Anda di halaman 1dari 5

PROPOSAL TEKNIK PENULISAN SKRIPSI

POLA ASUH ANAK PADA IBU MUDA YANG MEIKAH DINI DI BOYOLALI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Penulisan Skripsi

Dosen Pengampu : Dhestina Religia


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pernikahan dalam Islam ialah suatu akad atau perjanjian mengikat antara seorang laki-laki dan
perempuan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara kedua belah pihak. Hubungan ini dengan sukarela
dan kerelaan kedua belah pihak merupakan suatu kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih sayang
dan ketentraman (sakinah) dengan cara-cara diridhai Allah SWT. 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
menyebutkan Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Sedangkan Pengertian dari Pernikahan Dini merupakan perkawinan di bawah umur yang target
persiapannya belum dikatakan maksimal baik dari segi persiapan fisik, persiapan mental dan persiapan materi.
Penanganan adanya dampak buruk pernikahan dini yaitu dengan pendewasaan usia kawin, keluarga sejahtera
dan pemerintah peduli remaja berupa solusi yang lebih objektif yang dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk
mengatasi maraknya pernikahan dini.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan dini di Boyolali yaitu faktor ekonomi,
pendidikan, faktor orang tua dan faktor adat istiadat. Pada kenyataannya di Desa Penosan pada masa sekarang
masih banyak yang melakukan pernikahan di bawah umur atau pernikahan dini. Dikarenakan pola fikir
masyarakat masih sangat sederhana serta didorong oleh pergaulan yang kurang baik sehingga pernikahan dini
tidak bisa dihindari.
Dampak pernikahan dini terhadap pola asuh anak dalam keluarga pernikahan dini di desa Penosan yaitu
terjadinya pertengkaran dan percecokan kecil dalam rumah tangganya, dampak pada anak-anaknya yaitu
rendahnya tingkat pendidikan ahklak pada anak serta adanya gangguan-gangguan pada perkembangan mental
anak tersebut. Pola asuh yang diterapkan oleh pasangan yang menikah pada usia yang sangat muda kebanyakan
menerapkan pola asuh yang tidak teratur, karena orang tua muda belum bisa mengatur dan mengasuh anak
dengan baik. Realita di Boyolali banyak terdapat pasangan yang menikah di bawah umur. Umur yang sangat
muda, menjadi Problema tersendiri, terutama belum tahu bagaimana caranya mereka mengasuh dan mendidik
anak dengan baik. Peneliti mengamati dan ingin mengetahui bagaimana pasangan yang menikah muda
mengasuh dan mendidik anaknya. Sedangkan di umur mereka belum saatnya mengurus dan mengasuh anak
dengan baik. Banyak pasangan yang berselisih paham karena kekurangan biaya untuk keperluan anak dan
keperluan rumah tangga lainnya.
B. Identifikasi Masalah
Maraknya fenomena pernikahan dini di Boyolali yang mempengaruhi pla asuh anak pada Ibu Muda
C. Rumusan Masalah
Bagaimana pola asuh anak pada ibu muda yang menikah dini di Boyolali ?
D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pola asuh anak pada ibu muda yang menikah dini di Boyolali.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini dapat digunakan untuk memperluas pengetahuan, khususnya tentang pola
asuh anak pada ibu muda yang menikah dini di Boyolali.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitia ini dapat memberikan informasi atau pengetahuan tambahan tentang mafaat dari
pola asuh bagi Ibu Muda yang menikah dini
Bab II

LANDASAN TEORI

A. Pola Asuh Anak


Pola asuh menurut Mansur (2005:350) merupakan suatu cara terbaik yang dapat dirtempuh orang tua dalam
mendidik anak-anaknya sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak-anaknya.
Pola asuh adalah cara-cara orang tua mengasuh anaknya untuk menolong dan membimbing supaya anak hidup
mandiri. Menurut para ahli pola asuh selama ini cendrung, menggunakan kekuatan orang tua, kadang dengan
memberikan hadiah atau ancaman serta sanksi, ingin sukses saat ini juga, mengutamakan perilaku anak serta
mengabaikan perasaannya, hanya satu pendapat yang benar yaitu orangtua dan kadang berkeyakinan anak tidak
mau dan tidak mau disiplin dalam menjalankan kehidupannya.

Macam – macam pola asuh anak :


1. Pola asuh otoriter
pola asuh otoriter adalah pola asuh yang menekankan pada aturan-aturan orang tua, orang tua yang
mengendalikan anak sehingga anak tidak mempunyai kebebasan untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan maupun kebebasan untuk memberikan pendapat tentang dirinya sendiri. Apabila anak
melanggar aturanaturan dari orang tua, maka orang tua akan memberikan hukuman kepada anak.
2. Pola asuh demokrasi
Pola asuh demokrasi adalah pola asuh yang memberi kebebasan yang disertai dengan bimbingan kepada
anak, serta orang tua bersifat objektif, perhatian dan kontrol terhadap perilaku anak.
3. Pola Asuh Permissif
Pola asuh permissif atau disebut juga dengan pola asuh liberal, keluarga memberikan kebebasan pada anak,
kebebasan diberikan dari orang tua kepada anaknya untk berperilaku sesuai dengan keinginan anak. Orang
tua kurang peduli dan tidak pernah memberi aturan yang jelas dan pengarahan pada anak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh

Menurut Aziz (2015:43) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola asuh orang tua kepada anak yaitu

a. Pendidikan Orang Tua Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi
persiapan mereka menjalankan pengasuhan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap
dalam menjalankan peran pengasuhan antara lain: terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak, mengamati
segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak
dan menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayaan anak.
b. Lingkungan Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak mustahil jika lingkungan juga
ikut serta berpengaruh dalam pengasuhan orang tua kepada anaknya.
c. Budaya Seringkali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak,
kebasaan-kebiasaan masyarakat di sekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap
berhasil dalam mendidik anak ke arah kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima di
masyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga
mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh kepada anaknya

B. Pernikahan Dini

Pernikahan usia muda atau sering disebut pernikahan usia dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh pasangan
yang usianya masih dibawah umur.

