Anda di halaman 1dari 50

Mata Kuliah : Konseling pernikahan / Keluarga

Oleh : Dr. Al. Suhadi, M.Pd.,


Pengertian konseling pernikahan
(marriage counseling)
Konseling pernikahan Konseling keluarga
 Konseling pernikahan (marriage  Sedangkan pengertian konseling
counseling) adalah upaya keluarga (family counseling)
membantu pasangan (calon adalah upaya bantuan yang
suami-istri, dan suami-istri) oleh diberikan kepada individu-
konselor profesional, sehingga
mereka dapat berkembang dan individu anggota keluarga
mampu memecahkan masalah melalui sistem keluarga dengan
yang dihadapinya melalui cara- membenahi komunikasi agar
cara yang saling menghargai, berkembang potensi mereka
toleransi, dan dengan komunikasi seoptimal mungkin dan
yang penuh pengertian, sehingga masalahnya dapat diatasi atas
tercapai motivasi berkeluarga, dasar kemauan membantu dari
perkembangan, kemandirian, dan semua anggota keluarga,
kesejahteraan seluruh anggota
keluarga. berdasarkan kerelaan, toleransi,
penghargaan, dan kasih sayang.
Pada awalnya konseling pernikahan berorientasi kepada
bantuan terhadap masalah-masalah hubungan seksual,
dan problem perkawinan pada umumnya. Namun,
orientasi itu tidak memadai lagi jika dihubungkan
dengan perkembangan dunia modern yang pesat.
Pandangan bahwa pasangan suami-isteri pasien yang
harus disembuhkan, sudah selayaknya diakhiri.
Kemudian beralih kepada pandangan modern yakni
pasangan suami-isetri atau keluarga adalah suatu system.
Jika suami terganggu maka akan terganggu pula
isterinya, sehingga sistem keluarga itu bisa tidak
berfungsi. Misalnya, kelainan dalam hubungan seksual,
harus menjadi tanggung jawab berdua, dan sekali-kali
tidak boleh saling menyalahkan.
Sebab hal itu akan membuat mereka stress dan akan makin
berjarak. Karena itu, persoalan seksual harus didiskusikan
secara terbuka dan wajar. Tidak ada pihak yang merasa benar
atau salah/disalahkan. Masing-masing secara jujur terbuka
mengemukakan isi hati, perasaan, dan pikirannya.
Demikian juga di dalam keluarga besar, Jika seseorang anak
terganggu, maka seluruh sistem keluarga akan terganggu. Jika
suami isteri atau orang tua kurang mampu mengantisipasi
permasalahan yang dihadapinya, maka sudah selayaknya
meminta bantuan seorang profesonal.
Pada prinsipnya, konseling pernikahan bermanfaat bagi
kehidupan pasangan: a) sebelum pernikahan, b) saat
permulaan berumah tangga, c) pada masa memiliki anak-
anak.
1. Masa sebelum pernikahan
Makin panjang masa berpacaan, makin terbuka peluang
untuk kebebasan seks. Karena itu, agama tidak menyetujui
masa pacaran dalam artian budaya barat. Disamping itu,
segera akan terjadi kebosanan saat memasuki ambang
pernikahan. Adanya pil anti hamil dan kondom yang
dikampanyekan untuk mengatasi kehamilan, dan dijual
bebas di masyarakat, maka makin terbuka peluang untuk
berbuat maksiat alias free-sex.
Untuk mengantisipasi hal ini, harus ada semacam
konseling prapernikahan.
Tujuannya adalah: 1) mempercepat proses berpacaran
menuju pelaminan jika pasangan itu sudah sanggup; 2)
pasangan yang berpacaran harus ditumbuhkan kesadaran
dan keimanan mereka, agar masa pacaran tidak
menyimpang dari ajaran agama; 3) membina masa itu
menjadi masa kreatif untuk menumbuhkembangkan
bakat dan kemampuan masing-masing sebagai modal
untuk berumah tangga kelak
2. Masa awal berumahtangga
Upaya bimbingan yang diberikan BP4 murni atas
dasar agama dianggap sudah amat memadai.
Terutama bagi pasangan yang akan segera menikah.
Akan tetapi jika mereka telah berumah tangga tentu
tidak akan sama antara teori dengan praktik.
Karena itu perlu ada konseling awal berkeluarga.
Pasangan yang mengalami kesulitan disarankan
datang menemui konselor pernikahan manakala
mereka menemui masalah. Tujuannya agar mereka
diberi bantuan agar mereka dapat mengatasi
masalahnya.
Masalah-masalah utama dalam masa awal pernikahan
Pertama, adalah penyesuaian emosional dan sosial
antara mereka dengan keluarga lain seperti mertua,
adik suami/isteri atau keluarga lain yang menetap, atau
teman isteri yang datang berkunjung atau menelpon ke
rumah.
Disamping itu, mungkin suami seorang yang banyak
kenalan di kantor termasuk yang wanitanya mungkin
saja mereka menggoda dan sebagainya.
Kedua, motivasi pernikahan, apakah karena meteri
pangkat, kedudukan, gelar, kecantikan/rupawan, atau
karena motiwasi ibadah kepada Allah.
Ketiga, kehidupan latar belakang masing-masing yang
mungkin mencuat pada masa awal pernikahan.
3. Masa hidup berkeluarga (dengan anak-anak)
Jika keluarga sudah memiliki anak-anak, maka
permasalahan keluarga makin bertambah.
 Pertama, mengkokohkan sistem keluarga sehingga dapat
menjadi dorongan bagi kemandirian dan perkembangan
individu-individu anggota keluarga.
 Kedua, menjaga pengaruh budaya luar menjalar di
keluarga melalui anggotanya.
 Ketiga, memelihara subsistem suami isteri agar selalu
harmonis.
 Keempat, memelihara subsistem orang tua agar selalu
berwibawa.
Konseling keluarga dan pernikahan berperan untuk
membenahi sistem keluarga agar komunikasi, toleransi,
penghargaan, dan kemandirian anggota keluarga selalu
terjadi. Sehingga anggota keluarga semuanya merasa betah
dan bertanggung jawab atas keutuhan system keluarga.
Proses konseling pernikahan

