Anda di halaman 1dari 23

Perencanaan keluarga merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak yang

dimiliki dalam keluarga berdasarkan pilihan dan keputusan bersama di antara


pasangan suami istri.

Perncanaan kehidupan berkeluarga dimulai sejak remaja


Apa saja yang perlu direncanakan? Berikut di antaranya:

1. Merencanakan Usia Pernikahan


Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), usia
ideal menikah wanita minimal 21 tahun dan pria 25 tahun. Nikah muda, yaitu di
bawah usia 20 tahun, memiliki beberapa risiko. Risiko-risiko itu mulai dari gangguan
psikologis, seperti ketidaksiapan remaja saat harus menjadi orang tua, hingga risiko
tekanan ekonomi terkait remaja yang belum siap untuk menafkahi keluarganya.
Selain itu, ada juga risiko mengalami masalah kehamilan, seperti bayi lahir dengan
berat badan lahir rendah sehingga berisiko stunting.

2. Hubungan Sosial yang Harmonis


Setelah berkeluarga, Genbest nanti tidak hanya berhubungan dengan pasangan,
namun juga masyarakat secara luas. Oleh karena itulah penting membangun
hubungan sosial yang harmonis sejak dini tak hanya dengan kerabat dekat namun
juga masyarakat sekitar.

3. Merencanakan menjadi orang tua yang sehat


Salah satu caranya adalah dengan menjaga kebersihan organ reproduksi. Contoh,
selalu mengganti pembalut secara teratur, termasuk mencuci tangan sebelum dan
sesudah mengganti pembalut. Kesannya sederhana, namun organ reproduksi yang
tidak dijaga dan dirawat dengan baik, dapat memicu berbagai masalah kesehatan,
bahkan dapat mengakibatkan infertilitas.

4. Merencanakan keluarga berkualitas


Salah satu syarat keluarga berkualitas adalah menentukan jumlah anak dan menjaga
jarak kelahiran antar-anak dengan menggunakan alat kontrasepsi. Dengan menjaga
jarak kelahiran, ibu memiliki waktu untuk memulihkan kondisinya. Selain itu, ibu
pun berkesempatan memberikan ASI hingga anak berusia 2 tahun,sehingga tumbuh
kembang si kecil menjadi optimal dan jauh dari risiko stunting.
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat anak belajar,
dan berperan sebagai makhluk sosial sehingga penting untuk tumbuh kembang
generasi Indonesia. Selain itu melalui pembangunan keluarga, diharapkan dapat
mengatasi berbagai permasalahan seperti keluarga rentan, keluarga tidak sejahtera,
dan miskin.

Menurut UU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan


Pembangunan Keluarga, disebutkan pengertian keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anak, atau ayah dan
anak, atau ibu dan anak.

Tugas utama keluarga adalah memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial
anggota keluarganya, mencakup pemeliharaan dan perawatan anak-anak,
pembimbingan perkembangan kepribadian anak-anak, dan memenuhi kebutuhan
emosional anggota keluarganya.

Karena itu calon ayah dan ibu perlu menentukan keluarga impian, pilihan, dan
harapannya serta perlu memiliki perencanaan untuk menjadi orangtua yang hebat.
Untuk itu, diperlukan perencanaan yang matang, antara lain:

1. Merencanakan Usia Pernikahan


Rencana pernikahan idealnya sudah dipersiapkan mandiri sejak remaja. Oleh karena
itu, faktor terpenting yang menentukan keberhasilan implementasi keluarga
berencana adalah kemampuan keluarga dan anggota keluarga dalam merencanakan
kehidupan di semua tahapannya: mulai dari kesehatan reproduksi remaja,
merencanakan berkeluarga, merencanakan kehamilan dan jaraknya, merencanakan
pola asuh anak, dan merencanakan kehidupan hari tua.

Jadi kesadaran untuk merencanakan masa depan keluarga sudah harus diketahui dan
dilakukan sejak remaja. Remaja yang sadar untuk berencana akan menjaga
pergaulannya dan menghindari perilaku berisiko.

