Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PEREMPUAN

DAN KELUARGA
LAPORAN HASIL PENGKAJIAN CALON PENGANTIN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan Perempuan
Dan Keluarga

Dosen Pengampu : Dr. Eko Aditiya Meinarno, S.Psi., M.Psi.

Disusun Oleh
Kelompok 2
Alya Feby Priarti P3.73.24.1.21.002

Andini Mitadyah P3.73.24.1.21.006


Mesra Siti Syarifah P3.73.24.1.21.024
Mutiara Amanda Putri P3.73.24.1.21.025

Mutiara Bilqis P3.73.24.1.21.026


Salsabila Andrita P3.73.24.1.21.038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


PROGRAM SARJANA TERAPAN
JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………. 2
BAB I………………………………………………………………………………………. 3
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………. 3
1.1. Latar Belakang…………………………………………………………………... 3
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………………….. 4
1.3. Tujuan Penulisan.....................................................................................................4
1.4. Fakta dan Data ........................................................................................................5
BAB II ...................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI ...............................................................................................................6
2.1. Pandangan Bidan Terhadap Calon Pengantin .........................................................6
2.2. Kesiapan Pernikahan...............................................................................................6
2.3. Psikologi Pernikahan ..............................................................................................7
2.4. Perilaku Hidup Sehat dan Kesehatan Reproduksi ..................................................8
2.5. Pengetahuan dan Kekhawatiran Berkeluarga .......................................................11
2.6. Fungsi Keluarga ....................................................................................................12
2.7. Alat Kontrasepsi....................................................................................................13
BAB III ................................................................................................................................14
METODE PENELITIAN ....................................................................................................14
BAB IV ................................................................................................................................18
HASIL WAWANCARA .....................................................................................................18
I. Pengkajian Data Calon Pengantin Oleh Andini Mitadyah dan Salsabila Andrita .......18
II. Pengkajian Data Calon Pengantin Oleh Alya Feby Priarti dan Mutiara Bilqis ............25
III. Pengkajian Data Calon Pengantin Oleh Mesra Siti Syarifah dan Mutiara Amanda Putri
.................................................................................................................................. 32
BAB V .................................................................................................................................40
DISKUSI .............................................................................................................................40
BAB VI ................................................................................................................................45
KESIMPULAN ...................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................46

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dilihat secara psikologis, perkawinan seseorang yang masih belum cukup
usia atau dibawah umur memberikan dampak yang berpotensi menjadi sebuah
trauma. Kemunculan trauma ini diakibatkan oleh ketidaksiapan menjalankan
tugas-tugas perkembangan yang muncul setelah adanya perkawinan, sementara
hal ini tidak didukung dengan kemampuan dan kematangan diri yang
dimiliki.
Dalam aspek perkembangan sosial, Erikson menjelaskan salah satu tugas
perkembangan selama masa remaja adalah menyelesaikan krisis identitas,
sehingga diharapkan terbentuk identitas diri yang stabil pada masa remaja,
sehingga akan memperoleh suatu pandangan yang jelas tentang dirinya. Pada
konteks remaja yang melakukan perkawinan, proses identifikasi diri remaja
yang ideal sulit untuk dicapai. Hal ini karena pada konteks perkawinan
seorang individu remaja akan dipandang sebagai orang dewasa bahkan
sebagai calon orangtua. Pandangan ini memberikan efek kebingungan terhadap
pelaku perkawinan dan kesulitan mengidentifikasikan dirinya dalam masyarakat.
Krisis yang seharusnya diselesaikan pada pencarian identitas diri. Selain hubungan
dengan orangtua, hubungan akan mengalami kegagalan, sehingga membahayakan
masa depan remaja.
Selain krisis identitas diri, pemerolehan otonomi pada remaja dari peran
orangtua tidak bisa dicapai oleh remaja yang melakukan perkawinan.
Padahal salah satu kebutuhan perkembangan remaja adalah adanya peran orang
yang positif dan suportif yang membantu remaja mengembangkan kompetensi
sosial dan otonomi mereka menjadi lebih bertanggung jawab remaja dengan
teman sebaya akan sulit dijalani pada remaja yang melakukan perkawinan.
Dalam aspek perkembangan emosional, kesejahteraan psikologis dan
kebahagiaan seseorang lebih ditentukan oleh perubahan atau pengalaman
emosional yang sering dialaminya. Pada remaja yang melakukan perkawinan
rentan terhadap kegagalan dalam meraih kesejahteraan psikologis. Hal ini

3
erat kaitannya dengan kematangan emosional dalam menyelesaikan konflik
rumah tangga.
Remaja yang tidak matang secara emosi berakibat pada timbulnya emosi
negatif atau efek negatif. Kondisi ini berakibat pada situasi yang tidak
menyenangkan dan menyusahkan selama menjalani rumah tangga. Perkembangan
sosial emosional remaja memiliki peran untuk memenuhi tugas-tugas
perkembangannya dengan baik. Tugas-tugas perkembangan remaja ini harus
dipenuhi untuk membentuk pondasi yang bertujuan mencapai kesejahteraan
psikologis dan kebahagiaan individu.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pandangan bidan terhadap calon pengantin?
2. Bagaimana kesiapan pernikahan calon pengantin?
3. Apa itu psikologi dalam pernikahan?
4. Bagaimana penerapan perilaku hidup sehat dan kesehatan reproduksi?
5. Bagaimana pengetahuan dan kekhawatiran dalam berkeluarga?
6. Apa itu fungsi keluarga?
7. Apa itu alat kontrasepsi?
8. Apa saja kelengkapan identitas calon pengantin yang dibutuhkan?
9. Bagaimana kesiapan kehidupan berkeluarga calon pengantin?
10. Bagaimana perilaku hidup sehat dan kesehatan reproduksi calon pengantin?
11. Apa saja latar belakang pernikahan yang diketahui calon pengantin?
12. Bagaimana sosial budaya calon pengantin?
13. Bagaimana program perencanaan keluarga berencana (KB) calon pengantin?
14. Apa saja pengetahuan dan kekhawatiran calon pengantin tentang
berkeluarga?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pandangan bidan terhadap calon pengantin.
2. Untuk mengetahui kesiapan pernikahan calon pengantin.
3. Untuk mengetahui psikologi dalam pernikahan.
4. Untuk mengetahui penerapan perilaku hidup sehat dan kesehatan reproduksi.

4
5. Untuk mengetahui pengetahuan dan kekhawatiran dalam berkeluarga.
6. Untuk mengetahui tentang fungsi keluarga.
7. Untuk mengetahui tentang alat kontrasepsi.
8. Untuk mengetahui identitas calon pengantin.
9. Untuk mengetahui kesiapan kehidupan berkeluarga calon pengantin.
10. Untuk mengetahui kebiasaan perilaku hidup sehat dan kesehatan reproduksi
calon pengantin.
11. Untuk mengetahui latar belakang pernikahan calon pengantin.
12. Untuk mengetahui sosial budaya calon pengantin.
13. Untuk mengetahui program perencanaan keluarga berencana (KB) calon
pengantin.
14. Untuk mengetahui pengetahuan dan kekhawatiran calon pengantin tentang
berkeluarga.

1.4. Fakta dan Data


Menikah merupakan impian banyak orang sebagai salah satu sarana
mencapai kebahagiaan. dengan menikah, akan ada banyak manfaat yang diperoleh,
antara lain meningkatkan keimanan, memiliki keturunan, memperoleh dukungan
sosial, serta memperoleh ketentraman dan kesejahteraan. menikah bukan hanya
sebagai upaya mewujudkan impian dan tanggungjawab sosial kepada masyarakat
dalam memberikan kontribusi yang positif untuk mewujudkan kesejahteraan.
Sebagai bagian penting dalam fase kehidupan, pernikahan dan keluarga perlu
mendapat perhatian penting. oleh sebab itu, menikah membutuhkan pengetahuan
dan keterampilan yang cukup agar bisa mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan.

Saat ini, pernikahan menjadi sorotan penting dalam kehidupan masyarakat


karena ikatan pernikahan sangat menentukan masa depan bangsa. pernikahan yang
gagal akan menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. berdampak
pada anak-anak, antara lain terjadi kenakalan remaja, bunuh diri, dan
penyalahgunaan narkoba, meningkatkan angka kemiskinan karena pertimbangan
dan perencanaan ekonomi yang minim dalam rumah tangga, dan kualitas sumber
daya manusia yang lemah karena ketidakmampuan orang tua dalam mendidik dan
mengasuh anak.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Pandangan Bidan Terhadap Calon Pengantin


Calon pengantin dalam pandangan bidan merupakan tombak dari penurunan
angka kematian ibu dan bayi dalam program kesehatan masyarakat yaitu berawal
dari keluarga yang sehat. Dalam kebidanan kesehatan pranikah masuk ke dalam
asuhan prakonsepsi yang mana asuhan ini memiliki banyak keuntungan dan
variasi.Dari asuhan prakonsepsi bidan dapat mengidentifikasi penyakit medis,
pengkajian kesiapan psikologis, keuangan dan pencapaian tujuan hidup, dsb. Selain
itu asuhan prakonsepsi memungkinkan mengurangi faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kehamilannya pada masa yang akan datang, yaitu dengan
pendidikan kesehatan pada perempuan dan pasangannya serta identifikasi faktor
risiko (Kostania dkk, 2020).

