Anda di halaman 1dari 41

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kejadian malnutrisi pada anak di dunia cukup banyak.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2017,
terdapat 151 juta anak di bawah 5 tahun yang mengalami stunting, 51
juta anak yang mengalami wasting,dan 38 juta anak yang mengalami
overweight.1 Indonesia menempati posisi ke-5 di dunia dalam hal
masalah gizi pada tahun 2017 mencapai 17,8% dari total 87 juta
jumlah anak nasional. Jumlah tersebut terdiri dari balita yang
mengalami gizi buruk 3,8% dan 14% gizi kurang. 2 Berdasarkan hasil
Riskesdas tahun 2018, prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada anak
balita di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 25,6%, yang berarti
masalah gizi kurang dan gizi buruk di Sulawesi Selatan masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan prevalensi tinggi.
Sulawesi Selatan menempati urutan ke-10 untuk angka prevalensi
3
status gizi buruk pada balita berdasarkan pengukuran BB/U.
Masalah gizi memiliki dampak yang luas, tidak saja terhadap
kesakitan, kecacatan, dan kematian, tetapi juga terhadap
pembentukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dengan
produktifitas optimal.Gizi kurang berdampak langsung terhadap
kesakitan dan kematian, gizi kurang juga berdampak terhadap
pertumbuhan, perkembangan intelektual dan produktivitas. Anak yang
kekurangan gizi pada usia balita, akan tumbuh pendek dan mengalami
gangguan pertumbuhan serta perkembangan otak yang berpengaruh
pada rendahnya tingkat kecerdasan. 4
Masalah status gizi dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor secara langsung dan faktor tidak langsung. Faktor secara
langsung yaitu konsumsi makanan dan penyakit. Faktor tidak langsung
yaitu ketahanan pangan keluarga dan pola pengasuhan anak yang

1
kurang memadai.5 Pola asuh yang baik dari ibu akan memberikan
kontribusi yang besar pada pertumbuhan dan perkembangan balita
sehingga akan menurunkan angka kejadian gangguan gizi. Pola
pengasuhan anak berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain
dalam hal kedekatannya dengan anak, cara memberikan makan
maupun pengetahuan tentang jenis makanan yang harus diberikan
sesuai umur dan kebutuhan, memberi kasih sayang dan sebagainya. 6
Peranan ibu sangat berpengaruh dalam keadaan gizi balita.
Pola asuh,asih dan asah memegang peranan penting dalam terjadinya
gangguan pertumbuhan pada balita.Berdasarkan uraian diatas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang “Hubungan
Pola Asuh,Asih dan Asah Ibu dengan Status Gizi Balita Usia 2-5
Tahun di Puskesmas Siwa Kecamatan Pitumpanua Kabupaten
Wajo Bulan Oktober Tahun 2021”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka
rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada hubungan pola
asuh,asih dan asah Ibu dengan status gizi balita usia 2-5 tahun di
Puskesmas Siwa Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo Bulan
Oktober Tahun 2021.”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisis Hubungan Pola Asuh,Asih dan Asah
Ibu dengan Status Gizi Balita Usia 2-5 Tahun di Puskesmas
Siwa Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo Bulan Oktober
Tahun 2021.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.Mengidentifikasi pola asuh, asih dan asah ibu dalam
mengasuh balita usia 2-5 tahun di Puskesmas Siwa
2
Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo Bulan Oktober
Tahun 2021.
2.Mengidentifikasi status gizi balita usia 2-5 tahun di
Puskesmas Siwa Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo
Tahun 2021.
3.Menganalisis hubungan pola asuh, asih dan asah ibu
dengan status gizi balita usia 2-5 tahun di Puskesmas Siwa
Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo Bulan Oktober
Tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Untuk Institusi
Sebagai bahan bacaan, referensi,dan informasi bagi
mahasiswa dan dosen tentang hubungan pola asuh, asih dan
asah Ibu dengan status gizi balita usia 2-5 tahun.

1.4.2 Manfaat Untuk Masyarakat


Memberikan pengetahuan baru kepada masyarakat
mengenai hubungan pola asuh, asih dan asah Ibu dengan
status gizi balita usia 2-5 tahun.

1.4.3 Manfaat Untuk Peneliti


Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai
hubungan pola asuh, asih dan asah Ibu dengan status gizi
balita usia 2-5 tahun dan meningkatkan kemampuan menulis
secara ilmiah

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pola Asuh

2.1.1.Pengertian Pola Asuh


Secara epistimologi kata pola diartikan sebagai cara kerja dan
kata asuh berarti menjaga, merawat, mendidik dan membimbing
supaya dapat berdiri sendiri. Artinya peran orangtua sangat penting
dalam mendidik dan membimbing anaknya selama mengadakan
pengasuhan meliputi cara orangtua memberikan aturan dan
perhatian kepada anaknya. Anak yang sehat dan bermoralitas
adalah anak yang di dalam keluarganya memiliki pola asuh yang
baik. Hal ini adalah bagian dan harapan orangtua terhadap anak-
anaknya. Orangtua sebagai pembentuk utama pribadi anak, harus
menjadi teladan bagi anak-anaknya. 7
Pola asuh merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi
dengan anak-anaknya. Sikap tersebut meliputi cara orangtua dalam
memberikan aturan-aturan, memberikan perhatian. Pola asuh
sebagai suatu perlakuan orangtua dalam rangka memenuhi
kebutuhan, memberi perlindungan, dan mendidik anak dalam
kesehariannya. 7
Pola asuh merupakan sikap orangtua dalam berhubungan
dengan anaknya, maka sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi,
antara lain dari orangtua memberikan peraturan kepada anak,
dengan reward/ hadiah dan hukuman, dalam menunjukan otoritas
dan cara orangtua memberikan perhatian atau tanggapan terhadap
keinginan anak. Dengan demikian yang disebut dengan pola asuh
orangtua adalah bagaimana cara mendidik anak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. 7

