PENDAHULUAN
1
kurang memadai.5 Pola asuh yang baik dari ibu akan memberikan
kontribusi yang besar pada pertumbuhan dan perkembangan balita
sehingga akan menurunkan angka kejadian gangguan gizi. Pola
pengasuhan anak berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain
dalam hal kedekatannya dengan anak, cara memberikan makan
maupun pengetahuan tentang jenis makanan yang harus diberikan
sesuai umur dan kebutuhan, memberi kasih sayang dan sebagainya. 6
Peranan ibu sangat berpengaruh dalam keadaan gizi balita.
Pola asuh,asih dan asah memegang peranan penting dalam terjadinya
gangguan pertumbuhan pada balita.Berdasarkan uraian diatas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang “Hubungan
Pola Asuh,Asih dan Asah Ibu dengan Status Gizi Balita Usia 2-5
Tahun di Puskesmas Siwa Kecamatan Pitumpanua Kabupaten
Wajo Bulan Oktober Tahun 2021”
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Cara mendidik secara langsung artinya suatu bentuk asuhan
orangtua yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian,
kecerdasan dan keterampilan yang dilakukan dengan sengaja baik
berupa perintah, larangan, hukuman, dan penciptaan situasi
maupun pemberian hadiah sebagai alat pendidikan. Dalam
pendidikan secara tidak langsung adalah berupa contoh kehidupan
sehari-hari baik tutur kata sampai kepada adat kebiasaan dan pola
hidup, hubungan antara orangtua dengan keluarga, masyarakat,
hubungan suami istri.7
5
Mengembangkan perkembangan moral etika dan perilaku. Ciri
bakal proses pembelajaran, pendidikan dan pelatihan yang
diberikan sedini dan sesuai mungkin.Anak perlu distimulasi sejak
dini untuk mengembangkan sedini mungkin kemampuan sensorik,
motorik, emosi-sosial, bicara, kognitif, kemandirian, kreativitas,
kepemimpinan, moral dan spiritual anak.5
c.Pendidikan ibu
Pendidikan merupakan proses seseorang mengembangkan
6
kemampuan, sikpa dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya
didalam masyarakat tempat dia hidup. Pendidikan iu dalam hal ini
adalah latar belakang pendidikan ibu. Pendidikan orang tua
merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang
anak, karena dengan pendidikan yang baik maka orang tua dapat
menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara
pengasuhan anak yang baik.8
e.Aktivitas ibu
Dewasa ini makin banyak ibu yang berperan ganda selain
ibu rumah tangga juga sebagai wanita karier semua itu guna
menciptakan keluarga yng lebih mapan tapi juga menimbulkan
pengaruh terhadap hubungan dengan anggota keluarga dengan
anaknya.8
7
g.Stress orang tua
Stress yang dialami oleh orang tua akan mmpengaruhi
kemampuan dalam menjalankan peran sebagai pengasuh,
terutama dalam kaitannya dengan stategi mengahadapi masalah
yang dimiliki dalam menghadapi masalah anak.8
8
Praktek pola asuh gizi dalam rumah tangga biasanya
berhubungan erat dengan faktor pendapatan keluarga, tingkat
pendidikan dan pengetahuan ibu. Anak–anak yang tumbuh dalam
suatu keluarga miskin adalah paling rawan terhadap kurang gizi
diantara seluruh anggota keluarga lainnya dan anak yang kecil
biasanya paling terpengaruh oleh kurang pangan. 11
Sebab dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga maka
pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua yang
tidak menyadari bahwa anak-anak yang sangat muda perlu zat gizi
yang relatif lebih banyak dari pada anak-anak yang lebih tua.