World Health Organisation (WHO) membuat kebijakan yang bahwa pada


tahun 2012 di Geneva yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu dan
anak., serta risiko bayi lahir cacat. Bahkan program ini dilakukan oleh semua negara
di dunia sebab asuhan prakonsepsi ini memiliki banyak dampak positif bagi 208 juta
kehamilan di seluruh dunia setiap tahun. Sasaran asuhan prakonsepsi ini adalah
pasangan pengantin yang mana masa yang sangat penting dalam mempersiapkan
kehamilan yang sehat. Menurut Kemenkes RI tahun 2014, pelayanan kesehatan
yang dilakukan sebelum masa kehamilan merupakan salah satu cara untuk
mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat
dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat.

2.2. Kesiapan Pernikahan


Kesiapan menikah merupakan keadaan bersedia dan siap dalam menjalani
hubungan dengan pasangan, bersedia dan siap menerima tanggung jawab dalam
peran suami dan istri, bersedia dan siap terlibat dalam hubungan seksual, siap dan
bersedia dalam membangun sebuah keluarga baru, serta siap dan bersedia dalam
mengasuh anak. Selain itu kesiapan menikah juga melibatkan adanya kesiapan

6
peran, kesiapan usia, kesiapan emosi, kesiapan sosial, dan kesiapan finansial (Sari
& Sunarti, 2013).

Kesiapan menikah juga merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi
risko terjadinya perceraian. Selain itu pasangan yang mempersiapkan
pernikahannya dengan baik dan tepat dapat mencapai kepuasan dan kesejahteraan
pernikahan. Hal dasar yang dilakukan individu dalam melakukan mempersiapkan
pernikahan diantaranya, dengan siapa ia menikah, kapan dan dimana, alasan ia harus
menikah, serta apa yang dilakukan setelah menikah. Kesiapan menikah dapat
membantu pasangan untuk mengatasi konflik, berkomunikasi dengan baik, serta
meningkatkan kemampuan finansial dan mental (Mawaddah dkk., 2019).

2.3. Psikologi Pernikahan


Pembahasan tentang kehidupan perkawinan dimulai dengan pembahasan
tentang kehidupan dewasa muda sebagai masa kehidupan yang sedang dijalani oleh
kebanyakan calon pasangan suami-istri. Masa dewasa muda adalah masa bagi
kehidupan seseorang yang berusia antara 20-40 tahun. Pada masa ini, keadaan fisik
berada pada kondisi puncak dan kemudian menurun secara perlahan. Dalam sisi
perkembangan psikososial, terjadi proses pemantapan kepribadian dan gaya hidup
serta merupakan saat membuat keputusan tentang hubungan yang intim. Pada saat
ini, kebanyakan orang menikah dan menjadi orang tua (Papalia, Olds, & Feldman,
2001; Santrok, 2002). (dalam (chairy, n.d.,)).

Pasangan yang mantap untuk membina rumah tangga dan memasuki


kehidupan perkawinan adalah pasangan yang telah mengenal pasangannya masing-
masing, memiliki kesamaan minat dan tujuan hidup, saling terbuka, saling percaya,
saling menghormati, dan saling memahami. Hal ini tidak berarti pasangan
memerlukan waktu pacaran yang lama untuk saling mengenal dan memahami. Yang
terpenting adalah bagaimana calon pasangan mampu untuk selalu berusaha saling
mengenal dan mendalami pasangan masing-masing, tanpa harus memaksakan
kehendak pribadi kepada pasangannya, dan dapat menerima pasangan kita apa
adanya.

7
Cinta merupakan kekuatan yang mampu menarik dua orang dalam satu ikatan
yang tidak terpisahkan, yang dinamakan perkawinan. Dengan kata lain, perkawinan
akan kuat ketika dilandasi oleh cinta. Hatfield (dalam Lubis, 2002) menyatakan
bahwa ada dua macam cinta diantara pasangan dalam perkawinan, yaitu passionate
love dan companionate love. Cinta yang pertama berisikan reaksi emosional yang
dalam kepada pasangan, sedangkan cinta yang kedua adalah kasih sayang yang
dirasakan pasangan kepada orang yang dicintainya. Cinta yang pertama penuh
gelora dan gairah, sedangkan cinta yang kedua melibatkan rasa percaya, sayang, dan
toleransi pada segala kekurangan pasangan.

Pada masa pacaran dan di awal perkawinan, biasanya yang dominan adalah
passionate love yang menggebu-gebu dan diwarnai oleh sikap posesif terhadap
pasangan, sedangkan companionate love berkembang secara perlahan-lahan dan ada
pada perkawinan yang bahagia dimana masing-masing pihak merasa pasangannya
adalah teman yang sangat dibutuhkan keberadaannya, baik secara fisik maupun
secara psikologis, untuk saling mengisi dalam kehidupan bersama. Uraian di atas
menunjukkan bahwa cinta merupakan hal yang tidak hanya muncul dalam masa
pacaran dan awal pernikahan, tetapi cinta justru akan berkembang menjadi kasih
sayang dalam perjalanan waktu kehidupan perkawinan. Perkawinan akan semakin
mantap, bahagia, dan langgeng ketika pasangan saling mengasihi dan saling
menghargai. Cinta dan kasihnya yang akan mempererat anda berdua.

2.4. Perilaku Hidup Sehat dan Kesehatan Reproduksi


Perilaku hidup sehat meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Cuci tangan dengan sabun

Praktek ini merupakan langkah yang berkaitan dengan kebersihan diri


sekaligus langkah pencegahan penularan berbagai jenis penyakit berkat
tangan yang bersih dan bebas dari kuman.

2. Menggunakan air bersih

Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani hidup sehat.

8
3. Konsumsi buah dan sayur

Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta serat
yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan sehat.

4. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun aktivitas bekerja yang
melibatkan gerakan dan keluarnya tenaga.

5. Tidak merokok

Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah


kesehatan bagi perokok pasif. Berhenti merokok atau setidaknya tidak
merokok di dalam rumah dapat menghindarkan keluarga dari berbagai
masalah kesehatan.

6. Personal Hygiene

Personal hygiene adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan


kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologisnya.
Adapun macam-macam personal hygiene dan tujuannya sebagai berikut.

➢ Perawatan Kulit

Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung dari


berbagai kuman atau trauma, sekresi, ekskresi, pengatur temperatur
dan sensasi, sehingga diperlukan perawatan yang adekuat dalam 7
mempertahankan fungsinya. Kulit memiliki 3 lapisan yaitu epidermis,
dermis dan subkutan.

➢ Mandi

Mandi merupakan perawatan hygiene total. Mandi dapat


dikategorikan sebagai kebersihan atau terapeutik.

➢ Mulut

Gigi dan mulut merupakan bagian penting yang harus dipertahankan


kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk.

9
Hygiene mulut dapat membantu mempertahankan status kesehatan
mulut, gigi, gusi dan bibir.

➢ Mata, Hidung, dan Telinga

Membersihkan mata, hidung dan telinga selama klien mandi. Secara


normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata
karena secara terus-menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata
dan bulu mata mencegah masuknya partikel asing kedalam mata.

➢ Rambut

Menyikat, menyisir dan mencuci menggunakan shampo adalah cara-


cara dasar higiene perawatan rambut, distribusi pola rambut dapat
menjadi indikator status kesehatan umum, perubahan hormonal,
stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu.

➢ Kaki dan Kuku

Perawatan kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus


untuk mencegah infeksi, bau dan cedera pada jaringan. Tetapi orang
seringkali tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi
nyeri atau ketidaknyamanan.

➢ Genitalia

Cara merawat organ reproduksi perempuan antara lain sebagai


berikut.

- Bersihkan organ kelamin dari depan ke belakang


menggunakan air bersih dan dikeringkan.
- Sebaiknya tidak menggunakan cairan pembilas vagina karena
dapat membunuh bakteri baik dalam vagina dan memicu
tumbuhnya jamur.
- Pilih pembalut berkualitas yang lembut dan mempunyai daya
serap tinggi. Jangan memakai pembalut dalam waktu lama
saat menstruasi, ganti pembalut sesering mungkin.

10
- Jika keputihan, berbau, berwarna, dan terasa gatal, serta
keluhan organ reproduksi lainnya segera memeriksa diri ke
petugas kesehatan.

Cara merawat organ reproduksi laki-laki antara lain sebagai berikut.

- Menjaga kebersihan organ kelamin.


- Dianjurkan untuk menjaga kebersihan kulup (kulit luar yang
menutupi kepala penis).
- Jika ada keluhan pada organ kelamin dan daerah sekitar
kelamin segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan.

2.5. Pengetahuan dan Kekhawatiran Berkeluarga


Personality issues (kepribadian) seseorang akan mempengaruhi hubungan
seseorang dengan pasangannya (Brehm, S. S., Miller, R. S., & Perlman, 2002).
Bradbury & Fincham menjelaskan bahwa karakteristik kepribadian juga
mempengaruhi cara pasangan dalam menerima satu sama lain, menilai dan memberi
penjelasan mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam pernikahan (Barelds,
2005). Pada tahap ini masing-masing pasangan harus berusaha membangun
kepribadian yang mampu melebur dengan kepribadian orang lain agar mampu
membentuk keintiman. Proses ini membutuhkan kontrol emosi dan kompromi atau
toleransi yang tinggi. Jika gagal maka individu akan merasa terisolasi, sehingga
toleransi juga dibutuhkan dalam membangun hubungan pernikahan (F. Sari &
Sunarti, 2013) dalam (Hidayati Aini, 2020).

