam melakukan mempersiapkan
pernikahan diantaranya, dengan siapa ia menikah, kapan dan dimana, alasan ia harus
menikah, serta apa yang dilakukan setelah menikah. Kesiapan menikah dapat
membantu pasangan untuk mengatasi konflik, berkomunikasi dengan baik, serta
meningkatkan kemampuan finansial dan mental (Mawaddah dkk., 2019).
7
Cinta merupakan kekuatan yang mampu menarik dua orang dalam satu ikatan
yang tidak terpisahkan, yang dinamakan perkawinan. Dengan kata lain, perkawinan
akan kuat ketika dilandasi oleh cinta. Hatfield (dalam Lubis, 2002) menyatakan
bahwa ada dua macam cinta diantara pasangan dalam perkawinan, yaitu passionate
love dan companionate love. Cinta yang pertama berisikan reaksi emosional yang
dalam kepada pasangan, sedangkan cinta yang kedua adalah kasih sayang yang
dirasakan pasangan kepada orang yang dicintainya. Cinta yang pertama penuh
gelora dan gairah, sedangkan cinta yang kedua melibatkan rasa percaya, sayang, dan
toleransi pada segala kekurangan pasangan.
Pada masa pacaran dan di awal perkawinan, biasanya yang dominan adalah
passionate love yang menggebu-gebu dan diwarnai oleh sikap posesif terhadap
pasangan, sedangkan companionate love berkembang secara perlahan-lahan dan ada
pada perkawinan yang bahagia dimana masing-masing pihak merasa pasangannya
adalah teman yang sangat dibutuhkan keberadaannya, baik secara fisik maupun
secara psikologis, untuk saling mengisi dalam kehidupan bersama. Uraian di atas
menunjukkan bahwa cinta merupakan hal yang tidak hanya muncul dalam masa
pacaran dan awal pernikahan, tetapi cinta justru akan berkembang menjadi kasih
sayang dalam perjalanan waktu kehidupan perkawinan. Perkawinan akan semakin
mantap, bahagia, dan langgeng ketika pasangan saling mengasihi dan saling
menghargai. Cinta dan kasihnya yang akan mempererat anda berdua.
8
3. Konsumsi buah dan sayur
Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta serat
yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan sehat.
Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun aktivitas bekerja yang
melibatkan gerakan dan keluarnya tenaga.
5. Tidak merokok
6. Personal Hygiene
➢ Perawatan Kulit
➢ Mandi
➢ Mulut
9
Hygiene mulut dapat membantu mempertahankan status kesehatan
mulut, gigi, gusi dan bibir.
➢ Rambut
➢ Genitalia
10
- Jika keputihan, berbau, berwarna, dan terasa gatal, serta
keluhan organ reproduksi lainnya segera memeriksa diri ke
petugas kesehatan.
Suteja & Muzeki menjelaskan bahwa banyak persoalan yang timbul dalam
rumah tangga berkaitan dengan keuangan (financial management). Hal ini sesuai
dengan pendapat Furstenberg bahwa konflik keuangan biasanya terjadi karena
adanya perbedaan harapan dalam masing-masing peran yang dijalankan oleh
pasangan (Williams, Sawyer, & Wahlstrom, 2006), sehingga diperlukan kesiapan
dari masing-masing pasangan untuk terbuka dan saling percaya dalam hal keuangan
(Suteja & Muzaki, 2019). Holman dan Li (1997) mengatakan bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi kesiapan menikah adalah pendapatan. Kesiapan
finansial lebih penting dipersiapkan oleh laki-laki terkait dengan tugas suami
11
sebagai pemimpin keluarga yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan anggota
keluarganya. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa kesiapan finansial juga
penting bagi perempuan untuk memiliki pekerjaan untuk membantu suami
meningkatkan pendapatan keluarga (F. Sari & Sunarti, 2013) dalam (Hidayati Aini,
2020).