4
Cara mendidik secara langsung artinya suatu bentuk asuhan
orangtua yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian,
kecerdasan dan keterampilan yang dilakukan dengan sengaja baik
berupa perintah, larangan, hukuman, dan penciptaan situasi
maupun pemberian hadiah sebagai alat pendidikan. Dalam
pendidikan secara tidak langsung adalah berupa contoh kehidupan
sehari-hari baik tutur kata sampai kepada adat kebiasaan dan pola
hidup, hubungan antara orangtua dengan keluarga, masyarakat,
hubungan suami istri.7

2.1.2 Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang


Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang
secara umum digolongkan menjadi 3 bagian kebutuhan dasar
yaitu :5

1.Kebutuhan fisik- biomedis (ASUH) , meliputi :


a. Pangan atau gizi merupakan terpenting
b. Papan atau tempat tinggal
c. Sandang atau pakaian yang memadai
Menyangkut asupan gizi anak selama dalam kandungan dan
sesudahnya, kebutuhan akan tempat tinggal, pakaian yang layak
dan aman, perawatan kesehatan dini berupa imunisasi dan
intervensi dini akan timbulnya gejala penyakit. 5

2.Kebut uhan emosi atau kasih sayang ( ASIH)


Penting menimbulkan rasa aman dengan kontak fisik dan
psikis sedini mungkin dengan ibu. Kebutuhan anak akan kasih
sayang, diperhatikan dan dihargai, pengalaman baru, pujian,
tanggung jawab untuk kemandiran sangatlah penting untuk
diberikan.5

3.Kebutuhan stimulasi mental (ASAH)

5
Mengembangkan perkembangan moral etika dan perilaku. Ciri
bakal proses pembelajaran, pendidikan dan pelatihan yang
diberikan sedini dan sesuai mungkin.Anak perlu distimulasi sejak
dini untuk mengembangkan sedini mungkin kemampuan sensorik,
motorik, emosi-sosial, bicara, kognitif, kemandirian, kreativitas,
kepemimpinan, moral dan spiritual anak.5

2.1.3 Faktor-fakor yang mempengaruhi pola asuh, asih dan asah


anak
Ada beberapa elemen yang dapat mempengaruhi pola asuh,asih
dan asah anak:8
a.Usia orang tua
Usia ibu dikelompokkan menjadi 2 kelompok:9
1.24-29 tahun
2.30-35 tahun
Usia yang paling memuaskan untuk mengasuh anak adalah
24-35 tahun. Selama waktu ini orang tua dianggap pada kondisi
kesehatan yang optimun dengan perkiraan usia harapan hidup
yang memungkinkan waktu cukup dan untuk membangun sebuah
keluarga.9

b.Keterlibatan orang tua


Pendekatan mutakhir yang digunakan dalam hubungan ayah
dan bayinya yang baru lahir, sama pentingnya dengan hubungan
antara ibu dengan bayi sehingga dalam oroses persalinan, ibu
dianjurkan ditemani suami dan begitu bayinya lahir suami
diprbolehkan untuk menggendong langsung setelah ibunya
mendekap dan menyusuinya.8

c.Pendidikan ibu
Pendidikan merupakan proses seseorang mengembangkan

6
kemampuan, sikpa dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya
didalam masyarakat tempat dia hidup. Pendidikan iu dalam hal ini
adalah latar belakang pendidikan ibu. Pendidikan orang tua
merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang
anak, karena dengan pendidikan yang baik maka orang tua dapat
menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara
pengasuhan anak yang baik.8

d.Pengetahuan gizi ibu


Seorang ibu rumah tangga bukan merupakan ahli gzi, tetapi
juga harus dapat menyusun dan menilai hidangan yang akan
diajikan kepada anggota keluarganya. Kurangnya pengetahuan dan
salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan
merupakan masalah yang sudah umum. Salah satu penyebab
maslah kurang gizi yaitu kurangnya pengetahuan tentang gizi atau
kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam
kehidupan sehari hari.8

e.Aktivitas ibu
Dewasa ini makin banyak ibu yang berperan ganda selain
ibu rumah tangga juga sebagai wanita karier semua itu guna
menciptakan keluarga yng lebih mapan tapi juga menimbulkan
pengaruh terhadap hubungan dengan anggota keluarga dengan
anaknya.8

f.Pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak


Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua yang sudah
memiliki pengalaman sebelumnya dalam merawat anak lebih siap
dalam menjalankan ppengetahuaneran pengasuhan dan lebih
tenang.8

7
g.Stress orang tua
Stress yang dialami oleh orang tua akan mmpengaruhi
kemampuan dalam menjalankan peran sebagai pengasuh,
terutama dalam kaitannya dengan stategi mengahadapi masalah
yang dimiliki dalam menghadapi masalah anak.8

h.Hubungan suami istri


Hubungan yang kurang harmonis antara suami dan istri
akan berpengaruhi atas kemampuan atas kemampuan mereka
dalam menjalankan perannya sebagai orang tua dan merawat serta
mengasuh anak dengan penuh rasa bahagia karena satu sama
lain saling memberikan dukungan dan menghadapi segala
masalah dengan strategi yang positif.8

