Anda di halaman 1dari 7

DAMPAK KESEHATAN FISIK DALAM PERNIKAHAN DINI

Disusun Oleh :

1.Deo Pratama_N21020008
2. Feni Puspita Sari_N21020026
3. Syarifatul Lutfiah_N2102003
4. Anggraini Wulandari_N21020023
5. Della Anastasya _N2102002
6. Mohamad Rain Kurnia_N21020022

UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN AJARAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang masih


memberikan kami kesehatan, kesempatan dan keselamatan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat
pada waktunya.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam makalah kami, oleh karena itu saran dan
kritik yang bersifat membangun tetap kami harapkan dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah berikutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat Amin.
A. Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan Fisik

Pernikahan dini tampaknya masih marak terjadi, termasuk di


Indonesia. Biasanya yang menjadi penyebab terjadinya pernikahan
dini adalah faktor budaya dan sosioekonomi. Beberapa pihak
orangtua masih memiliki anggapan bahwa anak dapat menjadi
“penyelamat” keuangan keluarga saat menikah. Ada juga yang
menganggap anak yang belum menikah jadi beban ekonomi keluarga.

Sebenarnya pihak mempelai perempuan yang masih berusia remaja


adalah pihak yang paling dirugikan dalam pernikahan dini. Karena
peristiwa ini akan mengorbankan perkembangan fisik dan mental
wanita. Hamil di usia muda dan berhenti sekolah akan membatasi
kesempatan wanita dalam berkarir. Selain itu, pernikahan dini dapat
meningkatkan risiko kekerasan dalam rumah tangga.

B. Dampak Kesehatan Fisik karena Pernikahan Dini

Kehamilan di usia remaja berpotensi meningkatkan risiko kesehatan


pada wanita dan bayi. Ini karena sebenarnya tubuh belum siap untuk
hamil dan melahirkan. Wanita yang masih muda masih mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Jika ia hamil, maka pertumbuhan
dan perkembangan tubuhnya akan terganggu. Biasanya kondisi yang
muncul akibat hamil di usia muda yaitu:

Tekanan Darah Tinggi. Hamil di usia remaja berisiko tinggi terhadap


tingginya tekanan darah. Seseorang mungkin dapat mengalami
preeklampsia yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, adanya
protein dalam urine, dan tanda kerusakan organ lainnya.
Anemia. Anemia disebabkan karena kurangnya zat besi yang
dikonsumsi oleh ibu hamil. Anemia saat hamil dapat meningkatkan
risiko bayi lahir prematur dan kesulitan saat melahirkan.
Bayi Lahir Prematur dan BBLR. Bayi prematur biasanya memiliki
berat badan lahir rendah (BBLR) karena sebenarnya ia belum siap
untuk dilahirkan. Bayi lahir prematur berisiko mengalami gangguan
pernapasan, pencernaan, penglihatan, kognitif, dan masalah lainnya.
Ibu Meninggal Saat Melahirkan. Perempuan di bawah usia 18 tahun
yang hamil dan melahirkan berisiko mengalami kematian saat
persalinan. Ini karena tubuhnya belum matang dan siap secara fisik
saat melahirkan.
Baca juga: Usia yang Tepat untuk Menikah dan Penjelasannya

C. Dampak Kesehatan Mental pada Pernikahan Dini

Pernikahan usia dini biasanya sering menyebabkan kesehatan mental


wanita terganggu. Ancaman yang sering terjadi adalah wanita muda
rentan menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan
mereka belum tahu bagaimana cara terbebas dari situasi tersebut.
Belum adanya kesiapan mental pasangan yang menikah dalam
menjalani bahtera rumah tangga menyebabkan kekerasan dalam
rumah tangga sering terjadi. Selain istri, anak dalam pernikahan dini
juga berisiko menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga.
Faktanya, anak-anak yang menjadi saksi mata dalam kasus kekerasan
di rumahnya akan tumbuh dengan berbagai kesulitan, seperti
kesulitan belajar dan terbatasnya keterampilan sosial. Di sisi lain,
anak ini kerap menunjukkan perilaku nakal, berisiko depresi atau
gangguan kecemasan berat.

