Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESTABILAN PERNIKAHAN

DISUSUN OLEH

Irene Toda Widu

Alpius Boulolo

Dosro Sihombing

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Yuel Sumarno


SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BETHEL JAKARTA PUSAT PENDIDIKAN AGAMA
KRISTEN TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Psikologi Perkembangan yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami
juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Penulis juga berharap semoga Makalah ini mampu memberikan pengetahuan tentang
Faktor yang mempengaruhi kestabilan pernikahan dan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan.

Jakarta, 12 Agustus 2022


Kelompok 7

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


I.2 Rumusan Masalah
I.3 Tujuan Penulisan

BAB 11

PEMBAHASAN

2.1 Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi Pernikahan

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pernikahan

BAB 111

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan


atau pernikahan pasal 1 tentang perkawinan disebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan
lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang berbahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa.

Menurut Santrock (2002), pernikahan merupakan penyatuan dua pribadi yang unik,
dengan membawa pribadi masing-masing berdasar latar belakang budaya serta
pengalamannya. Hal tersebut menjadikan pernikahan bukanlah sekedar bersatunya dua
individu, tetapi lebih pada persatuan dua sistem keluarga secara keseluruhan dan
pembangunan sebuah sistem yang baru. Artinya, perbedaan-perbedaan yang ada perlu
disesuaikan satu sama lain untuk membentuk sistem baru bagi keluarga mereka.

Perkawinan menurut Lestari (2012), adalah pintu gerbang kehidupan yang wajar atau
biasa dilalui umat manusia pada umumnya. Disegala pelosok permukaan bumi, sampai
kepada sudut paling jauh yang pernah ditempuh penyelidik pengembaraan didapati orang
laki-laki dan perempuan yang hidup sebagai suami istri.

Menurut Gullota, Adams dan Alexander (1986), kepuasan pernikahan merupakan


perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya. Duval &
Miller (1985) mengatakan bahwa kepuasan pernikahan adalah suatu perasaan yang subjektif
akan kebahagiaan, kepuasan dan pengalaman menyenangkan yang dialami oleh masing-
masing pasangan suami istri dengan mempertimbangakan keseluruhan aspek dalam
pernikahan

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan pernikahan yaitu


perasaan yang bersifat subjektif dari pasangan suami istri mengenai perasaan bahagia, puas,
dan menyenangkan terhadap perkawinannya secara menyeluruh dan kebahagiaan yang
mereka miliki dalam hubungan pernikahannya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang di atas, disusun masalah penelitian sebagai Berikut:
“aspek-aspek Kestabilan pada pernikahan dan faktor-faktor Kestabilan pernikahan?”

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimanakah aspek-aspek kestabilan pernikahan dan factor-faktor
kestabilan pernikahan.
BAB 11

