Anda di halaman 1dari 13

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DEWASA DAN LANSIA

“PENYESUAIAN PERNIKAHAN TIAP FASE DEWASA”

Dosen Pengampu:
Novita Maulidya Jalal, S.Psi., M.Psi., Psikolog.
Wilda Ansar, S.Psi., M. A.

DISUSUN OLEH:
Kelompok 8
Kelas H

Muhammad Rafly Nugroho (220701502049)


Nasywa Nur Fitrah (220701500046)
Natasya Azhara Mir Zavira (220701501099)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat-Nya yang telah memungkinkan kami menyelesaikan makalah “Perkembangan
Pernikahan Tiap Fase Dewasa”. Kami juga ingin mengungkapkan penghargaan kami kepada
semua yang telah memberikan masukan yang berharga dalam proses penyusunan makalah
ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Psikologi Perkembangan Dewasa dan Lansia". Disamping itu, makalah ini diharapkan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca. Tidak lupa kami haturkan terimakasih
kepada teman-teman kelompok delapan yang telah berkontribusi aktif selama diskusi
kelompok berlangsung
Kami berharap bahwa pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari
dokumen ini, sehingga kami dapat terus meningkatkan struktur dan kontennya di masa depan
untuk membuatnya lebih baik.
Kami sadar bahwa kami memiliki keterbatasan dalam keahlian dan pengalaman kami,
sehingga kami yakin masih ada banyak masalah dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk membantu kami memperbaiki
makalah ini.

Makassar, 17 Oktober 2023

Kelompok Delapan
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..……………………………………………..………………...…..3
A. Latar Belakang...……………………………………………………………………...3
B. Rumusan Masalah………………………………..…………………………………...3
C. Tujuan ……………………………………..………………………………………….3
BAB II PEMBAHASAN………………………….………………………...…………..……4
A. Definisi Pernikahan………………………………………………………..….….…...4
B. Definisi Penyesuaian Pernikahan…………………….………………….…………..4
C. Penyesuaian Pernikahan Masa Dewasa Awal……….………………….…………..4
D. Penyesuaian Pernikahan Masa Dewasa Madya …………….………………….…..6
E. Penyesuaian Pernikahan Masa Dewasa Akhir……….…………………...….……..8
BAB III PENUTUP………………….……………..…………………………………….…11
A. KESIMPULAN………………….…………………………………………………...11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan ikatan emosional dan rohani antara dua
individu yang berasal dari berbagai latar belakang keluarga, sifat, kebiasaan,
dan budaya yang berbeda. Pernikahan memerlukan penyesuaian yang
berkelanjutan. Dalam setiap pernikahan, selain rasa cinta, juga sangat penting
adanya pemahaman yang mendalam satu sama lain dan kesediaan untuk
menerima pasangan dengan semua perbedaan latar belakang yang menjadi
bagian dari identitas mereka. Ini mengimplikasikan bahwa mereka harus
bersedia untuk memahami dan merangkul lingkungan sosial dan budaya
pasangan mereka, memerlukan keterbukaan dan toleransi yang tinggi, serta
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan harmonis. Selain itu, pernikahan
bukan hanya mencakup dua individu, tetapi juga melibatkan seluruh keluarga
besar. Seperti yang dijelaskan oleh Wismanto dalam Anjani (2006), proses
pengenalan antar pasangan berlangsung sepanjang kehidupan, dan dalam
pernikahan terdapat proses perkembangan yang didasarkan pada konsep
LOVE, yang mencakup Mendengarkan (Listen), Mengamati (Observe),
Menghargai (Value), dan Empati (Emphaty).
Menurut Papalia (2011), dalam mayoritas masyarakat, pernikahan
dianggap sebagai cara terbaik untuk mengatur tata kelola dalam membesarkan
anak. Pernikahan memungkinkan pembagian tanggung jawab dalam hal
konsumsi dan pekerjaan. Secara ideal, pernikahan memberikan keintiman,
komitmen, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan kebutuhan seksual,
dukungan emosional, serta kesempatan untuk pertumbuhan emosional dan
pembentukan identitas baru. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
dijelaskan bagaimana penyesuaian dalam pernikahan terjadi pada berbagai
fase dewasa, termasuk dewasa awal, dewasa tengah, dan dewasa akhir (lansia).

