Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSELING PRA NIKAH

DISUSUN OLEH :

SUWARNI,S.Tr,Keb

NIP : 197512052006042006
PANGKAT/ GOL.RUANG : Penata Muda TK I/III.b
JABATAN : Bidan Ahli Pertama

UPTD PUSKESMAS MANDAI 2021

1
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………… 1


B. Rumusan Masalah………………………………… 2
C. Tujuan Pembahasan……………………………... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian ………….……………………………. . 3
B. Tujuan ……………………………………………… 3
C. Persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan konseling pranikah…………………………4
D. Asas-Asas Konseling Pranikah ……………………..4
E. Aspek yang perlu diasesmen………………………..5

F. Prosedur konseling pranikah……………………….5

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

Pernikahan merupakan hal yang diinginkan oleh setiap individu, sebab setiap individu
membutuhkan nafkah batin, ketenangan, keharmonisan dan kesakinahan dalam menjalani
ataupun dalam membangun sebuah keluarga.

Membangun sebuah keluarga yang baru bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.
Ketika dua orang membuat komitmen untuk menikah atau membangun sebuah keluarga,
maka mereka harus siap melakukan penyesuaian baru dengan pasangannya. Bukan
penyesuaian dalam bidang tertentu saja, namun penyesuaian yang mencakup seluruh aspek
kehidupan. Sebelum menikah, setiap pasangan itu perlu mengerti apa makna sebuah
pernikahan dan bagaimana dapat membina sebuah pernikahan yang berhasil. Untuk itulah
diperlukan konseling pranikah, agar individu mempersiapkan dan mengembangkan seluruh
potensi dan kekuatan yang dimilikinya dalam memasuki jenjang pernikahan, menyesuaikan
diri dengan lingkungan keluarga dan masyarakat, serta mengatasi hambatan dan kesulitan
menghadapi jenjang pernikahan.

Di dalam pernikahan haruslah dibarengi dengan rasa cinta dan komitmen serta
mempersiapkan pribadi masing-masing pasangan untuk mencapai pernikahan yang harmonis
sesuai yang diinginkan dan diharapkan oleh setiap pasangan.

3
BAB II
PEMBAHASAN
KONSELING PRANIKAH

A. Pengertian Konseling Pranikah

Konseling pranikah adalah pelatihan berbasis pengetahuan dan keterampilan yang


menyediakan informasi mengenai pernikahan yang dapat bermanfaat untuk mempertahankan
dan meningkatkan hubungan pasangan yang akan menikah. Konseling pranikah juga dikenal
dengan nama program persiapan pernikahan, pendidikan pranikah, konseling edukatif
pranikah dan terapi pranikah.

Konseling pranikah dimaksudkan untuk membantu pasangan calon pengantin untuk


menganalisis kemungkinan masalah dan tantangan yang akan muncul dalam rumah tangga
mereka dan membekali mereka kecakapan untuk memecahkan masalah.

Konseling pranikah (premarital counseling) merupakan upaya untuk membantu calon


suami dan calon isteri oleh seorang konselor professional, sehingga mereka dapat
berkembang dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya melalui cara-cara yang
menghargai, toleransi dan dengan komunikasi yang penuh pengertian, sehingga tercapai
motivasi keluarga, perkembangan, kemandirian dan kesejahteraan seluruh anggota keluarga.

Yang membuat pernikahan bahagia bukan tingkat kecocokan seseorang dengan


pasangan, tetapi seberapa besar kemampuan dan kesediaan seseorang untuk mengatasi
ketidakcocokan. Ketidakjelasan antara yang ideal (apa seharusnya) dan yang aktual (apa
adanya) memang tidak pernah berujung. Statistik memperlihatkan perlunya menemukan kiat
menempuh pernikahan yang sukses. Mengajukan pertanyaan yang tepat kepada pasangan
(sebelum menikah) bisa menjadi alternatif solusi melanggengkan perkawinan yang sehat,
serasi dan bahagia.