2. Membina Hubungan antar pasangan dengan keluarga lain, dan kelompok


sosial
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, selalu membutuhkan orang lain dan
tidak bisa hidup sendiri. Karena itu dasar perencanaan keluarga membutuhkan
hubungan antar pasangan dengan keluarga lain dan kelompok sosial. Setelah
mendapatkan pasangan, kita harus bisa menyesuaikan dengan keluarganya, juga
kelompok sosial yang dikenal pasangan.
Pembangunan keluarga dilakukan melalui pendekatan siklus hidup manusia, yaitu
mulai dari peningkatan kualitas anak, remaja, lansia, sampai dengan peningkatan
kualitas lingkungan keluarga. Terbangunnya ketahanan keluarga remaja dan kualitas
remaja dalam menyiapkan kehidupan berkeluarga akan menjadi pondasi keluarga
yang berkualitas di masa depan.

3. Merencanakan kelahiran anak pertama persiapan menjadi orangtua


Membicarakan keluarga berencana pada remaja bukan hal yang tabu. Jadi tak ada
salahnya jika remaja bertanya dan diberikan jawaban yang benar. Karena pra
konsepsi atau proses perencanaan kehamilan mestinya dilakukan saat remaja. Bahkan
dari masa pubertas. Bukan cuma untuk perempuan tetapi laki-laki juga. Karena sel
sprema dan sel telur sudah ada setelah pubertas.

“Kalau kita optimalkan remaja memiliki kualitas sperma dan sel telur yang baik dan
sehat, nantinya anak-anaknya memiliki masa depan yang sehat pula,” ujar Dr. Dyana
Safitri, Sp.OG (K), Anggota POGI, Pengasuh Rubrik Tanya Jawab KB, Reproduksi,
dan Kesehatan Seksual Siapnikah.org.

Masa pra konsepsi saat remaja bukan berarti menganjurkan remaja untuk hamil,
tetapi mempersiapkan kesadaran remaja untuk menjaga kesehatan karena tubuhnya
siap bereproduksi. Bertanggungjawab untuk fungsi reproduksi harus dimulai sejak
remaja.

“Kalau tanggung jawab dan sadar pentingnya perencanaan kehamilan, remaja akan
menghindari pergaulan bebas. Karena sadar seks sebelum nikah memiliki banyak
risiko, salah satunya kehamilan. Satu-satunya cara untuk menghindari kehamilan
yang efektif adalah tidak melakukan hubungan seksual,” terangnya.

4. Mengatur jarak kelahiran dengan menggunakan alat kontrasepsi


Mengingat salah satu fungsi keluarga adalah memberikan anak kesempatan hidup
dalam keluarga yang lengkap fungsinya, maka perencanaan kehamilan adalah
kewajiban suami istri. Perencanaan kehamilan bisa dimulai dengan memahami
kehamilan berisiko tinggi.
Pengertian Keluarga
Menurut Undang-undang No. 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan
anaknya, atau ibu dan anaknya. Sedangkan BKKBN
merumuskan pengertian keluarga sejahtera sebagai keluarga
yang dapat memenuhi kebutuhan anggotanya baik kebutuhan
sandang, pangan, perumahan, sosial dan agama, keluarga
yang mempunyai keseimbangan antara penghasilan keluarga
dengan jumlah anggota keluarga, keluarga yang dapat
memenuhi kebutuhan kesehatan anggota. Secara sosiologis,
pernikahan (pembentukan sebuah keluarga) merupakan
proses yang paling sakral dalam kehidupan sosial manusia.

Berdasarkan pengertian tersebut, sudah semestinya jika


keluarga secara legal dan formal merupakan tempat utuk
tercapainya tujuan kehidupan. Keluarga merupakan unit yang
sakral, suci dan terhormat, sehingga semua orang akan
memanfaatkan keluarga sebagai dasar pijakan dalam
menempuh kehidupan sosialnya. Perceraian dianggap hal yang
tabu, mesti harus dihindari, kecuali dengan alasan yang dapat
diterima dan dipertanggung jawabkan secara moral.

Merencanakan keluarga
Segala sesuatu tanpa adannya perencanaan yang baik, tentu
akan sangat rentan dengan gangguan yang akan menerpanya.
Demikian juga dengan sebuah keluarga. Tanpa adanya
perencanaan yang matang, sebuah keluarga tidak akan dapat
berdiri kokoh. Keluarga yang sudah terbentuk tidak akan
memiliki daya tahan dan daya tangkal terhadap gangguan
dalam proses kehidupan. Dinamika sosial akan membuat
keluarga menjadi terombang-ambing. Keadaan demikian akan
bermuara pada tingginya proses perceraian, yang
mengindikasikan gagalnya sebuah keluarga. Faktor lain yang
tidak kalah pentingnya adalah pemahaman terhadap fungsi
keluarga. Kegagalan dalam memahami fungsi lembaga
keluarga yang telah dibentuk dapat berakibat cukup fatal bagi
proses kelangsungan keluarga.