1. Raport
Proses konseling pernikahan/keluarga diawali dengan
pembentukan raport yaitu hubungan timbale balik,
bersahabat, juga saling percaya antar konselor dengan
klien 9suami-isteri/keluarga0 dengan tujuan agar
suami-isteri/ anggota keluarga itu jujur dan terbuka
(disclosure).
2. Pengembangan Apresiasi (Penghargaan)
Emosional.
Konseling yang dipimpin konselor pernikahan/
perkawinan akan berhasil jika dapat mendinamiskan
suami-isteri/anggota keluarga sehingga terlihat interaksi
yang diwarnai emosional.
Mula-mula mereka tidak dapat berkomunikasi. Tapi atas
keahlian konselor mereka dapat berinteraksi menghargai
emosional masing-masing.
Misalnya jika interi mengeluarkan tuduhan-tuduhan
terhadap suami, maka suami diam dulu sampai semua
emosi isteri tersalur dengan leluasa berkat teknik dan
aturan main yang diterapkan konselor
pernihakan/keluarga.
Jika masing-masing sudah saling menghargai emosi, maka
pengertian akan timbul dan akhirnya interaksi dan
keakraban akan terjalin.
3. Pengembangan Alternatif Modus
Perilaku

Jika selama konseling, suami menemukan modus


perilaku yang dipandang baik oleh isterinya maka
modus itu akan dikembangkan terus.
Misalnya makan bersama dan shalat berjamaah di
rumah. Perilaku yang baru ini nantinya harus
diterapkan di rumah setelah usai konseling.
4. Membina Hubungan Konseling

Supaya minat dan perhatian anggota keluarga


atau suami-isteri tetap tinggi untuk mengikuti
konseling, maka konselotr harus memelihara
hubungan konseling dengan baik.
Karena itu, sikap-sikap seperti empati, menerima
menghargai, memahami, mendorong, jujur,
hangat, serta sikap intelektual yang baik selalu
dikembangkan oleh konselor. Hal ini membuat
anggota keluarga percaya dan setia kepada
konselor.
5. Memperlancar tindakan Positif

Pada fase ini konselor terus menggali masalah


dan menemukan alternatif-alternatif pemecahan
masalah. Selanjutnya anggota keluarga/suami-
isteri mengembangkan perencanaan bagi
kesejahteraan keluarga.
Selanjutnya mereka mengevaluasi rencana dan
proses konseling yang telah berlalu. Dan akhirnya,
konseling ditutup atas persetujuan suami-isteri,
dengan ketentuan pertemuan selanjutnya jika
akan diadakan lagi.
D. Teknik-teknik konseling
pernikahan

