Anda di halaman 1dari 6

Nama : Susi Susanti

Nim : 201062015

Semester : 6 (Enam)

MK : Permasalahan dan Intervensi AUD

A. Cetak biru biologis


Cetak biru biologis atau disebut dengan Biological brithringt, dapat terjadi kelainan
genetis yang lazim dikenal sebagai abnormalitas gen. Abnormalitas ini dapat terjadi
ketika kromoson tidak memiliki pasangan (tunggal) atau sebagaian kromoson hilang,
mengalami duplikasi (kelipatan) atau salah (keluar) dari tempatnya. Abnormalitas yang
paling mudah dikenali adalah sindroma down atau down’s syndrom, yang disebabkan
oleh adanya kelebihan kromoson di kromosom. Cetak biru biologis bersifat bawaan
seperti misalnya warna rambut. Warna rambut hingga saat ini merupakan contoh cetak
biru biologis bawaan yang murni, tidak ada yang dapat kita lakukan selama ataupun
setelah kelahiran untuk memengaruhi warna alami dari rambut bayi. Tidak semua efek
genetic muncul atau terlihat jelas saat kelahiran. Pengaruh genetic terus berjalan
memainkan peranan sepanjang kehidupan manusia hingga usia lanjut, dan bahkan
kemungkinan berperan besar dalam menentkan akibat kematian seseorang. Suatu hal
yang sering kali tidak disadari adalah orang sering tidak menyadari bahwa sebenarnya
terdapat kelainan gen dalam dirinya, namun dipicu oleh adanya perubahan dalam tubuh
sehingga orang baru menyadari adanya kelainan setelah usia lanjut.
B. Faktor Biologis
Faktor biologis adalah faktor yang hadir saat anak dilahirkan atau setelahnya. Factor
biologis terbagi menjadi dua jenis, yaitu factor biologis positif dan factor biologis
negative. Contoh faktor biologis yang positif adalah perkembangan refleks tubuh anak
untuk menarik dan menghela napas. Genetik, seperti tinggi badan, warna rambut dan
mata anak, juga termasuk dalam faktor biologis. Contoh factor biologis negative
misalnya, genetik yang cacat dapat menyebabkan pertumbuhan tidak normal pada anak.
Terdapat beberapa jenis faktor biologis yang turut membentuk pertumbuhan anak di
antaranya:
1. Nutrisi
Sejak masih berada dalam kandungan, ibu perlu memastikan asupan nutrisi janin
terpenuhi. Sebut saja bagaimana asupan asam folat sebanyak 400 mikrogram setiap
harinya penting dikonsumsi sejak 3 bulan merencanakan kehamilan dapat
menurunkan risiko cacat pada otak dan tulang punggung bayi. Berbeda usia
kehamilan, kebutuhan nutrisi bisa berlainan pula. Begitu pula dengan kondisi setiap
ibu. Itulah mengapa begitu penting melakukan antenatal care atau pemeriksaan
kandungan secara berkala sehingga bisa diketahui kebutuhan ibu dan bayi.
2. Gender
Gender atau jenis kelamin juga merupakan faktor biologis yang berakar dari jumlah
pasangan kromosom. Sebanyak 22 pasang pertama disebut autosom yang sama antara
laki-laki dan perempuan. Sementara pasang kromosom yang ke-23 menentukan jenis
kelamin seorang individu. Laki-laki memiliki satu kromosom X dan satu kromosom
Y, sementara perempuan memiliki dua kromosom X. Artinya, perbedaan gender pada
level biologis bisa ditemukan pada kromosom Y. Lebih jauh lagi, faktor gender ini
juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik hingga mental anak.
3. Hormon
Ada hormon-hormon yang juga menjadi pembeda bagi pertumbuhan anak. Contohnya
anak laki-laki yang memproduksi lebih banyak hormon androgen, sementara anak
perempuan memiliki estrogen. Ketika memasuki fase pubertas, hormon ini akan terus
naik dan berpengaruh terhadap banyak hal. Mulai dari perubahan bentuk fisik, suara,
mengalami menstruasi untuk pertama kali, dan banyak lagi. Adanya
ketidakseimbangan hormon bisa menghambat perkembangan anak. Penanganan untuk
kondisi ini bisa dengan mengonsumsi obat hingga diet tertentu untuk mengendalikan
hormon.
4. Faktor genetic
Ketika sel telur mengalami pembuahan, itulah momen ketika ada perpaduan gen
antara ibu dan ayah. Ini menjadi asal mula karakter fisik seseorang. Namun,
pengaruhnya tak hanya pada hal-hal seperti warna bola mata, bentuk rambut, atau
warna kulit saja. Karakteristik sosial juga bisa menurun dari orangtua, seperti
kemampuan intelektual dan temperamen. Meski demikian, karakter itu bisa diubah
bergantung pada lingkungannya. Beberapa jenis penyakit juga bisa