PEMBAHASAN

2.1 Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi Pernikahan


Kestabilan pernikahan dapat diukur dengan melihat aspek-aspek dalam perkawinan
sebagaimana yang dikemukakan oleh Clayton (1975). Adapun aspek-aspek tersebut
antara lain:
1. Kemampuan Sosial Suami Istri
Kemampuan sosial suami istri, yaitu kemampuan suami istri dalam bergaul
dengan lingkungan sosial. Meskipun bukan indikasi yang menentukan, bisa diasumsikan
bahwa dengan terciptanya kenyamanan dalam rumah tangga akan memunculkan sikap-
sikap positif dalam pasangan suami istri tersebut bergaul dengan masyarakat.
2. Persahabatan Dalam Perkawinan
Persahabatan dalam perkawinan, artinya suami istri harus bisa menjalin
komunikasi, merasakan kegembiraan, kebahagiaan dan pergaulan yang menyenangkan.
Jadi ketika suami ataupun istri mampu merasakan kegembiraan, kebahagiaan, ataupun
perasaan menyenangkan dari pergaulan antar keduanya, bisa menggambarkan adanya
rasa puas dalam perkawinannya.
3. Urusan Ekonomi
Urusan ekonomi yaitu segala urusan ekonomi dan keuangan dalam rumah tangga
yang meliputi penggunaan uang untuk kebutuhan keluarga, pribadi, rekreasi serta
pekerjaan suami maupun istri.Pasangan suami istri yang memiliki manajemen keuangan
yang baik, tidak akan dipusingkan dengan persoalan-persoalan sepele yang berkaitan
dengan pengeluaran rumah tangga. Kondisi seperti ini tidak akan terwujud tanpa adanya
suasana yang nyaman dalam keluarga.
4. Kekuatan Perkawinan
Kekuatan perkawinan yaitu kelekatan suami istri terhadap perkawinan yang
dijalani, pengaruh suami terhadap istri atau sebaliknya, adanya rasa ketertarikan dan
ekspresi suami istri. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa salah satu hal yang mampu
menandai diperolehnya kepuasan dalam perkawinan seseorang yaitu fondasi perkawinan
yang kokoh.
5. Hubungan Dengan Keluarga Besar
Hubungan dengan keluarga besar yaitu hubungan dengan keluarga yang ada di
luar keluarga inti. Pasangan suami istri yang mampu menciptakan kepuasan dalam
perkawinannya akan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga besar. Hal ini
dikarenakan mereka tidak disibukkan dengan persoalan-persoalan dalam rumah
tangganya sehingga mampu menjalin kedekatan dengan anggota keluarga besar yang
lain.
6. Persamaan Ideologi

Persamaan ideologi yaitu kesamaan tujuan dan pandangan hidup yang


mencangkup kesamaan pandangan tentang perilaku yang baik dan benar. Semakin
banyak kesamaan yang dimiliki oleh pasangan suami istri dalam hal tujuan serta
pandangan hidup, bisa dikatakan bahwa suami ataupun istri cukup puas dengan
pasangannya.

7. Keintiman Perkawinan
Keintiman perkawinan yaitu keintiman antara suami istri yang meliputi ekspresi
kasih sayang dalam hubungan seksual. Pasangan suami istri yang berhasil membangun
kepuasan dalam perkawinannya bisa ditandai dengan munculnya keintiman dari
keduanya.
8. Taktik Interaksi
Taktik interaksi yaitu cara suami dalam berinteraksi dan menyelesaikan masalah
dalam perkawinan diantara penyatuan perbedaan, kerjasama, dan pembagian tugas dalam
rumah tangga.Ketika sebuah keluarga mampu mewujudkan interaksi yang sehat, dapat
diyakini bahwa pasangan tersebut mampu menciptakan perkawinan yang memuaskan.
Aspek-aspek yang digunakan dalam menentukan gambaran kepuasan pernikahan,
pada teori Robinson dan Blanton (2003), antara lain:

a. Keintiman
Keintiman antara pasangan di dalam pernikahan mencakup aspek fisik, emosional,
dan spiritual. Hal-hal yang terkandung dalam keintiman adalah saling berbagi baik dalam
minat, aktivitas,pemikiran, perasaan, nilai serta suka dan duka. Keintiman akan tercipta
melalui keterlibatan pasangan satu sama lain baik dalam situasi yang menyenangkan
maupun menyedihkan. Selain itu,keintiman dapat ditingkatkan melalui kebersamaan,
saling ketergantungan atau inter independensi, dukungan dan perhatian. Meskipun
pasangan memiliki keintiman yang sangat tinggi, bukan berarti pasangan selalu
melakukan berbagai hal bersama. Suami atau istri juga berhak melakukan aktivitas dan
minat yang berbeda dengan pasangannya
b. Komitmen
Salah satu karakteristik pernikahan yang memuskan adalah komitmen yang tidak
hanya ditujukan terhadap pernikahan sebagai sebuah intuisi, tetapi juga terhadap
pasangannya. Beberapa pasangan berkomitmen terhadap perkembangan hubungan
pernikahannya, antara lain kematangan hubungan, penyesuaian diri dengan pasangan,
perkembangan pasangan, serta terhadap pengalaman dan situasi baru yang dialami
pasangan.
c. Komunikasi
Kemampuan berkomunikasi yang baik mencakup berbagi pikiran dan perasaan,
mendiskusikan masalah bersama-sama, dan mendengarkan sudut pandang satu sama lain.
Pasangan yang mampu berkomunikasi secara konstruktif, mereka dapat mengantisipasi
kemungkinan terjadi konflik dan dapat menyesuaikan kesulitan yang dialaminya.
d. Kongruensi
Untuk dapat mencapai pernikahan yang memuaskan, pasangan harus memiliki
kongruensi atau kesesuaian dalam mempersepsi kekuatan dan kelemahan dari hubungan
pernikahannya. Pasangan yang mempersepsikan hubungan pernikahannya kuat,
cenderung merasa lebih nyaman dengan pernikahannya.
e. Keyakinan Beragama
Sebagian besar pasangan meyakini bahwa keyakinan beragama merupakan
komponen penting dalam pernikahan. pasangan yang dapat berbagi dalam nilai-nilai
agama yang dianutnya dan beribadah secara bersama-sama dapat menciptakan ikatan
kuat dan nyaman diantara mereka serta berpengaruh positif bagi kepuasan pernikahan
pasangan memperoleh dukungan sosial, emosional, dan spiritual melalui agama yang
dianutnya.