B. Rumusan Masalah
Melalui penjelasan latar belakang, kita dapat menyimpulkan bahwa
masalah yang dapat diidentifikasi adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan pernikahan?
2. Apa yang dimaksud penyesuaian pernikahan?
3. Bagaimana penyesuaian pernikahan di fase dewasa awal, dewasa
madya dan dewasa akhir?
C. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah seperti berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pernikahan
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyesuain pernikahan
4. Untuk memahami penyesuaian pernikahan di fase dewasa awal,
dewasa madya dan dewasa akhir.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pernikahan
Pernikahan adalah bentuk hubungan yang secara umum diterima dalam
masyarakat, melibatkan pria dewasa dan wanita dewasa yang berkomitmen
satu sama lain dan saling berbagi keintiman, pendapatan, pengambilan
keputusan, tanggung jawab, serta nilai-nilai (Olson & Defrain, 2000).
Pernikahan ini sering kali melahirkan sebuah keluarga, yang dianggap sebagai
tahap awal dalam perjalanan hidup manusia. Keluarga, sebagai unit terkecil
dalam sistem sosial secara umum, memiliki ciri-ciri seperti tinggal bersama,
berpartisipasi dalam kerjasama ekonomi, dan melibatkan proses produksi
(Murdock, 1965)
Tidak hanya itu, keluarga dan anggotanya juga memiliki tanggung
jawab tertentu yang perlu diselesaikan pada waktu yang telah diatur baik oleh
diri mereka sendiri maupun oleh norma masyarakat yang lebih luas (Duvall &
Miller, 1985). Ketika individu menikah, peran mereka dalam hubungan
berubah, dengan perlahan-lahan bertransformasi menjadi suami dan istri.
Ketika pasangan tersebut memiliki anak, peran mereka kemudian berkembang
menjadi ayah dan ibu.

B. Definisi Penyusaian Pernikahan


Menurut Hurlock (2002), penyesuaian dalam pernikahan adalah proses
adaptasi di antara suami dan istri yang bertujuan untuk mencegah konflik dan
menyelesaikan konflik dengan efektif melalui penyesuaian diri. Penyesuaian
ini mencakup berbagai aspek, termasuk penyesuaian dengan pasangan,
penyesuaian dalam aspek seksual, penyesuaian dalam hal keuangan, dan
penyesuaian dengan anggota keluarga pasangan.
Menurut Lasswel & Lasswel yang dikutip oleh Desmita (2009),
penyesuaian dalam pernikahan adalah proses di mana pasangan suami dan istri
memodifikasi, beradaptasi, dan mengubah pola perilaku dan interaksi mereka
sebagai individu dan sebagai pasangan untuk mencapai tingkat kepuasan
maksimal dalam hubungan mereka. Keberhasilan penyesuaian dalam
pernikahan dapat dilihat melalui tingkat kepuasan maksimum yang dirasakan
oleh kedua individu dalam hubungan mereka.