Beberapa teknik konseling pernikahan/keluarga di bawah


ini bisa digunakan oleh konselor keluarga/pernikahan:
1. Sculpting (Mematung): yaitu mengizinkan isteri, suami,
anggota keluarga untuk menyatakan perasaan, persepsi,
dan pikiran tentang berbagai hal termasuk perilaku yang
tidak disenangi. Sedangkan anggota yang lain
mendengarkan dengan perhatian dan penghargaan tanpa
menginterupsi.
2. Role Playing (Bermain Peran): yaitu memberikan peran
tertentu kepada seorang anggota keluarga sebagai cara
untuk menyatakan perasaan dan persepsinya.
3. Silence (Diam): yaitu teknik yang dilakukan konselor jika
1) anggota keluarga/suami-isteri banyak omong; 2)
menantikan ide seorang anggota keluarga yang akan
muncul; 3) jika salah seorang anggota keluarga bertindak
kejam atau berbicara kasar.
4. Confrontation (Konfrontasi): dilakukann konselor jika
klien tidak konsisten. Misalnya berbeda kata dengan
perbuatan, berbeda ucapan awal dengan akhir, berbeda
ucapan dengan bahasa badan. Konselor mengatakan
perbedaan itu, sehingga klien sadar, dan berusaha untuk
konsisten lagi.
5. Teaching Via questioning (Mengajar melalui
pertanyaan): ialah suatu teknik untuk mengajar anggota
keluarga dengan cara bertanya Contoh: “bagaimana kalau
usaha saudara gagal?, “nyonya senang kalau suami anda
menderita?.”
6. Attending dan listening: yaitu teknik untuk mendekatkan diri
kepada klien dan mendengarkan mereka secara aktif.
7. Refleksi feeling: membaca bahasa badan klien dan
perasaannya kemudian merefleksikan kepadanya. Misalnya:
Tampaknya nyonya kecewa sekali dengan perilaku suami nyinya
yang suka pulang malam”.
8. Eksplorasi: yaitu menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran
klien.
9. Summerizing: menyimpulkan smeentara pembicaraan yang
telah berlangsung.
10. Clarification (Menjernihkan): yaitu menjernihkan atau
memperjelas pembcaraan.
11. Leading ( Memimpin): yaitu upaya konselor untuk memimpin
dan mangarahkan pembicaraan untuk mencapai tujuan.
12. Fousing (Memfokuskan): yaitu upaya konselor untuk
menfokuskan materi pembicaraan agar tidak menyimpang.
E. Bimbingan Keluarga Sakinah
Setiap umat islam diperintahkan oleh Allah SWT, agar teguh
beriman dan bertaqwa dengan tujuan hidupnya mendapat ridha
Allah sehingga memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.
Kekuatan Iman dan Taqwa umat islam yang tertanam dalam-
dalam di dirinya akan memberikan dampak positif kepada
lingkungan keluarga, masyarakat, bahkan dunia. Keluarga akan
menjadi damai dan tentram ( sakinah ) dimana setiap anggota
keluarga ( ayah, ibu, anak-anak dan anggota keluarga ) di
rumah tersebut taat beribadah kepada Allah banyak berbuat
baik untuk kemajuan keluarga dan menghormati serta cinta
kepada orang tua dan sebaliknya.
Rumah tangga atau keluarga sakinah dapat diartikan sebagai
suatu system keluarga yang berlandaskan keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah, beramal shaleh untuk meningkatkan
potensi semua anggota, dan beramal shaleh untuk keluarga-
keluarga lain di sekitarnya, serta berwasiat atau berkomunikasi
dengan cara bimbingan yang haq, kesabaran, dan penuh
dengan kasih sayang. ( Arrum :21, Al’asr:3).
Tujuan bimbingan keluarga sakinah adalah
membantu keluarga-keluarga muslim dalam membina
keluarga sakinah melalui ilmu, wawasan, dan
keterampilan yang diberikan kepada kepala-kepala
keluarga (ibu dan bapak).
Selanjutnya mengembangkan materi bimbingan dan
pelatihan keluarga sakinah melalui materi gabungan
antara agama ilmu perilaku serta konseling keluarga.
Hal ini diupayakan agar tercipta keluarga yang damai
berdasarkan ajaran Allah yaitu rumah tangga sebagai
pusat ibadah, pengembangan pribadi muslim pada
anggota keluarga agar sehat mental, moral, dan fisik
yang penting lagi adalah mengembangkan iptek dan
komunikasi antara anggota keluarga dan masyarakat.
Wahana untuk menciptakan keluarga sakinah antara
lain adalah shalat berjamaah, makan bersama,
pembagian tugas sesuai kemampuan masing-masing,
dan paling penting adalah pembiasaan sikap-sikap
serta perilaku sehari-hari berdasarkan ajaran agama.
Secara khusus bimbingan keluarga supaya beriman
dan bertaqwa, positif, produktif, dan mandiri, melalui
relasi individual dan system keluarga yang di dasarkan
ajaran agama, selanjutnya memberikan wawasan,
kemampuan, dan keterampilan, kepada kepala-kepala
dan calon-calon kepala keluarga dalam bidang perilaku
anak dan remaja dan keutamaan system keluarga
untuk mengantisipasi masalah-masalah keluarga.
1. Peran Keluarga dalam Pendidikan
a. Masalah Belajar
 Masyarakat desa yang hidup di sekitar sekolah,