2.1.4 Dampak Pola Asuh


Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi
untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan aktivitas.
Masalah gizi yang merupakan masalah kesehatan masyarakat,
dipengaruhi beberapa faktor antara lain: penyakit infeksi, konsumsi
makanan, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga,
tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi,
pelayanan kesehatan, pendapatan keluarga, budaya pantang
makanan, dan pola asuh gizi. Selain itu status gizi juga dapat
dipengaruhi oleh praktek pola asuh gizi yang dilakukan dalam
rumah tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan
perawatan kesehatan serta sumber lainnya untuk kelangsungan
hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak.Salah satu aspek
kunci dalam pola asuh gizi adalah praktek penyusuan dan
pemberian MP-ASI. Lebih lanjut praktek penyusuan dapat meliputi
pemberian makanan prelaktal, kolostrum, menyusui secara
eksklusif dan praktek penyapihan.10

8
Praktek pola asuh gizi dalam rumah tangga biasanya
berhubungan erat dengan faktor pendapatan keluarga, tingkat
pendidikan dan pengetahuan ibu. Anak–anak yang tumbuh dalam
suatu keluarga miskin adalah paling rawan terhadap kurang gizi
diantara seluruh anggota keluarga lainnya dan anak yang kecil
biasanya paling terpengaruh oleh kurang pangan. 11
Sebab dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga maka
pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua yang
tidak menyadari bahwa anak-anak yang sangat muda perlu zat gizi
yang relatif lebih banyak dari pada anak-anak yang lebih tua.
Dengan demikian anak-anak yang lebih muda mungkin tidak diberi
cukup makanan yang memenuhi kebutuhan gizi. Keadaan diatas
akan lebih buruk jika ibu balita memiliki perilaku pola asuh yang
kurang baik dalam hal penyusuan, pemberian MP-ASI serta
pembagian makanan dalam keluarga. 11
Pola asuh yang berhubungan dengan perilaku kesehatan setiap
hari, mempunyai pengaruh terhadap kesakitan anak selain struktur
keluarga. Pada umumnya perilaku ini dipengaruhi oleh pendidikan
dan pengetahuan gizi yang dimiliki ibu. Contoh dalam keadaan
anak sakit. Dalam keadaan tersebut tentunya reaksi ibu akan
berbeda-beda. Hal ini dapat terjadi juga jika jarak antara anak
pertama dengan anak kedua kurang dari 2 tahun, maka perhatian
ibu terhadap pemeliharaan atau pengasuhan anak yang pertama
akan dapat berkurang setelah kehadiran anak berikutnya, padahal
anak tersebut masih memerlukan perawatan khusus. 12

2.2 Konsep Status GIzi


2.2.1 Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan.

9
Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variable pertumbuhan,
yaitu berat badan, tinggi badan atau panjang badan, lingkar kepala,
lingkar lengan dan panjang tungkai.13
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui
setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang
di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada
masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat diubah). Ukuran
tubuh pendek merupakan tanda kurang gizi yang berkepanjangan.
Lebih jauh, kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan
otak anak. Fase cepat tumbuh otak berlangsung mulai dari janin
usia 30 minggu sampai bayi 18 bulan.14
Kaitan asupan zat gizi dengan status gizi, dapat digambarkan
secara sederhana seperti pada Gambar 1.1.

Kaitan asupan zat gizi dengan status gizi


Dimodifikasi oleh penulis berdasarkan referensi nomor 14

2.2.2 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Seorang Anak


Terdapat banyak faktor yang menimbulkan masalah gizi,
konsep yang dikembangkan oleh United Nation Children’s Fund
(Unicef) tahun 1990, bahwa masalah gizi disebabkan oleh dua
faktor utama, yaitu langsung dan tidak langsung. Faktor langsung
yang menimbulkan masalah gizi yaitu kurangnya asupan makanan
dan penyakit yang diderita. Seseorang yang asupan gizinya kurang
akan mengakibatkan rendahnya daya tahan tubuh yang dapat
menyebabkan mudah sakit. Sebaliknya pada orang sakit akan
10
kehilangan gairah untuk makan, akibatnya status gizi menjadi
kurang. Jadi asupan gizi dan penyakit mempunyai hubungan yang
saling ketergantungan. Kekurangan asupan makanan disebabkan
oleh tidak tersedianya pangan pada tingkat rumah tangga,
sehingga tidak ada makanan yang dapat dikonsumsi. Kekurangan
asupan makanan juga disebabkan oleh perilaku atau pola asuh
orang tua pada anak yang kurang baik. Dalam rumah tangga
sebetulnya tersedia cukup makanan, tetapi distribusi makanan tidak
tepat atau pemanfaatan potensi dalam rumah tangga tidak tepat,
misalnya orang tua lebih mementingkan memakai perhiasan
dibandingkan untuk menyediakan makanan bergizi. Penyakit infeksi
disebabkan oleh kurangnya layanan kesehatan pada masyarakat
dan keadaan lingkungan yang tidak sehat. Tingginya penyakit juga
disebabkan oleh pola asuh yang kurang baik, misalnya anak
dibiarkan bermain pada tempat kotor.15
Penyebab tidak langsung ada tiga yaitu ketahanan pangan,
pola pengasuhan anak, dan pelayanan kesehatan serta lingkungan.
Ketahanan pangan keluarga, terkait dengan kesediaan
pangan,harga pangan dan daya beli. Faktor selanjutnya yaitu
kurangnya pelayanan kesehatan,pelayanan kesehatan yang
memadai mencakup fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau
masyarakat,tenaga medis kompeten,dan tenaga medis yang
banyak secara kuantitatif.15
Pola pengasuhan anak berupa sikap dan perilaku ibu atau
pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, cara
memberikan makan maupun pengetahuan tentang jenis makanan
yang harus diberikan sesuai umur dan kebutuhan, memberi kasih
sayang dan sebagainya.6
Pola asuh gizi merupakan perubahan sikap dan perilaku ibu
atau pengasuh lain dalam hal memberi makan, kebersihan,
memberi kasih sayang dan sebagainya dan semuanya
11
berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan fisik dan
mental. Pola asuh yang baik dari ibu akan memberikan kontribusi
yang besar pada pertumbuhan dan perkembangan balita sehingga
akan menurunkan angka kejadian gangguan gizi. Ibu harus
memahami cara memberikan perawatan dan perlindungan
terhadap anaknya agar anak menjadi nyaman, meningkat nafsu
makannya, terhindar dari cedera dan penyakit yang akan
menghambat pertumbuhan. Apabila pengasuhan anak baik makan
status gizi anak juga akan baik. Peran ibu dalam merawat sehari-
hari mempunyai kontribusi yang besar dalam pertumbuhan anak
karena dengan pola asuh yang baik anak akan terawat dengan baik
dan gizi terpenuhi .15