Terlepas dari fakta dan realitas yang akhir-akhir ini bahwa


angka perceraian di Kabupaten Gunungkidul yang dinyatakkan
cenderung meninggi, penulis beranggapan bahwa merencakan
sebuah keluarga menjadi sesuatu yang sangat penting. Selain
itu, juga sangat bisa dipahami jika pihak Kementrian Agama
akhir-akhir ini bersinergi dengan sektor lain (Dinas Kesehatan
dan BKKBN) dalam memberikan pembekalan terhadap calon
pengantin yang notabene merupakan pihak yang akan segera
membentuk sebuah keluarga baru.

Dalam tulisan ini, penulis menganggap perlu adanya


pembekalan kepada calon penganting baru, yang merupakan
upaya untuk meminimalisasi tingginya angka perceraian
sebagai indikasi gagalnya proses pembentukan keluarga,
antara lain pemahaman atau mesosialisasikan fungsi keluarga
yang akan terbentuk dengan segala konsekuensinya,
sekaligus menempatkan fungsi keluarga menjadi acuan dalam
kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat.

BKKBN mendefinisikan adanya 8 fungsi keluarga, yakni:

1. Fungsi Keagamaan
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam
menanaman nilai-nilai keagamaan dan pemberi identitas
agama pada setiap anggota keluarga termasuk anak-anak
yang dilahirkan. Keluarga menumbuh kembangkan nilai-nilai
agama dan mengajarkan seluruh anggotanya untuk
melaksanakan ibadah dengan penuh keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Mahaesa. Melaksanakan fungsi agama
tidak boleh mengabaikan toleransi beragama karena keluarga
Indonesia menganut kepercayaan dan agama yang beragam.

2. Fungsi Sosial Budaya


Pada fungsi ini, keluarga ditempatkan sebagai wahana utama
dalam pembinaan dan penanaman nilai-nilai luhur budaya yang
selama ini menjadi panutan dalam tata kehidupan. Keluarga
menjadi wahana pertama bagi anggota keluarga dalam belajar
berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya,
serta belajar adat istiadat yang berlaku di sekitarnya.

3. Fungsi Cinta Kasih


Dalam sebuah keluarga, cinta dan kasih sayang merupakan
komponen penting dalam pembentukan karakter anggota
keluarga. Fungsi cinta kasih memiliki makna keluarga harus
menjadi tempat untuk menciptakan suasana cinta dan kasih
sayang dalam keluarga, yang pada akhirnya fungsi ini akan
membentuk keluarga yang memiliki hubungan antar anggota
keluarga yang solid dan memiliki daya tahan yang handal
dalam menghadapi ancaman disintegrasi hubungan setiap
anggota keluarga.
Fungsi cinta kasih dapat diwujudkan dalam bentuk
memberikan kasih sayang dan rasa aman serta memberikan
perhatian di antara anggota keluarga.

4. Fungsi Perlindungan
Fungsi ini menempatkan keluarga sebagai tempat bernaung
atau berlindung bagi seluruh anggota keluarga dan tempat
untuk menumbuhkan rasa aman, tentram, serta dalam
suasana yang saling melindungi. keluarga harus menjadi
tempat yang aman, nyaman dan menenteramkan semua
anggotanya.

5. Fungsi Reproduksi
Salah satu tujuan keluarga adalah untuk meneruskan
keturunan sebagai penerus sejarah. Keluarga menjadi
pengatur reproduksi keturunan secara sehat dan berencana
sehingga anak-anak yang dilahirkan menjadi generasi penerus
yang berkualitas.
Hanya melalui sebuah keluarga yang legal, anak
keturunan akan mendapatkan status hukum dan hak-haknya
sebagai anak.
6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Keluarga sebagai tempat pertama dan utama dalam
memberikan pendidikan kepada semua anak untuk bekal masa
depan. Pendidikan yang diberikan oleh keluarga meliputi
pendidikan untuk mencerdaskan dan membentuk karakter
anak. Fungsi sosialisasi dan pendidikan memiliki makna
bahwa keluarga sebagai tempat untuk mengembangkan
proses interaksi dan tempat untuk belajar bersosialisasi serta
berkomunikasi secara baik dan sehat.
Keluarga sebagai tempat bersosialisasi kepada anak
tentang nilai, norma, dan cara untuk berkomunikasi dengan
orang lain, mengajarkan tentang hal-hal yang baik dan buruk
maupun yang salah dan yang benar.