C. Penyesuaian Pernikahan Fase Dewasa Awal


Perubahan dalam pernikahan dewasa awal menurut teori
perkembangan Erik Erikson:
1. Mencari Intimasi
Erikson menyoroti bahwa di masa dewasa awal, individu cenderung
mencari hubungan yang lebih mendalam dan intim. Mereka aktif mencoba
untuk membentuk ikatan emosional yang kuat dengan pasangan mereka,
dengan tujuan untuk membagikan perasaan, impian, dan ketakutan mereka,
menciptakan keterikatan yang dalam, dan merasakan rasa cinta dan
keterikatan yang mendalam.
2. Komitmen dalam Pernikahan
Salah satu perubahan yang paling signifikan adalah menerima
komitmen dalam pernikahan. Pasangan harus mengatasi pertanyaan penting
tentang sejauh mana mereka siap untuk berkomitmen satu sama lain dalam
ikatan pernikahan. Ini melibatkan komitmen terhadap pasangan sebagai
mitra hidup dan kekasih, serta kesediaan untuk merencanakan masa depan
bersama, termasuk pembentukan keluarga.
3. Pertimbangan Identitas
Di masa dewasa awal, individu juga mencari makna dan identitas
dalam hubungan pernikahan. Mereka merenungkan peran mereka sebagai
pasangan dalam pernikahan, mempertimbangkan sejauh mana hubungan
tersebut mencerminkan nilai-nilai dan aspirasi mereka, serta
mengembangkan pemahaman lebih dalam tentang diri mereka melalui
interaksi dengan pasangan.
4. Penyelesaian Konflik
Konflik adalah bagian yang alami dalam kehidupan pernikahan.
Pada tahap ini, individu memperoleh keterampilan untuk berkomunikasi
efektif dengan pasangan dan menyelesaikan perbedaan. Mereka belajar
bagaimana mengelola perbedaan pandangan, memahami perspektif
pasangan, dan mencari solusi yang memuaskan. Kemampuan untuk
berkomunikasi secara baik dan menyelesaikan konflik adalah elemen
penting dalam memelihara hubungan yang sehat.
5. Pengembangan Kedewasaan Emosional
Pengembangan kedewasaan emosional menjadi fokus di masa
dewasa awal. Ini termasuk pemahaman yang lebih baik tentang diri sendiri
dan emosi pasangan. Pasangan belajar untuk merespons emosi dengan
bijaksana, memberikan dukungan dalam situasi yang menantang, dan
memperkuat keterampilan dalam menghadapi tekanan dan stres dalam
kehidupan sehari-hari.

Penyesuaian dalam perkawinan awal adalah suatu proses yang


melibatkan berbagai faktor yang dapat memengaruhi perkembangan dan
kesuksesan hubungan pernikahan pasangan yang baru menikah. Berikut
adalah faktor-faktor yang terlibat dalam penyesuaian perkawinan pada masa
awal:
1. Adaptasi terhadap perbedaan
Ketika pasangan baru menikah, seringkali mereka datang dari latar
belakang yang berbeda dalam hal kebiasaan, nilai-nilai, dan ekspektasi.
Proses adaptasi ini melibatkan usaha untuk memahami dan menerima
perbedaan-perbedaan ini. Ini melibatkan komunikasi yang efektif,
pengembangan pemahaman, dan kemauan untuk menerima kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Kemampuan untuk mencapai kesepakatan dan
beradaptasi dengan perbedaan menjadi kunci penting dalam membangun
hubungan yang kuat.
2. Kematangan Emosional
Kematangan emosional merupakan faktor krusial dalam penyesuaian
perkawinan. Individu yang memiliki kematangan emosional mampu
mengendalikan perasaan dengan baik, menerima diri mereka sendiri dan
pasangan, serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif.
Kematangan emosional yang tinggi memungkinkan pasangan mengatasi
konflik dengan baik, menghindari ledakan emosi yang merugikan, dan
mencapai harmoni dalam hubungan mereka.
3. Transisi Peran
Penyesuaian dalam perkawinan juga melibatkan perubahan peran.
Ketika pasangan menikah, mereka harus memahami dan berbagi tugas serta
tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. Ini mencakup peran sebagai
suami, istri, dan dalam beberapa kasus, peran sebagai orang tua jika mereka
memiliki anak. Proses ini bisa menimbulkan konflik dan perasaan
ketidakseimbangan. Penting untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur
mengenai harapan dan kebutuhan masing-masing pasangan. Kemauan
untuk beradaptasi dengan peran yang baru dan bekerja sama dalam
pemenuhan tugas-tugas rumah tangga juga sangat penting.
4. Hubungan dengan Keluarga dan Kerabat
Penyesuaian perkawinan juga bisa dipengaruhi oleh hubungan dengan
keluarga dan kerabat. Pasangan baru mungkin menghadapi kesulitan dalam
berhubungan dengan keluarga mertua atau anggota keluarga lainnya.
Penting bagi pasangan untuk menjaga keseimbangan antara hubungan
dengan keluarga asal dan keluarga baru yang mereka bangun bersama.
Komunikasi yang efektif dan kemauan untuk menciptakan hubungan yang
sehat dan harmonis dengan keluarga masing-masing dapat membantu
mengatasi potensi konflik.
Dalam upaya mencapai penyesuaian perkawinan yang sukses pada
masa awal, komunikasi yang baik, kemauan untuk berunding, pengembangan
pemahaman, dan kematangan emosional adalah elemen kunci. Pasangan yang
mampu mengatasi tantangan ini bersama-sama memiliki peluang yang lebih
baik untuk membangun hubungan perkawinan yang sehat dan bahagia.