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Afni dan Indrijati menjelaskan
bahwa dua dari tiga subjek merasakan ketidakpuasan pernikahan karena tidak
terpenuhinya aspek seksual dalam rumah tangga (Afni & Indrijati, 2011). Penelitian
tersebut juga didukung oleh pendapat Soraiya et al yang menyatakan bahwa faktor
kehidupan seksual juga berperan penting dalam mencapai pernikahan yang
memuaskan (Soraiya, Khairani, Rachmatan, Sari, & Sulistyani, 2016). Apabila
dilihat dari segi sexual relationship bersama antara suami dan istri sebagai satu
pasangan, tidak sedikit pasangan yang mengalami ketegangan pernikahan karena
mengalami masalah seksual. Tanpa kehidupan seksual suami dan istri, pernikahan
menjadi tidak utuh. Dalam sexual relationship, laki-laki lebih mementingkan
tercapainya orgasme (Srisusanti & Zulkaida, 2013).
12
2.7. Alat Kontrasepsi
Kontrasepsi berarti mencegah terjadinya pertemuan antara sel telur dan sel
sperma agar tidak terjadi kehamilan. Tujuan dari kontrasepsi sendiri yakni
diperuntukan bagi pasangan yang aktif dalam berhubungan seksual namun tidak
menghendaki terjadinya kehamilan. Syarat-syarat kontrasepsi yaitu sebagai berikut.
Adapun macam-macam alat kontrasepsi meliputi pil KB, suntik KB, implan,
kondom.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian
B. Lokasi Penelitian
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini terhitung berlangsung selama kurang lebih 1 bulan sejak bulan
September hingga bulan Oktober.
14
D. Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif deskriptif ini adalah
melalui proses observasi, wawancara dan pengkajian kepada calon pengantin.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Observasi
2. Wawancara
3. Studi Literatur
16
F. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel adalah Purposive Sampling, yaitu
pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan peneliti mengenai sampel yang
paling sesuai dengan tujuan penelitian dan dianggap dapat menjadi representatif atau
perwakilan suatu populasi. Adapun narasumber sebagai sampel dalam penelitian ini
adalah tiga pasangan calon pengantin yaitu; 1) Ny. A dan Tn. A, 2) Ny. M dan Tn.
A, 3) Ny. C dan Tn. R.
G. Instrumen Penelitian
17
BAB IV
HASIL WAWANCARA
I. Pengkajian Data Calon Pengantin Oleh Andini Mitadyah dan Salsabila Andrita
7. Pendidikan S1 S1
Terakhir
Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami
18
pernikahan.
4. Jika sudah, bisakah anda Dari pandangan pribadi Fungsi keluarga yaitu
menuliskan fungsi keluarga fungsi keluarga yaitu seperti rumah kedua
tersebut apa saja? untuk mengayomi dan setelah rumah
menjaga satu sama lain orangtua.
serta menjadi tempat
berpulang.
6. Sebutkan peran anda jika Peran suami dan istri Peran suami yaitu
sudah berkeluarga? tidak memiliki sebagai imam dan
perbedaan besar, kepala rumah tangga
karena suami dan istri sehingga memiliki
dapat melakukannya tanggung jawab yang
bersama misalnya lebih besar dibanding
seperti melakukan istri.
pekerjaan rumah,
mengurus anak, dan
bekerja.
Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami
19
1. Apakah anda tahu penyakit Ya Ya
yang pernah/sedang diderita
calon pasangan anda?
Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami
20
1. Sudah berapa lama anda Sudah kenal sejak awal Sudah kenal sejak
mengenal pasangan anda? kuliah. Sekitar 7 tahun. awal kuliah. Sekitar 7
tahun.
21
dilaksanakan sampai
tuntas
E. Sosial Budaya
Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami
4. Apa alasan yang mendasar Sudah merasa siap Sudah merasa siap
anda segera melakukan secara finansial, fisik, dalam segala aspek
pernikahan? umur, dan mental dan sudah mulai
sehingga tidak ada mempersiapkan acara
alasan untuk menunda pernikahan. Dan
pernikahan. Dan sudah keluarga juga sudah
kenal satu sama lain mendukung.
dalam waktu yang
cukup lama.