Dengan demikian anak-anak yang lebih muda mungkin tidak diberi
cukup makanan yang memenuhi kebutuhan gizi. Keadaan diatas
akan lebih buruk jika ibu balita memiliki perilaku pola asuh yang
kurang baik dalam hal penyusuan, pemberian MP-ASI serta
pembagian makanan dalam keluarga. 11
Pola asuh yang berhubungan dengan perilaku kesehatan setiap
hari, mempunyai pengaruh terhadap kesakitan anak selain struktur
keluarga. Pada umumnya perilaku ini dipengaruhi oleh pendidikan
dan pengetahuan gizi yang dimiliki ibu. Contoh dalam keadaan
anak sakit. Dalam keadaan tersebut tentunya reaksi ibu akan
berbeda-beda. Hal ini dapat terjadi juga jika jarak antara anak
pertama dengan anak kedua kurang dari 2 tahun, maka perhatian
ibu terhadap pemeliharaan atau pengasuhan anak yang pertama
akan dapat berkurang setelah kehadiran anak berikutnya, padahal
anak tersebut masih memerlukan perawatan khusus. 12
9
Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variable pertumbuhan,
yaitu berat badan, tinggi badan atau panjang badan, lingkar kepala,
lingkar lengan dan panjang tungkai.13
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui
setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang
di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada
masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat diubah). Ukuran
tubuh pendek merupakan tanda kurang gizi yang berkepanjangan.
Lebih jauh, kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan
otak anak. Fase cepat tumbuh otak berlangsung mulai dari janin
usia 30 minggu sampai bayi 18 bulan.14
Kaitan asupan zat gizi dengan status gizi, dapat digambarkan
secara sederhana seperti pada Gambar 1.1.
12
Terdapat beberapa hal mendasar yang mempengaruhi tubuh
manusia akibat asupan gizi kurang, yaitu: 16
1.Pertumbuhan
Akibat kekurangan asupan gizi pada masa pertumbuhan
adalah anak tidak dapat tumbuh optimal dan pembentukan otot
terhambat. Protein berguna sebagai zat pembangun, akibat
kekurangan protein otot menjadi lembek dan rambut mudah
rontok. Anak-anak yang berasal dari lingkungan keluarga yang
status sosial ekonomi menengah ke atas, rata-rata mempunyai
tinggi badan lebih dari anak- anak yang berasal dari sosial
ekonomi rendah.16
2.Produksi tenaga
Kekurangan zat gizi sebagai sumber tenaga, dapat
menyebabkan kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan
melakukan aktivitas. Orang akan menjadi malas, merasa lelah,
dan produktivitasnya menurun.16
3.Pertahanan tubuh
Protein berguna untuk pembentukan antibodi, akibat
kekurangan protein sistem imunitas dan antibodi berkurang,
akibatnya anak mudah terserang penyakit seperti pilek, batuk,
diare atau penyakit infeksi yang lebih berat. Daya tahan terhadap
tekanan atau stres juga menurun. 16
4.Struktur dan fungsi otak
Kekurangan gizi pada waktu janin dan usia balita dapat
berpengaruh pada pertumbuhan otak, karena sel-sel otak tidak
dapat berkembang. Otak mencapai pertumbuhan yang optimal
pada usia 2-3 tahun, setelah itu menurun dan selesai
pertumbuhannya pada usia awal remaja. Kekurangan gizi
berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen, yang
menyebabkan kemampuan berpikir setelah masuk sekolah dan
13
usia dewasa menjadi berkurang. Sebaliknya, anak yang gizinya
baik pertumbuhan otaknya optimal, setelah memasuki usia
dewasa memiliki kecerdasan yang baik sebagai aset untuk
membangun bangsa.16
5.Perilaku
Anak-anak yang menderita kekurangan gizi akan memiliki
perilaku tidak tenang, cengeng, dan pada stadium lanjut anak
bersifat apatis. Demikian juga pada orang dewasa, akan
menunjukkan perilaku tidak tenang, mudah emosi, dan
tersinggung.16
1.Penilaian antroprometri
Merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh
14
dari berbagai tingkat umur antara lain : Berat badan, tinggi
badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.
Antropometri telah lama di kenal sebagai indikator sederhana
untuk penilaian status gizi perorangan maupun masyarakat.
Antropometri sangat umum di gunakan untuk mengukur status
gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan energi dan
protein.
Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi,
antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan
dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut : 13
a.Umur
Umur sangat memegang peranan penting dalam
penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan
interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat
badan dan tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila
tidak dengan penentuan umur yang tepat. 13
b.Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang
memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh.
Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak
baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang
menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U
(Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam
melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan,
yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan
kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya
memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada
ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan
kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu. 18
Tabel 3.1 Penelitian status gizi
berdasarkan indeks BB/U standart baku
15
antropometri WHO-NCHS18
Indeks yang
No Batas pengelompokkan Sebutan status gizi
dipakai
1 BB/U <- 3 SD Gizi Buruk
-3 s/d <- 2 SD Gizi Kurang
-2 s/d + 2 SD Gizi Normal
> + 2 SD Gizi Lebih
c.Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan
yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi
badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu
terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir
rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan
dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut
umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi
Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang
lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan
indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan
lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat
yang menahun.
Metode Penilaian tidak Langsung, penilaian status gizi
secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei konsumsi
makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengertian dan
penggunaan metode ini akan diuraikan sebagai berikut: 18
2.Penilaian klinis
Secara Klinis Penilaian Status Gizi secara klinis sangat
penting sebagai langkah pertama untuk mengetahui keadaan gizi
penduduk. Teknik penilaian status gizi juga dapat dilakukan
secara klinis. Pemeriksaan secara klinis penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-
perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
17
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-
organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar
tiroid.
` Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara
cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk
mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.
Pemeriksaan klinis terdiri dari dua bagian, yaitu:
a.Medical history (riwayat medis), yaitu catatan mengenai
perkembangan penyakit.
b.Pemeriksaan fisik, yaitu melihat dan mengamati gejala
gangguan gizi baik sign (gejala yang apat diamati) dan syimptom
(gejala yang tidak dapat diamati tetapi dirasakan oleh penderita
gangguan gizi).18
3.Penilaian biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan
specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan
antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot. Salah satu ukuran yang sangat sederhana
dan sering digunakan adalah pemeriksaan haemoglobin sebagai
indeks dari anemia. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan
bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih
parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka
penentuan kimia faal dapat lebih banyak menolong untuk
menentukan kekurangan gizi yang spesifik. 18
4.Penilaian biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode
18
penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi
(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda dan
gejala kurnag gizi. Pemeriksaan dengan memperhatikan rambut,
mata, lidah, tegangan otot dan bagian tubuh lainnya. 18
19
2.3 Kerangka Teori
Status Gizi
Dampak status gizi Penilaian status gizi
Penyebab
Kurangnya pelayanan
Kurangnya ketersediaan Perilaku/asuhan ibu dan anak
kesehatan dan lingkungan tidak Tidak
pangan tingkat rumah tangga yang kurang
sehat
langsung
Dampak pola asuh yg kurang Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang Faktor faktor yang mempengaruhi pola asuh
Ada hubungan antara pola asuh, asih dan asah ibu dengan status
gizi balita usia 2-5 tahun di Puskesmas Siwa Kecamatan Pitumpanua
Kabupaten Wajo bulan Oktober tahun 2021
21
2.6 State of Art
22
point ASAH ASIH dan
ASUH sebagai
pedoman dalam
penilaian pola asuh
yang baik untuk anak.
2 Hubungan Ninik Asri 2005 Cross 1Tidak ada Jenis penelitian yang
antara Rokhana Kabupaten sectional hubungan digunakan dalam
Pendapatan Demak antara penelitian ini adalah
Keluarga dan pendapatan penelitian
Pola Asuh keluarga observasional dengan
Gizi dengan dengan metode survei serta
StatusGizi status gizi wawancara. Dimana
Anak Balita anak balita saya akan membagi
di Betokan 2.Ada pertanyaan dengan
Demak hubungan memperhatikan
antara pola kebutuhan dasar anak
asuh gizi dalam tumbuh dan
dengan berkembang : yaitu
status gizi kebutuhan fisik
anak balita biomedis(ASUH),kebut
uhan emosi,kasih
sayang(ASIH),dan
kebutuhan stimulasi
mental
(ASAH).Penelitian
sebelumnya lebih
banyak mengarah ke
pola asuh otoriter dan
demokratis.Namun
penelitian saya akan
menggabungkan 3
point ASAH ASIH dan
23
ASUH sebagai
pedoman dalam
penilaian pola asuh
yang baik untuk anak.