Suteja & Muzeki menjelaskan bahwa banyak persoalan yang timbul dalam
rumah tangga berkaitan dengan keuangan (financial management). Hal ini sesuai
dengan pendapat Furstenberg bahwa konflik keuangan biasanya terjadi karena
adanya perbedaan harapan dalam masing-masing peran yang dijalankan oleh
pasangan (Williams, Sawyer, & Wahlstrom, 2006), sehingga diperlukan kesiapan
dari masing-masing pasangan untuk terbuka dan saling percaya dalam hal keuangan
(Suteja & Muzaki, 2019). Holman dan Li (1997) mengatakan bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi kesiapan menikah adalah pendapatan. Kesiapan
finansial lebih penting dipersiapkan oleh laki-laki terkait dengan tugas suami

11
sebagai pemimpin keluarga yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan anggota
keluarganya. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa kesiapan finansial juga
penting bagi perempuan untuk memiliki pekerjaan untuk membantu suami
meningkatkan pendapatan keluarga (F. Sari & Sunarti, 2013) dalam (Hidayati Aini,
2020).

Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Afni dan Indrijati menjelaskan
bahwa dua dari tiga subjek merasakan ketidakpuasan pernikahan karena tidak
terpenuhinya aspek seksual dalam rumah tangga (Afni & Indrijati, 2011). Penelitian
tersebut juga didukung oleh pendapat Soraiya et al yang menyatakan bahwa faktor
kehidupan seksual juga berperan penting dalam mencapai pernikahan yang
memuaskan (Soraiya, Khairani, Rachmatan, Sari, & Sulistyani, 2016). Apabila
dilihat dari segi sexual relationship bersama antara suami dan istri sebagai satu
pasangan, tidak sedikit pasangan yang mengalami ketegangan pernikahan karena
mengalami masalah seksual. Tanpa kehidupan seksual suami dan istri, pernikahan
menjadi tidak utuh. Dalam sexual relationship, laki-laki lebih mementingkan
tercapainya orgasme (Srisusanti & Zulkaida, 2013).

2.6. Fungsi Keluarga


Fungsi keluarga ada delapan yang meliputi, fungsi agama, cinta kasih, sosial
budaya, perlindungan reproduksi, sosialisasi pendidikan, ekonomi dan lingkungan.
Fungsi dasar keluarga juga menyediakan kondisi lingkungan yang baik bagi anggota
keluarga agar semua aspek yaitu fisik, psikologis, sosial, dan mental anggota
keluarga dapat berkembang. Fungsi keluarga dapat menggambarkan interaksi
anggota keluarga satu sama lain sehingga, tercapai fungsi keluarga dengan baik
tergantung dari komunikasi dan ikatan keluarga satu sama lain. Semua anggota
keluarga diharapkan dapat mengetahui fungsi keluarga dengan baik agar dapat
menjadi pijakan dan tuntutan setiap keluarga dalam mewujudkan keluarga yang
sejahtera dan berkualitas (Hernawati dkk, 2020).

12
2.7. Alat Kontrasepsi
Kontrasepsi berarti mencegah terjadinya pertemuan antara sel telur dan sel
sperma agar tidak terjadi kehamilan. Tujuan dari kontrasepsi sendiri yakni
diperuntukan bagi pasangan yang aktif dalam berhubungan seksual namun tidak
menghendaki terjadinya kehamilan. Syarat-syarat kontrasepsi yaitu sebagai berikut.

1. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.


2. Efek samping yang merugikan tidak ada.
3. Kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
4. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
5. Petugas harus memberi informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia.
6. Petugas harus menjelaskan kepada klien tentang kemampuan fasilitas
kesehatan dalam melayani berbagai pilihan kontrasepsi.
7. Fasilitas pelayanan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dan
nyaman bagi klien.
8. Fasilitas pelayanan tersedia pada waktu yang ditentukan dan nyaman bagi
klien.
9. Bahan dan alat kontrasepsi tersedia dalam jumlah yang cukup.
10. Terdapat mekanisme supervisi yang dinamis dalam rangka membantu
menyelesaikan masalah yang timbul dalam pelayanan.
11. Ada mekanisme umpan balik yang relatif dari klien.

Adapun macam-macam alat kontrasepsi meliputi pil KB, suntik KB, implan,
kondom.

13
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan


topik yang menjadi permasalahan dan fokus penelitian. Disebutkan oleh Lexy J.
Moleong (2010), metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari subjek atau
perilaku yang diamati (Universitas Negeri Yogyakarta, n.d.). Dengan demikian, data
yang dikumpulkan dalam pendekatan kualitatif adalah berupa kata-kata dan gambar
yang berdasarkan pada bukti-bukti kualitatif dan pendekatan yang berdasarkan pada
kenyataan lapangan dan apa yang dialami oleh responden.

Metode kualitatif deskriptif dapat menyesuaikan pendapat antara peneliti


dengan responden, dan peneliti dapat mendeskripsikan hasil dari penelitian secara
lebih rinci dan luas. Penelitian ini dilakukan secara bertahap setiap minggunya untuk
memperoleh data secara lengkap. Data yang telah didapat dari proses wawancara
disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian dijabarkan ulang pada halaman diskusi
dalam bentuk deskripsi dengan menggunakan tata bahasa yang jelas dan mudah
dimengerti.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah calon pengantin perempuan pada


pengkajian pertama. Kemudian pada pengkajian selanjutnya, penelitian dilakukan di
lokasi kediaman masing-masing calon pengantin dikarenakan wawancara
berlangsung secara daring melalui panggilan telepon.

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini terhitung berlangsung selama kurang lebih 1 bulan sejak bulan
September hingga bulan Oktober.

14
D. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif deskriptif ini adalah
melalui proses observasi, wawancara dan pengkajian kepada calon pengantin.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung


dan melalui telepon bersama pasangan calon pengantin. Sumber data primer
merupakan data yang diambil langsung oleh peneliti kepada sumbernya tanpa
ada perantara dengan cara memberi pertanyaan-pertanyaan untuk menggali
sumber asli secara langsung melalui pasangan calon pengantin selaku
responden. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah tiga pasangan
calon pengantin.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder diperoleh melalui studi literatur dengan


bantuan media cetak dan media internet. Sumber data sekunder merupakan
sumber data tidak langsung yang mampu memberikan data tambahan serta
penguat atau pendukung terhadap data penelitian. Sumber data sekunder
dalam penelitian ini adalah beberapa buku dan jurnal terdahulu dengan topik
yang masih berkaitan dengan tema penelitian yaitu tentang psikologi,
kebidanan, calon pengantin, pernikahan, dan keluarga.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara memperoleh data-data yang


diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah sebagai berikut.

1. Observasi

Observasi merupakan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan data


yang berkaitan dengan topik penelitian melalui proses pengamatan langsung
dilapangan untuk mendapatkan bukti-bukti yang valid dalam data penelitian.
Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mengamati dan
15
mencatat informasi yang didapatkan dan dibutuhkan selama penelitian (W.
Gulo, 2002). Observasi yang dilakukan diharapkan dapat memperoleh data
yang sesuai dan relevan dengan topik penelitian. Dalam hal ini, peneliti atau
pengkaji mencatat data atau informasi yang disampaikan pasangan calon
pengantin selama pengkajian dilakukan dan mengamati bagaimana kondisi
serta interaksi yang dilakukan pasangan calon pengantin.

2. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan tanya jawab secara lisan untuk


memperoleh informasi yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban
atas pertanyaan yang diajukan (Lexy J. Meleong, 2010). Wawancara
dilaksanakan dengan kontak tatap muka secara langsung dan melalui
panggilan telepon. Dalam wawancara sudah disiapkan berbagai macam
pertanyaan yang sesuai dengan data yang dibutuhkan.

Melalui wawancara ini peneliti menggali data, informasi, dan


keterangan dari subjek penelitian. Teknik wawancara yang dilakukan adalah
wawancara bebas terpimpin, artinya pertanyaan yang diajukan tidak terpaku
pada pedoman wawancara dan dapat diperdalam serta dikembangkan sesuai
dengan situasi dan kondisi saat wawancara berlangsung. Wawancara
dilakukan kepada ketiga pasangan calon pengantin dengan pertanyaan yang
diajukan sesuai dengan modul yang telah disiapkan.

3. Studi Literatur

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data juga dilakukan melalui


studi literatur yaitu peneliti melakukan penelusuran terhadap dokumen-
dokumen dari media cetak dan media internet yang relevan dan berkaitan
dengan topik penelitian seperti sumber dari buku, jurnal, dan artikel dari situs
online resmi yang kemudian disajikan untuk menunjang data. Sumber
referensi tersebut selanjutnya dibaca dan dikutip pada bagian materi-materi
yang penting dan berkaitan dengan topik penelitian lalu penyajian data
disusun menjadi sebuah tinjauan teori dan memberikan kemungkinan
penarikan kesimpulan.

16
F. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel adalah Purposive Sampling, yaitu
pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan peneliti mengenai sampel yang
paling sesuai dengan tujuan penelitian dan dianggap dapat menjadi representatif atau
perwakilan suatu populasi. Adapun narasumber sebagai sampel dalam penelitian ini
adalah tiga pasangan calon pengantin yaitu; 1) Ny. A dan Tn. A, 2) Ny. M dan Tn.
A, 3) Ny. C dan Tn. R.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat pada saat peneliti menggunakan suatu


metode (Suharsini, 1993). Penelitian ini menggunakan metode observasi dan
wawancara dalam teknik pengumpulan data. Maka dari itu, instrumen yang
dibutuhkan adalah pedoman wawancara berupa tabel pertanyaan yang tercantum
pada modul, handphone sebagai alat komunikasi, alat perekam, dan kamera, serta
alat tulis. Instrumen dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif adalah peneliti itu
sendiri atau human instrument yang berperan sebagai perencana, pelaksana,
pengumpul data, analisis dan penafsir data hingga pada akhirnya menjadi pelapor
hasil penelitiannya (Lexy J. Moleong, 2012). Dalam hal ini, instrumen penelitian
adalah anggota kelompok 2 yang disertai alat bantuan berupa pedoman wawancara,
handphone, dan alat tulis.

