Anda di halaman 1dari 9

ESSAY

PENGARUH MENTAL ANAK TERHADAP PERNIKAHAN DINI ORANG


TUANYA
Essay ini ditulis untuk memenuhi
Tugas Akhir Sekolah

Oleh :
Revi Mariska
0057334642

Guru Pembimbing:
EKO PERIADI S.Pd

SMA NEGERI 1 KELAPA


BANGKA BARAT, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
TAHUN AJARAN 2023/2024

HALAMAN PENGESAHAN
Esai yang berjudul Pengaruh Mental Anak Terhadap Pernikahan Dini Orang
Tuanya karya Revi Mariska NISN : 0057334642 ini telah diselesaikan dan
dipertanggungjawabkan sebagai tugas akhir sekolah di bawah bimbingan Eko
Periadi, S.Pd.

Kelapa, Februari 2024

Mengesahkan,
Kepala SMA N 1 Kelapa Pembimbing

Sukiman, S.Pd Eko Periadi, S.Pd


NIP. 197511132005011009 NIP. 199307202023211004
PENDAHULUAN
Pernikahan dini yaitu pernikahan yang dilakukan di bawah usia yang
seharusnya serta belum siap dan matang untuk melaksanakan pernikahan dan
menjalin kehidupan rumah tangga. BKKBN mengatakan bahwa pernikahan dini
adalah pernikahan di bawah umur yang disebabkan oleh faktor sosial, pendidikan,
ekonomi, budaya, faktor orang tua, faktor diri sendiri, dan tempat tinggal.
Pernikahan dini dapat memiliki dampak yang signifikan pada
perkembangan mental anak. Dalam esai ini, kita akan menjelajahi bagaimana
pengalaman pernikahan dini orang tua dapat memengaruhi kesejahteraan
psikologis anak, dari aspek emosional hingga sosial.
Salah satu poin yang dapat diangkat adalah tentang pengaruh pernikahan
dini orang tua terhadap pola asuh anak. Orang tua yang menikah pada usia yang
relatif muda mungkin belum matang secara emosional dan belum siap untuk
menghadapi tanggung jawab sebagai orang tua. Hal ini dapat mempengaruhi pola
asuh mereka terhadap anak-anak mereka, baik dalam hal pemenuhan kebutuhan
fisik maupun emosional.
Selain itu, pernikahan dini juga dapat memengaruhi stabilitas keluarga dan
hubungan antara orang tua. Jika orang tua mengalami kesulitan dalam menjaga
hubungan yang sehat dan harmonis, hal ini dapat berdampak negatif pada
kesejahteraan mental anak-anak. Konflik dalam rumah tangga dan ketidakstabilan
keluarga dapat menciptakan lingkungan yang tidak aman dan tidak mendukung
perkembangan anak.
Selanjutnya, penting juga untuk menjelaskan bahwa pengaruh pernikahan
dini orang tua terhadap kesejahteraan mental anak tidak hanya terbatas pada masa
kecil, tetapi juga dapat berlanjut hingga masa remaja dan dewasa. Anak-anak yang
tumbuh dalam lingkungan yang tidak stabil dan kurangnya dukungan emosional
dari orang tua mereka mungkin rentan terhadap masalah kesehatan mental seperti
depresi, kecemasan, dan rendahnya harga diri.
Dalam esai ini, kita dapat mengeksplorasi lebih lanjut tentang studi dan
penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh pernikahan dini terhadap
kesejahteraan mental anak. Dengan memahami pengaruh ini, kita dapat lebih
memahami pentingnya mendukung dan melindungi kesejahteraan anak-anak yang
terpengaruh oleh pernikahan dini orang tua.
PEMBAHASAN

Menurut United Nations Children’s Fund (UNICEF), menyatakan


bahwa pernikahan usia dini adalah pernikahan yang dilaksanakan secara resmi
atau tidak resmi yang dilakukan sebelum usia 18 tahun. Menurut WHO,
pernikahan dini (early married) adalah pernikahan yang dilakukan oleh pasangan
atau salah satu pasangan masih dikategorikan anak-anak atau remaja yang berusia
dibawah usia 19 tahun.
Menurut saya alangkah lebih baiknya jika kita mempersiapkan diri terlebih
dahulu, mulai dari sikap, financial, dan memperbaiki hal yang diperbaiki dalam
diri kita sendiri. Di usia yang muda lebih baik kita belajar menuntut ilmu agar
masa depan kita terarah karena kematangan usia sangat mempengaruhi proses
pemikiran kita. Pernikahan dini dapat memberikan dampak yang signifikan pada
kehidupan anak-anak yang terlibat dalam pernikahan tersebut. Pernikahan dini
dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti tradisi, kemiskinan, atau tekanan
sosial.
Faktor-faktor pernikahan dini dapat memiliki dampak yang signifikan
pada kesejahteraan mental anak-anak. Menurut Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak, berikut adalah beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kesejahteraan mental anak-anak :
1). Kematangan Emosional yang Belum Matang
Anak-anak yang menikah pada usia yang sangat muda seringkali belum memiliki
kematangan emosional yang cukup untuk menghadapi pernikahan dan tanggung
jawab yang datang dengan itu. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam
mengelola emosi mereka sendiri dan beradaptasi dengan perubahan besar dalam
kehidupan mereka.
2). Rendahnya Pendidikan dan Pengetahuan
Pernikahan dini seringkali terjadi pada anak-anak yang belum menyelesaikan
pendidikan formal mereka. Rendahnya pendidikan dan pengetahuan dapat
membatasi kesempatan mereka untuk mengembangkan keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari.
Hal ini dapat menyebabkan rasa tidak percaya diri dan rendahnya harga diri.