Bagan 2.1 Faktor penyebab gizi kurang15

Sumber : Kementerian Kesehatan RI. 2011. Modul Pelatihan


Pertumbuhan Anak. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu dan Anak. Jakarta.

2.2.3 Dampak Asupan Gizi


.a.Akibat Gizi Kurang

12
Terdapat beberapa hal mendasar yang mempengaruhi tubuh
manusia akibat asupan gizi kurang, yaitu: 16

1.Pertumbuhan
Akibat kekurangan asupan gizi pada masa pertumbuhan
adalah anak tidak dapat tumbuh optimal dan pembentukan otot
terhambat. Protein berguna sebagai zat pembangun, akibat
kekurangan protein otot menjadi lembek dan rambut mudah
rontok. Anak-anak yang berasal dari lingkungan keluarga yang
status sosial ekonomi menengah ke atas, rata-rata mempunyai
tinggi badan lebih dari anak- anak yang berasal dari sosial
ekonomi rendah.16
2.Produksi tenaga
Kekurangan zat gizi sebagai sumber tenaga, dapat
menyebabkan kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan
melakukan aktivitas. Orang akan menjadi malas, merasa lelah,
dan produktivitasnya menurun.16
3.Pertahanan tubuh
Protein berguna untuk pembentukan antibodi, akibat
kekurangan protein sistem imunitas dan antibodi berkurang,
akibatnya anak mudah terserang penyakit seperti pilek, batuk,
diare atau penyakit infeksi yang lebih berat. Daya tahan terhadap
tekanan atau stres juga menurun. 16
4.Struktur dan fungsi otak
Kekurangan gizi pada waktu janin dan usia balita dapat
berpengaruh pada pertumbuhan otak, karena sel-sel otak tidak
dapat berkembang. Otak mencapai pertumbuhan yang optimal
pada usia 2-3 tahun, setelah itu menurun dan selesai
pertumbuhannya pada usia awal remaja. Kekurangan gizi
berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen, yang
menyebabkan kemampuan berpikir setelah masuk sekolah dan

13
usia dewasa menjadi berkurang. Sebaliknya, anak yang gizinya
baik pertumbuhan otaknya optimal, setelah memasuki usia
dewasa memiliki kecerdasan yang baik sebagai aset untuk
membangun bangsa.16
5.Perilaku
Anak-anak yang menderita kekurangan gizi akan memiliki
perilaku tidak tenang, cengeng, dan pada stadium lanjut anak
bersifat apatis. Demikian juga pada orang dewasa, akan
menunjukkan perilaku tidak tenang, mudah emosi, dan
tersinggung.16

b.Akibat gizi lebih pada tubuh


1.Asupan gizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas.
Kelebihan energi yang dikonsumsi akan disimpan sebagai
cadangan energi tubuh dalam bentuk lemak yang disimpan di
bawah kulit. Saat ini jumlah penduduk Indonesia yang
mengalami kegemukan jumlahnya semakin meningkat
dibandingkan beberapa tahun yang lalu.17
2.Kegemukan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes
mellitus, jantung koroner, hati, kantong empedu, kanker, dan
lainnya.17

2.2.4 Penilaian status gizi


Untuk menilai status gizi digunakan dua metode penilaian
status gizi, yaitu secara langsung dan tidak langsung. 13 Penilaian
gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian:

1.Penilaian antroprometri
Merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh

14
dari berbagai tingkat umur antara lain : Berat badan, tinggi
badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.
Antropometri telah lama di kenal sebagai indikator sederhana
untuk penilaian status gizi perorangan maupun masyarakat.
Antropometri sangat umum di gunakan untuk mengukur status
gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan energi dan
protein.
Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi,
antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan
dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut : 13
a.Umur
Umur sangat memegang peranan penting dalam
penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan
interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat
badan dan tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila
tidak dengan penentuan umur yang tepat. 13
b.Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang
memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh.
Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak
baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang
menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U
(Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam
melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan,
yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan
kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya
memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada
ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan
kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu. 18
Tabel 3.1 Penelitian status gizi
berdasarkan indeks BB/U standart baku

15
antropometri WHO-NCHS18

Indeks yang
No Batas pengelompokkan Sebutan status gizi
dipakai
1 BB/U <- 3 SD Gizi Buruk
-3 s/d <- 2 SD Gizi Kurang
-2 s/d + 2 SD Gizi Normal
> + 2 SD Gizi Lebih

c.Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan
yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi
badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu
terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir
rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan
dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut
umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi
Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang
lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan
indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan
lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat
yang menahun.
Metode Penilaian tidak Langsung, penilaian status gizi
secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei konsumsi
makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengertian dan
penggunaan metode ini akan diuraikan sebagai berikut: 18

1.Survei Konsumsi Makanan


a.Pengertian Survei konsumsi makanan adalah metode
penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat
jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. 18
b.Penggunaan Pengumpulan data konsumsi makanan dapat
16
memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi. 18