17
BAB IV

HASIL WAWANCARA

I. Pengkajian Data Calon Pengantin Oleh Andini Mitadyah dan Salsabila Andrita

A. Identitas Calon Mempelai Calon Mempelai Laki-


Perempuan Laki

1. Nama Lengkap Ny. A Tn. A

2. Tanggal Lahir 31 Agustus 1998 14 Februari 1995

3. Usia 24 tahun 27 tahun

4. Suku Minang Batak


Bangsa/Ras

5. Agama Islam Islam

6. Alamat Jakarta Jakarta

7. Pendidikan S1 S1
Terakhir

8. Pekerjaan Karyawan Swasta Wiraswasta

9. Penghasilan UMR UMR

10. Asuransi BPJS BPJS


Kesehatan

B. Kesiapan Kehidupan Berkeluarga

Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami

1. Apakah anda merasa siap Ya Ya


untuk berkeluarga?

2. Mengapa anda mengatakan Sudah merasa siap Sudah merasa siap


siap/tidak untuk secara finansial, fisik, dalam segala aspek
berkeluarga? umur, dan mental dan sudah mulai
sehingga tidak ada mempersiapkan acara
alasan untuk menunda pernikahan.

18
pernikahan.

3. Apakah anda sudah Sudah Sudah


tahu/dengar tentang fungsi
keluarga?

4. Jika sudah, bisakah anda Dari pandangan pribadi Fungsi keluarga yaitu
menuliskan fungsi keluarga fungsi keluarga yaitu seperti rumah kedua
tersebut apa saja? untuk mengayomi dan setelah rumah
menjaga satu sama lain orangtua.
serta menjadi tempat
berpulang.

5. Tahukah anda terhadap Tahu Tahu


peran istri/suami jika sudah
berkeluarga?

6. Sebutkan peran anda jika Peran suami dan istri Peran suami yaitu
sudah berkeluarga? tidak memiliki sebagai imam dan
perbedaan besar, kepala rumah tangga
karena suami dan istri sehingga memiliki
dapat melakukannya tanggung jawab yang
bersama misalnya lebih besar dibanding
seperti melakukan istri.
pekerjaan rumah,
mengurus anak, dan
bekerja.

7. Apakah anda sudah Sudah Sudah


memikirkan tempat tinggal?

8. Jika sudah, dimana anda Rumah sendiri Rumah sendiri


akan tinggal setelah
menikah? (dengan
orangtua/kontrak/rumah
sendiri)

9. Apakah anda sudah Sudah Sudah


memiliki tabungan untuk
berkeluarga?

C. Perilaku Hidup Sehat dan Kesehatan Reproduksi

Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami

19
1. Apakah anda tahu penyakit Ya Ya
yang pernah/sedang diderita
calon pasangan anda?

2. Jika ya, sebutkan? Ada riwayat penyakit Tidak ada riwayat


anemia dan GERD. penyakit jangka
panjang.

3. Jika anda/pasangan anda Sudah Belum


memiliki penyakit apakah
sudah melakukan
pemeriksaan ke tenaga
kesehatan?

4. Jika sudah, dimana Di RSU oleh -


tempatnya dan siapa tenaga petugas/tenaga
kesehatan pemeriksanya? kesehatan rumah sakit.
(puskesmas/klinik/RSU)

5. Apakah calon Tidak Tidak


pasangan/anda mengidap
penyakit menular seksual?

6. Apakah ketika anda Sudah Akan melakukan


menjawab pertanyaan di pemeriksaan
atas, calon pasangan/anda
sudah pernah atau akan
melakukan pemeriksaan?

7. Adakah kebiasaan perilaku Tidak ada Pernah minum alkohol


yang tidak sehat dari beberapa kali namun
pasangan/anda? sudah tidak pernah
a. Merokok (...batang lagi dan ada kebiasaan
rokok/hari) merokok, 4 batang
b. Minum alkohol rokok/hari namun
c. Narkoba sedang berusaha untuk
d. Tidak berolahraga dikurangi.
e. Berjudi
f. Berganti-ganti
pasangan
g. Lainnya…

D. Latar Belakang Pernikahan

Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami

20
1. Sudah berapa lama anda Sudah kenal sejak awal Sudah kenal sejak
mengenal pasangan anda? kuliah. Sekitar 7 tahun. awal kuliah. Sekitar 7
tahun.

2. Berapa lama masa pacaran 6 tahun 6 tahun


anda, sejak dari perkenalan
sampai jelang pernikahan
ini?

3. Bagaimana cara berpacaran Sering bertemu, Sering bertemu


anda? terkadang komunikasi
a. Berpacaran jarak via chat/telepon.
jauh
b. Sering bertemu
c. Dijodohkan

4. Bagaimana cara Berbicara langsung Berbicara langsung


berkomunikasi anda yang berhadapan, berbicara berhadapan, berbicara
paling sering/disukai saat via telepon, video call, via telepon, video call,
berpacaran? dan whatsapp. dan whatsapp.
a. Berbicara langsung
berhadapan
b. Berbicara via telepon
c. Video call
d. SMS/WA/Line, dll.

5. Apa yang paling sering Pekerjaan, rencana Pekerjaan, rencana


anda/pasangan bicarakan? pernikahan, cerita pernikahan, cerita
a. Gosip mengenai kesibukan mengenai kesibukan
b. Pekerjaan pada hari itu. pada hari itu.
c. Rencana pernikahan
d. Masalah keluarga
masing-masing
e. Lainnya…

6. Apakah anda pernah Ya Ya


memiliki konflik selama
berhubungan dalam
komunikasi?

7. Siapa yang memiliki inisiatif Keduanya Keduanya


untuk memecahkan konflik?

8. Bagaimana cara Dibicarakan dan Dibicarakan dan


menyelesaikan konflik? dilaksanakan sampai dilaksanakan sampai
a. Didiamkan saja tuntas tuntas
b. Didiskusikan jalan
keluarnya namun
tidak pernah tuntas
c. Dibicarakan dan

21
dilaksanakan sampai
tuntas

9. Siapa yang selalu mengalah Calon Pengantin Lelaki Calon Pengantin


dalam hampir disetiap Lelaki
masalah?

10. Apakah dalam Ya Ya


berkomunikasi anda dan
pasangan saling memberikan
kesempatan berpendapat?

11. Jika ada konflik dengan Teman sejenis Teman sejenis


pasangan kemana anda
sering mengadu?

E. Sosial Budaya

Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami

1. Apakah lingkungan keluarga Tidak Tidak


anda memiliki riwayat
kawin muda?

2. Apakah perkawinan orang Ya Ya


tua anda tercatat berdasarkan
hukum atau dibawah tangan
(sah menurut agama)?

3. Apakah perkawinan yang Tidak Tidak


akan dilakukan ini
dipaksakan oleh orangtua
atau orang lain?

4. Apa alasan yang mendasar Sudah merasa siap Sudah merasa siap
anda segera melakukan secara finansial, fisik, dalam segala aspek
pernikahan? umur, dan mental dan sudah mulai
sehingga tidak ada mempersiapkan acara
alasan untuk menunda pernikahan. Dan
pernikahan. Dan sudah keluarga juga sudah
kenal satu sama lain mendukung.
dalam waktu yang
cukup lama.

22
F. Perencanaan Ber-KB

Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami

1. Apakah anda dan pasangan Tidak Tidak


menginginkan segera punya
anak?

2. Berapa lama anda setelah 1-2 tahun 1-2 tahun


menikah akan menunda
punya anak?
a. tidak akan menunda
b. <1 tahun
c. 1-2 tahun
d. 3-5 tahun

3. Berapa jumlah anak yang 3 anak 3 anak


anda dan pasangan inginkan
dalam pernikahan?
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
f. >5

4. Apakah anda mengetahui Ya Ya


macam-macam alat
kontrasepsi?

5. Sebutkan jenis-jenis Kondom dan pil KB. Kondom.


kontrasepsi yang anda
ketahui?

6. Metode KB apa yang akan Kondom. Kondom.


anda rencanakan dalam
menjarangkan jumlah anak?

7. Dari manakah sumber Teman, media online, Teman dan media


informasi tentang KB yang dan tetangga. online.
anda ketahui?
a. Sekolah/Universitas
b. Orang tua
c. Teman
d. Media online
e. Tenaga kesehatan
23
f. Lainnya…

G. Pengetahuan dan Kekhawatiran Berkeluarga

Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami

1. Apakah anda sudah Ya Ya


memiliki pengetahuan yang
cukup tentang seks? dan
jelaskan.

Apakah anda sudah Ya Ya


memiliki pengetahuan yang
cukup tentang membangun
keluarga? dan jelaskan.

Apakah anda sudah Ya Ya


memiliki pengetahuan yang
cukup tentang pengetahuan
mempunyai anak? dan
jelaskan.

2. Apakah anda memiliki Ya Ya


kekhawatiran untuk
menjalankan pernikahan?

