Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL

PENYEBAB PERNIKAHAN PADA USIA DINI

DIDESA GEGARANG KEC. JAGONG JEGET KAB.ACEH TENGAH

DI AJUKAN OLEH:

NAMA: RIKE ASRA RENGGALI

NIM: P007125218032

PRODI :DIV KEPERAWATAN GIGI

MK:SOSIOLOGI BUDAYA DASAR

DOSEN PEMBIMBING: ABU BAKAR A.JALIL M.Si

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI PRODI D IV

TAHUN 2019/2020
DAFTAR ISI
ABSTRAK

Pernikahan dini merupakan pernikahan pada usia muda. Pemerintah


menetapkan
usia ideal menikah 20 tahun untuk perempuan. Kenyataannya masih banyak
remaja putri
yang menikah pada usia di bawah 20 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi faktor penyebab pernikahan dini di Desa gegarang kec. Jagong
jeget kab. Aceh tengah.
Desain penelitian ini adalah deskriptif. Populasi adalah semua remaja putri yang
menikah pada usia dibawah 20 tahun di Desa gegarang kec. Jagong jeget kab.
Aceh tengah.
sebesar 21 orang. Sampel menggunakan teknik total sampling sebesar 21
responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, pengolahan melalui
editing,
scoring, coding, dan tabulating, dan analisa data secara deskriptif, disajikan
dalam tabel
distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan faktor penyebab pernikahan dini yaitu hampir
seluruhnya berpendidikan rendah (81%), hampir setengahnya memiliki status
ekonomi
bawah (48%), hampir seluruhnya dipengaruhi adat istiadat (90%), hampir
setengahnya
memiliki pengetahuan kurang(48%).
Simpulan penelitian faktor penyebab pernikahan dini adalah sebagian besar
disebabkan oleh adat istiadat, maka diharapkan petugas kesehatan dapat
berkolaborasi
dengan tokoh masyarakat untuk menghapus budaya pernikahan dini dan
perjodohan.
Kata Kunci : Pernikahan Dini
BAB 1
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Pernikahan dini merupakan institusi agung untuk mengikat dua insan lawan
jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah, 2008:56). Pola pikir
zaman primitif dengan zaman yang sudah berkembang jelas berbeda, hal ini
dibuktikan dengan sebuah paradoks perkawinan antara pilihan orang tua dengan
kemauan sendiri, pernikahan dini dipaksakan atau pernikahan dini karena
kecelakaan. Namun prinsip orang tua pada zaman genepo atau zaman primitif
sangat menghendaki jika anak perempuan sudah baligh maka tidak ada kata lain
kecuali untuk secepatnya menikah. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di
berbagai penjuru dunia dengan berbagai latar belakang. Telah menjadi perhatian
komunitas internasional mengingat risiko yang timbul akibat pernikahan yang
dipaksakan, hubungan seksual pada usia dini, kehamilan pada usia muda, dan
infeksi penyakit menular seksual. Kemiskinan bukanlah satu-satunya faktor
penting yang berperan dalam pernikahan usia dini. Hal lain yang perlu