7. Fungsi Ekonomi
Dilihat dari fungsi ekonomi, keluarga adalah sebagai tempat
utama dalam membina dan menanamkan nilai-nilai yang
berhubungan dengan keuangan dan pengaturan penggunaan
keuangan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mewujudkan
keluarga sejahtera.
Keluarga juga sebagai tempat untuk memperoleh
kebutuhan anggota keluarga seperti makanan, pakaian,
tempat tinggal, dan kebutuhan materi lainnya serta
memberikan dukungan finansial kepada anggotanya.

8. Fungsi Pembinaan Lingkungan


Peran keluarga dalam hal ini adalah mengelola kehidupan
dengan memelihara lingkungan di sekitarnya, baik lingkungan
fisik maupun sosial.
Keluarga berperan untuk membina kelestarian dan
keseimbangan lingkungan masyarakat dan lingkungan alam
sekitar. Seluruh anggota keluarga harus mengenal masyarakat
di sekitar serta peduli terhadap kelestarian lingkungan alam,
sebagai konsekwensi logis manusia sebagai mahluk sosial
yang tidak dapat hidup sendiri terpisah dengan lingkungan
sekitar.
Reproduksi Sehat
Mempunyai anak atau keturunan bagi sebuah keluarga baru
merupakan salah satu fungsi utama yang harus mendapatkan
pemenuhan.
Tata nilai sosial yang berlaku di tengah masyarakat
menggambarkan bahwa sebuah keluarga belum dianggap
sempurna bila pasangan tersebut belum dikaruniai anak atau
keturunan. Untuk itu, sebuah keluarga mutlak mempunyai
sebuah perencanaan yang sehat terkait dengan proses
reproduksi atau upaya meneruskan sejarah keturunan.
Kesehatan reproduksi adalah kondisi fisik, mental dan
sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecatatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Reproduksi sehat
tidak akan terlepas dari upaya dini atau awal dalam persiapan
secara fisik, mental maupun sosial.
Secara fisik, umur yang ideal sebuah pasangan untuk
melakukan reproduksi adalah: 20 tahun hingga 30 tahun
untuk Perempuan, dan 25 tahun ke atas untuk laki-laki. Pada
usia ini, baik fisik maupun mental secara teoritis sudah
memasuki usia dewasa dengan organ reproduksi yang sudah
siap untuk hamil dan melahirkan.
Kehamilan dan kelahiran di bawah usia ini memiliki
tingkat risiko yang tinggi, baik bagi Ibu yang melahirkan
maupun bagi Kesehatan bayi yang akan dilahirkannya.
Kelahiran anak berikutnya direncanakan dengan jarak
kelahiran 5 tahun dari anak yang pertama, dengan
pertimbangan organ reproduksi wanita sudah siap kembali
untuk hamil dan melahirkan kembali.
Pengaturan kehamilan dan kelahiran dilakukan
dengan menggunakan metode, alat/obat kontrasepsi yang
rasional.
Proses reproduksi dihentikan setelah pasangan
perempuan berumur 30 tahun, karena mulai umur tersebut
organ reproduksi perempuan mulai mengalami penurunan
tingkat elastisitasnya, dan mempunyai risiko yang semakin
tinggi untuk hamil dan melahirkan.
Hal yang harus dihindari dalam proses reproduksi
adalah 4 terlalu (4T):
1. terlalu muda, usai melahirkan di bawah 21 tahun,
2. terlalu dekat, jarak kelahiran yang kurang dari 3
(tiga) tahun,
3. Terlalu tua usia untuk melahirkan, yakni di atas 35
tahun, dan
4. telalu sering melahirkan, yakni lebih dari 2 kali
melahirkan.