Jika ya, apa yang anda Khawatir jika Khawatir dengan


khawatirkan? perbedaan pola pikir adanya perdebatan
dan pendapat bisa yang tidak bisa
membuat perdebatan diselesaikan. Karena
menjadi tidak bisa pola pikir yang
diselesaikan. Karena berbeda.
dalam pernikahan
sudah ada ikatan tetapi
takut jika nantinya
masih bersikap egois
dan tidak bisa saling
memahami..

Mengapa anda khawatir Takut jika hal tersebut Takut jika hal tersebut
akan hal tersebut? bisa membuat adanya membuat hubungan
keretakan dalam menjadi kurang
hubungan. harmonis.

24
Jika itu terjadi apa yang Memperbaiki Mencoba untuk
akan anda lakukan? komunikasi. menyelesaikan
masalah dengan kepala
dingin.

3. Apa menurut anda program Ya Ya


pendidikan catin penting
dilaksanakan?

Jika anda merasa penting, Dari adanya program Diharapkan calon


jelaskan harapan dari pendidikan catin pengantin dapat
program calon pengantin diharapkan calon mengetahui lebih
yang diadakan oleh pengantin dapat dalam mengenai
pemerintah. mengetahui mengenai persiapan pernikahan
persiapan pernikahan dari berbagai aspek.
yang lengkap dan
untuk mengukur
kesiapan calon
pengantin sebelum
memasuki jenjang
pernikahan.

II. Pengkajian Data Calon Pengantin Oleh Alya Feby Priarti dan Mutiara Bilqis

A. Identitas Calon Mempelai Calon Mempelai Laki-


Perempuan Laki

1. Nama Lengkap M A

2. Tanggal Lahir 27 Februari 2000 28 Maret 1999

3. Usia 22 tahun 23 tahun

4. Suku Sunda Betawi


Bangsa/Ras

5. Agama Islam Islam

6. Alamat Depok Depok

7. Pendidikan SMA S1
Terakhir

8. Pekerjaan Mahasiswa Dinas Perhubungan

9. Penghasilan tidak disebutkan tidak disebutkan

10. Asuransi BPJS BPJS


Kesehatan

25
B. Kesiapan Kehidupan Berkeluarga

Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami

1. Apakah anda merasa siap Ya Ya


untuk berkeluarga?

2. Mengapa anda mengatakan Karena memang ingin Karena sudah


siap/tidak untuk menikah muda memperhitungkan dari
berkeluarga? awal dan baik
buruknya

3. Apakah anda sudah Sudah Sudah


tahu/dengar tentang fungsi
keluarga?

4. Jika sudah, bisakah anda ada fungsi agama, mempererat kasih


menuliskan fungsi keluarga fungsi pendidikan, sayang
tersebut apa saja? fungsi sosial

5. Tahukah anda terhadap Tahu Tahu


peran istri/suami jika sudah
berkeluarga?

6. Sebutkan peran anda jika Melayani suami dan menafkahi,


sudah berkeluarga? anak serta menjadi ibu melindungi,
rumah tangga yang mensupport apapun
baik

7. Apakah anda sudah Sudah Sudah


memikirkan tempat tinggal?

8. Jika sudah, dimana anda Rumah sendiri Rumah sendiri


akan tinggal setelah
menikah? (dengan
orangtua/kontrak/rumah
sendiri)

9. Apakah anda sudah Sudah Sudah


memiliki tabungan untuk
berkeluarga?

26
C. Perilaku Hidup Sehat dan Kesehatan Reproduksi

Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami

1. Apakah anda tahu penyakit Ya Ya


yang pernah/sedang diderita
calon pasangan anda?

2. Jika ya, sebutkan? Tidak ada riwayat Tidak ada riwayat


penyakit penyakit

3. Jika anda/pasangan anda Sudah Belum


memiliki penyakit apakah
sudah melakukan
pemeriksaan ke tenaga
kesehatan?

4. Jika sudah, dimana Di RSU oleh -


tempatnya dan siapa tenaga petugas/tenaga
kesehatan pemeriksanya? kesehatan rumah sakit.
(puskesmas/klinik/RSU)

5. Apakah calon Tidak Tidak


pasangan/anda mengidap
penyakit menular seksual?

6. Apakah ketika anda Sudah Akan melakukan


menjawab pertanyaan di pemeriksaan
atas, calon pasangan/anda
sudah pernah atau akan
melakukan pemeriksaan?

7. Adakah kebiasaan perilaku Tidak ada merokok, sekitar 5-6


yang tidak sehat dari batang perhari
pasangan/anda?
a. Merokok (...batang
rokok/hari)
b. Minum alkohol
c. Narkoba
d. Tidak berolahraga
e. Berjudi
f. Berganti-ganti
pasangan
g. Lainnya…

27
D. Latar Belakang Pernikahan

Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami

1. Sudah berapa lama anda sudah mengenal 7 Sudah mengenal 7


mengenal pasangan anda? tahun tahun

2. Berapa lama masa pacaran 2 tahun 8 bulan 2 tahun 8 bulan


anda, sejak dari perkenalan
sampai jelang pernikahan
ini?

3. Bagaimana cara berpacaran Sering bertemu Sering bertemu


anda?
a. Berpacaran jarak
jauh
b. Sering bertemu
c. Dijodohkan

4. Bagaimana cara Bertemu langsung Bertemu langsung


berkomunikasi anda yang
paling sering/disukai saat
berpacaran?
a. Berbicara langsung
berhadapan
b. Berbicara via telepon
c. Video call
d. SMS/WA/Line, dll.

5. Apa yang paling sering Mengobrol mengenai Mengobrol mengenai


anda/pasangan bicarakan? masa depan, isu-isu masa depan, isu-isu
a. Gosip terkini, cerita masing- terkini, cerita masing-
b. Pekerjaan masing, dan hal masing, dan hal
c. Rencana pernikahan lainnya lainnya
d. Masalah keluarga
masing-masing
e. Lainnya…

6. Apakah anda pernah Ya Ya


memiliki konflik selama
berhubungan dalam
komunikasi?

7. Siapa yang memiliki inisiatif Keduanya Keduanya


untuk memecahkan konflik?
28
8. Bagaimana cara Dibicarakan secara Dibicarakan secara
menyelesaikan konflik? langsung langsung
a. Didiamkan saja
b. Didiskusikan jalan
keluarnya namun
tidak pernah tuntas
c. Dibicarakan dan
dilaksanakan sampai
tuntas

9. Siapa yang selalu mengalah Calon Pengantin Lelaki Calon Pengantin


dalam hampir disetiap Lelaki
masalah?

10. Apakah dalam Ya Ya


berkomunikasi anda dan
pasangan saling memberikan
kesempatan berpendapat?

11. Jika ada konflik dengan Teman sejenis Teman sejenis


pasangan kemana anda
sering mengadu?

E. Sosial Budaya

Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami

1. Apakah lingkungan keluarga Tidak Tidak


anda memiliki riwayat
kawin muda?

2. Apakah perkawinan orang Ya Ya


tua anda tercatat berdasarkan
hukum atau dibawah tangan
(sah menurut agama)?

3. Apakah perkawinan yang Tidak Tidak


akan dilakukan ini
dipaksakan oleh orangtua
atau orang lain?

4. Apa alasan yang mendasar Sudah merasa siap Sudah merasa siap
anda segera melakukan secara keseluruhan dalam segala hal yang
pernikahan? diperlukan dari
finansial, mental,

29
hubungan dll

F. Perencanaan Ber-KB

Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami

1. Apakah anda dan pasangan Iya Iya


menginginkan segera punya
anak?

2. Berapa lama anda setelah Tidak akan menunda Tidak akan menunda
menikah akan menunda
punya anak?
a. tidak akan menunda
b. <1 tahun
c. 1-2 tahun
d. 3-5 tahun

3. Berapa jumlah anak yang 2 anak 2 anak


anda dan pasangan inginkan
dalam pernikahan?
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
f. >5

4. Apakah anda mengetahui Ya Ya


macam-macam alat
kontrasepsi?

5. Sebutkan jenis-jenis IUD, implan, suntik, Kondom.


kontrasepsi yang anda pil
ketahui?

6. Metode KB apa yang akan IUD terserah kepada


anda rencanakan dalam pasangan
menjarangkan jumlah anak?

7. Dari manakah sumber Sekolah, Teman, media sekolah, teman, media


informasi tentang KB yang online, dan Orang tua. online, dan orang tua
anda ketahui?
a. Sekolah/Universitas

30
b. Orang tua
c. Teman
d. Media online
e. Tenaga kesehatan
f. Lainnya…

G. Pengetahuan dan Kekhawatiran Berkeluarga

Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami

1. Apakah anda sudah Ya, seks adalah Ya, kebutuhan dasar


memiliki pengetahuan yang kegiatan biologis yang yang menjadi aktivitas
cukup tentang seks? dan menjadi kebutuhan yang biasa dilakukan
jelaskan. dasar manusia oleh pasangan suami
istri

Apakah anda sudah Ya, membangun Ya , membangun


memiliki pengetahuan yang keluarga yang sakinah, keluarga yang bahagia,
cukup tentang membangun mawaddah, warrahmah sehat, tercukupi segala
keluarga? dan jelaskan. kebutuhannya dari
finansial, kasih
sayang, batin dan rasa
aman

Apakah anda sudah Ya, mempunyai anak Ya , sebuah tanggung


memiliki pengetahuan yang perlu persiapan yang jawab seumur hidup
cukup tentang pengetahuan banyak seperti dan merupakan
mempunyai anak? dan parenting dan tanggung jawab yang
jelaskan. persiapan masa besar dan perlu untuk
depannya mengelola emosi yang
baik dan parenting
yang tepat

2. Apakah anda memiliki Ya Ya


kekhawatiran untuk
menjalankan pernikahan?