Dalam Puspitasari (2006) ada beberapa faktor pendorong pernikahan usia muda, yaitu sebagai berikut:

1. Menurut RT. Akhmad Jayadiningrat, sebab-sebab utama perkawinan usia muda adalah:

a. Keinginan untuk segera mendapatkan tambahan anggota keluarga


b. Tidak adanya pengertian mengenai akibat buruk perkawinan terlalu muda, baik bagi mempelai itu
sendiri maupun keturunannya.
c. Sifat kolot orang jawa yang tidak mau menyimpang dari ketentuan adat. Kebanyakan orang desa
mengatakan bahwa mereka itu mengawinkan anaknya begitu muda hanya karena mengikuti kebiasaan
adat saja.
2. Terjadinya perkawinan muda menurut Hollan dalam Suryono disebabkan oleh:

a. Masalah ekonomi keluarga.


b. Orang tua dari gadis meminta masyarakat kepada keluarga laki-laki apabila mau mengawinkan anak
gadisnya.
c. Bahwa dengan adanya perkawinan anak-anak tersebut, maka keluarga gadis akan berkurang satu
anggota keluarganya yang menjadi tanggung jawab (makanan, pakaian,pendidikan, dan sebagainya)
(Soekanto, 1992:65).

Dampak dari pernikahan dini :

a. Segi fisik
Pelaku laki-laki belum cukup mampu dibebani suatu pekerjaan yang memerlukan keterampilan fisik
untuk memperoleh penghasilan dan mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya. Padahal faktor
ekonomi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam kesejahteraan dan kebahagiaan rumah
tangga.
b. Segi mental
Orang yang menikah diusia muda belum siap bertanggung jawab secara moral pada setiap apa saja yang
menjadi tanggung jawabnya. Maka sering mengalami goncangan mental karena masih memiliki mental
yang lebih dan belum matang emosionalnya.
c. Segi Kesehatan
Pasangan yang menikah muda rentang dengan resiko yang berkaistan dengan kesehatan reproduksi
seperti kematian ibu maupun kematian pada bayi serta rendahnya derajat kesehatan ibu dan anak.
Wanita di bawah umur tidak termasuk kedalam usia ideal hamil dan melahirkan melaikan beresiko
tinggi.
d. Segi pendidikan
Pernikahan diusia muda seringkali menyebabkan anak tidak lagi sekolah, karena ia sudah mempunyai
tanggung jawab baru, yaitu sebagai isteri dan calon ibu, ataupun kepala keluarga dan calon ayah, yang
diharapkan berperan lebih banyak mengurus rumah tangga maupun menjadi tulang punggung keluarga
dan keharusan mencari nafkah
BAB lll

A. Pendekatan dan Jenis Penitian


Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam
peristilahannya. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang diarahkan dalam memahami
fenomena sosial dari perspektif persiapan. Penelitian kualitatif menggunakan strategi multi metode dengan
metode utama yaitu wawancara dan observasi. Dalam pelaksaan penelitian menyatu dalam situasi yang
diteliti.
B. Lokasi Penelitian
Penulis menetapkan lokasi penelitian di Desa Gesikan, Jrakah, Selo, Boyolali Penulis memilih lokasi ini karena
penulis memiliki hubungan baik dengan nara sumber. Sehingga terjalinnya hubungan yang kooperatif saat
terjadi penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Cholid Narbuko dan Abu Achmadi bahwa peneliti harus
membina hubungan akrab dengan responden dan menjadikan responden bersikap kooperatif10 . Selain itu
dalam pemilihan lokasi ini sebagai objek kajian disebabkan biaya dan lokasinya memadai, serta penelitian
sangat strategis sehingga memudahkan penulis dalam melakukan penelitian.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah pihak yang menjadi sampel atau subjek yang dituju oleh peneliti untuk diteliti. Subjek
penelitian dipilih secara sengaja dan menjadi informan yang akan memberi informasi yang diperlukan selama
penelitian. Subjek penelitian pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian, apabila
subjek yang terbatas dan masih dalam jangkauan penelitian maka dapat dilakukan studi populasi, yaitu
mempelajari subjek secara langsung dan dijadikan subjeknya banyak maka dapat dilakukan sampel. Pemilihan
subjek dengan menggunakan teknik porposive sampling yaitu teknik pengambilan sempel secara sengaja.
Maksudnya, peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil tidak secara acak, tapi ditentukan sendiri oleh
peneliti.
D. Teknik Pengumpulan data
1. Wawancara Wawancara ialah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan
secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula. Secara sederhana wawancara diartikan sebagai alat
pengumpul data dengan memper-gunakan tanya jawab antar pencari informasi dan sumber informasi.
2. Dokumentasi Metode dokumentasi ialah suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan
penting yang berhubungan dengan masalah yang teliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap dan
bukan berdasarkan perkiraan.17 Adapun dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa data profil
Desa Penosan dan foto-foto penelitian.
3. Observasi Observasi atau pengamatan ialah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca
indra sebagai alat bantu utamanya, seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit.18 Dalam kegiatan ini
penulis melakukan pengamatan secara langsung di lapangan terkait kegiatan yang dilakukan adalah
mengamati dan mencatat segala proses yang berkaitan dengan tingkah laku anak di lingkungan keluarga
dan masyarakat serta perilaku orang di dalam keluarga.

Anda mungkin juga menyukai