2.Penggunaan Statistik Vital


a.Pengertian Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah
dengan menganalisis data beberpa statistik kesehatan seperti
angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan
kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan dengan gizi.18
b.Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator
tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat. 18

3.Penilaian Faktor Ekologi


a.Pengertian Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi
merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa
faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan
yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti
iklim, tanah, irigasi dan lain- lain.
b.Penggunaan Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat
penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu
masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi
gizi.18

2.Penilaian klinis
Secara Klinis Penilaian Status Gizi secara klinis sangat
penting sebagai langkah pertama untuk mengetahui keadaan gizi
penduduk. Teknik penilaian status gizi juga dapat dilakukan
secara klinis. Pemeriksaan secara klinis penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-
perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan

17
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-
organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar
tiroid.
` Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara
cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk
mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.
Pemeriksaan klinis terdiri dari dua bagian, yaitu:
a.Medical history (riwayat medis), yaitu catatan mengenai
perkembangan penyakit.
b.Pemeriksaan fisik, yaitu melihat dan mengamati gejala
gangguan gizi baik sign (gejala yang apat diamati) dan syimptom
(gejala yang tidak dapat diamati tetapi dirasakan oleh penderita
gangguan gizi).18

3.Penilaian biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan
specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan
antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot. Salah satu ukuran yang sangat sederhana
dan sering digunakan adalah pemeriksaan haemoglobin sebagai
indeks dari anemia. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan
bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih
parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka
penentuan kimia faal dapat lebih banyak menolong untuk
menentukan kekurangan gizi yang spesifik. 18

4.Penilaian biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode

18
penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi
(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda dan
gejala kurnag gizi. Pemeriksaan dengan memperhatikan rambut,
mata, lidah, tegangan otot dan bagian tubuh lainnya. 18

19
2.3 Kerangka Teori
Status Gizi
Dampak status gizi Penilaian status gizi

-Antropometri ( BB/U ),umur,tinggi


badan
a.Kurang gizi
pertumbuhan,produksi -Penilaian klinis
tenaga,pertahanan tubuh,struktur
-Penilaian biokimia dan biofisik
dan fungsi otak dan perilaku. Kurangnya Asupan
Penyakit
Gizi Penyebab langsung
b.Gizi lebih :
obesitas,hipertensi,dm,jantung
koroner dan kanker

Penyebab
Kurangnya pelayanan
Kurangnya ketersediaan Perilaku/asuhan ibu dan anak
kesehatan dan lingkungan tidak Tidak
pangan tingkat rumah tangga yang kurang
sehat
langsung

Dampak pola asuh yg kurang Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang Faktor faktor yang mempengaruhi pola asuh

1.Kebutuhan fisik- biomedis (ASUH) Usia orang tua,keterlibatan orang


Penurunan status gizi,penyakit pada tua,pendidikan ibu,pengetahuan gizi
anak,kurangnya kasih saying dan 2.Kebutuhan emosi atau kasih sayang ( ASIH)
ibu,aktivitas ibu,stress orang tua,dan
kurangnya pangan hubungan suami istri 20
3.Kebutuhan stimulasi mental (ASAH)
2.4 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pola Asuh,Asih dan


Status Gizi Balita
Asah Ibu

2.5 Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara pola asuh, asih dan asah ibu dengan status
gizi balita usia 2-5 tahun di Puskesmas Siwa Kecamatan Pitumpanua
Kabupaten Wajo bulan Oktober tahun 2021

21
2.6 State of Art

No Judul Nama Tahun dan Rancangan Hasil Perbedaan dengan


Penelitian Peneliti tempat Penelitian Penelitian penelitian saya
penelitian
1 Hubungan Wulandari 2006 Case 1.Ada Jenis penelitian yang
Antara Kota Control hubungan digunakan dalam
Pengetahua Semarang dengan antara penelitian ini adalah
n Gizi Ibu pendekata tingkat penelitian
dan Asupan n pengetahuan observasional dengan
Energi Explanatory gizi ibu metode survei serta
dengan research dengan wawancara. Dimana
Status Gizi status gizi saya akan membagi
Kurang pada kurang pertanyaan dengan
Balita di 2.Ada memperhatikan
Desa hubungan kebutuhan dasar anak
Sukorejo antara dalam tumbuh dan
Kecamatan asupan berkembang : yaitu
Gunungpati energi kebutuhan fisik
Kota dengan biomedis(ASUH),kebut
Semarang status gizi uhan emosi,kasih
Tahun 2006 kurang sayang(ASIH),dan
kebutuhan stimulasi
mental
(ASAH).Penelitian
sebelumnya lebih
banyak mengarah ke
pola asuh otoriter dan
demokratis.Namun
penelitian saya akan
menggabungkan 3

22
point ASAH ASIH dan
ASUH sebagai
pedoman dalam
penilaian pola asuh
yang baik untuk anak.
2 Hubungan Ninik Asri 2005 Cross 1Tidak ada Jenis penelitian yang
antara Rokhana Kabupaten sectional hubungan digunakan dalam
Pendapatan Demak antara penelitian ini adalah
Keluarga dan pendapatan penelitian
Pola Asuh keluarga observasional dengan
Gizi dengan dengan metode survei serta
StatusGizi status gizi wawancara. Dimana
Anak Balita anak balita saya akan membagi
di Betokan 2.Ada pertanyaan dengan
Demak hubungan memperhatikan
antara pola kebutuhan dasar anak
asuh gizi dalam tumbuh dan
dengan berkembang : yaitu
status gizi kebutuhan fisik
anak balita biomedis(ASUH),kebut
uhan emosi,kasih
sayang(ASIH),dan
kebutuhan stimulasi
mental
(ASAH).Penelitian
sebelumnya lebih
banyak mengarah ke
pola asuh otoriter dan
demokratis.Namun
penelitian saya akan
menggabungkan 3
point ASAH ASIH dan