D. Penyesuaian Pernikahan Fase Dewasa Madya


Penyesuaian pernikahan pada dewasa madya merupakan proses adaptasi
pasangan yang baru menikah di usia dewasa madya terhadap peran dan
tanggung jawab baru dalam masa kehidupan pernikahan. Kepuasan
pernikahan, dalam beberapa besar studi mengikuti kurva berbentuk U,
maksudnya adalah setelah bertahun-tahun pertama perkawinan, kepuasan
tampak menurun dan kemudian pada titik tertentu di usia paruh baya, kembali
meningkat sampai bagian pertama masa dewasa akhir.
Penyesuaian terhadap perubahan pola keluarga
Kehidupan berkeluarga yang dijalani akan banyak mengalami perubahan
selama perubahan usia madya. Penyesuaian terhadap perubahan keluarga
dalam usia madya seringkali dipersulit oleh beberapa faktor yang berhubungan
baik secara langsung maupun tidak dengan kehidupan keluarga, misalnya:
a) Perubahan fisik
Gangguan yang sifatnya mental dan fisik yang datang bersama
dengan masa menopause bagi wanita dan klimaterik bagi pria sering
memperberat proses penyesuaian terhadap masalah lain dalam usia
dewasa madya, dan sebaliknya memperbesar gangguan terhadap
kesehatan mental dan fisiknya.
b) Hilangnya peran sebagai orang tua
Hilangnya peran sebagai orang tua merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi penyesuaian pada fase dewasa madya
dikarenakan pada fase ini anak-anak telah tumbuh dewasa dan menjadi
mandiri sehingga peran orang tua dalam memberi perawatan dan
pengawasan yang intens berkurang.
c) Kurangnya persiapan
Kurangnya persiapan pada fase dewasa madya mengacu pada
ketidaksiapan seseorang dalam menghadapi berbagai perubahan-
perubahan dan tantangan yang terjadi selama periode ini.
d) Perasaan kegagalan
Pada fase dewasa madya orang-orang yang menganggap
perkawinan mereka tidak mencapai ataupun menghasilkan sesuatu
yang seperti mereka harapkan, sehingga mengakibatkan orang-orang
pada fase ini sering menyalahkan dirinya sendiri dan merasa bahwa
mereka gagal.
Kyeremeh (2014) dalam (Pratiwi & Sawitir, 2015) Sebuah penelitian
mengatakan bahwa individu pada usia dewasa awal mengalami ketidakpuasan
pernikahannya yang lebih tinggi daripada inidividu pada fase dewasa madya.
Hal ini dikarenakan individu di usia dewasa madya lebih matang dalam hal
psikologis sehingga lebih mudah memahami pasangan dan permasalahan
dalam melakukan penyesuaian. (Hurlock, 1980) menjelaskan orang dewasa
adalah individu yang telah menyelesaikan tahapan pertumbuhan sebelumnya
dan siap untuk menerima kedudukan dalam masyarakat bersama orang dewasa
lainnya.
Penyesuaian pernikahan pada fase dewasa madya merupakan proses yang
dapat dikatakan kompleks dan juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
misalnya yaitu:
a) Stress dan tekanan
Pada fase dewasa pertengahan ini seseorang sering kali dihadapkan
dengan stress dan tekanan, contohnya stress dan tekanan pekerjaan yang
meningkat hal ini dapat berdampak negatif pada hubungan pernikahan.
b) Kesehatan dan perubahan fisik
Perubahan fisik dalam kesehatan yang terkait dengan penuaan dapat
mempengaruhi perasaan individu terhadap diri mereka sendiri dan
pernikahan mereka.
c) Perbedaan pengharapan
Pasangan yang telah lama bersama mungkin akan mengalami
perbedaan dalam pengharapan antara satu sama lain dalam hubungan.
Dalam fase dewasa madya ini, mungkin ada perasaaan bahwa pasangan
tidak lagi memenuhi ekspektasi yang mungkin telah berubah seiring
bertambahnya usia dan pengalaman.