Jika ya, apa yang anda Khawatir jika suatu Khawatir jika tidak
khawatirkan? saat nanti ada keadaan sesuai dengan harapan
yang mana membuat yang kami inginkan
kami sulit bertahan

Mengapa anda khawatir takut gagal dalam Takut mengecewakan


akan hal tersebut? pernikahan banyak orang terutama
pasangan dan anak

31
Jika itu terjadi apa yang Memperbaiki Menguatkan
akan anda lakukan? komunikasi, komitmen kepercayaan dan
komitmen yang telah
kami bangun

3. Apa menurut anda program Ya Ya


pendidikan catin penting
dilaksanakan?

Jika anda merasa penting, untuk mengukur agar calon pengantin


jelaskan harapan dari kesiapan para calon dapat mempersiapkan
program calon pengantin pengantin dan dan memikirkan
yang diadakan oleh meminimalisir dengan matang
pemerintah. ketidaksiapan dalam rencana pernikahan
pernikahan yang akan
dilaksanakan

III. Pengkajian Data Calon Pengantin Oleh Mesra Siti Syarifah dan Mutiara
Amanda Putri

A. Identitas Calon Mempelai Calon Mempelai Laki-


Perempuan Laki

1. Nama Lengkap Ny. C Tn. R

2. Tanggal Lahir 01 Januari 2000 9 April 1998

3. Usia 22 tahun 24 tahun

4. Suku Betawi Betawi


Bangsa/Ras

5. Agama Islam Islam

6. Alamat Jakarta Jakarta

7. Pendidikan SMA SMA


Terakhir

8. Pekerjaan Karyawan Swasta Karyawan Swasta

9. Penghasilan UMR UMR

10. Asuransi BPJS BPJS


Kesehatan

32
B. Kesiapan Kehidupan Berkeluarga

Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami

1. Apakah anda merasa siap Siap Siap


untuk berkeluarga?

2. Mengapa anda mengatakan Karena kita sudah Iya benar sudah


siap/tidak untuk siap dari finansial, siap dari finansial
berkeluarga? keluarga juga dan mendapat
sudah mendukung dukungan
dan merestui keluarga

3. Apakah anda sudah Sudah Belum


tahu/dengar tentang fungsi
keluarga?

4. Jika sudah, bisakah anda Saya tahu fungsi -


menuliskan fungsi keluarga keluarga itu sebagai
tersebut apa saja? keamanan, kasih
sayang, pendidikan,
dan sebagainya

5. Tahukah anda terhadap Tahu Tahu


peran istri/suami jika sudah
berkeluarga?

6. Sebutkan peran anda jika Peran istri Peran suami yang


sudah berkeluarga? melayani suami pasti menafkahi
dan mengurus keluarga dan
anak menjaga keluarga

7. Apakah anda sudah Sudah Sudah


memikirkan tempat tinggal?

8. Jika sudah, dimana anda Kebetulan lagi Sudah


akan tinggal setelah bangun rumah mempersiapkan
menikah? (dengan rumah untuk
orangtua/kontrak/rumah tinggal sendiri
sendiri)

9. Apakah anda sudah Sudah Sudah


memiliki tabungan untuk
berkeluarga?

33
C. Perilaku Hidup Sehat dan Kesehatan Reproduksi

Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami

1. Apakah anda tahu penyakit Ya Ya


yang pernah/sedang diderita
calon pasangan anda?

2. Jika ya, sebutkan? Saya pribadi ada Saya juga ada


maag asam lambung

3. Jika anda/pasangan anda Sudah Sudah


memiliki penyakit apakah
sudah melakukan
pemeriksaan ke tenaga
kesehatan?

4. Jika sudah, dimana Saya di RS Saya di lab


tempatnya dan siapa tenaga
kesehatan pemeriksanya?
(puskesmas/klinik/RSU)

5. Apakah calon Tidak Tidak


pasangan/anda mengidap
penyakit menular seksual?

6. Apakah ketika anda Belum, tetapi akan Belum, tetapi akan


menjawab pertanyaan di melakukan melakukan
atas, calon pasangan/anda pemeriksaan pemeriksaan
sudah pernah atau akan
melakukan pemeriksaan?

7. Adakah kebiasaan perilaku Tidak ada Saya juga tidak


yang tidak sehat dari
pasangan/anda?
a. Merokok (...batang
rokok/hari)
b. Minum alkohol
c. Narkoba
d. Tidak berolahraga
e. Berjudi
f. Berganti-ganti
pasangan
g. Lainnya…

34
D. Latar Belakang Pernikahan

Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami

1. Sudah berapa lama anda Sudah kenal sejak awal Sudah kenal sejak
mengenal pasangan anda? kuliah. Sekitar 7 tahun. awal kuliah. Sekitar 7
tahun.

2. Berapa lama masa pacaran 4 tahun 4 tahun


anda, sejak dari perkenalan
sampai jelang pernikahan
ini?

3. Bagaimana cara berpacaran Sering bertemu, Sering bertemu


anda? biasanya kita sepulang
a. Berpacaran jarak bekerja menyempatkan
jauh waktu untuk bertemu.
b. Sering bertemu Kita ngobrol-ngobrol
c. Dijodohkan dan cerita-cerita

4. Bagaimana cara Berbicara langsung Berbicara langsung


berkomunikasi anda yang berhadapan, berbicara berhadapan, berbicara
paling sering/disukai saat via telepon, video call, via telepon, video call,
berpacaran? dan whatsapp. dan whatsapp.
a. Berbicara langsung
berhadapan
b. Berbicara via telepon
c. Video call
d. SMS/WA/Line, dll.

5. Apa yang paling sering Biasanya sering Membicarakan


anda/pasangan bicarakan? membicarakan persiapan
a. Gosip masa depan kita persiapan yang
b. Pekerjaan nantinya seperti akan datang
c. Rencana pernikahan apa
d. Masalah keluarga
masing-masing
e. Lainnya…

6. Apakah anda pernah Pernah Pernah


memiliki konflik selama
berhubungan dalam
komunikasi?

35
7. Siapa yang memiliki inisiatif Saya biasanya Biasanya calon
untuk memecahkan konflik? yang memiliki istri saya
inisiatif

8. Bagaimana cara Dibicarakan dan Dibicarakan dan


menyelesaikan konflik? dilaksanakan sampai dilaksanakan sampai
a. Didiamkan saja tuntas tuntas
b. Didiskusikan jalan
keluarnya namun
tidak pernah tuntas
c. Dibicarakan dan
dilaksanakan sampai
tuntas

9. Siapa yang selalu mengalah Calon Pengantin Calon Pengantin


dalam hampir disetiap Perempuan Perempuan
masalah?

10. Apakah dalam Ya Ya


berkomunikasi anda dan
pasangan saling memberikan
kesempatan berpendapat?

11. Jika ada konflik dengan Sahabat dan orang tua Teman terdekat dan
pasangan kemana anda orang tua
sering mengadu?

E. Sosial Budaya

Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami

1. Apakah lingkungan keluarga Tidak Tidak


anda memiliki riwayat
kawin muda?

2. Apakah perkawinan orang Ya Ya


tua anda tercatat berdasarkan
hukum atau dibawah tangan
(sah menurut agama)?

3. Apakah perkawinan yang Tidak Tidak


akan dilakukan ini
dipaksakan oleh orangtua
atau orang lain?

36
4. Apa alasan yang mendasar Karena kita memiliki karena kita memiliki
anda segera melakukan tujuan bersama tujuan yang sama dan
pernikahan? untuk kedepannya sudah siap finansial
nanti dan kita juga
mau menyempurnakan
ibadah kita

F. Perencanaan Ber-KB

Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami

1. Apakah anda dan pasangan Saya ga mau Saya sedapetnya


menginginkan segera punya nunda aja
anak?

2. Berapa lama anda setelah Tidak akan menunda Tidak akan menunda
menikah akan menunda
punya anak?
a. tidak akan menunda
b. <1 tahun
c. 1-2 tahun
d. 3-5 tahun

3. Berapa jumlah anak yang 2 anak 2 anak


anda dan pasangan inginkan
dalam pernikahan?
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
f. >5

4. Apakah anda mengetahui Tahu Tahu


macam-macam alat
kontrasepsi?

5. Sebutkan jenis-jenis Kondom dan suntik Kondom dan pil KB


kontrasepsi yang anda KB
ketahui?

6. Metode KB apa yang akan Belum ada rencana Terserah istri


anda rencanakan dalam untuk KB
menjarangkan jumlah anak?

37
7. Dari manakah sumber Saya tahu dari Saya tahu dari
informasi tentang KB yang teman terdekat internet
anda ketahui? dan buka-buka
a. Sekolah/Universitas dari internet
b. Orang tua
c. Teman
d. Media online
e. Tenaga kesehatan
f. Lainnya…

G. Pengetahuan dan Kekhawatiran Berkeluarga

Jawaban
Pertanyaan
Istri Suami

1. Apakah anda sudah Belum Belum


memiliki pengetahuan yang
cukup tentang seks? dan
jelaskan.