diperhatikan yaitu risiko komplikasi yang terjadi di saat kehamilan dan saat
persalinan pada usia muda, sehingga berperan meningkatkan angka kematian
ibu dan bayi. Selain itu, pernikahan di usia dini juga dapat menyebabkan
gangguan perkembangan kepribadian dan menempatkan anak yang dilahirkan
berisiko terhadap kejadian kekerasan dan keterlantaran. Masalah pernikahan
usia dini ini merupakan kegagalan dalam perlindungan hak anak. Dengan
demikian diharapkan semua pihak
termasuk dokter anak, akan meningkatkan kepedulian dalam menghentikan
praktek pernikahan usia dini. (Sari Pediatri, 2009:136-41). Kondisi demikian,
dilatar belakangi oleh keberadaan zaman yang masih tertinggal, maka konsep
pemikirannyapun tidak begitu mengarah pada jenjang kehidupan masa depan
yang lebih baik. Tradisi pernikahan zaman nenek moyang lebih teracu dengan
prospek budaya nikah dini, yakni berkisar umur 15 tahun para wanita dan pria
berkisar umur 20 tahun atau kurang(Dlori, 2005:68).
Menurut WHO (Worrld Health Organization) batasan usia muda adalah 11-20
tahun, dimana tahun 1994 memberikan definisi tentang usia muda yang bersifat
lebih konseptual.
Akibat pernikahan dini, para remaja saat hamil dan melahirkan akan sangat
mudah menderita anemia. Dan ketidak siapan fisik juga terjadi pada remaja
yang melakuakn pernikahan dini akan tetapi juga terjadi pada anak yang
dilahirkan. Dampak buruk tersebut berupa bayi lahir dengan berat rendah, hal
ini akan menjadikan bayi tersebut tumbuh menjadi remaja yang tidak sehat
tentunya ini juga akan berpengaruh pada kecerdasan buatan si anak dari segi
mental (Manuaba, 2007:194). Badan Koordinsi Keluarga Berencan Nasional
(BKKBN) Pusat, menyarankan kaum muda untuk menghindari pernikahan di
usia dini guna menghindari kemungkinan terjadinya resiko kanker leher rahim (
kanker serviks) pada pasangan istri, serta berdsarkan pasal 6 ayat 2 UU No.1
Tahun 1974 menyatakan bahwa untuk melangsungkan suatu perkawinan
seseorang yang belum mencapai umur 20 tahun harus mendapat izin dari kedua
orang tua (Burhani, 2009:91).
Upaya pencegahan pernikahan anak dibawah umur dirasa akan semakin
maksimal bila anggota masyarakat turut serta berperan aktif dalam pencegahan
pernikahan anak dibawah umur yang ada disekitar mereka. Sinergi antara
pemerintah dan masyarakat merupakan jurus terampuh sementara ini untuk
mencegah terjadinya pernikahan anak bibawah umur sehingga kedepannya
diharapkan tidak ada lagi anak yang menjadi korban akibat pernikahan tersebut
dan anak-anak Indonesia bisa .
lebih optimis dalam menatap masa depannya kelak, (Alfiyah, 2010:67).
Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk meneliti “ Tentang
Pernikahan Usia Dini di desa gegarang kec. Jagong jeget kab. Aceh tengah. “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai


berikut : Bagaimanakah Persepsi Remaja Putri Tentang Pernikahan Usia Dini di
desa gegarang kec. Jagong jeget kab. Aceh tengah?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Persepsi Remaja Putri Tentang Pernikahan Usia Dini di desa
gegarang kec. Jagong jeget kab. Aceh tengah.

D. Manfaat

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai


berikut :
1. bagi masyarakat
Sebagai sumber informasi bagi tentang pernikahan usia dini.

2. bagi peneliti
Untuk untuk memberikan ilmu kepada masyakat serta sebagai masukan
pengetahuan tentang pernikahan usia dini.

3. manfaat bagi intansi kesehatan


Dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan pelayanan dalam bidang
kesehatan.

4. bagi akademik
Sebagai bahan kajian terhadap teori yang telah diperoleh mahasiswa selama
mengikuti kegiatan belajar mengajar di jurusan keperawatan gigi poltekkes
aceh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pernikahan Dini


Pernikahan dini adalah suatu pernikahan yang salah satu atau kedua pasangan berusia
di bawah usia minimal untuk melakukan pernikahan, yaitu 21 tahun bagi perempuan dan 25
tahun bagi laki-laki ( masih berusia remaja ).
B. Faktor yang mendorong Pernikahan Dini
Beberapa faktor yang mendorong terjadinya pernikahan dini yang sering dijumpai di
lingkungan masyarakat kita yaitu :
a. Ekonomi
Pernikahan dini terjadi karena kondisi perekonomian dalam keluarga yang tergolong
kurang atau dalam garis kemiskinan. Demi meringankan beban orang tua, anak
perempuannya dinikahkan dengan laki-laki yang dianggap mampu.
b. Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan ataupun pengetahuan orang tua, anak dan
masyarakat, mempengaruhi pola pikir mereka dalam memahami dan mengerti makna dan
tujuan dari dilangsungkannya pernikahan dan menyebabkan
adanya kecenderungan menikahkan anaknya yang masih dibawah umur.
c. Faktor orang tua
Orang tua khawatir terkena aib karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-
laki yang sangat lengket/dekat sehingga segera menikahkananaknya.
d. Media massa
Maraknya ekspose seputar seks di media massa menyebabkan remaja
modern semakin permisif atau terbuka terhadap seks.
e. Faktor sosial-budaya
Pernikahan dini terjadi karena orang tuanya takut anaknya dikatakan perawan tua
sehingga segera dikawinkan.
f. Pergaulan Bebas pada Remaja
Akibat pergaulan yang bebas dan gaya pacaran yang kebarat-baratan sering
menimbulkan kehamilan di luar nikah atau sering disebut dengan Kehamilan yang Tidak
Diinginkan (KTD). Keadaan seperti inilah yang mendorong orang tua untuk segera
menikahkan anaknya agar sah dimata hukum.
C. Dampak Pernikahan Dini
Pernikahan dini menimbulkan tak sedikit permasalahan, antara lain:
1. Dampak Biologis/ Fisik
Secara biologis alat reproduksinya belum matang (masih dalam proses
menuju kematangan) sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seks
dengan lawan jenisnya. Secara medis menikah di usia dini dapat mengubah sel normal (sel
yang biasa tumbuh pada anak-anak) menjadi sel ganas yang akhirnya dapat menyebabkan
infeksi kandungan dan kanker.
2. Dampak Psikologis
Secara psikologis berpengaruh pada kondisi mental yang masih labil serta belum
adanya kedewasaan dari si anak. Dikhawatirkan, keputusan yang diambil untuk menikah
adalah keputusan remaja yang jiwa dan kondisi psikologisnya belum stabil. Jadi,
keputusannya bukan orang dewasa, yang belum menyadari bahwa menikah adalah suatu
keputusan besar dimana akan menimbulkan hak dan kewajiban dalam perkawinan yang
dijalaninya.
3. Dampak Ekonomi
Pernikahan yang dilakukan di bawah umur sering kali belum mapan dalam memenuhi
kebutuhan tersebut. Sehingga ini pun dikhawatirkan akan menjadi pemicu timbulnya
kekerasan dalam rumah tangga, hak kesehatan reproduksi rendah maupun meningkatnya
tindak kejahatan.
4. Dampak Sosial (Subordinasi Keluarga)
Menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap
seks laki-laki saja. Kondisi ini hanya akan melestarikan budaya patriarki yang bias gender
yang akan melahirkan kekerasan terhadap perempuan.
Dampak yang lain adalah rawannya praktik aborsi, penyimpangan seksual
(pedofilia), putus sekolah dan baby boom (membludaknya angka kelahiran bayi).
D. Peran Penting PIK-Remaja dalam Menanggulangi Pernikahan
PIK-Remaja adalah Suatu wadah program GenRe yang dikelola dari, oleh dan
untuk remaja/ mahasiswa guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang
kesehatan reproduksi serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya.
Salah satu tujuan penting Pusat Informasi dan Konseling Remaja adalah
menanggulangi pernikahan dini dengan cara memperkenalkan kepada masyarakat luas
tentang program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP). Pendewasaan Usia Perkawinan
(PUP) adalah upaya untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga pada saat
perkawinan diharapkan mencapai usia minimal 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi
laki-laki. Semakin banyak yang mengetahui program PUP dan manfaatnya, maka angka
pernikahan dini dapat di tekan.
Melalui wadah ini remaja-remaja akan semakin terarah menjadi seorang GenRe
(Generasi beRencana). Mereka akan mandapat pengetahuan bagaimana merencanakan secara
baik jenjang pendidikan, berkarir dalam pekerjaan, dan kehidupan berkeluarga (kapan
menikah, kapan mempunyai anak, berapa jumlah anaknya, bagaimana mendidik anak).
E. Solusi Lain untuk Menanggulangi Pernikahan Dini
1. Perlunya pengawasan orang tua terhadap pergaulan anaknya, sehingga terhindar dari
pergaulan bebas.
2. Memperkenalkan ajaran agama sejak dini,sehingga akan menjauhkan anak dari hal-hal yang
kurang baik.
3. Memberlakukan seluruh akses internet di kalangan sekolah, warnet dan rumahan yang bebas
dari situs-situs porno.