3 Hubungan Ni Ketut 2012 Cross ada Jenis penelitian yang
Pola Asuh Ayu Kota sectional hubungan digunakan dalam
Pemenuhan Mirayanti Depok antara pola penelitian ini adalah
Nutrisi asuh penelitian
dalam pemenuhan observasional dengan
Keluarga nutrisi dalam metode survei serta
dengan keluarga wawancara. Dimana
Status Gizi dengan saya akan membagi
Balita di status gizi pertanyaan dengan
Kelurahan balita memperhatikan
Pasir kebutuhan dasar anak
Gunung dalam tumbuh dan
Selatan berkembang : yaitu
Kecamatan kebutuhan fisik
Cimanggis biomedis(ASUH),kebut
Kota Depok uhan emosi,kasih
sayang(ASIH),dan
kebutuhan stimulasi
mental
(ASAH).Penelitian
sebelumnya lebih
banyak mengarah ke
pola asuh otoriter dan
demokratis.Namun
penelitian saya akan
menggabungkan 3
point ASAH ASIH dan
ASUH sebagai
24
pedoman dalam
penilaian pola asuh
yang baik untuk anak.
BAB III
25
METODE PENELITIAN
2.)Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status gizi balita.
26
3.4.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah balita usia 2-5 tahun yang
berkunjung pada posyandu wilayah kerja Puskesmas Siwa
Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo dan memenuhi
kriteria seleksi.
27
3.6 Definisi operasional tentang hubungan pola asuh ibu dengan status gizi balita usia 2-5 tahun di
Puskesmas Siwa Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo bulan Oktober tahun 2021.
No Variabel Defenisi Parameter Alat Ukur Skala Skor
Operasional
Pengasuhan Anak: 1= Tidak pernah
Pola Asuh kemampuan 1. Asuh Kuesioner Ordinal
2= Kadang-kadang
keluarga untuk Sikap dan perilaku Ibu atau
menyediakan pengasuh yang lain dalam 3= Selalu
waktu, perhatian kedekatannya dengan anak,
%= n/N x100%
dan dukungan memberi makan, merawat
terhadap anak kebersihan, memberi kasih sayang, Keterangan:
agar dapat dsb
n: Jumlah jawaban
tumbuhkembang 2.Asih
yang benar
dengan sebaik- Rasa aman dengan kontak fisik dan
baiknya secara psikis sedini mungkin dengan Ibu. N: Jumlah total soal
fisik, mental dan Kebutuhan anak akan kasih sayang, yang diberikan
sosial. diperhatikan, dihargai, untuk
Kriteria penilaian:
kemandirian.
Baik: ≥ 80%
3.Asah
Mengembangkan perkembangan Cukup: 79-61%
moral, etika, dan perilaku.
Kurang: ≤ 60%
28
Status Gizi Keadaan gizi balita Hasil pengukuran balita untuk diukur Observas Ordinal Penilaian :
yang diukur dari berat badan dan tinggi badan i <- 3 SD(gizi buruk)
berat badan berdasarkan usia balita -3 s/d <- 2 SD(gizi
menurut usia balita kurang)
di Puskesmas Siwa -2 s/d + 2 SD(gizi
Kecmatan normal)
Pitumpanua > + 2 SD(gizi lebih)
Kabupaten Wajo
29
3.7 Instrumen dan Bahan Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data primer
dalam penelitian ini adalah kuesioner (Angket). Angket adalah
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan baru atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab.19
30
1.Tahap pra lapangan (persiapan)
a.Menyusun proposal penelitian dan konsultasi dengan
pembimbing.
31
4.1.1 Pengolahan Data
a.Editing (pemeriksaan data), yaitu memeriksa kelengkapan
dan kebenaran data yang dicatat dalam format pengumpulan
data. Peneliti melakukan koreksi pada kelengkapan ataupun
kesalahan pencatatan data.
b.Coding (pemberian kode), yaitu kegiatan mengubah data
berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan.