merupakan keturunan dari orangtua untuk anaknya. Namun, orang tua tetap bisa
melakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko terjadinya hal semacam itu,
salah satunya dengan memeriksakan kehamilan secara berkala.
C. Faktor Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga adalah lingkungan utama yang mempengaruhi perkembangan dan
tingkah laku seseorang dalam mendapatkan kasih sayang, perhatian, bimbingan,
dorongan, dan keteladanan, semua itu tentu saja terpenuhi kebutuhan ekonomi dari orang
tua yang membuat anak dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.
lingkungan keluarga termasuk jalur pendidikan yang baik karena berasal dari didikan
orang tua. Gunarsa (2009), Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama yang mula-
mula memberikan pengaruh yang mendalam bagi anak. Pendapat ini menunjukan bahwa
lingkungan kelurga akan memberikan dampak yang mendalam bagi anak. Dari anggota-
anggota keluarganya seorang anak akan memperoleh segala kemampuan dasar, baik
intelektual maupun sosial. Dimana setiap perilaku, pandangan, dan pendapat orang tua
ataupun anggota keluarga lainnya akan menjadi teladan bagi anak dalam berperilaku.
Maka  berarti lingkungan keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama bagi
anak sangat penting dalam membentuk pola kepribadian anak. Karena di dalam keluarga,
anak pertama kali mendapat pengetahuan tentang hal-hal dasar.  Di dalam lingkungan
kelurga tentu akan banyak interaksi yang terjadi antar anggota keluarga. Adapun untuk
faktor yang dapat mempengaruhi dalam lingkungan keluarga. Diantaranya;
1. Cara orang tua dalam mendidik
Cara mendidik yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya memiliki pengaruh
yang terhadap belajar anak. Orang tua yang tidak atau kurang memberikan perhatian
akan menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajar ka dari itu pendampingan
orang tua dalam keseharian anak-anak juga perlu ditingkatkan. Di dalam proses
mendidik seorang anak alangkah lebih baik jika orang tua memberikan kebebasan
pada anak untuk belajar sesuai keinginan dan kemampuannya. Namun harus
diimbangi pula dengan memberikan arahan dan bimbingan.
2. Interaksi antara keluarga
Interaksi yang terjadii antar anggota keluarga khususnya interaksi anak dengan orang
tua dan interaksi dengan anggota keluarga lain sangat berpengaruh dalam
keberhasilan belajar anak. Adanya interaksi dan hubungan yang baik didalam
lingkungan keluarga akan memberikan hasil  belajar yang baik bagi anak tersebut.
3. Suasana rumah
Yang dimaksud uasana rumah ialah kejadian atau situasi yang sering terjadi di dalam
lingkungan keluarga. Seorang anak dapat belajar dengan baik apabila suasana rumah
yang tenang dan tenteram sehingga anak betah dirumah dan dapat belajar dengan
maksimal.
4. Konsi ekonomi orang tua
Kondisi ekonomi orang tua akan berpengaruh pada  belajar anak. Pada kondisi
ekonomi keluarga yang relatif kurang akan menyebabkan orang tua tidak dapat secara
maksimal memenuhi kebutuhan belajar anak, namun disisi lain faktor kesulitan
ekonomi dapat menjadi pendorong keberhasilan anak. Kondisi  ekonomi orang tua
yang berlebih juga dapat memunculkan masalah dalam belajar. Orang tua yang kaya
dapat memenuhi segala kebutuhan anak termasuk fasilitas belajar, namun orang tua
akan kurang perhatian pada anak karena merasa segala kebutuhan si anak sudah
dicukupi. Akibatnya anak kurang mendapatkan perhatian dalam belajar.
5. Perhatian orang tua
Seorang anak perlu mendapatkan dorongan dan pengertian dari orang tua dalam
belajar. Seorang anak terkadang akan mengalami patah semangat. Pada kondisi
seperti itu orang tua wajib memberikan pengertian dan dorongan untuk menghadapi
masalahnya di sekolah. saat seorang  anak sedang belajar jangan diganggu dengan
tugas-tugas rumah agar konsentrasi anak tidak terpecah.
6. Latar belakang kebudayaan
Kebiasaan dan tingkat pendidikan orang tua juga akan mempengaruhi sikap yang
diteladani oleh seorang anak. Sehingga perlu ditanamkan kebiasaan yang baik agar
dapat mendorong anak semangat belajar sejak anak masih bayi.