Berdasarkan beberapa teori di atas, pernyataan ini menggunakan aspek-aspek kepuasan


pernikahan menurut Clayton (1975) yang menjelaskan aspek-aspek kepuasan pernikahan yaitu,
aspek kemampuan sosial suami istri, persahabatan dalam perkawinan, urusan ekonomi, kekuatan
perkawinan, hubungan dengan keluarga besar, persamaan ideologi, keintiman perkawinan dan
taktik interaksi. Aspek-aspek dari Clayton tersebut dapat dilihat dengan detail dalam
mengungkapkan kepuasan pernikahan pada setiap pasangan suami istri.

1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan

Terdapat beberapa tokoh yang mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi


kepuasan pernikahan. Menurut Duvall dan Miller (2002), faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan perkawinan adalah sebagai berikut :

a. Adanya Kebijaksanaan
Merupakan suatu kepandaian dalam menggunakan akal budinya dalam
menghadapi setiap permasalahan yang muncul yaitu selalu memakai pengalaman,
pengetahuan dan selalu berhati-hati serta teliti.
b. Saling Pengertian
Suami istri berusaha untuk saling memahami keadaan kedua belah pihak baik
secara fisik maupun psikologis sehingga setiap ada permasalahan yang muncul dapat
diatasi dengan baik.
c. Kerjasama Yang Baik, dapat dilakukan melalui sikap tolong
menolong antar suami istri sehingga segala permasalahan yang ada dapat di atas
bersama sehingga kemungkinan tercapainya kepuasan perkawinan akan lebih besar.
d. Kemampuan Komunikasi
Komunikasi merupakan kunci untuk saling mengerti keadaan masing-masing pribadi,
sehingga apabila komunikasinya lancer maka dalam menghadapi semua
permasalahan akan berjalan dengan lancar juga.
e. Kesamaan Latar Belakang (baik dalam pendidikan, sosial ekonomi dan suku bangsa
Semakin sama latar belakang yang dimiliki suami istri maka maka dalam membina
kehidupan perkawinan akan lebih mudah karena sudah mempunyai pandangan yang
sama.
f. Kemampuan Menyesuaikan Diri
Dengan adanya kemampuan menyesuaikan diri yang baik antar suami istri akan
mempengaruhi terciptanya kepuasan dalam perkawinan.
g. Tekad yang Sama dalam Perkawinan
Suami istri yang sudah memiliki tekat sama dalam perkawinan maka dalam
mencapai kepuasan perkawinan akan lebih mudah karena sudah mempunyai arah atau
keinginan arah yang sama.