22
F. Perencanaan Ber-KB
Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami
Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami
Mengapa anda khawatir Takut jika hal tersebut Takut jika hal tersebut
akan hal tersebut? bisa membuat adanya membuat hubungan
keretakan dalam menjadi kurang
hubungan. harmonis.
24
Jika itu terjadi apa yang Memperbaiki Mencoba untuk
akan anda lakukan? komunikasi. menyelesaikan
masalah dengan kepala
dingin.
II. Pengkajian Data Calon Pengantin Oleh Alya Feby Priarti dan Mutiara Bilqis
1. Nama Lengkap M A
7. Pendidikan SMA S1
Terakhir
25
B. Kesiapan Kehidupan Berkeluarga
Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami
26
C. Perilaku Hidup Sehat dan Kesehatan Reproduksi
Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami
27
D. Latar Belakang Pernikahan
Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami
E. Sosial Budaya
Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami
4. Apa alasan yang mendasar Sudah merasa siap Sudah merasa siap
anda segera melakukan secara keseluruhan dalam segala hal yang
pernikahan? diperlukan dari
finansial, mental,
29
hubungan dll
F. Perencanaan Ber-KB
Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami
2. Berapa lama anda setelah Tidak akan menunda Tidak akan menunda
menikah akan menunda
punya anak?
a. tidak akan menunda
b. <1 tahun
c. 1-2 tahun
d. 3-5 tahun
30
b. Orang tua
c. Teman
d. Media online
e. Tenaga kesehatan
f. Lainnya…
Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami
Jika ya, apa yang anda Khawatir jika suatu Khawatir jika tidak
khawatirkan? saat nanti ada keadaan sesuai dengan harapan
yang mana membuat yang kami inginkan
kami sulit bertahan
31
Jika itu terjadi apa yang Memperbaiki Menguatkan
akan anda lakukan? komunikasi, komitmen kepercayaan dan
komitmen yang telah
kami bangun
III. Pengkajian Data Calon Pengantin Oleh Mesra Siti Syarifah dan Mutiara
Amanda Putri
32
B. Kesiapan Kehidupan Berkeluarga
Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami
33
C. Perilaku Hidup Sehat dan Kesehatan Reproduksi
Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami
34
D. Latar Belakang Pernikahan
Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami
1. Sudah berapa lama anda Sudah kenal sejak awal Sudah kenal sejak
mengenal pasangan anda? kuliah. Sekitar 7 tahun. awal kuliah. Sekitar 7
tahun.
35
7. Siapa yang memiliki inisiatif Saya biasanya Biasanya calon
untuk memecahkan konflik? yang memiliki istri saya
inisiatif
11. Jika ada konflik dengan Sahabat dan orang tua Teman terdekat dan
pasangan kemana anda orang tua
sering mengadu?
E. Sosial Budaya
Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami
36
4. Apa alasan yang mendasar Karena kita memiliki karena kita memiliki
anda segera melakukan tujuan bersama tujuan yang sama dan
pernikahan? untuk kedepannya sudah siap finansial
nanti dan kita juga
mau menyempurnakan
ibadah kita
F. Perencanaan Ber-KB
Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami
2. Berapa lama anda setelah Tidak akan menunda Tidak akan menunda
menikah akan menunda
punya anak?
a. tidak akan menunda
b. <1 tahun
c. 1-2 tahun
d. 3-5 tahun
37
7. Dari manakah sumber Saya tahu dari Saya tahu dari
informasi tentang KB yang teman terdekat internet
anda ketahui? dan buka-buka
a. Sekolah/Universitas dari internet
b. Orang tua
c. Teman
d. Media online
e. Tenaga kesehatan
f. Lainnya…
Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami
Apakah anda sudah Ya, sesuai program Ya, 2 anak lebih baik.
memiliki pengetahuan yang pemerintah yaitu 2 Kalau banyak anak
cukup tentang pengetahuan anak lebih baik takutnya tidak bisa
mempunyai anak? dan memberi kasih yang
jelaskan. sama
38
3. Apa menurut anda program Ya Ya
pendidikan catin penting
dilaksanakan?