23
ASUH sebagai
pedoman dalam
penilaian pola asuh
yang baik untuk anak.
3 Hubungan Ni Ketut 2012 Cross ada Jenis penelitian yang
Pola Asuh Ayu Kota sectional hubungan digunakan dalam
Pemenuhan Mirayanti Depok antara pola penelitian ini adalah
Nutrisi asuh penelitian
dalam pemenuhan observasional dengan
Keluarga nutrisi dalam metode survei serta
dengan keluarga wawancara. Dimana
Status Gizi dengan saya akan membagi
Balita di status gizi pertanyaan dengan
Kelurahan balita memperhatikan
Pasir kebutuhan dasar anak
Gunung dalam tumbuh dan
Selatan berkembang : yaitu
Kecamatan kebutuhan fisik
Cimanggis biomedis(ASUH),kebut
Kota Depok uhan emosi,kasih
sayang(ASIH),dan
kebutuhan stimulasi
mental
(ASAH).Penelitian
sebelumnya lebih
banyak mengarah ke
pola asuh otoriter dan
demokratis.Namun
penelitian saya akan
menggabungkan 3
point ASAH ASIH dan
ASUH sebagai

24
pedoman dalam
penilaian pola asuh
yang baik untuk anak.

BAB III

25
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian observasional.Desain penelitian yang digunakan adalah
desain potong lintang yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara pola asuh,asih dan asah ibu dengan status gizi balita usia 2-5
tahun di Puskesmas Siwa Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo
bulan Oktober tahun 2021.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan di lakukan di wilayah Kecamatan Pitumpanua
Kabupaten Wajo.Waktu penelitian yang direncanakan bulan Oktober
tahun 2021.

3.3 Variabel Penelitian


1.)Variabel independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pola asuh,asih
dan asah ibu.

2.)Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status gizi balita.

3.4 Populasi Dan Sampel


3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah balita umur 2-5 tahun
yang berkunjung pada posyandu wilayah kerja Puskesmas
Siwa Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo.

26
3.4.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah balita usia 2-5 tahun yang
berkunjung pada posyandu wilayah kerja Puskesmas Siwa
Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo dan memenuhi
kriteria seleksi.

3.4.3 Teknik Sampling


Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode total sampling, dimana sampel yang
diambil adalah seluruh balita usia 2-5 tahun yang datang ke
puskesmas pada saat dilakukannya penelitian, termasuk dalam
kriteria inklusi selama waktu penelitian.

3.5 Kriteria Penelitian

3.5.1 Kriteria Inklusi


1.Balita usia 2-5 tahun dan ibunya
2.Balita yang berkunjung ke wilayah kerja Puskesmas Siwa
Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo.
3.Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Siwa
Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo
4.Ibu yang mempunyai balita umur 2-5 tahun yang akan diteliti
telah mendapatkan penjelasan penelitian dan menandatangani
informed consent.
5.Bersedia menjadi sampel

3.5.3 Kriteria Eksklusi


1. Responden yang sedang tidak ada ditempat pada saat
penelitian.
2.Ibu balita yang memiliki keterbatasan komunikasi, seperti tuna
wicara, tuna rungu,dan gangguan kejiwaan

27
3.6 Definisi operasional tentang hubungan pola asuh ibu dengan status gizi balita usia 2-5 tahun di
Puskesmas Siwa Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo bulan Oktober tahun 2021.
No Variabel Defenisi Parameter Alat Ukur Skala Skor
Operasional
Pengasuhan Anak: 1= Tidak pernah
Pola Asuh kemampuan 1. Asuh Kuesioner Ordinal
2= Kadang-kadang
keluarga untuk Sikap dan perilaku Ibu atau
menyediakan pengasuh yang lain dalam 3= Selalu
waktu, perhatian kedekatannya dengan anak,
%= n/N x100%
dan dukungan memberi makan, merawat
terhadap anak kebersihan, memberi kasih sayang, Keterangan:
agar dapat dsb
n: Jumlah jawaban
tumbuhkembang 2.Asih
yang benar
dengan sebaik- Rasa aman dengan kontak fisik dan
baiknya secara psikis sedini mungkin dengan Ibu. N: Jumlah total soal
fisik, mental dan Kebutuhan anak akan kasih sayang, yang diberikan
sosial. diperhatikan, dihargai, untuk
Kriteria penilaian:
kemandirian.
Baik: ≥ 80%
3.Asah
Mengembangkan perkembangan Cukup: 79-61%
moral, etika, dan perilaku.
Kurang: ≤ 60%

28
Status Gizi Keadaan gizi balita Hasil pengukuran balita untuk diukur Observas Ordinal Penilaian :
yang diukur dari berat badan dan tinggi badan i <- 3 SD(gizi buruk)
berat badan berdasarkan usia balita -3 s/d <- 2 SD(gizi
menurut usia balita kurang)
di Puskesmas Siwa -2 s/d + 2 SD(gizi
Kecmatan normal)
Pitumpanua > + 2 SD(gizi lebih)
Kabupaten Wajo

29
3.7 Instrumen dan Bahan Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data primer
dalam penelitian ini adalah kuesioner (Angket). Angket adalah
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan baru atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab.19

3.8 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data


3.8.1 Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder dan
data primer. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
hasil penelitian maupun pengumpulan data orang lain. Data
sekunder dalam penelitian ini adalah jenis kelamin,umur
balita,berat badan dan tinggi badan balita yang tercatat dalam
buku KIA di Puskesmas Siwa Kecamatan Pitumpanua.
Data primer merupakan data yang diperoleh melalui
kuesioner yang diberikan kepada ibu. Data primer dalam
penelitian ini adalah pola asuh,asih dan asah ibu.