Apakah anda sudah Ya, keluarga harus Ya, selain saling


memiliki pengetahuan yang dibangun dengan percaya, komunikasi
cukup tentang membangun saling percaya satu harus selalu dijaga
keluarga? dan jelaskan. sama lain

Apakah anda sudah Ya, sesuai program Ya, 2 anak lebih baik.
memiliki pengetahuan yang pemerintah yaitu 2 Kalau banyak anak
cukup tentang pengetahuan anak lebih baik takutnya tidak bisa
mempunyai anak? dan memberi kasih yang
jelaskan. sama

2. Apakah anda memiliki Ya Ya


kekhawatiran untuk
menjalankan pernikahan?

Jika ya, apa yang anda Khawatir perbedaan Khawatir beda


khawatirkan? pendapat dan pendapat dan pola
kepercayaan pikir

Mengapa anda khawatir Takut membuat Takut membuat


akan hal tersebut? hubungan menjadi hubungan menjadi
renggang renggang

Jika itu terjadi apa yang Memperbaiki Komunikasikan


akan anda lakukan? permasalahan dengan permasalahan secara
berkomunikasi. baik-baik

38
3. Apa menurut anda program Ya Ya
pendidikan catin penting
dilaksanakan?

Jika anda merasa penting, Dari adanya program Dari adanya program
jelaskan harapan dari catin ini diharapkan catin diharapkan para
program calon pengantin sangat membantu para catin mengetahui
yang diadakan oleh catin untuk mengetahui kesiapan nya dari
pemerintah. kesiapan diri mereka berbagai aspek.
untuk ke jenjang serius
yang akan mereka
jalani

39
BAB V

DISKUSI

Dari hasil wawancara kelompok dengan para pasangan catin ini, menjelaskan
mengenai beberapa pemahaman seperti, para pasangan catin ini bisa mengetahui tentang
dirinya dan pasangannya, apakah dia benar mengenal dirinya lalu apakah catin memiliki
pandangan yang sejalan mengenai Keluarga Berencana, dan apakah para catin ini siap untuk
menikah. Pasangan catin yang diwawancarai kelompok berasal dari beragam suku bangsa,
tetapi sebagian besar catin berasal dari suku Betawi. Para catin juga memiliki asuransi
kesehatan. Para catin juga sudah menjalankan program wajib belajar yaitu 12 tahun yang
merupakan salah satu program pemerintah.Rata-rata usia catin perempuan yaitu 23 tahun
dan usia catin laki-laki yaitu 25 tahun dimana hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 Pasal 7 Ayat 1 yang berisi “Perkawinan hanya
diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun.” (“UU
No. 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan [JDIH BPK RI]”).

Batas usia dimaksud dinilai telah matang jiwa raganya untuk dapat melangsungkan
perkawinan agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada
perceraian dan mendapat keturunan yang sehat dan berkualitas. Diharapkan juga kenaikan
batas umur yang lebih tinggi dari 16 (enam belas) tahun bagi wanita untuk kawin akan
mengakibatkan laju kelahiran yang lebih rendah dan menurunkan resiko kematian ibu dan
anak. Selain itu juga dapat terpenuhinya hak-hak anak sehingga mengoptimalkan tumbuh
kembang anak termasuk pendampingan orang tua serta memberikan akses anak terhadap
pendidikan setinggi mungkin.

Para catin sudah memiliki kesiapan untuk menikah. Duvan (1971, dalam Sunarti dkk,
2012), kesiapan menikah yaitu laki-laki dan perempuan yang telah menyelesaikan masa
remajanya dan secara fisik, emosi, tujuan, keuangan, dan pribadi telah siap untuk
bertanggung jawab dalam komitmen pernikahan. Kesiapan menikah menjadikan pasangan
suami dan istri lebih percaya diri untuk menempuh kehidupan baru setelah pernikahan
dengan menjalankan fungsi, peran, dan tugas dalam keluarga. Tiga faktor yang
mempengaruhi sebuah kesiapan pernikahan yaitu usia, pendidikan, dan perencanaan karir

40
(Knox, 1985 dalam Sunarti dkk, 2012). Menurut BKKBN, sandang, pangan, papan,
kesehatan, dan pendidikan merupakan hal dasar yang harus dicapai keluarga.

Secara umum para catin dalam penelitian ini rata-rata telah mengenal selama kurang
lebih 7 tahun. metode pertemuan selama pacaran yang dilakukan para catin sebagian besar
yaitu menyempatkan waktu untuk bertemu di sela-sela kesibukan. Para catin yang
diwawancarai tidak ada yang dijodohkan. Pola komunikasi yang dilakukan para catin sangat
beragam yaitu melalui berbicara langsung berhadapan, berbicara via telepon, video call, dan
whatsapp. Hal tersebut menunjukkan bahwa komunikasi dapat dilakukan dengan bermacam
cara dan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Rata-rata topik pembicaraan para catin
yaitu 50% membahas masa depan, 30% membahas mengenai rencana pernikahan, dan 20%
membahas kesibukan yang terjadi hari ini. Hal ini sejalan dengan teori perkembangan
manusia dimana manusia berkembang dengan mengalami proses pematangan. Pematangan
yang dimaksud adalah proses pertumbuhan yang menyangkut menyempurnaan fungsi-
fungsi tubuh secara alamiah sehingga mengakibatkan perubahan-perubahan dalam perilaku,
terlepas dari ada atau tidak adanya proses belajar (Sarwono, 2018). Misalnya secara umum
dalam hubungan topik pembicaraan akan berkembang dan membahas mengenai rencana
pernikahan.

Menurut Jurnal yang ditulis Eva Meizara Puspita Dewi dan Basti dengan judul
“Konflik Perkawinan Dan Model Penyelesaian Konflik Pada Pasangan Suami Istri” hasil
penelitian menunjukkan terdapat perbedaan konflik perkawinan pada istri yang tinggal
bersama dengan suami. Menurut istri yang tinggal bersama suami, intensitas konflik
perkawinan akan lebih tinggi jika istri tinggal bersama suami. Sebaliknya, menurut istri yang
tinggal tidak bersama dengan suaminya, intensitas konflik akan lebih tinggi jika istri tidak
tinggal bersama suaminya.

Finchman (1999) mengartikan konflik perkawinan sebagai keadaan suami istri yang
sedang menghadapi masalah dalam perkawinannya dan hal tersebut nampak dalam perilaku
mereka yang cenderung kurang harmonis ketika sedang menghadapi konflik. Sadarjoen
(2005) menyatakan bahwa konflik perkawinan adalah konflik yang melibatkan pasangan
suami istri di mana konflik tersebut memberikan efek atau pengaruh yang signifikan
terhadap relasi kedua pasangan. Lebih lanjut Sadarjoen (2005) menyatakan bahwa konflik
tersebut muncul karena adanya persepsi-persepsi, harapan-harapan yang berbeda serta

41
ditunjang oleh keberadaan latar belakang, kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai yang mereka
anut sebelum memutuskan untuk menjalin ikatan perkawinan.

Dalam penelitian ini, para catin 100% tidak memiliki lingkungan keluarga yang
memiliki riwayat kawin muda, orang tua para catin memiliki perkawinan orang tua yang
tercatat berdasarkan hukum atau dibawah tangan, dan para catin tidak memiliki paksaan
dalam perkawinan yang akan dilakukan. Dalam Naibaho (tanpa tahun), keluarga memiliki
faktor adanya perkawinan usia muda, dimana keluarga dan orang tua akan segera
menikahkan anaknya jika sudah menginjak masa dewasa. Hal ini merupakan hal yang sudah
biasa atau turun-temurun. Dalam Wuri dan Dewi (tanpa tahun), melihat daripada penting
dan sakralnya suatu perkawinan tersebut, maka perkawinan wajib dilaksanakan atas dasar
kerelaan hati dan keinginan dari pihak laki-laki maupun perempuan sebagaimana telah diatur
sebagai syarat untuk melaksanakan perkawinan menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya disebut sebagai UU
Perkawinan). Sejatinya, paksaan atas terjadinya suatu perkawinan ini dapat menjadi suatu
perbuatan pidana. Terlebih lagi berkaitan dengan perbuatan pemaksaan perkawinan yang
dapat dikorelasikan dengan adanya suatu kekerasan seksual dalam rumah tangga.
Berdasarkan statistik kriminal 2018 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia terkait
tingkat serta perkembangan kriminalitas yang terjadi di Indonesia dalam tahun 2015–20171,
berdasarkan data statistik jumlah kejahatan terhadap kesusilaan secara signifikan terus
meningkat mulai dari tahun 2015 hingga tahun 2017. Bahkan menurut Catatan Tahunan
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Tahun 2018,
dimana selama tahun 2017 terjadi sebanyak 2.979 kasus kekerasan seksual dengan
korbannya adalah perempuan.

Dalam penelitian ini, 100% catin perempuan sudah melakukan tes kesehatan. Pada
catin laki-laki 80% belum melakukan tes kesehatan dan 20% sudah melakukan tes kesehatan.
Pada kebiasaan buruk seperti merokok, minum alkohol, dan lain-lain hanya 10% dari para
catin yang masih merokok. Dalam Umam (2021), sejalan dengan perkembangan zaman dan
ilmu pengetahuan sekarang ini. Bahwa, salah satu dari persyaratan administrasi dalam
perkawinan yang harus dilengkapi adalah surat keterangan sehat dari kedokteran atau
puskesmas, surat keterangan kesehatan dikeluarkan setelah dilakukan tes kesehatan. Setelah
syarat-syarat terpenuhi maka petugas pencatat yang berwenang dalam hal ini adalah KUA
akan mencatat perkawinan guna keabsahan sesuai undang-undang.