Jika anda merasa penting, Dari adanya program Dari adanya program
jelaskan harapan dari catin ini diharapkan catin diharapkan para
program calon pengantin sangat membantu para catin mengetahui
yang diadakan oleh catin untuk mengetahui kesiapan nya dari
pemerintah. kesiapan diri mereka berbagai aspek.
untuk ke jenjang serius
yang akan mereka
jalani
39
BAB V
DISKUSI
Dari hasil wawancara kelompok dengan para pasangan catin ini, menjelaskan
mengenai beberapa pemahaman seperti, para pasangan catin ini bisa mengetahui tentang
dirinya dan pasangannya, apakah dia benar mengenal dirinya lalu apakah catin memiliki
pandangan yang sejalan mengenai Keluarga Berencana, dan apakah para catin ini siap untuk
menikah. Pasangan catin yang diwawancarai kelompok berasal dari beragam suku bangsa,
tetapi sebagian besar catin berasal dari suku Betawi. Para catin juga memiliki asuransi
kesehatan. Para catin juga sudah menjalankan program wajib belajar yaitu 12 tahun yang
merupakan salah satu program pemerintah.Rata-rata usia catin perempuan yaitu 23 tahun
dan usia catin laki-laki yaitu 25 tahun dimana hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 Pasal 7 Ayat 1 yang berisi “Perkawinan hanya
diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun.” (“UU
No. 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan [JDIH BPK RI]”).
Batas usia dimaksud dinilai telah matang jiwa raganya untuk dapat melangsungkan
perkawinan agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada
perceraian dan mendapat keturunan yang sehat dan berkualitas. Diharapkan juga kenaikan
batas umur yang lebih tinggi dari 16 (enam belas) tahun bagi wanita untuk kawin akan
mengakibatkan laju kelahiran yang lebih rendah dan menurunkan resiko kematian ibu dan
anak. Selain itu juga dapat terpenuhinya hak-hak anak sehingga mengoptimalkan tumbuh
kembang anak termasuk pendampingan orang tua serta memberikan akses anak terhadap
pendidikan setinggi mungkin.
Para catin sudah memiliki kesiapan untuk menikah. Duvan (1971, dalam Sunarti dkk,
2012), kesiapan menikah yaitu laki-laki dan perempuan yang telah menyelesaikan masa
remajanya dan secara fisik, emosi, tujuan, keuangan, dan pribadi telah siap untuk
bertanggung jawab dalam komitmen pernikahan. Kesiapan menikah menjadikan pasangan
suami dan istri lebih percaya diri untuk menempuh kehidupan baru setelah pernikahan
dengan menjalankan fungsi, peran, dan tugas dalam keluarga. Tiga faktor yang
mempengaruhi sebuah kesiapan pernikahan yaitu usia, pendidikan, dan perencanaan karir
40
(Knox, 1985 dalam Sunarti dkk, 2012). Menurut BKKBN, sandang, pangan, papan,
kesehatan, dan pendidikan merupakan hal dasar yang harus dicapai keluarga.
Secara umum para catin dalam penelitian ini rata-rata telah mengenal selama kurang
lebih 7 tahun. metode pertemuan selama pacaran yang dilakukan para catin sebagian besar
yaitu menyempatkan waktu untuk bertemu di sela-sela kesibukan. Para catin yang
diwawancarai tidak ada yang dijodohkan. Pola komunikasi yang dilakukan para catin sangat
beragam yaitu melalui berbicara langsung berhadapan, berbicara via telepon, video call, dan
whatsapp. Hal tersebut menunjukkan bahwa komunikasi dapat dilakukan dengan bermacam
cara dan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Rata-rata topik pembicaraan para catin
yaitu 50% membahas masa depan, 30% membahas mengenai rencana pernikahan, dan 20%
membahas kesibukan yang terjadi hari ini. Hal ini sejalan dengan teori perkembangan
manusia dimana manusia berkembang dengan mengalami proses pematangan. Pematangan
yang dimaksud adalah proses pertumbuhan yang menyangkut menyempurnaan fungsi-
fungsi tubuh secara alamiah sehingga mengakibatkan perubahan-perubahan dalam perilaku,
terlepas dari ada atau tidak adanya proses belajar (Sarwono, 2018). Misalnya secara umum
dalam hubungan topik pembicaraan akan berkembang dan membahas mengenai rencana
pernikahan.