Menurut Hendrick & Hendrick (1992), ada dua faktor yang dapat mempengaruhi
kepuasan pernikahan, yaitu:

A. Premarital Factors:
a. Latar Belakang Ekonomi, dimana status ekonomi yang dirasakan tidak sesuai dengan
harapan dapat menimbulkan bahaya dalam hubungan pernikahan.
b. Pendidikan, dimana pasangan yang memiliki tingkat Pendidikan yang rendah, dapat
merasakan kepuasan yang lebih rendah karena lebih banyak menghadapi stressor
seperti pengangguran atau tingkat penghasilan rendah.
c. Hubungan dengan orangtua yang akan mempengaruhi sikap anak terhadap
romantisme, pernikahan dan perceraian.
d. Postmarital Factors:
1. Kehadiran Anak, sangat berpengaruh terhadap menurunnya kepuasan
pernikahan terutama pada wanita (Bee & Mitchell,1984). Penelitian
menunjukkan bahwa bertambahnya anak bisa menambah stress pasangan, dan
mengurangi waktu Bersama pasangan (Hendrick & Hendrick, 1992).
Kehadiran anak dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan suami istri
berkaitan dengan harapan akan keberadaan anak tersebut.
2. Lama Pernikahan, dimana dikemukakan oleh Duvall bahwa tingkat kepuasan
pernikahan tinggi di awal pernikahan,kemudian menurun setelah kehadiran
anak dan kemudian meningkat kembali setelah anak mandiri. Holahan dan
Levenson (dalam Lemme, 1995) menyatakan bahwa pria lebih puas dengan
pernikahannya daripada wanita. Pada umumnya Wanita lebih sensitif daripada
pria dalam menghadapi masalah dalam hubungan pernikahannya.

Menurut Hurlock (2012) faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan dalam
penyesuaian terhadap pasangan, yaitu:

a. Konsep Pasangan Yang Ideal


Dalam memilih pasangan, baik pria maupun wanita sampai sejauh tertentu dibimbing
oleh konsep pasanagan ideal yang dibentuk selama masa dewasa. Semakin orang
tidak terlatih menyesuaikan diri terhadap realitas semakin sulit penyesuaian dilakukan
terhadap pasangan.
b. Pemenuhan Kebutuhan
Apabila penyesuaian yang baik dilakukan, pasangan harus memenuhi kebutuhan
yang berasal dari pengalaman awal. Apabila orang dewasa perlu pengenalan,
pertimbangan prestasi dan status sosial agar bahagia, pasangan harus membantu
pasanagan lainnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
c. Kesamaan Latar Belakang
Semakin sama latar belakang suami dan istri, semakin mudah untuk saling
menyesuaikan diri. Bagaimana juga apabila latar belakang mereka sama, setiap orang
dewasa mencari pandangan unuk tentang kehidupan. Semakin berbeda pandangan
hidup ini,makin sulit penyesuaian diri dilakukan.
d. Minat dan Kepentingan Bersama
Kepentingan yang saling bersamaan tentang suatu hal yang dapat dilakukan
pasangan cenderung membawa penyesuaian yang baik dari kepentingan bersama
yang sulit dilakukan dan dibagi bersama.
e. Keserupaan Nilai
Pasangan yang menyesuaikan diri dengan baik mempunyai nilai yang lebih serupa
daripada mereka yang penyesuaian dirinya buruk. Barangkali latar belakang yang
sama menghasilkan nilai yang sama pula.
f. Konsep Peran
Setiap lawan pasangan mempunyai konsep yang pasti mengenai bagaimana
seharusnya peranan seorang suami dan istri, atau setiap orang mengharapkan
pasangannya memainkan perannya. Jika harapan terhadap peran tidak terpenuhi, akan
mengakibatkan konflik dan penyesuaian yang buruk.
g. Perubahan dalam Pola Hidup
Penyesuaian terhadap pasanagannya berarti mengorganisasikan pola kehidupan,
mengubah persahabatan dan kegiatan-kegiatan sosial, serta mengubah persyaratan
pekerjaan, terutama bagi seorang istri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi


kepuasan pernikahan menurut Duvall dan Miller (2002), yaitu adanya kebijaksanaan, saling
pengertian, kerjasama yang baik, kemampuan komunikasi, kesamaan latar belakang (baik dalam
pendidikan, sosial ekonomi dan suku bangsa), kemampuan menyesuaikan diri, tekad yang sama
dalam perkawinan.Terdapat juga faktor lain premarital factors: latar belakang ekonomi,
pendidikan, hubungan dengan orangtua,dan postmarital factors: kehadiran anak, dan lama
pernikahan. Penelitian yang akan dilaksanakan ini akan menggunakan salah satu factor dari
Duvall & Miller yaitu komunikasi, sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Defrain
dan Olson menyimpulkan bahwa 90% pasangan suami istri merasa bahagia dalam hubungannya
dengan berkomunikasi satu dengan lainnya sehingga mereka dapat merasakan dan mengerti
keinginan dan perasaan pasangan, dan apabila terdapat suatu perbedaan atau masalah dapat
diselesaikan dengan saling berkomunikasi (dalam Pratiwi, 2006). Dari penelitian tersebut
komunikasi menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan kepuasan pernikahan pada
pasangan suami-istri.
BAB 111

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Masa pubertas adalah masa dimana terjadinya perubahan pada diri seseorang baik
perubahan fisik maupun psikis. Masa pubertas memiliki ciri yg berbeda antara wanita
dengan pria, wanita ditandai dengan adnya menstruasi, dan pria ditandai dengan mimpi
basah. Masa pubertas dialami oleh setiap manusia, baik laki-laki atau perempuan.Masa
pubertas laki-laki ditandai dengan mulai adanya perubahan suara dan tumbuhnya rambut
pada area kemaluan. Sedangkan pada wanita ditandai dengan tumbuhnya rambut di
sekitar kemaluan, perubahan bentuk payudara dan mengalami menarche.
Masa pubertas adalah masa ketika seorang anak tumbuh dan mengalami
perubahan fisik serta mental. Perubahan fisik maupun mental pada masa pubertas dipicu
oleh adanya perubahan hormon tubuh. Masa pubertas bisa disebut juga dengan akil balig
atau peralihan dari anak-anak menjadi lebih dewasa (usia remaja). Anak laki-laki dan
anak perempuan, umumnya mengalami pubertasi di usia yang berbeda.
1.2 Saran

Terkait dengan hal tersebut, saya menyarankan beberapa hal untuk diperhatikan, seperti:

- Cara menyikapi masa pubertas? bagi anak yang sedang mengalami pubertas tidak perlu
merasa bingung atau merasa takut.Umumnya, rasa ketakutan itu terjadi pada anak
perempuan yang tengah mengalami menstruasi.Masa pubertas adalah fase yang normal
terjadi pada manusia. Oleh karena itu, hal yang bisa dilakukan untuk menanggapi masa
pubertas adalah hanya dengan menerima dan memahami bahwa memang hal itu adalah
proses pendewasaan setiap manusia.Selain itu, juga bisa mencari literasi mengenai
perubahan-perubahan pada saat masa pubertas, dengan catatan harus dengan bimbingan dari
orang tua.Sedangkan bagi orang tua, mengedukasi anak mengenai berbagai hal yang
berkaitan dengan pubertas penting untuk dilakukan.Salah satunya adalah dengan
menenangkan anak ketika sedang mengalami masa puber.Kemudian dengan membimbing
dan memantau anak ketika masa pubertas penting dilakukan agar tidak terjadi.
- anak akan fokus dengan penampilannya karena saat itu mereka memang sedang mencari
pengakuan. Untuk itu, orang tua perlu mengarahkan mana cara-cara positif yang bisa
dilakukan anak.sejatinya dengan keterbukaan, anak-anak juga mau membicarakan apa yang
mereka pikirkan dan rasakan.yang sering terjadi orang tua akan langsung menjudge anak
dan memarahi anak
- Anak Perlu Memahami perubahan fisik yang ada dalam dirnya, Hal ini sangat penting
untuk remaja agar dapat mengerti apa saja yang harus dilakukan untuk menghadapi
perubahan tersebut. Contohnya laki-laki mencukur kumisnya jika kelihatan lebat.

DAFTAR PUSAKA

Aesyah, S. (2019). Masa pubertas Saat Remaja (1st ed.). Semarang: Mutiara Aksara.

Hurlock, Elizabeth B. (1994). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Lilis Suryani, Lilis Suryani. “Penyesuaian Diri Pada Masa Pubertas.” Konselor 2, no. 1 (2013):
136–140.

Anda mungkin juga menyukai