Kegagalan atau berhasilnya sebuah keluarga dalam


proses menjalani mahligai rumah tangga tentunya dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor internal
keluarga berupa segala potensi yang ada pada anggota
keluarga dan faktor eksternal yang menyangkut dinamika
lingkungan sosial tentu akan turut memberikan warna dalam
kehidupan keluarga. Sampai pada tahap ini ketahanan
keluarga sangat dibutuhkan untuk menjamin eksistensi
sebuah keluarga di tengah-tengah lingkungan sosialnya.
Keluarga yang memiliki perencanaan yang baik serta
ketahanan keluarga yang tangguh tentu akan memiliki
kekuatan untuk menangkal berbagai ancaman terhadap
keluarga.
Perlu diakui bahwa perencanaan keluarga yang baik
saja tidak dapat memberikan jaminan kepastian bahwa
sebuah keluarga pasti berhasil dalam segala aspeknya.
Namun demikian keluarga tanpa perencanaan yang memadai
bisa dipastikan akan mempunyai resiko yang jauh lebih besar
untuk gagal dalam rumah tangga.(*)
KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI

PEMBAHASAN

A. Definisi Kesehatan Reproduksi


Sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang
utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Istilah
reproduksi berasal dari kata “re” yang artinya kembali dan kata produksi yang
artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi mempunyai arti
suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi
kelestarian hidupnya. Sedangkan yang disebut organ reproduksi adalah alat
tubuh yang berfungsi untuk reproduksi manusia.
Menurut BKKBN, (2001), defenisi kesehatan reproduksi adalah
kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada
semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses
reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan.
Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera
fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi,
fungsi dan prosesnya.
Menurut Depkes RI, 2000 kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan
sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang
berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran
kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan
memuaskan sebelum dan sesudah menikah..
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh
mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial,yang berkaitan dengan
alat,fungsi serta proses reproduksi. Dengan demikian kesehatan reproduksi
bukan hanya kondisi bebas dari penyakit,melainkan bagaimana seseorang
dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum
menikah dan sesudah menikah.

B. Ruang Kingkup Kesehatan Reproduksi Dalam Siklus Kehidupan

Secara lebih luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi :

1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir


2. Keluarga Berencana
3. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi ( ISR ),
termasuk PMS-HIV / AIDS
4. Pencegahan dan penangulangan komplikasi aborsi
5. Kesehatan Reproduksi Remaja
6. Pencegahan dan Penanganan Infertilitas
7. Kanker pada Usia Lanjut dan Osteoporosis
8. Berbagi aspek Kesehatan Reproduksi lain misalnya kanker serviks,
mutilasi genetalia, fistula dll.

Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup


kesehatan reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti
memperhatikan kekhususan kebutuhan penanganan sistem reproduksi pada
setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar-fase kehidupan tersebut.
Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan
dapat diperkirakan, yang bila tak ditangani dengan baik maka hal ini dapat
berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya

1. ibu hamil dan konsepsi 2. bayi dan anak


3. remaja
4. usia subur
5. usia lanjUT
C. HAK-HAK REPRODUKSI
Hak reproduksi perorangan adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang, baik
laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku, umur,
agama, dll) untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab (kepada diri,
keluarga, dan masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta penentuan
waktu kelahiran anak dan akan melahirkan. Hak reproduksi ini didasarkan pada
pengakuan akan hak-hak asasi manusia yang diakui di dunia internasional (Depkes
RI, 2002).

Menurut Depkes RI (2002) hak kesehatan reproduksi dapat dijabarkan secara


praktis, antara lain :

1. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi yang


terbaik. Ini berarti penyedia pelayanan harus memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas dengan memperhatikan kebutuhan klien, sehingga
menjamin keselamatan dan keamanan klien.
2. Setiap orang, perempuan, dan laki-laki (sebagai pasangan atau sebagai
individu) berhak memperoleh informasi selengkap-lengkapnya tentang
seksualitas, reproduksi dan manfaat serta efek samping obat-obatan, alat dan
tindakan medis yang digunakan untuk pelayanan dan/atau mengatasi masalah
kesehtan reproduksi.
3. Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman,
efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan dan
tak melawan hukum.
4. Setiap perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
dibutuhkannya, yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani
kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat.
5. Setiap anggota pasangan suami-isteri berhak memilki hubungan yang didasari
penghargaan
6. Terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi dan kondisi
yang diinginkan bersama tanpa unsure pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.
7. Setiap remaja, lelaki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang
tepat dan benar tentang reproduksi, sehingga dapat berperilaku sehat dalam
menjalani kehidupan seksual yang bertanggungjawab
8. Setiap laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi dengan mudah,
lengkap, dan akurat mengenai penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS
Menurut ICPD (1994) hak-hak reproduksi antara lain :
1. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
2. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
3. Hak kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan
5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak
6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya
7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual
8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan, ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi
9. Hak atas kerahasiaan pribadi berkaitan dengan pilihan atas pelayanan dan
kehidupan reproduksinya
10. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga
dan kehidupan reproduksi
12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi
Menurut Piagam IPPF/PKBI Tentang Hak-hak reproduksi dan Seksual adalah:
1. Hak untuk hidup
2. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan
3. Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi
4. Hak privasi
5. Hak kebebasan berpikir
6. Hak atas informasi dan edukasi
7. Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan
merencanakan sebuah keluarga
8. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak
9. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan
10. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan
11. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik
12. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan

Jadi, hak reproduksi dapat dijabarkan secara praktis antara lain sebagai berikut :

1. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi yang


terbaik. Ini berarti penyediaan pelayanan kesehatan reproduksi yang
berkualitas dengan memperhatikan kebutuhanklien, sehingga menjamin
keamanan dan keselamatan klien.
2. Perempuan dan laki-laki, sebagai pasangan atau sebagai individu, berhak
mendapat informasi lengkap tentang seksualitas, kesehatan reproduksi, dan
manfaat serta efek samping obat-obatan, alat dan tindakan medis yang
digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi.
3. Adanya hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau,
dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan, dan tak melawan hukum.
4. Perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya,
yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan dan
persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat.
5. Hubungan suami istri yang didasari penghargaan terhadap pasangan masing-
masing dan dilakukan dalam situasi dan kondisi yang diinginkan bersama,
tanpa unsur paksaan, ancaman, dan kekerasan.
6. Para remaja, laki-laki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang
tepat dan benar tentang kesehatan reproduksi remaja, sehingga dapat
berprilaku sehat dan menjalani kehidupan seksual yang bertanggung jawab.
7. Laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi yang mudah diperoleh,
lengkap, dan akurat mengenai penyakit menular seksual, termaksur
HIV/AIDS. Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan hak reproduksi ini akan
digambarkan dalam derajat kesehatan reproduksi masyarakat. Untuk Indonesia
saat ini, derajat kesehatan reproduksi masih rendah antara lain ditunjukkan
oleh angka kematian ibu ( AKI ) yang masih tinggi, banyakknya ibu hamil
yang mempunyai “4 terlalu” ( terlalu muda, terlalu sering, terlalu tua, teralu
banyak anak), atau banyak yang mempunyai masalah kesehatan dan kurang
energi kronis sehingga memperburuk kesehatan reroduksi masyarakat. Selain
itu perempuan juga kurang terlindungi terhadap penularan penyakit menular
seksual ( PMS ), sementara laki-laki kurang paham terhadap upaya
pencegahan dan penularannya, yang dapat berakibat buruk terhadap kesehatan
reproduksi laki=laki dan perempua, serta kesehatan keturunannya.
MANFAAT KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI BAGI KELUARGA
Oleh : Maslikhah

I. Pengertian
A. Keluarga Berencana
1. Berdasarkan UU no 10 tahun 1992 yaitu tentang perkembangan

kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera bahwa Keluarga

berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta

masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,

pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untu

mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.

2. Berdasarkan UU no. 52 tahun 2009 tentang perkembangan

kependudukan dan pembangunan keluarga yaitu bahwa Keluarga

Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia

melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan

bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang

berkualitas ( BAB I Ayat 8).

3. Keluarga Berkualitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan

perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri,

memiliki jumlah anak ideal, berwawasan ke depan, bertanggungjawab,

harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

B. Kesehatan Reproduksi

Yang dimaksud kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kondisi sejahtera

secara fisik, mental dan sosial secara sempurna, serta bukan hanya terhindar

dari kesakitan dan kecacatan, baik alat, system, fungsi proses reproduksi

sehingga memungkinkan setiap hidup produktif secara biologis, sosial dan

ekonomis.
II. Empat Aspek / Pilar Penggarapan Program Keluarga berencana

Demi mencapai tujuan, visi, misinya BKKBN mempunyai program – program

yang akan dilaksanakan yaitu mulai dari bayi manusia hingga lansia, bina-bina

keluarga, kesehatan reproduksi hingga peningkatan ekonomi keluarga dalam

rangka mencapai keluarga sejahtera dan berkualitas. Untuk mencapai tujuan –

tujuan tersebut maka BKKBN mempunyai empat pilar penggarapan yaitu :

a. Pendewasaan Usia Perkawinan ( PUP )