3.8.2 Teknik pengumpulan data


Data sekunder diperoleh dari buku KIA ibu yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Siwa Kecamatan Pitumpanua
Kabupaten Wajo. Data yang dibutuhkan ditulis dengan panduan
daftar isian dan master tabel yang dibuat peneliti. Daftar isian
digunakan untuk memastikan semua data yang dibutuhkan
untuk penelitian tercatat dari masing-masing buku KIA ibu.
Sedangkan untuk data primer diperoleh dari kuesioner yang
diberikan pada ibu.

3.9 Prosedur Penelitian

30
1.Tahap pra lapangan (persiapan)
a.Menyusun proposal penelitian dan konsultasi dengan
pembimbing.

b.Mengurus perizinan penelitian dan ethical clearence.


c.Menyiapkan perlengkapan pengumpulan data.
d.Melakukan kegiatan observasi untuk memperoleh gambaran
lokasi penelitian, jumlah populasi target penelitian serta
memperkenalkan diri pada pihak Puskesmas Siwa Kecamatan
Pitumpanua.
2.Tahap pekerjaan lapangan
Tahap pekerjaan lapangan dimulai dengan melakukan
kegiatan:
a.Menentukan jadwal pelaksanaan pengumpulan data.
b.Menentukan populasi yaitu balita yang berusia 2-5 tahun dan
mengambil sampel.
c.Mengumpulkan data sekunder melalui buku KIA ibu.
d.Melakukan penyebaran kuesioner kepada responden yang
sudah ditentukan.
e.Memasukkan data sampel
f.Memindahkan data dari format pengumpulan data lapangan ke
dalam master tabel.
g.Melakukan analisis data hasil yang diperoleh.
3.Tahap akhir
Tahap akhir dari kegiatan penelitian adalah membuat
laporan tertulis tentang hasil penelitian yang telah dilakukan.

4.1 Pengolahan dan Analisis Data

31
4.1.1 Pengolahan Data
a.Editing (pemeriksaan data), yaitu memeriksa kelengkapan
dan kebenaran data yang dicatat dalam format pengumpulan
data. Peneliti melakukan koreksi pada kelengkapan ataupun
kesalahan pencatatan data.
b.Coding (pemberian kode), yaitu kegiatan mengubah data
berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan.
Coding berguna untuk mempermudah pada saat analisis data
dan juga mempercepat pada entry data.
c.Transfering (memindahkan data), yaitu proses
memindahkan data ke dalam master tabel.
d.Tabulating (menyusun data), yaitu kegiatan menyusun
data dalam tabel distribusi frekuensi.Tabulasi adalah kegiatan
untuk meringkas data yang masuk atau data mentah ke dalam
tabel-tabel yang telah dipersiapkan.19
4.1.2 Analisis data
a.Analisis univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.
Analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase
dari tiap variabel. Dalam penelitian analisis untivariat terdiri
dari pola asuh,asih, asah ibu dan status gizi balita.
b.Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan pada dua variabel yang
diduga berhubungan. Analisis bivariat dilakukan setelah ada
perhitungan analisis univariat.Pada penelitian ini dilakukan
analisis untuk mengetahui hubungan pola asuh,asih,dan
asah ibu dengan status gizi balita. Pada penelitian ini
menggunakan uji statistik sebagai berikut:
1.Chi-square
Data yang diperoleh akan diuji dengan Chi-square,

32
apabila memenuhi syarat uji Chi-square yaitu tidak ada nilai
expected yang kurang dari 5. Jika syarat uji Chi-square tidak
terpenuhi, maka dapat dipakai uji alternatifnya yaitu uji
Fisher’s Exact Test. Kedua variabel yang diuji dikatakan
memiliki hubungan yang signifikan apabila dengan tingkat
kepercayaan 95%, didapatkan nilai p-value kurang dari 0,05.
Rumus perhitungan Chi-square :

Keterangan:
𝑥2= Chi Kuadrat
ƒ0= Frekuensi yang diobservasi
ƒ𝑛= Frekuensi yang diharapkan

2.Odds Ratio (OR)


2.Odds Ratio
Odds Ratio digunakan sebagai indikator adanya hubungan
sebab akibat antara faktor risiko dan efek. Interpretasi OR
lebih dari 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti memang
merupakan faktor risiko, bila OR=1 atau mencakup angka 1
berarti bukan merupakan faktor, dan bila kurang dari 1 berarti
merupakan faktor protekif.

33
4.2 Alur Penelitian

Mengidentifikasi Memilih masalah Merumuskan masalah


masalah

Menentukan sumber Menentukan Merumuskan


data variabel hipotesis

Menyususn Pengambilan surat


Mengumpulkan
izin meneliti di
instrumen data
Puskesmas Siwa

Hasil Menarik Analisis


penelitian kesimpulan data

4.3 Etika Penelitian

Beberapa hal yang terkait dengan etika penelitian adalah :


1.Menyertakan surat izin penelitian kepada pihak Fakultas Kedokteran Universitas
Muslim Indonesia.
2.Menyertakan surat izin dari Fakultas Kedokteran dan pembimbing kepada
puskesmas yang akan digunakan untuk meneliti.
3.Meminta persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian. Dengan tujuan
agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian serta dampaknya. Jika
responden menolak, maka peneliti tidak akan memaksa dan menghargai hak asasi
responden.