3). Keterbatasan Kebebasan dan Otonomi


Anak-anak yang menikah pada usia muda seringkali memiliki keterbatasan dalam
kebebasan dan otonomi mereka. Mereka mungkin tidak memiliki kontrol atas
keputusan mereka sendiri, termasuk dalam hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan, pekerjaan, dan hubungan sosial. Hal ini dapat menyebabkan perasaan
terkekang dan hilangnya rasa kontrol atas kehidupan mereka sendiri.
4). Kekerasan dan Penyalahgunaan
Pernikahan dini seringkali terkait dengan kekerasan dalam rumah tangga dan
penyalahgunaan. Anak-anak yang terlibat dalam pernikahan dini mungkin
menghadapi risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kekerasan fisik, emosional,
dan seksual. Hal ini dapat menyebabkan trauma psikologis yang serius dan
berdampak negatif pada kesejahteraan mental mereka.
5). Rendahnya Dukungan Sosial
Anak-anak yang menikah pada usia muda mungkin menghadapi isolasi sosial dan
rendahnya dukungan dari keluarga dan teman sebaya. Mereka mungkin merasa
tidak didukung secara emosional dan tidak memiliki sumber daya sosial yang
cukup untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi. Hal ini dapat meningkatkan
risiko masalah kesejahteraan mental, seperti depresi dan kecemasan.

Menurut J. Smith, dampak-dampak pernikahan dini pada anak adalah sebagai


berikut :
1). Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan pernikahan dini sering mengalami
dampak psikologis yang serius.
2). Mereka mungkin mengalami masalah emosional, seperti depresi, kecemasan,
atau rendahnya kepercayaan diri.
3). Mereka juga mungkin mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan yang
sehat di masa depan.
4). Pengaruh mental anak dapat menjadi faktor yang mempengaruhi keberlanjutan
pernikahan dini orang tuanya.
5). Anak-anak yang mengalami masalah mental, seperti depresi atau kecemasan,
mungkin memiliki kesulitan dalam menjalani hubungan pernikahan yang sehat di
masa depan.

Untuk mengurangi angka pernikahan dini, berbagai pendekatan dapat diambil.


Berikut adalah beberapa pendekatan yang dapat dilakukan (KemenPPPA) :
1. Program Keluarga Berencana (KB)
Program ini bertujuan untuk menekan angka pernikahan dini dan
kehamilan tidak direncanakan. Program KB memberikan informasi,
layanan kesehatan reproduksi, dan pendidikan seksual kepada pasangan
usia subur untuk membantu mereka membuat keputusan yang tepat
mengenai pernikahan dan keluarga.
2. Pencegahan Perkawinan Anak
Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas), UNICEF, dan Pusat Kajian dan Advokasi Perlindungan dan
Kualitas Hidup Anak Universitas Indonesia (PUSKAPA) bekerja sama
untuk menerbitkan laporan “Pencegahan Perkawinan Anak: Percepatan
yang Tidak Bisa Ditunda”. Laporan ini menyediakan informasi dan
rekomendasi untuk mencegah perkawinan anak, termasuk dukungan bagi
anak-anak yang berasal dari pernikahan dini.
3. Riset Melindungi Anak Perempuan dari Pernikahan Dini
Terdapat riset yang dilakukan untuk melindungi anak perempuan dari
pernikahan dini. Riset ini mengidentifikasi masalah sosial yang terkait
dengan pernikahan dini dan memberikan rekomendasi untuk melindungi
anak-anak perempuan dari dampak negatifnya.
4. Strategi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak (KemenPPPA)
Kementerian ini memiliki strategi utama untuk mencegah perkawinan
anak. Mereka bekerja untuk menciptakan Indonesia yang layak anak pada
tahun 2030 dengan mengimplementasikan program-program yang
melibatkan berbagai pihak.
5. Pendidikan Seksual Komprehensif
Memberikan pendidikan seksual komprehensif kepada anak-anak dan
remaja adalah langkah penting dalam mengurangi angka pernikahan dini.
Pendidikan seksual yang berkualitas dapat memberikan pengetahuan
tentang hak-hak reproduksi, pengambilan keputusan yang bijaksana, dan
pentingnya menunda pernikahan. Pendidikan seksual juga harus mencakup
aspek kesehatan reproduksi, perlindungan diri, dan keterampilan
komunikasi yang sehat.
6. Pemberdayaan Perempuan
Pemberdayaan perempuan melalui pendidikan, akses ke pekerjaan, dan
kemandirian ekonomi dapat membantu mengurangi angka pernikahan dini.
Dengan memberikan kesempatan yang setara bagi perempuan, mereka
dapat memiliki kontrol atas hidup mereka sendiri dan membuat keputusan
yang lebih baik tentang pernikahan dan masa depan mereka.

7. Penegakan Hukum
Penting untuk memperkuat penegakan hukum terkait pernikahan dini.
Undang-undang yang melarang pernikahan di bawah usia yang ditetapkan
harus ditegakkan secara ketat. Sanksi yang tegas harus diberlakukan
terhadap mereka yang melanggar undang-undang tersebut. Selain itu,
perlindungan hukum dan akses ke mekanisme hukum harus diberikan
kepada anak-anak yang terlibat dalam pernikahan dini.
8. Program Dukungan dan Pendidikan
Program dukungan dan pendidikan yang ditujukan untuk anak-anak dan
keluarga yang terlibat dalam pernikahan dini juga penting. Program ini
dapat melibatkan bimbingan dan konseling, dukungan psikologis,
pelatihan keterampilan, dan akses ke layanan kesehatan reproduksi.
Tujuannya adalah memberikan dukungan yang diperlukan bagi anak-anak
untuk menghadapi konsekuensi pernikahan dini dan membantu mereka
membangun masa depan yang lebih baik.
9. Kolaborasi Antar Lembaga
Upaya untuk mengurangi angka pernikahan dini memerlukan kolaborasi
antara pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi non-pemerintah, dan
masyarakat sipil. Dengan bekerja sama, mereka dapat menggabungkan
sumber daya, pengetahuan, dan pengalaman mereka untuk
mengembangkan program yang efektif dan terkoordinasi.
PENUTUP
Dalam penutup esai tentang pengaruh mental anak terhadap pernikahan
dini orang tuanya, kita dapat menyimpulkan bahwa pengaruh mental anak sangat
signifikan dalam konteks pernikahan dini. Dampak-dampak negatif yang dialami
oleh anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan pernikahan dini dapat
mempengaruhi kesejahteraan mental mereka.
Anak-anak yang mengalami pernikahan dini seringkali menghadapi
tantangan yang berat dalam mengelola emosi mereka sendiri, menghadapi
keterbatasan dalam pendidikan dan pengetahuan, serta merasa terkekang dalam
kebebasan dan otonomi mereka. Selain itu, risiko kekerasan dan penyalahgunaan
juga meningkat dalam konteks pernikahan dini, yang dapat menyebabkan trauma
psikologis yang serius.
Namun, penting untuk diingat bahwa anak-anak dalam pernikahan dini
juga memiliki potensi dan hak untuk mendapatkan pendidikan, dukungan
psikologis, dan perlindungan yang mereka butuhkan. Dalam mengatasi pengaruh
mental anak terhadap pernikahan dini orang tuanya, penting bagi kita untuk
memberikan perhatian dan dukungan yang tepat kepada mereka.
Dengan memberikan pemahaman, pendidikan, dan dukungan psikologis
yang memadai, kita dapat membantu anak-anak dalam mengatasi dampak negatif
yang mungkin timbul dan membantu mereka dalam mengembangkan potensi
mereka. Selain itu, upaya kolaboratif dari lembaga pendidikan, masyarakat, dan
pemerintah juga diperlukan untuk mengatasi permasalahan pernikahan dini dan
melindungi kesejahteraan mental anak-anak.
Dengan demikian, melalui pemahaman dan tindakan yang tepat, kita dapat
berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi anak-anak
yang tumbuh dalam pernikahan dini. Semoga esai ini dapat meningkatkan
kesadaran dan memicu langkah-langkah nyata untuk melindungi kesejahteraan
mental anak-anak yang terlibat dalam pernikahan dini.

DAFTAR PUSTAKA
UNICEF. (2014). Child Marriage: A Harmful Traditional Practice. Diakses pada
31 Januari 2024, dari www.unicef.org
WHO. (2013). Child marriages- 39.000 every day: More than 140 million girls
will marry between 2011 and 2020. Diakses pada 15 Februari 2024, dari
https://www.who.int/news/item/07-03-2013-child-marriages-39-000-
every-day-more-than-140-million-girls-will-marry-between-2011-and-
2020
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (2017). Survei
Nasional Perkawinan Anak di Indonesia. Diakses pada 05 Februari 2024,
dari www.kemenpppa.go.id
Smith, J. (2019). The Impact of Early Marriage on Mental Health: A Review of
the Literature. Journal of Marriage and Family, 81(3), 615-628

Anda mungkin juga menyukai