D. Dampak Kesehatan Reproduksi pada Pernikahan Dini

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak


menuju dewasa dengan berbagai perubahan baik secara fisik, emosi,
sosial, dan nilai-nilai moral. Oleh karena itu, masa remaja relatif
bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya. Pada
tahap remaja tengah menjadi sangat penting, dikarenakan pada masa
ini remaja berada pada tahap masa pencarian identitas diri
membutuhkan peran teman sebaya, menghadapi kondisi kebingungan
karena belum mampu menentukan aktivitas yang bermanfaat dan
memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap berbagai hal yang belum
diketahui (Marino, & Spada, 2020). Pubertas yang dahulu dinilai
sebagai sebuah acuan kedewasaan seseorang, ternyata kini sudah
tidak valid lagi, hal ini disebakan usia remaja mengalami pubertas
terjadi pada akhir belasan yaitu 15-18 tahun kini berubaha menjadi
awal belasan adapun anak yang mengalami pubertas sebelum usia 11
tahun.
Kesehatan reproduksi menjadi perhatian khusus secara di seluruh
dunia sejak diangkatnya isu tersebut dalam Konferensi Internasional
mengenai Kependudukan dan Pembanginan (International
Conference on Populationand Development, ICPD), di Kairo Mesir
pada tahun 1994. Demikian pula dengan konvensi tentang
perempuan, juga belum memberi penekanan pada Hak Asasi Manusia
atau isu yang mempedulikan reproduksi dan seksualitas (Okara,
2005). Dalam hal ini telah disepakati pentingnya perubahan
pandangan dalam pengelolaan masalah kependudukan dan
pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan
fertilitas menjadi pendektana yang memiliki fokus mengenai
kesehatan reproduksi. Pandangan baru ini memiliki pengaruh yang
besar terhadap hak dan peran perempuan sebagai subyek dalam
Keluarga Berencana. Perubahan pendekatan juga terjadi dalam
penanganan kesehatan ibu dan anak, kesehatan reproduksi remaja,
pencegahan dan penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS)
termasuk HIV/AIDS, serta kesehatan reproduksi usia lanjut, yang
dibahas dalam konteks kesehatan dan hak reproduksi. Dengan
paradigma baru ini diharapkan kestabilan pertumbuhan penduduk
akan dapat dicapai dengan lebih baik.

E. Mencegah Bahaya Pernikahan Dini

Bagaimana cara cegah bahaya pernikahan dini?


Untuk mencegah bahaya kesehatan akibat pernikahan dini,
pendidikan bisa menjadi salah satu hal yang berperan penting.
Pendidikan dapat memperluas wawasan anak dan remaja serta
membantu meyakinkan mereka bahwa menikah haruslah dilakukan di
saat dan usia yang tepat. Menikah bukanlah sebuah paksaan dan juga
bukan sebuah jalan untuk terbebas dari kemiskinan.
Pendidikan juga semata-mata bukan hanya untuk pintar dalam mata
pelajaran saja. Pendidikan dapat menambah wawasan anak untuk bisa
terampil dalam hidup, mengembangkan karier, dan cita-cita. Hal yang
paling penting, pendidikan dapat memberi informasi mengenai tubuh
dan sistem reproduksi diri sendiri ketika nanti akan menikah.
Sebagai upaya pencegahan bahaya kesehatan yang diakibatkan
pernikahan dini, maka sangat penting dilakukannya pendidikan.
Dengan pendidikan, maka wawasan anak dan remaja dapat membantu
meyakinkan mereka bahwa menikah seharusnya dilakukan pada usia
yang tepat. Selain itu, anak perlu mengetahui bahwa menikah bukan
sebuah paksaan dan bukan jalan keluar untuk keluar dari kemiskinan.
Maka, pendidikan tidak hanya ditekankan agar anak pintar dalam
menguasai mata pelajaran saja. Perlu adanya tambahan wawasan agar
anak bisa terampil dalam hidup, mengembangkan karir, dan cita-cita.
Selain itu, pendidikan juga dapat memberi informasi mengenai
kesehatan tubuh dan sistem reproduksi remaja saat ia nanti menikah.

Kesimpulan

Pernikahan usia dini masih menjadi sebuah isu yang memiliki pusat
perhatian tersendiri di masing-masing negara, terutama Indonesia di
daerah-daerah terpecil. Hal ini dikarenakan beragai faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya sebuah pernikahan dini. Perihal itu
disebabkan adat istiadat serta keyakinan yang sudah turun temurun
di lingkungan setempat dan hal tersebut berbaur pada remaja. Tidak
hanya itu pula pernikahan usia dini bisa disebabkan karena minimnya
bimbingan dalam hal kesehatan reproduksi serta seluruh akibat lain
kala melaksanakan pernikahan di usia dini.
DAFTAR PUSTAKA

Astuty, S. Y. (n. d. . (n.d.). FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERKAWINAN


USIA MUDA. 2–3.
Badan Pusat Statistik. (2020). Pencegahan Perkawinan Anak ; Percepatan yang Tidak
Bisa Ditunda. x–xii.
BKKBN. (2017). USIA PERNIKAHAN IDEAL
21-25TAHUN.Retrievedfrom https://www.bkkbn.go.id/detailpost/b kkbn-usia-
pernikahan-ideal-21-25 tahun
Bogdan, R., & Taylor, S. (1993). Kualitatif (Dasar-dasarPenelitian) (terjemahan).
Surabaya: Usaha Nasional.
F., J. (2012). Pernikahan Dini dan

Implikasinya terhadap Kehidupan Keluarga pada Masyarakat Madura (perspektif


hukum dan gender). Egalita, 7(1).
Fitriyani, D., Nugraha, G. I., Husin, F., Mose,
J. C., Sunjaya, D. K., & Sukandar, H. (n.d.). Kajian Kualitatif Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Pernikahan Remaja Perempuan. IJEMC, 41–43.
Hanum, Y., & Tukiman. (2015). Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan Alat
Reproduksi Wanita. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera, 13(26), 36–43.
Kartono, K. (1922). Psikologi Wanita Jilid 2: Mengenal Wanita sebagai Ibu dan Nenek.
Bandung: Mandar Maju.
Ma’mun, M. S. (2015). FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DI KABUPATEN
BANYUWANGI.

Anda mungkin juga menyukai