Saat seseorang mencari pasangan, ia harus menyadari bahwa tidak ada seseorang yang
sempurna, setiap orang pasti memiliki kesalahan dan kelemahan. Indahnya pernikahan justru
dikala menemukan suami atau isteri yang dapat menjadi teman dalam pencarian spiritual,
mitra membangun hidup dan pelipur meskipun dia mempunyai kelemahan. Untuk
mengatisipasi hal ini, harus ada semacam konseling pernikahan atau konseling pranikah.1

1
Sofyan S.Wilis, Konseling Keluarga, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm: 165

4
B. Tujuan Konseling Pranikah

Secara umum, konseling pranikah bertujuan agar individu mempersiapkan dan


mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya dalam memasuki jenjang
pernikahan, menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga dan masyarakat, serta mengatasi
hambatan dan kesulitan menghadapi jenjang pernikahan.

Secara khusus, tujuan pmberian layanan konseling pranikah ialah untuk membantu
individu mempersiapkan diri menuju pernikahan yang meliputi aspek :

 Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan


ketakwaan kepada Allah swt, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, teman dan
masyrakat
 Memiliki akhlakul karimah sebagai calon ibu dan calon ayah dan melaksanakan serta
memelihara hak dan kewajibannya masing-masing
 Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang
menyenangkan (anugerah) dengan yang tidak (musibah) serta mampu meresponnya
dengan sikap positif sesuai dengan syariat islam.
 Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang
terkait dengan keunggulan maupun kelemahan baik fisik maupun psikis.
 Memiliki sikap positif atau respect terhadap diri sendiri dan pasangan maupun orang
lain.
 Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif

C. Persoalan-persoalan yang berkaitan dengan konseling pranikah

1. Cinta dan Komitmen

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, cinta adalah rasa sangat suka ataupun rasa
sangat kasih atau sangat tertarik hati. Cinta merupakan salah satu syarat untuk melanjutkan
kejenjang pernikahan. Karena sebahagian orang mengatakan bahwa cinta adalah anugerah
yang harus dijaga eksistensinya. Menurut Sarlito.W.Sarwono cinta memiliki 3 unsur yaitu
keterikatan, keintiman, dan kemesraan. Yang dimaksud dengan keterikatan adalah adanya
perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang

5
lain kecuali dengan dia. Keintiman yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang
menunjukkan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada jarak lagi. Panggilan-panggilan
formal seperti bapak, ibu, saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan
sayang. Kemesraan yaitu adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen kalau jauh
atau lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang mengungkapkan rasa sayang. Cinta
dapat dilukiskan dengan memberi sebagai dorongan mulia untuk memintakan eksisistensi
dirinya atau aktualisasi dirinya kepada orang lain.2

Komitmen dapat diartikan sebagai janji, dimana janji yang dimaksud ialah janji akan
kekuatan cinta. Dengan adanya janji dalam menjalin hubungan proses pranikah yang tidak
mendapatkan kekuatan yang kuat maka akan bisa menjadi terwujud demi tercapainya
pernikahan.

Macam-macam komitmen :

a) Komitmen mendekat, yaitu ketika seseorang berkomitmen karena perasaan bahwa


dengan terus melanjtukan hubungan maka hidup akan lebih bahagia. Jadi,
seseorang tersebut berkomitmen karena mendapatkan hal-hal positif dari
hubungan cinta yang dijalani. Contoh pernyataan komitmen mendekat ialah “saya
merasa bahagia dan saya ingin terus bersamanya”. “Saya merasa sangat terikat
pada pasangan saya.”
b) Komitmen menghindar, yaitu ketika seseorang berkomitmen karena khawatir akan
mendapatkan hal-hal negatif jika hubungannya berakhir. Terdapat dua tipe orang
yang memiliki komitmen mengahindar. Pertama, orang yang memiliki perasaan
bahwa dirinya seharusnya (ought to) melanjutkan hubungan karena secara moral
harus begitu. Misalnya tidak bercerai karena diharamkan agama atau khawatir
anak-anak akan terlantar. Mereka berkomitmen berdasarkan prinsip “saya tidak
melakukan apa yang saya inginkan tetapi saya melakukan apa yang saya rasa
baik dan benar untuk dilakukan”. Jadi, jika berpisah itu tidak baik, maka tidak
berpisah meskipun sebenarnya ingin berpisah.
Komitmen menghindar yang kedua ialah seseorang memiliki perasaan bahwa
dirinya harus (have to) melanjutkan hubungan karena tidak sanggup untuk
berpisah. Mereka was-was akan sangat menderita jika terjadi perpisahan. Mereka

2
Farul Rizal dkk, Humanika, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2009) halm. 91.

6
khawatir akan sulit mendapatkan pengganti yang sepadan. Mereka takut
kehilangan sumber finansial. Mereka cemas dikecam keluarga. Orang yang
memiliki tipe komitmen menghindar seperti ini pada umumnya memiliki
kepuasaan hidup yang rendah.

2. Konflik Pribadi

Pada proses pengenalan masalah pranikah terungkap 6 (enam) persoalan sebelum


menikah, yaitu:
a) Ekonomi
Persoalan ekonomi seringkali menjadi masalah serius pasangan yang akan
melangsungkan pernikahan. Tidak hanya biaya untuk melangsungkan pernikahan
tetapi biayanya terkait resepsi pernikahannya. Karena persoalan ekonomi ini
seringkali pasangan calon pengantin tidak berani memutuskan untuk menikah
b) Pasangan belum bekerja
Masalah yang terkait dengan persoalan ekonomi juga yaitu pasangan yang belum
bekerja tetapi sudah ingin menikah. Pasangan yang belum mempunyai pekerjaan
seringkali menjadi persoalan ketika ingin melangsungkan pernikahan. Ada rasa
kekhawatiran tidak bisa menghidupi keluarga selama pernikahan.
c) Hamil di luar nikah
Pergaulan pasangan yang tidak terkontrol seringkali mengakibatkan hamil di luar
nikah (kehamilan yang tidak diinginkan). Persoalan muncul ketika laki-laki tersbut
tidak bertanggung jawab, salah satu pasangannya masih sekolah dan persoalan-
persoalan lain yang mengikutinya.
d) Terlambat menikah
Jodoh adalah rahasia Allah. Tidak semua orang mudah mendapatkan pasangan atau
karena terlalu sibuk bekerja atau menempuh pendidikan sehingga melupakan
pernikahan. Usia-usia yang mestinya menikah terlewat begitu saja sehingga
mengalami kesulitan mencari pasangan ketika usia sudak semakin bertambah.
e) Status palsu
Masalah yang sering muncul pranikah yang lain adalah adanya status palsu, mengaku
perjaka ternayat punya anak enam atau masih terikat pernikahan dengan perempuan
lain. Persoalan ini berpotensi mengakibatkan banyaknya praktik pernikahan pologami
dan pernikahan siri.
f) Minim pendidikan seks

7
Masalah ini mengakibatkan adanya pernikahan dini, tidak mengetahui organ
reproduksi diri sendiri, hak-hak seksual pasangan, kesehatan reproduksi pasangan,
tidak mengetahui alat kontrasepsi, masa subur dan persoalan kesehatan reproduksi
lainnya.

D. Asas-Asas Konseling Pranikah


1. Asas kabahagiaan dunia akhirat
Perkawinan bukan saja merupakan sebuah sistem hidup yang diatur oleh Negara
tetapi juga merupakan sistem kehidupan yang syarat dengan tuntutan agama.
Karenanya setiap kali muncul permasalahan dalam perkawinan yang dijalani, segala
upaya pemecahan masalah selalu diupayakan terselesaikannya masalah sekarang ini
dan mendapatkan kebaikan pula dari sisi tuntunan agama.
2. Asas sakinah mawaddah warahmah
Keluarga bahagia dan kekal merupakan tujuan dari sebuah perkawinan. Untuk
mencapai itu semua landasan cinta dan kasih sayang dari orang-orang yang
membentuk didalamnya menjadi sangat penting. Karenanya proses bimbingan
konseling pranikah juga harus tetap berpegang teguh pada asas ini.
3. Asas komunikasi dan musyawarah
Komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan keluarga. Banyaknya
masalah yang muncul sering kali karena komunikasi yang terjalin antara anggota
keluarga tidak harmonis. Karenanya dalam melakukan komunikasi dalam
musyawarah antar kedua belah pihak harus dilakukan sehingga segala masalah dapat
teratasi.
4. Asas sabar dan tawakal
Segala permasalahan dalam rumah tangga pada dasarnya dicari penyelesainnya
dengan baik. Kuncinya adalah usaha dari suami isteri untuk terus mencari jalan keluar
dan berpasrah diri kepada Allah. Konselor dapat membantu pasangan untuk tetap
tegar dan berusaha mencari solusi terbaik dari setiap masalah yang ada.3

3
https://www.scribd.com/doc/194966869/Konseling-Pranikah-Islam-kONSELING-PENDEKATAN-
iSLAM

8
E. Aspek yang perlu diasesmen

Aspek yang perlu diasesmen dan dipahami konselor jika melakukan konseling
pranikah yaitu sebagai berikut:

1. Riwayat Perkenalan
Konselor perlu mengetahui riwayat perkenalan pasangan pranikah, mulai dari
perkenalan (seberapa lama perkenalan berlangsung), bagaimana mereka mengetahui
satu sama lain. Misalnya mengenai pembicaraan tentang nilai, tujuan, dan harapan
terhadap hubungan pranikah.
2. Perbandingan Latar Belakang Pasangan
Kesetaraan latar belakang lebih baik dalam penyesuaian pernikahan dari pada latar
belakang yang berbeda. Konselor perlu mengungkapkan latar belakang pendidikan,
budaya keluarga, status sosial ekonominya, dan perbedaan agama, serta adat istiadat
keluarganya.
3. Sikap Keluarga Keduanya
Sikap keluarga terhadap rencana pernikahan, termasuk bagaimana sikap mertua dan
sanak keluarga terhadap keluarga nantinya. Sikap keluarga penting untuk
mempersiapkan pasangan dalam menyikapi masing-masing keluarga calon
pasangannya.
4. Perencanaan Terhadap Pernikahan
Meliputi rumah yang akan ditempati, sistem keuangan keluarga yang hendak disusun
dan apa yang dipersiapkan menjelang pernikahan.
5. Faktor Psikologis dan Kepribadian
Faktor psikologis dan kepribadian yang perlu diasesmen adalah sikap mereka
terhadap peran seks dan bagaimana yang hendak dijalankan dikeluarga nanti,
bagaimana peran mereka terhadap dirinya (self image, body-image), dan usaha apa
yang akan dilakukan untuk keperluan keluarga nanti.
6. Sifat Prokreatif
Menyangkut sikap mereka terhadap hubungan seksual dan sikapnya jika memiliki
anak. Bagaimana rencana mengasuh anaknya kelak.
7. Kesehatan dan Kondisi fisik

9
Kesesuaian usia untuk mengukur kematangan emosionalnya secara usia kronologis,
kesehatan secara fisik dan mental, serta faktor-faktor genetik.

F. Prosedur konseling pranikah

Konseling pranikah diselenggarakan sebagaimana sesuai prosedur konseling


perkawinan. Penekanan pada konseling pranikah bersifat antisipatif yaitu mempersiapkan diri
untuk menetapkan pilihan yang tepat sehubungan dengan rencana pernikahanya.

Langkah konseling yang dapat dilakukan dalam konseling pranikah yang sesuai
dengan konseling keluarga dan perkawinan menurut Capuzzi dan Gross adalah sebagai
berikut:

a) Persiapan, tahap yang dilakukan klien menghubungi konselor.


b) Tahap keterlibatan (the joining), adalah tahap keterlibatan bersama klien. Pada tahap
ini konselor mulai menerima klien secara isyarat (nonverbal) maupun secara verbal,
merefleksi perasaan, melakukan klarifikasi dan sebagainya.
c) Tahap menyatakan masalah, yaitu menetapkan masalah yang dihadapi oleh pasangan.
Maka, masalahnya harus jelas, siapa yang bermasalah, apa indikasinya, apa yang telah
terjadi dan sebagainya.
d) Tahap interaksi, yaitu konselor menetapkan pola interaksi untuk penyelesaian
masalah. Pada tahap ini anggota keluarga mendapatkan informasi yang diperlukan
untuk memahami masalahnya dan konselor dapat melatih anggota keluarga
berinteraksi dengan cara-cara yang dapat diikuti (pelan, sederhana, detail dan jelas)
dalam kehidupan mereka.
e) Tahap konferensi, yaitu tahap untuk meramalkan keakuratan hipotesis dan
memformulasi langkah-langkah pemecahan. Pada tahap ini konselor mendesain
langsung atau memberi pekerjaan rumah untuk melakukan atau menerapkan
pengubahan ketidak berfungsinya perkawinan.
f) Tahap penentuan tujuan, tahap yang dicapai klien telah mencapai perilaku yang
normal, telah memperbaiki cara berkomunikasi, telah menaikkan self-esteem dan
membuat keluarga lebih kohesif.
g) Tahap akhir dan penutup, merupakan kegiatan mengakhiri hubungan konseling
setelah tujuannya tercapai.4

4
http://sitinurhadii.blogspot.com/2013/06/aplikasi-lapangan-kerja-konselor.html

10
BAB III

KESIMPULAN

Konseling pranikah adalah pelatihan berbasis pengetahuan dan keterampilan yang


menyediakan informasi mengenai pernikahan yang dapat bermanfaat untuk mempertahankan
dan meningkatkan hubungan pasangan yang akan menikah. Konseling pranikah juga dikenal
dengan nama program persiapan pernikahan, pendidikan pranikah, konseling edukatif
pranikah dan terapi pranikah.

Secara umum, konseling pranikah bertujuan agar individu mempersiapkan dan


mengambangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya dalam memasuki jenjang
pernikahan, menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga dan masyarakat, serta mengatasi
hambatan dan kesulitan menghadapi jenjang pernikahan. Dan secara khusus, salah satu tujuan
konseling pranikah ialah untuk memiliki sikap positif atau respect terhadap diri sendiri dan
pasangan maupun orang lain.

Persoalan-persoalan yang berkaitan dengan konseling pranikah ialah cinta dan


komitmen serta konflik pribadai yang meliputi ekonomi, pasangan belum bekerja, hamil di
luar nikah, terlambat menikah, status palsu dan minim pendidikan seks.

Asas konseling pranikah ialah asas kabahagiaan dunia akhirat, asas sakinah
mawaddah warahmah, asas komunikasi dan musyawarah, asas sabar dan tawakal.

Adapun prosedur dalam konseling pranikah yang dapat dilakukan yang sesuai dengan
konseling keluarga dan perkawinan menurut Capuzzi dan Gross adalah tahap persiapan, tahap
keterlibatan, tahap menyatakan masalah, tahap interaksi, tahap konferensi, tahap penentuan
tujuan, tahap akhir dan penutup.

11
DAFTAR PUSTAKA

Wilis, Sofyan S. 2009. Konseling Keluarga. Bandung: Alfabeta


Rizal, Farul dkk. 2009. Humanika. Jakarta: Hijri Pustaka Utama
https://www.scribd.com/doc/194966869/Konseling-Pranikah-Islam-kONSELING-
PENDEKATAN-iSLAM
http://sitinurhadii.blogspot.com/2013/06/aplikasi-lapangan-kerja-konselor.html

12

Anda mungkin juga menyukai