E. Penyesuaian Pernikahan Fase Dewasa Akhir


Beberapa perubahan dalam keluarga usia lanjut di antara pasangan
menurut Berk sebagai berikut:
1. Pernikahan di masa akhir hidup cenderung memiliki tingkat stres yang
lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh penurunan tekanan yang berasal
dari tanggung jawab seperti mengasuh anak dan perluasan tuntutan
untuk seimbang antara pekerjaan dan keluarga.
2. Terdapat peningkatan dalam persepsi tentang kejujuran dalam
hubungan, misalnya, partisipasi laki-laki dalam tugas rumah tangga
setelah pensiun. Namun, bagi laki-laki yang dibesarkan dalam
lingkungan keluarga tradisional, pembagian tugas rumah tangga masih
mengikuti pola tradisional, dengan laki-laki mengambil tanggung
jawab yang biasanya tidak dilakukan oleh perempuan, sementara
perempuan tetap bertanggung jawab untuk memasak, mencuci,
membersihkan rumah, dan berbelanja seperti yang biasa ia lakukan
sejak dulu.
3. Pengertian emosional yang lebih baik dan penekanan pada pengelolaan
emosi membawa kepada interaksi positif di antara pasangan usia
lanjut. Mereka lebih sabar dan responsif dalam menanggapi keluhan
pasangan, sehingga tidak terjadi luka emosional di antara keduanya.
Penyesuaian terhadap berbagai perubahan dalam kehidupan keluarga
pada usia lanjut
Pola kehidupan keluarga yang stabil selama masa dewasa awal dapat
mengalami perubahan saat memasuki usia pertengahan. Perubahan ini
seringkali lebih terasa oleh pensiunan, terutama karena pengaruh berkurangnya
pendapatan atau mungkin kehilangan suami atau istri pada usia lanjut. Dalam
konteks penyesuaian yang fokus pada hubungan keluarga yang harus dibangun
oleh orang-orang usia lanjut, terdapat lima poin penting yang perlu
diperhatikan:
1. Hubungan dengan pasangan
Penyesuaian utama yang sangat penting dalam konteks
hubungan keluarga bagi orang usia lanjut adalah proses membangun
hubungan yang kuat dengan pasangan hidupnya. Dalam transisi dari
dunia kerja ke masa pensiun, banyak pria menghabiskan lebih banyak
waktu di rumah daripada sebelumnya. Kualitas hubungan yang
dimiliki dengan pasangan hidup menjadi faktor kunci dalam
menentukan tingkat kebahagiaan mereka. Jika hubungan ini baik, maka
kebahagiaan dapat ditemukan oleh keduanya. Namun, jika hubungan
tersebut tegang dan tidak harmonis, kemungkinan konflik meningkat
karena interaksi yang lebih konstan.
2. Perubahan perilaku seksual
Penyesuaian keduanya yang sangat penting dalam konteks
hubungan keluarga bagi orang usia lanjut adalah mengenai perubahan
dalam perilaku seksual. Penyesuaian ini menjadi tantangan karena
banyak yang percaya bahwa impotensi dan hilangnya minat dalam
hubungan seksual adalah hal yang umum terjadi seiring dengan
bertambahnya usia. Mereka berkeyakinan bahwa perubahan ini
disebabkan oleh perubahan neuroendokrin yang terjadi seiring dengan
penurunan fungsi fisik mereka.
3. Ketergantungan orang tua
Penyesuaian yang sangat penting dalam konteks hubungan
keluarga bagi orang usia lanjut adalah masalah potensi ketergantungan
pada anak-anak (possibility of parental dependency). Pola awal dalam
hubungan keluarga adalah di mana anak-anak bergantung pada orang
tua mereka, tetapi seiring berjalannya waktu, pola ini seharusnya
berubah secara bertahap sehingga orang tua bergantung pada anak-
anak yang sudah mandiri. Akan tetapi, dalam kenyataannya, banyak
orang usia lanjut mengalami kesulitan dalam melakukan perubahan ini.
Sebagai contoh, banyak di antara mereka yang masih
bergantung pada anak-anak mereka baik dalam hal keuangan maupun
jaringan sosial mereka. Mereka mungkin tidak bisa atau tidak mau
melepaskan peran otoritas mereka terhadap anak-anak mereka.
Dampak dari hal ini adalah anak-anak yang sudah dewasa mungkin
merasa tidak nyaman dengan perlakuan ini, terutama jika mereka
sudah membantu orang tua dalam menyediakan perawatan fisik dan
kebutuhan sosial.
4. Penyesuaian diri terhadap hilangnya pasangan pada usia lanjut
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu penyesuaian utama
yang perlu dilakukan oleh orang usia lanjut adalah penyesuaian akibat
kehilangan pasangan hidup. Kehilangan tersebut dapat disebabkan oleh
kematian atau perceraian, meskipun secara umum kematian menjadi
penyebab yang lebih umum. Oleh karena alasan tersebut, menjadi
suatu kebiasaan bahwa banyak wanita memilih untuk menikah dengan
pria sebaya atau lebih tua karena statistik menunjukkan bahwa pria
cenderung meninggal lebih awal dibandingkan wanita. Hal ini berarti
bahwa janda-janda pada usia tua cenderung lebih banyak terdapat pada
wanita dibandingkan dengan pria.