Contoh factor lingkungan keluarga yaitu anak yang tidak melanjutkan pendidikan kejenjang
yang lebih tinggi banyak peneliti yang menjelaskan bahwa anak yang tidak melanjutkan
pendidikan karenakan faktor dari anak itu sendiri yang tidak ingin melanjutkan pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi dengan alasan penghasilan orang tua yang sangat cukup untuk
membiayai pendidikan, tidak dimanfaatkan oleh anak-anak tersebut, mereka lebih suka bekerja
dengan menggunakan fasilitas yang orang tua punya daripada melanjutkan pendidikan.

D. Faktor Sosial
Lingkungan sosial merupakan segala kondisi di lingkungan dalam kehidupan dimana ada
cara tertentu yang bisa memberikan pengaruh pada tingkah laku individu, termasuk
pertumbuhan dan perkembangan proses kehidupan, serta bisa diartikan sebagai persiapan
lingkungan bagi generasi penerus. Berikut ini beberapa faktor atau atau komponen
lingkungan sosial, diantaranya yaitu:
1. Pengelompokan sosial
Pengertian pengelompokan sosial adalah penyatuan beragam individu dalam
persekutuan sosial yang didasari karena adanya hubungan kekerabatan seperti
keluarga marga dan lain sebagainya.
2. Penataan sosail
Penting untuk melakukan penataan sosial untuk mengatur masyarakat agar hidup
tertib. Penataan sosial ini bisa berupa aturan yang dipakai sebagai pedoman dalam
kerjasama dan pergaulan setiap anggota masyarakat yang dimana setiap orang harus
memiliki kedudukan yang jelas sehingga akan lebih jelas untuk mengetahui suatu
kepentingan satu sama lainnya.
3. Pranata sosial
Tak sedikit pranata sosial dikembangkan atas dasar kepentingan penguasaan
lingkungan pemukiman yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat yang
berkaitan. Ada banyak peraturan yang dijalankan untuk menyingkirkan orang yang
bukan anggota kesatuan sosial tersebut.
4. Kebutuhan sosial
Suatu lingkungan sosial dapat terbentuk akibat adanya keinginan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Meski sudah diketahui bahwa tak semua kebutuhan
individu bisa terpenuhi termasuk juga kebutuhan sosial.
Contoh dari factor sosial ialah:
1. Lingkungan keluarga
Dalam lingkungan ini, individu diberi pengajaran tentang cara, sikap dan sifat untuk
berinteraksi dengan orang lain.
2. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah, kemudian ia dapat mengembangkan cara bersosialisasi yang telah
diajarkan dalam lingkungan keluarga. Lingkungan sosial sekolah ini hingga tingkat
sekolah tertinggi yaitu perkuliahan.
3. Lingkungan masyarakat
Individu yang sudah cukup siap dan dewasa akan bertemu dengan lingkungan
masyarakat. Dimana didalam lingkungan sosial masyarakat, seorang individu akan
memahami konflik; sifat dan sikap dalam masyarakat yang tak ditemui di lingkungan
sosial lainnya.

Anda mungkin juga menyukai