Menurut Jurnal yang ditulis Eva Meizara Puspita Dewi dan Basti dengan judul
“Konflik Perkawinan Dan Model Penyelesaian Konflik Pada Pasangan Suami Istri” hasil
penelitian menunjukkan terdapat perbedaan konflik perkawinan pada istri yang tinggal
bersama dengan suami. Menurut istri yang tinggal bersama suami, intensitas konflik
perkawinan akan lebih tinggi jika istri tinggal bersama suami. Sebaliknya, menurut istri yang
tinggal tidak bersama dengan suaminya, intensitas konflik akan lebih tinggi jika istri tidak
tinggal bersama suaminya.
Finchman (1999) mengartikan konflik perkawinan sebagai keadaan suami istri yang
sedang menghadapi masalah dalam perkawinannya dan hal tersebut nampak dalam perilaku
mereka yang cenderung kurang harmonis ketika sedang menghadapi konflik. Sadarjoen
(2005) menyatakan bahwa konflik perkawinan adalah konflik yang melibatkan pasangan
suami istri di mana konflik tersebut memberikan efek atau pengaruh yang signifikan
terhadap relasi kedua pasangan. Lebih lanjut Sadarjoen (2005) menyatakan bahwa konflik
tersebut muncul karena adanya persepsi-persepsi, harapan-harapan yang berbeda serta
41
ditunjang oleh keberadaan latar belakang, kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai yang mereka
anut sebelum memutuskan untuk menjalin ikatan perkawinan.
Dalam penelitian ini, para catin 100% tidak memiliki lingkungan keluarga yang
memiliki riwayat kawin muda, orang tua para catin memiliki perkawinan orang tua yang
tercatat berdasarkan hukum atau dibawah tangan, dan para catin tidak memiliki paksaan
dalam perkawinan yang akan dilakukan. Dalam Naibaho (tanpa tahun), keluarga memiliki
faktor adanya perkawinan usia muda, dimana keluarga dan orang tua akan segera
menikahkan anaknya jika sudah menginjak masa dewasa. Hal ini merupakan hal yang sudah
biasa atau turun-temurun. Dalam Wuri dan Dewi (tanpa tahun), melihat daripada penting
dan sakralnya suatu perkawinan tersebut, maka perkawinan wajib dilaksanakan atas dasar
kerelaan hati dan keinginan dari pihak laki-laki maupun perempuan sebagaimana telah diatur
sebagai syarat untuk melaksanakan perkawinan menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya disebut sebagai UU
Perkawinan). Sejatinya, paksaan atas terjadinya suatu perkawinan ini dapat menjadi suatu
perbuatan pidana. Terlebih lagi berkaitan dengan perbuatan pemaksaan perkawinan yang
dapat dikorelasikan dengan adanya suatu kekerasan seksual dalam rumah tangga.
Berdasarkan statistik kriminal 2018 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia terkait
tingkat serta perkembangan kriminalitas yang terjadi di Indonesia dalam tahun 2015–20171,
berdasarkan data statistik jumlah kejahatan terhadap kesusilaan secara signifikan terus
meningkat mulai dari tahun 2015 hingga tahun 2017. Bahkan menurut Catatan Tahunan
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Tahun 2018,
dimana selama tahun 2017 terjadi sebanyak 2.979 kasus kekerasan seksual dengan
korbannya adalah perempuan.