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 11 januari 2019 didesa gegarang
kec.jagong jeget kab. Aceh tengah.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini seluruh masyarakat terutama reja di desa
gegarang kec.jagong jeget kab. Aceh tengah.

2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini di bagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
remaja dan masyarakat. Dengan besar sampel 30 orang remaja dan 50 orang
masyarakat.
C. Alat Pengumpulan Data
Data primer
a. Data identitas sampel, yang terdiri dari nama, umur, alamat,pendidikan,
pendapatan keluarga yang dikumpulkan dengan teknik wawancara langsung
pada responden dengan menggunakan kuesioner.

D. Alat Pengolahan Data


1. Editing
Editing yaitu melakukan pengecekan terhadap variabel karakteristik penelitian
sebelum dilakukan input data sehingga bila ada kesalahan atau kekurangan data
segera di klarifikasi.
2. Coding
Yaitu pemberian kode untuk memudahkan pengolahan data.
3. Tabulating
Tabulating yaitu mengelompokkan data sesuai dengan klarifikasi yang telah di
buat untuk tiap-tiap subvariabel yang di ukur dan selanjutnya di masukkan ke
dalam tabel distribusi frekuensi.
4. Cleaning
Cleaning yaitu mengevaluasi kembali data untuk menghindari kesalahan dalam
pengolahan data.

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN
Masyarakat diharapkan untuk lebih berperan aktif mengawasi dan mendidik para remaja
agar mereka tidak dengan mudah mengambil keputusan krusial yang dapat mempengaruhi
hidup dan masa depan mereka.
SARAN
a) Untuk perempuan yang menikah dini
Perempuan yang memutuskan untuk menikah di usia dini diharapkan untuk memikirkan
matang-matang keputusan mereka sebelum memutuskan untuk menikah karena untuk
membangun suatu pernikahan memerlukan persiapan yang tidak sedikit. Jika akhirnya tetap
memutuskan untuk menikah diharapkan telah melakukan persiapan yang benar-benar matang
sehingga kualitas hidup pernikahan akan menjadi semakin baik.

b) Untuk keluarga dan masyarakat


Diharapkan keluarga untuk lebih aktif mencari informasi dan mempelajari pengetahuan
terhadap metode mendidik remaja serta lebih berperan aktif untuk mendorong para remaja
melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat serta semakin meningkatkan kualitas individu
untuk menghasilkan remaja-remaja yang memiliki pemahaman mendalam tentang makna
kehidupan Masyarakat diharapkan untuk lebih berperan aktif mengawasi dan mendidik para
remaja
agar mereka tidak dengan mudah mengambil keputusan krusial yang dapat mempengaruhi
hidup dan masa depan mereka

DAFTAR PUSTAKA

Alfiyah. (2010). Sebab-sebab Pernikahan Dini. Jakarta, EGC


Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Provinsi DIY. (2011). Data Pilah Gender
dan
Anak Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. BPPM Provinsi DIY.
Bayisenge, J., (2010). Early marriage as a Barrier to Girl’s Education: A Developmental
Challenge in Africa. In C. Ikekeonwu, ed. 2010. Girl-Child Education in Africa. Nigeria:
Catholic Institute for Development, Justice& Peace (CIDJAP) Press.
Burhani, R. (2009). BKKBN : Nikah Usia Muda Penyebab Kanker Serviks,
(http://www.antaranews.com), (di akses pada tanggal 20 Desember 2014).
Bungin, B. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan
Metodologis
Have Made It Work. Virginia: Polytechnic Institute and State University.
Chaplin, J. P. (1989). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta. Rajawali Press.
Corsini, R. J. (2002). The Dictionary of Psychology. Brunner-Routledge: USA.
Cristensen, H.T. (1987). Marriage Analysis: Foundation for Succesful Family Life. New
York:
Ronald Press Company
Dariyo, A. (2003). Psikologi Dewasa Muda, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.
De Genova, M. K. & Rice F. P. (2005). Intimate Relationship, Marriages & Families. New
York: McGraw-Hill.
Dempsey, P. A.& Dempsey, A. D. (2002). Riset Keperawatan : Buku Ajar dan Latihan (Alih
Bahasa : Palupi Widyastuti). Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai