Anda di halaman 1dari 3

Namo Sanghyang Adi Buddhaya

Namo Buddhaya

“Hidup bersama-sama di kehidupan lampau dan karena kebajikan bertemu lagi


dalam kehidupan kali ini. Cinta lahir bagaikan teratai di atas air. Dengan hidup bersama,
dengan pandangan, dengan senyuman, cinta lahir di antara pria dan wanita. Ketika cinta
masuk ke dalam pikiran, maka hati menjadi gembira” (Sang Buddha, Mahastu Avadana)

Persiapan yang matang menuju jenjang pernikahan adalah langkah awal menuju
kehidupan berumah tangga yang harmonis. Pertemuan antara seorang laki-laki dengan
seorang perempuan tentunya didukung oleh adanya jalinan karma di masa lampau. Jenjang
pernikahan adalah proses kristalisasi dari sebuah rasa cinta, yang seia sekata, tidak sebelah
tangan dan tidak terpaksa. Mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada, sehingga kalau
ada kekurangan dipihak lainnya yang tidak dapat ditolerir, masih dapat mengambil
keputusan yang baik. Dalam lindungan Triratana, sepasang pria dan wanita membentuk
ikatan secara lahir dan batin. Sebuah komitmen secara verbal diutarakan di saat
mengucapkan ikrar bersama dalam sebuah pernikahan.

Hal terpenting dalam sebuah pernikahan adalah bagaimana cara untuk


menghadirkan kebahagiaan dalam hidup berumah tangga. Apabila seseorang telah
berumah tangga, maka hendaknya ia mampu memastikan kualitas kehidupan rumah
tangganya menjadi lebih baik tanpa menurunkan kualitas diri suami atau istri secara
individual sehingga mampu membina hubungan suami istri yang harmonis.

Dalam Hukum Kamma ( Samyutta Nikaya III, 415) telah disampaikan oleh Sang
Bhagava bahwa sesuai dengan benih yang ditabur, demikian pula buah yang akan kita
petik. Pembuat kebajikan akan memperoleh kebahagiaan. Maka dari itu, apabila kita ingin
diperhatikan orang, mulailah dengan memberikan perhatian kepada orang. Apabila kita ingin
dicintai orang, mulailah dengan mencintainya. Cinta di sini bukanlah sekedar keinginan
untuk menguasai, melainkan hasrat untuk membahagiakan orang yang dicintainya. Dengan
demikian, seperti saat baru kenal, pacaran dan juga menjelang pernikahan, kehidupan
sehari-hari setelah pernikahan juga harus dilandasi dengan rasa cinta dan perhatian yang
sama dan bahkan sebaiknya bertambah hari demi hari.

Cinta adalah memberi dan ukurannya adalah seberapa banyak seseorang bisa untuk
memberi. Perhatian adalah kepekaan terhadap seseorang atau sesuatu di sekitarnya dan
berusaha membuat lingkungan hidup di sekitarnya harmonis. Selain cinta dan perhatian
yang merupakan landasan dari sebuah hubungan rumah tangga yang bahagia, sebaiknya
pasangan suami istri sudah memiliki rencana bersama akan beberapa hal, yakni:
1. Tingkat ekonomi dan pekerjaan
Kemampuan ekonomi sebuah keluarga menentukan tingkat kesejahteraan hidup
yang akan diciptakan dalam rumah tangga. Keteraturan ekonomi keluarga sangat
membantu keluarga terbebas dari hutang sehingga mendatangkan kebahagiaan
dan perasaan puas dimana itu adalah salah satu berkah utama yang telah
disabdakan oleh Sang Buddha.
2. Hubungan sosial dengan keluarga suami dan istri
Sebuah pernikahan akan berjalan dengan mulus apabila mendapatkan restu dan
doa dari keluarga kedua belah pihak. Pasangan suami-istri harus memahami
adat kebiasaan masing-masing dan juga mampu menyesuaikan diri dengan baik
sehingga hubungan antara keduanya akan menjadi sebuah ikatan yang kuat
demi kepentingan bersama.
3. Perencanaan Anak
Pasangan suami-istri akan merasa kelengkapan bila telah memiliki buah hati dari
pernikahan. Persiapan dan pemikiran yang matang sangat diwajibkan untuk
mempunyai anak dan kelahiran anak sehingga anak tidak menjadi korban dari
ketidaksiapan kedua orang tuanya. Mendidik anak juga menjadi sebuah tugas
bersama dalam kehidupan rumah tangga yang sangat krusial agar terjaganya
tradisi-tradisi keluarga yang baik.
4. Hubungan intim dalam pernikahan
Hubungan seksual dalam pernikahan bukanlah berarti segala-galanya, tetapi
suatu pernikahan tanpa hubungan intim juga tidak sempurna. Kesatuan hidup
bersama secara seksual itu berupa kerinduan yang tidak terpadamkan untuk
saling bertemu dan mengasihi yang dilandasi cinta kasih, yang saling menerima,
saling memberi dan saling menyerahkan secara total yang bukan hanya sekedar
pelepasan naluri seks semata.
Seorang suami atau istri harus melaksanakan kewajibannya dengan baik sehingga
tidak menimbulkan masalah dalam pernikahan. Keluarga tidak akan terlepas dari
permasalahan yang berkaitan dengan rumah tangga. Apabila dalam pernikahan keluarga
muncul permasalahan yang mengancam keretakan hubungan kedua pasangan, bila tidak
diatasi akan menimbulkan perceraian. Perceraian terjadi sebagai akibat dari tidak
tercapainya tujuan pernikahan, yaitu lahir dan batin yang dilandasi oleh cinta kasih dan kasih
sayang. Membina komunikasi yang baik , memiliki sila atau moralitas yang baik serta
mengerti nasihat Buddha dalam menjalankan tugas dan kewajiban antara suami-istri adalah
upaya dalam menciptakan keluarga yang harmonis dan serasi.

Anda mungkin juga menyukai