Dalam penelitian ini, 100% catin perempuan sudah melakukan tes kesehatan. Pada
catin laki-laki 80% belum melakukan tes kesehatan dan 20% sudah melakukan tes kesehatan.
Pada kebiasaan buruk seperti merokok, minum alkohol, dan lain-lain hanya 10% dari para
catin yang masih merokok. Dalam Umam (2021), sejalan dengan perkembangan zaman dan
ilmu pengetahuan sekarang ini. Bahwa, salah satu dari persyaratan administrasi dalam
perkawinan yang harus dilengkapi adalah surat keterangan sehat dari kedokteran atau
puskesmas, surat keterangan kesehatan dikeluarkan setelah dilakukan tes kesehatan. Setelah
syarat-syarat terpenuhi maka petugas pencatat yang berwenang dalam hal ini adalah KUA
akan mencatat perkawinan guna keabsahan sesuai undang-undang.
42
Tujuan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pranikah (premarital checkup)
adalah untuk membangun keluarga bahagia, sehat sejahtera dengan mengetahui
kemungkinan kondisi kesehatan anak yang akan dilahirkan (riwayat kedua belah pihak),
termasuk soal genetik, penyakit kronis, penyakit infeksi yang dapat mempengaruhi kondisi
kesehatan keturunan bukan karena kecurigaan dan juga bukan untuk mengetahui
keperawanan. Selain itu juga untuk mendeteksi penyakit tertentu yang diturunkan tetapi
belum tentu terjadi, seperti diabetes melitus (kencing manis), tekanan darah tinggi, dan
kelainan jantung.
Dalam penelitian ini, 80% catin ingin segera memiliki anak dan 20% catin ingin
menunda nya. Jumlah anak yang diinginkan para catin yaitu 100% memilih 2 anak. Kondisi
ini menunjukkan bahwa para catin mengikuti program Keluarga Berencana yaitu “Dua Anak
Lebih Baik”. Pasangan catin yang memiliki rencana untuk KB yaitu 80% dan 20% pasangan
catin belum memiliki rencana untuk KB. Para catin rata-rata mengetahui jenis alat
kontrasepsi bersumber dari internet dan orang-orang disekitarnya yang sudah pernah
menggunakan alat kontrasepsi. Menurut Hoffman dkk (dalam Adhim: 2002) mengatakan
bahwa usia 20 sampai dengan 24 tahun adalah sebagai saat terbaik untuk menikah dan selain
untuk keutuhan rumah tangga. Rentan usia ini juga paling baik untuk mengasuh anak
pertama. Senada dengan hal tersebut Rudangta (dalam Naibaho, tanpa tahun) juga
mengatakan bahwa idealnya untuk menikah adalah pada saat dewasa awal yaitu berusia 20
tahun sebelum 30 tahun untuk wanita sedangkan untuk laki-laki adalah 25 tahun. Mengingat
baik secara biologis dan psikis sudah matang, sehingga fisiknya untuk memiliki keturunan
sudah cukup matang. Artinya risiko melahirkan anak cacat atau meninggal itu tidak besar.
Para catin 80% memiliki pengetahuan yang cukup mengenai seks dan 20% belum
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai seks. Menurut Sarwono (2003 dalam Fadhilah
Nur, 2013), manfaat pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas yaitu mengerti
tentang perbedaan kesehatan reproduksi antara pria dan wanita, mengerti tentang peranan
kesehatan reproduksi dalam kehidupan manusia dan keluarga, mengembangkan pengertian
tentang diri sendiri sehubungan dengan fungsi dan kebutuhan seks, dan membantu untuk
mengembangkan kepribadian sehingga remaja mampu untuk mengambil keputusan yang
bertanggung jawab.