cenderung menghargai pendidikan, ketimbang yang


tinggal di tepi pantai (budaya nelayan).
 Di rumah tangga yang orang tuanya membutuhkan

budaya belajar maka anak-anak akan senang


membaca, di samping itu orang tua yang banyak
menonton TV, sinetron, dan lain-lain, maka anak-
anaknya akan senang hiburan, bermain, nonton, dan
membuang-buang waktu dan tidak suka membaca.
Pendidikan orang tua (minimal ayah) yang tinggi
akan memudahkan menanamkan minat belajar
terhadap anak.
Sedangkan orang tua yang pendidikan rendah
cenderung mempercayakan pendidikan anak kepada
sekolah. Lingkungan sangat besar pengaruhnya
terhadap pendidikan.
Bagi anak-anak yang mendapat lingkungan yang
aman, damai, dan berpendidikan, ada harapan
sekolahnya akan maju.
Sebaliknya jika lingkungan rumah dan sekolah penuh
preman, ganja, dan narkoba, besar kemungkinan
anak-anak sekolah akan terpengaruh.
Dalam hal masalah belajar kiat-kiat berikut ini
dapat dipergunakan :
1. Orang tua berusaha membantu anak belajar,
misalnya bagaimana mengerjakan pekerjaan rumah
dan tugas lain.
2. Berdiskusi tentang keadaan sekolah dan kesulitan
belajar pada umumnya.
3. Melengkapi pendidikan umum di sekolah formal
dengan pendidikan agama di keluarga.
4. Keterampilan atau pendidikan non formal.
5. Menciptakan lingkungan keluarga belajar.
b. Bahaya Narkoba
Keluarga berperan memelihara anggota supaya tidak
mendapat marabahaya. Salah satu yang amat pesat saat ini
adalah bahaya narkoba.
Narkoba berbahaya karena dapat merusak otak sehingga
mematikan sel otak. Akibatnya orang yang kecanduan
narkoba kehilangan daya pikir, daya mengingat dan daya
menyimpan ( memory ).
Dengan kata lain, jika seseorang siswa gtelaah kecanduan
narkoba, dia tidak akan bisa lagi melanjutkan sekolahnya,
walaupun orang tua sanggup membiayainya.
Upaya yang bisa dilakukan agar anggota keluarga tidak
tertular penyakit narkoba, adalah dengan preventif yaitu
menjaga jangan sampai anak terlibat dengan putaw, ganja,
dan sebagainya.
Pertama : hindarkan pergaulan dengan kelompok-
kelompok gang, preman dan orang-orang berkelakuan
tidak baik.
Kedua : sejak kecil anak-anak diajarkan shalat dan agama,
sehingga setelah remaja, mereka mempunyai benteng diri
terhadap pengaruh-pengaruh negative.
Ketiga : harus selalu ada penyuluhan di masyarakat dan
sekolah-sekolah tentang bahaya narkoba. Karena
kebanyakkan remaja yang terlibat memakai narkoba
adalah karena sejak awal tidak mengetahui bahayanya,
seperti kerusakan otak dan kematian karena over dosis.
Pendidikan Anti Narkoba ( PAN )
Pendidikan anti narkoba harus dapat di programkan di
setiap kelurahan. Pengertian PAN adalah sebagai upaya
membantu individu yang belum terkena kecanduan
narkoba supaya dia mampu menghindari, menolak,
melawan, dan mengkampanyekan anti narkoba sehingga
tidak meluas ke segenap masyarakat.
Untuk melakuakan PAN haruslah dengan kerjasama
terpadu setiap unsure unsur masyarakat yang terkait dan
peduli terhadap usaha preventif bahaya narkoba. Beberapa
prinsip berikut ini akan melandasi PAN, antara lain:
Beberapa prinsip berikut ini akan melandasi PAN,
antara lain:
1. Terpadu: artinya penanganan PAN harus terpadu, yaitu
kerja sama erat antara pihak generasi muda, pemerintah
(kelurahan, RT/ RW).
2. Profesional: penanganan kasus narkoba harus bersikap
professional, termasuk usaha preventif. Artinya harus
dibuat sebuah proposal lengkap yang selanjutnya
disusun program-program PAN yang objektif dan
berlandaskan kebutuhan.
3. Kebutuhan: artinya program-program PAN hendaknya
berdasarkan kebutuhan-kebutuhan masyarakat,
terutama generasi muda dan keluarga. Karena yang
sering kecanduan adalah generasi muda.
d. Dinamika Kelompok
Bagi anggota kelompok yang telah kecanduan dapat
diberikan individual counseling, yaitu terapi yang
membantu idividu agar terlepas dari kecanduan. Individu-
individu seperti ini harus diperbanyak layanan konseling,
termasuk konseling keluarga dan community therapy
(terapi kemasyarakatan).
Namun yang terpenting ialah agar ia dirawat dulu oleh
dokter di rumah sakit ketergantungan obat (RSKO) untuk
menghilangkan zat racun di tubuh dan otaknya
(detoxification).
e. Hambatan Ketahanan Keluarga
Hambatan-hambatan keluarga untuk melawan bahaya
narkoba cukup bervariasi yaitu dari masalah budaya,
agama, keutuhan sistem keluarga dan pengaruh-pengaruh
TV dan VCD.
Pertengkaran karena alasan anak sering terjadi didalam
keluarga, bahwa ayah sering menyalahkan ibu jika anak
bermasalah, atau sebaliknya kadang-kadang pertengkaran
begitu panas terjadi setiap hari didepan anak, membuat
remaja itu lari dari rumah. Komunikasi yang lemah didalam
sistem keluarga menyebabkan egoistis pada setiap anggota
keluarga, terutama para remaja. Mereka kurang
menghormati orang tua, cuek urusan keluarga dan sering
diluar rumah.
f. Pemulihan Pecandu Narkoba

1. Dokter medis harus mengupayakan


menghilangkan zat racun di tubuh dan otaknya
(detoxification), yaitu mengurangi keracunan
otak karena narkoba.
2. Diupayakan agar rasa kecanduannya hilang
dengan metode atau pendekatan terpadu,
berupa:
a. Konseling Individual
Konseling ini bertujuan menanamkan kepercayaan diri klien
atas dasar kesadaran diri untuk:
1. Tidak menyalahkan orang lain atas kecerobohan dan kesalahan
mengkonsumsi narkoba.
2. Menumbuhkan kesadaran untuk mengambil tanggung jawab
atas perbuatannya selama ini dengan menerima segala
akibatnya.
3. Menerima realitas hidup yang jujur
4. Membuat rencana-rencana hidup yang rasional dan sistematik
untuk keluar dari cengkraman narkoba dan menjadi manusia
yang baik.
5. Menumbuhkan keinginan dan kepercayaan diri untuk
melaksanakan rencana hidup tersebut( Dyer & Vried,1997).,
Prosedur Konseling Individual adalah:

1. Menciptakan hubungan konseling yang


membutuhkan kepercayaan klien terhadap
konselor, sehingga klien menjadi jujur dan terbuka.
2. Konselor membantu klien agar mampu memahami
diri dan masalahnya.
3. Konselor membantu klien untuk memahami dan
mentaati rencana atau program yang telah disusun
konselor.
b. Bimbingan Kelompok