Coding berguna untuk mempermudah pada saat analisis data
dan juga mempercepat pada entry data.
c.Transfering (memindahkan data), yaitu proses
memindahkan data ke dalam master tabel.
d.Tabulating (menyusun data), yaitu kegiatan menyusun
data dalam tabel distribusi frekuensi.Tabulasi adalah kegiatan
untuk meringkas data yang masuk atau data mentah ke dalam
tabel-tabel yang telah dipersiapkan.19
4.1.2 Analisis data
a.Analisis univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.
Analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase
dari tiap variabel. Dalam penelitian analisis untivariat terdiri
dari pola asuh,asih, asah ibu dan status gizi balita.
b.Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan pada dua variabel yang
diduga berhubungan. Analisis bivariat dilakukan setelah ada
perhitungan analisis univariat.Pada penelitian ini dilakukan
analisis untuk mengetahui hubungan pola asuh,asih,dan
asah ibu dengan status gizi balita. Pada penelitian ini
menggunakan uji statistik sebagai berikut:
1.Chi-square
Data yang diperoleh akan diuji dengan Chi-square,
32
apabila memenuhi syarat uji Chi-square yaitu tidak ada nilai
expected yang kurang dari 5. Jika syarat uji Chi-square tidak
terpenuhi, maka dapat dipakai uji alternatifnya yaitu uji
Fisher’s Exact Test. Kedua variabel yang diuji dikatakan
memiliki hubungan yang signifikan apabila dengan tingkat
kepercayaan 95%, didapatkan nilai p-value kurang dari 0,05.
Rumus perhitungan Chi-square :
Keterangan:
𝑥2= Chi Kuadrat
ƒ0= Frekuensi yang diobservasi
ƒ𝑛= Frekuensi yang diharapkan
33
4.2 Alur Penelitian
34
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEDN PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Siwa,……….. 2021
Saksi Orang Tua Responden
(……………………….) (……………………….)
KUESIONER
HUBUNGAN POLA ASUH,ASIH DAN ASAH IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA
USIA 2-5 TAHUN DI PUSKESMAS SIWA KECAMATAN PITUMPANUA
KABUPATEN WAJO BULAN OKTOBER TAHUN 2021
Nama Pewawancara :
Alamat :
A.Identitas Responden(Ibu)
1.Nama :
2.Umur :
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
4.Pekerjaan Ibu :
B.Identitas Balita
1.Nama Balita :
2.Tanggal lahir :
(2)Perempuan
4.Umur :
5.Berat badan :
NO Pertanyaan TP K S
1 Ibu memberikan makan pada balita dilakukan secara
teratur.
2 Ibu memberikan makanan yang mengandung gizi
seimbang pada balita.
3 Ibu merawat kebersihan anak seperti memandikan
anak dan mengganti pakaian yang bersih pada balita
4. Ibu memberikan perawatan kesehatan dini dengan
rutin membawa anak ke Posyandu.
5. Ibu membawa anak ke tempat pelayanan kesehatan
untuk imunisasi
6. Ibu memberikan kasih sayang pada balita dengan
mengajak bermain bersama
7. ibu memberikan penghargaan berupa pujian pada
balita bila balita melakukan sesuatu perbuatan yang
baik
8. Ibu memberikan sentuhan pada balita dengan lembut
untuk menjalin komunikasi
9 Ibu melatih anak untuk mengucapkan salam dan
berjabat tangan?
10 Ibu mengajari bersikap baik pada anak diwaktu anak
sedang bermain bersama teman
11 Ibu melatih anak ibu menggosok gigi sendiri
12 Ibu melatih dan mengawasi anak balita untuk makan
sendiri
13 Ibu melatih balita untuk mencuci tangan sebelum
makan
14 Ibu membiasakan anak untuk menghabiskan makanan
saat makan
15 Ibu sering membiasakan anak untuk tidur siang
DAFTAR PUSTAKA