Pada aspek ini yang menjadi sasarannya adalah para remaja yang belu

menikah. Tujuan dari aspek / pilar ini adalah mencegah remaja menikah di

usia dini yang biasanya terjadi karena “ kecelakaan “ KTD. Usia pernikahan

yang ideal adalah umur 20 – 30 tahun bagi perempuan dan laki – laki di atas

25 tahun. Perempuan menikah minimal 20 tahun ini berdasarkan kesiapan

fisik seorang perempuan untuk hamil adalah di atas 20 tahun, dan maximal 30

tahun karena berkaitan dengan usia reproduksi sehat. Sedangkan untuk laki –

laki di atas 25 tahun diharapkan secara psikologis telah matang dan secara

materi telah siap.

Pendewasaan Usia Perkawinan ini dapat dilaksanakan melalui kegiatan Pusat

Informasi dan Konseling Remaja baik PIK-R jalur sekolah maupun jalur

masyarakat, saka kencana, karang taruna, remaja masjid dan kegiatan kegiatan

remaja yang lain- lain.

b. Pengaturan Kelahiran

Pada aspek / pilar ini yang menjadi sasarannya adalah Pasangan Usia Subur.

Tujuan dari program ini adalah untuk mengatur jarak kelahiran dan jumlah

anak yang ideal, diharapkan PUS melahirkan dengan jarak antara 3 sampai 4
tahun dengan jumlah anak cukup 2 saja. Untuk mendukung program ini di

topang dengan pelayanan rutin di setiap puskesmas dan kerjasama dengan

lintas sektor misalnya dengan kegiatan TMKK – KB – Kesehatan, PKK – KB

– Kesehatan dan pelayanan kb pasca persalinan dan keguguran dan lain – lain.

c. Pembinaan Ketahanan Keluarga ( Bina – Bina Keluarga )

Yang menjadi sasaran dari kegiatan ketahanan keluarga adalah keluarga yang

mempunyai balita, remaja dan lansia. Keluarga yang mempunyai balita

diharapkan ikut kegiatan BKB dengan tujuan keluarga dapat mengasuh,

membimbing dan memberi rangsangan ( stimulasi ) pada pertumbuhan dan

perkembangan balita sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai

dengan harapan ( terutama pada masa – masa emas ). Selain itu keluarga juga

dapat mendeteksi sejak awal apabila balitanya mengalami gangguan

perkembangan dan pertumbuhan.

Keluarga yang mempunyai remaja diharapkan mengikuti kegiatan kelompok

Bina Keluarga Remaja. Dengan mengikuti BKR diharapkan keluarga mampu

membimbing dan mengarahkan remaja pada kehidupan yang sehat dan

mampu membentengi remaja dari pengaruh – pengaruh buruk dari lingkungan

baik teman sepergaulan maupun pengaruh penggunaan kemajuan teknologi

informatika.

Untuk keluarga yang mempunyai lansia atau lansianya itu sendiri diharapkan

mengikuti kegiatan Kelompok Bina Keluarga Lansia. Dengan mengikuti BKL

diharapkan keluarga mampu mendampingi dan membawa lansia ke arah lansia

yang tangguh dan mandiri. Selain itu keluarga mampu menjadi teman dan

pendengar bagi lansia serta mampu melindungi lansia dengan tetap

membiarkan mereka untuk beraktifitas dan bersosialisasi dengan lingkungan.


Dan yang pasti tidak menganggap kalau lansia itu merupakan “imbon –

imbon” tetapi lansia merupakan sosok yang patut dihormati karena lansia

mampu memberikan “tutur”, “wuwur” dan “sembur” bagi anak cucunya.

d. Peningkatan Ekonomi Produktif

Dengan berhasilnya pengaturan kelahiran, jarak melahirkan serta jumlah anak

diharapkan keluarga lebih banyak mempunyai waktu luang untuk berusaha

yaitu melalui kegiatan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera

( UPPKS ). Dengan harapan melalui kegiatan UPPKS pendapatan keluarga

akan meningkat sehingga kesejahteraan juga akan ikut meningkat. Dan

tentunya keluarga mampu melaksanakan 8 fungsinya.