42
Tujuan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pranikah (premarital checkup)
adalah untuk membangun keluarga bahagia, sehat sejahtera dengan mengetahui
kemungkinan kondisi kesehatan anak yang akan dilahirkan (riwayat kedua belah pihak),
termasuk soal genetik, penyakit kronis, penyakit infeksi yang dapat mempengaruhi kondisi
kesehatan keturunan bukan karena kecurigaan dan juga bukan untuk mengetahui
keperawanan. Selain itu juga untuk mendeteksi penyakit tertentu yang diturunkan tetapi
belum tentu terjadi, seperti diabetes melitus (kencing manis), tekanan darah tinggi, dan
kelainan jantung.

Dalam penelitian ini, 80% catin ingin segera memiliki anak dan 20% catin ingin
menunda nya. Jumlah anak yang diinginkan para catin yaitu 100% memilih 2 anak. Kondisi
ini menunjukkan bahwa para catin mengikuti program Keluarga Berencana yaitu “Dua Anak
Lebih Baik”. Pasangan catin yang memiliki rencana untuk KB yaitu 80% dan 20% pasangan
catin belum memiliki rencana untuk KB. Para catin rata-rata mengetahui jenis alat
kontrasepsi bersumber dari internet dan orang-orang disekitarnya yang sudah pernah
menggunakan alat kontrasepsi. Menurut Hoffman dkk (dalam Adhim: 2002) mengatakan
bahwa usia 20 sampai dengan 24 tahun adalah sebagai saat terbaik untuk menikah dan selain
untuk keutuhan rumah tangga. Rentan usia ini juga paling baik untuk mengasuh anak
pertama. Senada dengan hal tersebut Rudangta (dalam Naibaho, tanpa tahun) juga
mengatakan bahwa idealnya untuk menikah adalah pada saat dewasa awal yaitu berusia 20
tahun sebelum 30 tahun untuk wanita sedangkan untuk laki-laki adalah 25 tahun. Mengingat
baik secara biologis dan psikis sudah matang, sehingga fisiknya untuk memiliki keturunan
sudah cukup matang. Artinya risiko melahirkan anak cacat atau meninggal itu tidak besar.

Para catin 80% memiliki pengetahuan yang cukup mengenai seks dan 20% belum
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai seks. Menurut Sarwono (2003 dalam Fadhilah
Nur, 2013), manfaat pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas yaitu mengerti
tentang perbedaan kesehatan reproduksi antara pria dan wanita, mengerti tentang peranan
kesehatan reproduksi dalam kehidupan manusia dan keluarga, mengembangkan pengertian
tentang diri sendiri sehubungan dengan fungsi dan kebutuhan seks, dan membantu untuk
mengembangkan kepribadian sehingga remaja mampu untuk mengambil keputusan yang
bertanggung jawab.

43
Mengenai program persiapan catin, para catin 100% mengalami kekhawatiran
berkeluarga, namun dengan kategori yang berbeda-beda. 80% catin mengalami
kekhawatiran mengenai perbedaan pola pikir dan pendapat bisa membuat perdebatan
menjadi tidak bisa diselesaikan. Sedangkan 20% catin mengalami kekhawatiran mengenai
keadaan yang berubah dan membuat catin sulit bertahan. Menurut Atkinson (Sudardjo &
Purnamaningsih, 2003) kecemasan merupakan gambaran emosi yang tidak menyenangkan
yang ditandai dengan rasa khawatir, keprihatinan dan rasa takut yang kadang-kadang dalam,
dan dalam tingkat yang berbeda. Terdapat faktor yang menjadi penyebab timbulnya
kecemasan pada mahasiswa diantaranya yang berasal dari dalam maupun luar diri manusia
(Hawari dalam Sudardjo & Purnamaningsih, 2003) (Alifia Fairuzzahra et al., 2018), hal
ini senada dengan kecemasan yang dirasakan oleh para calon pengantin.

44
BAB VI

KESIMPULAN

Setelah pemaparan hasil konseling dari beberapa calon pengantin didapatkan hasil
diskusi yang mana dengan tiga pasangan calon pengantin secara usia sudah cukup untuk
menikah. Dengan rata-rata usia 23 tahun diharapkan calon pengantin sudah matang secara
pemikiran, emosi, dan fisik terutama dalam mempersiapkan terjadinya kehamilan. Dilihat
dari lamanya calon pengantin saling mengenal dan berkomunikasi dapat dikatakan ketiga
pasangan calon pengantin telah mengenal cukup baik dengan intensitas komunikasi yang
berkualitas sesuai dengan pengakuan dari masing-masin calon pengantin.
Kemudian ketiga pasangan calon pengantin juga memiliki pengetahuan dasar yang
cukup meskipun ada beberapa diantaranya yang harus diedukasi kembali. Secara finansial
ketiga pasangan calon pengantin dapat dikatakan sudah siap dengan memiliki pekerjaan
yang dapat membiayai kehidupan pernikahan dengan cukup. Lalu, dari segala aspek lainnya
ketiga pasangan calon pengantin ini bisa dikatakan pasangan yang ideal dan memiliki
persiapan pernikahan yang cukup baik meskipun mungkin ada beberapa yang sebaiknya
dipelajari dan dikaji kembali. Namun secara keseluruhan pasangan calon pengantin sudah
siap untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.

45
DAFTAR PUSTAKA

Fadhilah, N. (2013). TERBATASNYA PENGETAHUAN TENTANG SEKSUALITAS


MEMPENGARUHI SEKS PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 3.
Hernawati, T., Krisnatuti, D., Pujihasvuty, R., & Latifah, E. W. (2020). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pelaksanaan Fungsi Keluarga di Indonesia. Junal Ilmu Kesehatan dan
Konseling, Vol 13.
Kostania, G., Ahmad, A. L., & Yunita, S. (2020). Pengembangan Booklet Pranikah Sebagai
Media Informasi dalam Pelayanan Kesehatan untuk Calon Pengantin. Jurnal Kebidanan
Indonesia, Vol 11 no 2, 01-10.
Matahari, R., Utami, F. P., & Sugiharti, S. (2018). Buku Ajar Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi. Pustaka Ilmu.
Mawaddah, S., Safrina, L., Mawarpuri, M., & Faradina, S. (2019, Januari). Perbedaan
Kesiapan Menikah pada Dewasa Awal ditinjau dari Jenis Kelamin di Banda Aceh.
Jurnal Empati, Vol. 8, 320-328.
Meinarno, Eko A., & Willa F. Modul 1: Perempuan Bersiap Menikah: Saya Tahu Diri Saya,
Si Dia Tahu Dirinya Kah?. Poltekkes Jakarta 3.
Meinarno, Eko A., & Willa F. Modul 2: Perempuan Bersiap Menikah: Apa Benar Saya
Kenal Dia?. Poltekkes Jakarta 3.
Meinarno, Eko A., & Willa F. Modul 3: Perempuan Bersiap Menikah: Apakah Bayangan
Kami Tentang Keluarga Sejalan?. Poltekkes Jakarta 3.
Meinarno, Eko A., & Willa F. Modul 4: Perempuan Bersiap Menikah: Apakah Kami Siap?.
Poltekkes Jakarta III.
Meinarno, Eko A., & Willa F. Modul 5: Perempuan Bersiap Menikah: Bidan Dalam Konteks
Agen Psiko-Sosio Keluarga. Poltekkes Jakarta 3.
Tjakrawiralaksana, Mita Aswanti., Eko A. M., & Willa F. Modul 6: Masa Remaja Hingga
Dewasa. Universitas Indonesia dan Poltekkes Jakarta 3.
Meinarno, Eko A., & Willa F. Modul 7: Dasar Psikologi. Universitas Indonesia dan
Poltekkes Jakarta 3.
Naibaho, H. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA MUDA
(STUDI KASUS DI DUSUN IX SEROJA PASAR VII TEMBUNG KECAMATAN
PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG).

46
Olson, D. H., DeFrain, J., & Skogrand, L. (2019). Marriage and Families: Intimacy,
Diversity, and Strengths. (Nint Edition ed.). Nint Edition.
Sari, F. & Sunarti, E. (2013, September). Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dan
Pengaruhnya terhadap Usia Menikah. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsenling, Vol 6,
143-153.
Sunarti, E., Simanjuntak, M., Rahmatin, I., & Dianeswari, R. (2012). KESIAPAN
MENIKAH DAN PEMENUHAN TUGAS KELUARGA PADA KELUARGA
DENGAN ANAK USIA PRASEKOLAH. Jur. Ilm. Kel & Kons., 5.
Tantu, A. (2013). Arti Pentingnya Pernikahan. ARTI PENTINGNYA PERNIKAHAN, Vol.
XIV Nomor 2.
Umam, A. F. (2021). URGENSI PREMARITAL CHECK UP PRA PERNIKAHAN. Jurnal
Sosial Teknik, 3.
Universitas Negeri Yogyakarta. (n.d.). Retrieved November 5, 2022, from
https://eprints.uny.ac.id/18427/5/5.%20BAB%20III.pdf
UU No. 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan [JDIH BPK RI]. (n.d.). Peraturan BPK. Retrieved Oktober 31,
2022, from https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/122740/uu-no-16-tahun-2019
W. Sarwono, S. (2018). Pengantar Psikologi Umum. PT Raja Grafindo Persada.
Wuri, D. S., & Dewi, A. A. I. A. A. PEMAKSAAN PERKAWINAN SEBAGAI FAKTOR
TERJADINYA KEKERASAN SEKSUAL DALAM RUMAH TANGGA DITINJAU
DARI PERSPEKSTIF HUKUM PIDANA INDONESIA.

47

Anda mungkin juga menyukai