43
Mengenai program persiapan catin, para catin 100% mengalami kekhawatiran
berkeluarga, namun dengan kategori yang berbeda-beda. 80% catin mengalami
kekhawatiran mengenai perbedaan pola pikir dan pendapat bisa membuat perdebatan
menjadi tidak bisa diselesaikan. Sedangkan 20% catin mengalami kekhawatiran mengenai
keadaan yang berubah dan membuat catin sulit bertahan. Menurut Atkinson (Sudardjo &
Purnamaningsih, 2003) kecemasan merupakan gambaran emosi yang tidak menyenangkan
yang ditandai dengan rasa khawatir, keprihatinan dan rasa takut yang kadang-kadang dalam,
dan dalam tingkat yang berbeda. Terdapat faktor yang menjadi penyebab timbulnya
kecemasan pada mahasiswa diantaranya yang berasal dari dalam maupun luar diri manusia
(Hawari dalam Sudardjo & Purnamaningsih, 2003) (Alifia Fairuzzahra et al., 2018), hal
ini senada dengan kecemasan yang dirasakan oleh para calon pengantin.
44
BAB VI
KESIMPULAN
Setelah pemaparan hasil konseling dari beberapa calon pengantin didapatkan hasil
diskusi yang mana dengan tiga pasangan calon pengantin secara usia sudah cukup untuk
menikah. Dengan rata-rata usia 23 tahun diharapkan calon pengantin sudah matang secara
pemikiran, emosi, dan fisik terutama dalam mempersiapkan terjadinya kehamilan. Dilihat
dari lamanya calon pengantin saling mengenal dan berkomunikasi dapat dikatakan ketiga
pasangan calon pengantin telah mengenal cukup baik dengan intensitas komunikasi yang
berkualitas sesuai dengan pengakuan dari masing-masin calon pengantin.
Kemudian ketiga pasangan calon pengantin juga memiliki pengetahuan dasar yang
cukup meskipun ada beberapa diantaranya yang harus diedukasi kembali. Secara finansial
ketiga pasangan calon pengantin dapat dikatakan sudah siap dengan memiliki pekerjaan
yang dapat membiayai kehidupan pernikahan dengan cukup. Lalu, dari segala aspek lainnya
ketiga pasangan calon pengantin ini bisa dikatakan pasangan yang ideal dan memiliki
persiapan pernikahan yang cukup baik meskipun mungkin ada beberapa yang sebaiknya
dipelajari dan dikaji kembali. Namun secara keseluruhan pasangan calon pengantin sudah
siap untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.
45
DAFTAR PUSTAKA
46
Olson, D. H., DeFrain, J., & Skogrand, L. (2019). Marriage and Families: Intimacy,
Diversity, and Strengths. (Nint Edition ed.). Nint Edition.
Sari, F. & Sunarti, E. (2013, September). Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dan
Pengaruhnya terhadap Usia Menikah. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsenling, Vol 6,
143-153.
Sunarti, E., Simanjuntak, M., Rahmatin, I., & Dianeswari, R. (2012). KESIAPAN
MENIKAH DAN PEMENUHAN TUGAS KELUARGA PADA KELUARGA
DENGAN ANAK USIA PRASEKOLAH. Jur. Ilm. Kel & Kons., 5.
Tantu, A. (2013). Arti Pentingnya Pernikahan. ARTI PENTINGNYA PERNIKAHAN, Vol.
XIV Nomor 2.
Umam, A. F. (2021). URGENSI PREMARITAL CHECK UP PRA PERNIKAHAN. Jurnal
Sosial Teknik, 3.
Universitas Negeri Yogyakarta. (n.d.). Retrieved November 5, 2022, from
https://eprints.uny.ac.id/18427/5/5.%20BAB%20III.pdf
UU No. 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan [JDIH BPK RI]. (n.d.). Peraturan BPK. Retrieved Oktober 31,
2022, from https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/122740/uu-no-16-tahun-2019
W. Sarwono, S. (2018). Pengantar Psikologi Umum. PT Raja Grafindo Persada.
Wuri, D. S., & Dewi, A. A. I. A. A. PEMAKSAAN PERKAWINAN SEBAGAI FAKTOR
TERJADINYA KEKERASAN SEKSUAL DALAM RUMAH TANGGA DITINJAU
DARI PERSPEKSTIF HUKUM PIDANA INDONESIA.
47