34
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEDN PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Untuk penelitian yang berjudul :


HUBUNGAN POLA ASUH,ASIH DAN ASAH IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA
USIA 2-5 TAHUN DI PUSKESMAS SIWA KECAMATAN PITUMPANUA
KABUPATEN WAJO BULAN OKTOBER TAHUN 2021
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama/Inisial :
Umur :
Pendidikan :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
No Telp :
Setelah memperoleh penjelasan tentang maksud,tujuan dan manfaat
penelitian,dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden/subjek
penelitian yang dilaksanakan oleh Andi Irma Yuniar dari Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Umum Universitas Muslim Indonesia.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa ada
paksaan dari pihak apapun.

Siwa,……….. 2021
Saksi Orang Tua Responden

(……………………….) (……………………….)
KUESIONER
HUBUNGAN POLA ASUH,ASIH DAN ASAH IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA
USIA 2-5 TAHUN DI PUSKESMAS SIWA KECAMATAN PITUMPANUA
KABUPATEN WAJO BULAN OKTOBER TAHUN 2021
Nama Pewawancara :

Tanggal Pengumpulan Data :

Alamat :

A.Identitas Responden(Ibu)

1.Nama :

2.Umur :

3.Pendidikan Tidak Sekolah

Tamat SD

Tamat SMP

Tamat SMA

Tamat Perguruan Tinggi

4.Pekerjaan Ibu :

B.Identitas Balita

1.Nama Balita :

2.Tanggal lahir :

3.Jenis Kelamin : (1) Laki-laki

(2)Perempuan
4.Umur :

5.Berat badan :

6.Tinggi badan anak :

1.Pola Asuh Orang Tua

Beri tanda centang (√) pada jawaban yang dipilih.

Keterangan : TP : Tidak pernah . KK : Kadang-kadang , S : Selalu

NO Pertanyaan TP K S
1 Ibu memberikan makan pada balita dilakukan secara
teratur.
2 Ibu memberikan makanan yang mengandung gizi
seimbang pada balita.
3 Ibu merawat kebersihan anak seperti memandikan
anak dan mengganti pakaian yang bersih pada balita
4. Ibu memberikan perawatan kesehatan dini dengan
rutin membawa anak ke Posyandu.
5. Ibu membawa anak ke tempat pelayanan kesehatan
untuk imunisasi
6. Ibu memberikan kasih sayang pada balita dengan
mengajak bermain bersama
7. ibu memberikan penghargaan berupa pujian pada
balita bila balita melakukan sesuatu perbuatan yang
baik
8. Ibu memberikan sentuhan pada balita dengan lembut
untuk menjalin komunikasi
9 Ibu melatih anak untuk mengucapkan salam dan
berjabat tangan?
10 Ibu mengajari bersikap baik pada anak diwaktu anak
sedang bermain bersama teman
11 Ibu melatih anak ibu menggosok gigi sendiri
12 Ibu melatih dan mengawasi anak balita untuk makan
sendiri
13 Ibu melatih balita untuk mencuci tangan sebelum
makan
14 Ibu membiasakan anak untuk menghabiskan makanan
saat makan
15 Ibu sering membiasakan anak untuk tidur siang
DAFTAR PUSTAKA

1.World Health Organization (WHO) 2017, Global Health Observatory (GHO)


data, diakses 29 April 2021 https://www.who.int/gho/child-malnutrition/en/
2.Dasar LNRK. Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf [Internet]. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2018. p. 198. Available from:
http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/
Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf
3.Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan. Laporan
Provinsi Sulawesi Selatan Riskesdas 2018 [Internet]. Vol. 110, Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. 2019. 1689–1699 p.
Availablefrom:http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/lpb/article/
view/3658
4.Anik Maryunani.Ilmu Kesehatan Anak. ;CV.Trans Info Media:Jakarta;2010
5.Soetjiningsih. Kebutuhan Dasar Anak Untuk Tumbuh Kembang. 2nd ed.
EGC. Jakarta; 2014.
6.Rahmi H.G I. Telaah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita
Di Kota Padang Berdasarkan Berat Badan Per Tinggi Badan Menggunakan
Metode Cart. EKSAKTA Berk Ilm Bid MIPA. 2017;18(02):86–99.
7.Kia A.Dan,Erni Murniati.Pengaruh Pola Asuh Orangtua dalam Peningkatan
PrestasiBelajarAnak.Jakarta:JurnalDinamika.Pendidikan.2020.Vol.13,NO.3.N
ovember,pp.264-278
8. Raharni R, Isakh BM, Diana I, Mollalo A, Vahedi B, Rivera KM, et al.
ProfilKesehatan Kota Surabaya. Bul Penelit Sist Kesehat.
2015;14(4):138884.
9. RI, Menkes. Kepmenkes 2009 SKN.pdf. 2009.
10.Prahesti A. Hubungan Pola Asuh Gizi dengan Gangguan
Pertumbuhanand infaancy: Implications for Health", Health Transition. Faculty
of Public Health > Department of Public Health. 2011.
11. Prawirohardjo S. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Edisi 2 [Internet]. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta; 2014
12. Widyawati MKM. Merangkai Masa Emas Kedua.Edisi 100. MEDIAKOM.
Yogyakarta:2018;s
13. Supariasa, I Dewa Nyoman. Penilaian Status Gizi [Internet].
Buku.Kedokteran EGC. Jakarta; 2012
14. Marimbi H. Tumbuh kembang, status gizi dan imunisasi dasar pada balita
[Internet].. Yogyakarta: Nuha Medika,; 2010.
15.Kementerian Kesehatan RI. Modul Pelatihan Pertumbuhan Anak.
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:2011
16.Kementerian Kesehatan Republk Indonesia.Penilaian Status Gizi. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta:2017
17.Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta:2010
18. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Data dan Informasi
Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2016
19.Arikunto, Suarsimi. Prosedur Penelitian. Cetakan keduabelas.Rineka
Cipta:Yogyakarta;2010

Anda mungkin juga menyukai