Perkawinan Pada Usia Lanjut


Salah satu strategi yang digunakan oleh orang usia lanjut untuk
mengatasi masalah kesepian dan hilangnya aktivitas seksual yang mungkin
disebabkan oleh ketiadaan pasangan hidup adalah melalui pernikahan
kembali. Umumnya, orang usia lanjut memilih untuk menikah dengan
individu yang sebaya atau memiliki usia yang serupa, meskipun sekarang
terdapat kecenderungan yang meningkat untuk menikah dengan pasangan
yang lebih muda. Dalam konteks ini, pria usia lanjut cenderung memilih
wanita yang lebih muda ketika mereka memutuskan untuk menikah lagi.
Namun, ada tantangan penyesuaian yang muncul dalam konteks
pernikahan kembali di usia lanjut, yaitu kurangnya dukungan dari anak-
anak mereka. Kebanyakan anak-anak telah dibesarkan dalam rumah tangga
mereka sendiri dan belum pernah menghadapi masalah seperti memiliki
orangtua tiri, yang mungkin dialami oleh anak-anak dari pernikahan baru
pada usia muda. Selain itu, beberapa kasus pernikahan kembali di usia
lanjut mungkin tidak berjalan dengan memuaskan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyesuaian dalam pernikahan adalah proses adaptasi di antara suami
dan istri yang bertujuan untuk mencegah konflik dan menyelesaikan konflik
dengan efektif melalui penyesuaian diri. Pola penyesuaian perkawinan
dilakukan secara bertahap. Pada fase dewasa awal, menurut teori
perkembangan Erik Erikson terdapat perubahan dalam pernikahan dewasa
awal yaitu mencari intimasi, komitmen dalam pernikahan, pertimbangan
identitas, penyelesaian konflik, serta pengembangan kedewasaan emosional.
Kemudian pada fase dewasa tengah seseorang harus melakukan penyesuaian
terhadap perubahan pola keluarga sedangkan pada fase dewasa akhir
seseorang akan menghadapi beberapa penyesuaian terhadap berbagai
perubahan dalam kehidupan keluarga dalam usia lanjut seperti hubungan
dengan pasangan, perubahan perilaku seksual, penyesuaian diri terhadap
hilangnya pasangan pada usia lanjut, dan perkawinan pada masa usia lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Agusdwitanti, H., & Tambunan, S. M. (2015). Kelekatan dan intimasi pada dewasa
awal. Jurnal Psikologi, 8(1).
Desmita, D. (2009). Psikologi perkembangan peserta didik. Remaja Rosdakarya.
Duvall, E. M., & Miller, B. C. (1985). Marriage and development, 6th ed. USA: Hurper &
Row Publisher, Inc
Fitriyani, R. (2021). Kematangan Emosi Dengan Penyesuaian Perkawinan Pada Dewasa
Awal. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi, 9(2), 278.
Hurlock. 2002. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Alih bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.
Murdock, G. P. (1965). Social structure. the free-press. New York: The Free-Pres
Olson, D. H., & Defrain, J. (2000). Marriage family: intimacy, diversity, and strengths 5th
edition. New York: McGraw Hill.
Pratiwi, F. R., & Sawitir, D. R. (2015). Kepuasan Pernikahan Ditinjau Dari Konflik Peran.
4(4), 262–266.

Anda mungkin juga menyukai