III. Manfaat Keluarga Berencana

A. Bagi Ibu

1. Mencegah Anemia ( kurang darah )

Keluarga berencana ( baca : Kontrasepsi ) dapat mencegah anemia karena

dapat mencegah kehamilan sehingga dapat menghindarkan diri dari

perdarahan yang banyak pada saat persalinan.

2. Menurunkan resiko terkena kanker rahim.

Dengan ber- KB maka ibu dapat terhindarkan diri dari kanker rahim

karena sering melahirkan merupakan salah satu pemicu kanker.

3. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

Dengan ber-KB keluarga dapat merencanakan kapan akan hamil, berapa

jumlah anak yang akan dilahirkan serta berapa lama jarak kelahirannya.

Dengan KB juga hak – hak reproduksi seorang perempuan akan terpenuhi.

4. Mendekatkan ibu pada pelayanan kesehatan.


Biasanya untuk mengikuti program KB keluarga pus pergi ke sarana

kesehatan, dimana disarana kesehatan tersebut seorang ibu akan banyak

menerima informasi tentang kesehatan reproduksi secara lengkap dan

menyeluruh termasuk pengaruh positif dan negatifnya suatu kontrasepsi.

5. Meningkatkan keharmonisan keluarga

Ikut program KB akan menambah waktu luang yang dapat digunakan

untuk bercengkerama dengan keluarga sehingga keharmonisan keluarga

akan tercipta.

6. Menambah waktu untuk merawat diri

Dengan mengikuti program KB maka jarak dan jumlah anak dapat diatur

sehingga orabgtua bisa merencanakan atau bisa memanage waktu yang

dapat digunakan untuk merawat diri.

B. Manfaat KB bagi Anak

1. Mencegah kekurangan gizi pada anak.

Dengan mengikuti keluarga berencana maka orang tua mempunyai waktu

yang lebih lama sehingga dapat lebih banyak memperhatikan gizi

keluarganya terutama bagi anak – anaknya.

2. Tumbuh kembang anak lebih terpantau

Bila orangtua bisa mengatur jarak kelahiran bagi anak – anaknya, orangtua

mempunyai lebih banyak waktu untuk memperhatikan pertumbuhan dan

perkembangan anak – anaknya.

3. Kebutuhan ASI dapat tercukupi


Air susu ibu lebih tercukupi bagi bayi dan anak bila orangtuanya ikut KB

karena tidak keburu punya adik. Dan pastilah ASI dapat diberikan selama

dua tahun seperti yang dianjurkan dalam Alqur’an, terutama pemberian

ASI eksklusif dapat tercapai.

C. Manfaat KB bagi Keluarga

1. Mengurangi kebutuhan rumah tangga.

Dengan mengikuti program KB maka kebutuhan rumah tangga akan

berkurang antara lain biaya untuk pemeriksaan kehamilan, biaya

melahirkan, biaya kesehatan, biaya pendidikan dan lain –lain.

2. Meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga .

Dengan berkurangnya biaya – biaya yang antara lain tersebut di atas maka

secara otomatis pendapatan akan bertambah ( sisa pendapatan bertambah ),

sehingga kebutuhan – kebutuhan kehidupan lebih tercukupi dan tentunya

lebih sederhana.

D. Manfaat KB bila dipandang dari segi sosial budaya.

1. Meningkatkan kesempatan bermasyarakat.

Dengan mengikuti program kB maka keluarga akan mempunyai waktu

luang yang lebih banyak yang dapat digunakan untuk bersosialisasi ke

tetangga dan masyarakar sekitar.

2. Meningkatkan peran ibu untuk ikut andil dalam mengisi pembangunan.

Mengisi pembangunan dalam hal ini tidak harus ikut membangun jalan

jembatan atau lainnya. Dalam hal ini ibu ikut andil dalam mengatur dan
mendidik anak –anaknya menjadi gererasi penerus yang tangguh dan

handal.

DAFTAR PUSTAKA

Warsidi, Manfaat KB dan Kesehatan Reproduksi, dalam sosialisasi


Perlindungan Hak Reproduksi, 2010.

Manfaat.co.id/manfaat KB

Anda mungkin juga menyukai