Bimbingan ini bertujuan untuk memberi kesempatan


klien untuk berpartisipasi dalam memberi ceramah
dan diskusi dengan berbagai kelompok masyarakat,
melalui interpersonal relation akan tumbuh
kepercayaan diri klien (Yalom,1985).
Prosedur BKL yang menjadikan klien sebagai figure
sentral adalah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan mental klien untuk berani


menyampaikan kisah kasusnya dan berdiskusi
dengan peserta.
2. Mempersiapkan materi yang akan disampaikan
klien kepada peserta diskusi.
3. Menyiapkan peserta agar mampu untuk berdiskusi
dengan klien dan tidak segan-segan untuk
mengkritik dan member masukan.
4. Mempersiapkan daftar hadir peserta dan
dokumentasi (foto atau video)
c. Konseling Keluarga (KK)
Untuk mencapai keberhasilan KK maka prosedur yang harus
ditempuh adalah:
1. Menyiapkan mental klien narkoba untuk menghadapi anggota
keluarga.
2. Memberi kesempatan setiap anggota keluarga menyampaikan
perasaan kepada klien.
3. Konselor memberi kesempatan kepada klien untuk
menyampaikan isi hatinya.
4. Konselor mengemukakan kepada keluarga tentang program
pemulihan klien secara keseluruhan.
5. Konselor meminta tanggapan keluarga tentang program tersebut,
dan diminta juga tanggapan mereka tentang keadaan klien saat
ini.
6.  
d. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan termasuk pendidikan agama diberikan


kepada klien narkoba dengan tujuan membentuk
kepribadian klien yang sehat.
Ciri-ciri kepribadian sehat menurut Maslow ( Jourard dan
Landsman, 1980 ) sebagai berikut:

1. Menerima kenyataan hidup secara baik (tanpa konflik)


2. Menerima keadaan diri dan orang lain apa adanya.
3. Bersifat alami
4. Mampu memusatkan perhatian terhadap tugas dan
masalah yang dihadapi.
5. Mampu mandiri
6. Memiliki rasa persahabatan dan kasih sayang.
7. Demokratis
8. Punya rasa etis dan moral relligius
9. Punya rasa humor
Pemulihan korban narkoba tidak cukup hanya dngan
sharing perasaan bosan saja, akan tetapi lebih
ditekankan agar dia lebih mendekatkan diri kepada
Allah Yang Maha Kuasa, sehingga tumbuh keyakinan
pada dirinya tentang Allah, kemudian melaksanakan
perintahnya dan menghentikan larangan-Nya.
Pelatihan-pelatihan yang diperlukan adalah pelatihan
komunikasi yang sopan dan dengan bahasa yang baik,
latihan bergaul dengan berbagai kalangan masyarakat,
latihan berdiskusi dan latihan ibadah terutama shalat
(bagi orang islam), atau dengan cara lain.
e. Kunjungan (visiting).

Proses pemulihan klien narkoba diperlukan pula


dengan program kunjungan. Konselor harus mampu
memilih objek kunjungan agar substansinya dapat
mempercepat pemulihan, misalnya pesantren dan
lembaga-lembaga ketrampilan.
Prosedur kunjungan ke pesantren melaui tahapan-
tahapan sebagai berikut:

1. Kunjungan dipandu oleh konselor dan tim


2. Mempersiapkan mental klien, fisik dan peralatan
yang dibutuhkan untuk kunjungan
3. Konselor telah menyusun acara selama di pesantren
4. Evaluasi hasil kunjungan.
Prosedur kunjungan kelembaga ketrampilan sebagai
berikut:

1. Konselor dan tim menetapkan objek kunjungan


2. Mempersiapkan mental dan catatan klien untuk
kunjungan
3. Mengadakan diskusi dengan pengurus lembaga
untuk menerima masukan yang berguna bagi klien
dan konselor.
f. Partisipasi sosial

Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan kesadaran


sosial atau hidup bermasyarakat secara wajar dan
produktif.
Prosedur kegiatan partisipasi sosial adalah sebagai
berikut:
1. Konselor dan tim menyusun rencana partisipasi sosial
2. Mendiskusikan rencana tersebut dengan klien agar klien
paham dan siap mental
3. Memberikan kesempatan kepada klien berpartisipasi
dalam kegiatan yang sudah direncanakan
4. Evaluasi konselor dan tim bersama klien
5. Menerima penilaian klien tentang manfaat keikut
sertaannya dalam kegiatan tersebut
 Diharapkan dari hasil kegiatan-kegiatan klien, maka
akan hilang perasaan terisolasi yang selama ini ada
dalam dirinya.
g. Aplikasi Konseling Terpadu
1. Studi kasus
 FR adalah pecandu narkoba “kelas kakap” yang amat sarat
dengan penglaman mengkonsumsi narkoba. Sejak kelas 5 SD
tahun 1987, FR telah akrab dengan ganja. Hal ini terjadi
karena dikediamannya dibelakang Cililitan Jakarta
merupakan suatu pemukiman padat penduduk dan banyak
pemuda tetangga suka nongkrong di depan rumahnya. FR
sering juga ikut “ kongkow ” atau berkelompok dengan para
pemuda yang rata-rata pengangguran itu, walapun masih
tergolong anak kecil FR diajak oleh pemuda-pemuda preman
untuk menghisap ganja. Kemudian FR merasa keenakan
menghisap ganja. Karena persediaan para preman itu habis,
maka FR terpaksa membeli barang haram tersebut dari
Bandar yang ditunjukkan para pemuda preman tersebut.
Ayah-ibu FR sangat berbeda watak, ayahnya orang yang keras
tidak mau tahu dengan perilaku anak-anaknya. Sedangkan
ibunya adalah seorang yang lembut, menyayangi anak-anak
namun kurang paham kehidupan anak-anaknya sehari-hari,
termasuk FR.
Disaat FR kecanduan ganja ibunya tidak tahu sama sekali. FR
jika berada dirumah selalu sebagai anak manis. FR anak
tertua dari tiga bersaudara makin menjadi-jadi sebagai
pecandu narkoba setelah masuk SMP, bahkan dia sudah
mengenal dengan berbagai pil, setamat SMP, FR melanjutkan
sekolah ke STM swasta, dimana banyak sekali pelajar yang
telah menjadi pecandu seperti dia. STM ini terkenal dengan
kebiasaan tawuran dengan sekolah lain, menurut keterangan
FR sebelum tawuran mereka menelan sejenis drug seperti
nipam, agar timbul keberanian untuk menyerang lawan dan
tidak takut terhadap polisi.
Setelah tamat STM , FR memasuki sebuah universitas
swasta Fakultas Teknik.
Di Fakultas ini FR bertemu dengan para senior pecandu
dengan spesialis, ada putaw, sabu-sabu, heroin dan
sebagainya.
Namun yang paling populer adalah mengkonsumsi
putaw, mula-mula FR mencari dulu suatu kamar di
pondokan mahasiswa disekitar universitasnya.
Pada tahun pertama ia didatangi oleh seorang
mahasiswa senior untuk meminta numpang barang
beberapa hari, karena FR kebetulan tinggal sendiri
dikamar kost tersebut maka FR tidak keberatan. Alasan
teman tersebut karena belum mendapat kamar kost
yang cocok.
2. Perubahan tingkah laku

Sebelum melakukan konseling konselor menyusun


program terlebih dahulu, kemudian
mensosialisasikan kepada klien dan keluarganya.
3. Hasil dan pembahasan

Selama berjalan proses pemulihan, kepada FR selalu


diberi program konseling yang bersifat agama dan
individual.
Tujuan :

1. Mengevaluasi secara bersama-sama (konselor dan


FR) tentang kegiatan atau program yang telah
dilalui
2. Menarik makna yang mengandung perkembangan
dan kemajuan pemulihan FR
3. Menilai perilaku yang telah positif dilakukan FR
sampai saat ini
4. Kedekatan terhadap tuhan
b. Perubahan sikap
Perubahan sikap dari tertutup (sejak awal) hingga
terbuka dan jujur, adalah kemajuan yang sangat
berarti.
Disamping itu, pengajaran agama dan praktik shalat
yang dilakukan saat konseling individual.telah
mengubah sikap dari membelakangi tuhan dan berbuat
dosa dan kemaksiatan menjadi orang yang berserah diri
kepada tuhan serta menyesali atas segala perbuatan
dosanya dengan bertoubat kepada tuhan.
Terhadap keluarga, terjadi pula perubahan sikap yang
amat signifikan yaitu adanya rasa hormat dan kasihan
terutama terhadap ibunya.

Anda mungkin juga menyukai