Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSELING PERKAWINAN

“Perbedaan Konseling Perkawinan Dengan Konseling Pranikah, Ruang


Lingkup Konseling Perkawinan dan Materi Konseling Perkawinan”

Dosen Pengampu :

Dr. Yarmis Syukur, M. Pd., Kons.

Oleh Kelompok 3:

Andre Supratman (18006170)

Annisa Fujiyanti (18006235)

Nila Frischa Panzola (18006299)

Ririn Mailiza (18006207)

Yola Endriani (18006147)

BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, sehingga pemakalah dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul ““Perbedaan Konseling Perkawinan
Dengan Konseling Pranikah, Ruang Lingkup Konseling Perkawinan dan
Materi Konseling Perkawinan” tepat pada waktunya. Sholawat serta salam tak
lupa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW semoga kita semua menjadi
hamba Allah SWT yang menjauhi larangan-Nya.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Konseling Perkawinan. Tersusunnya makalah ini tidak lupa dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada
Dosen pengampu Dr. Yarmis Syukur, M.Pd.,Kons. dan teman-teman sekalian.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Apabila
terdapat kesalahan pada makalah ini kami benar-benar mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Padang, 04 November 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
A. Perbedaan Konseling Perkawinan dan Konseling Pranikah ................. 3
B. Ruang Lingkup Konseling Perkawinan ................................................. 5
C. Materi Konseling Perkawinan ................................................................ 6
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 8
A. Kesimpulan .............................................................................................. 8
B. Saran ........................................................................................................ 8
KEPUSTAKAAN ............................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pernikahan juga
merupakan proses bersatunya dua orang pada suatu ikatan yang di dalamnya
terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumah tangga dan
meneruskan keturunan. Seseorang yang memutuskan untuk menikah berarti
dia sudah menentukan suatu keputusan penting dalam kehidupannya.
(Musyirifin, Z., 2018)
Manusia merupakan makhluk yang berkembang dari masa ke masa,
sehingga terjadi perubahan-perubahan dalam diri manusia tersebut. Dalam
mengarungi perkembangan ini, kadang-kadang seseorang mengalami hal-hal
yang tidak dimengertinya, hususnya yang berkaitan dengan hubnungan antara
pria dan wanita dalam sebuah pernikahan..
Keluarga harmonis sangat didambakan oleh setiap individu, namun
seringkali apa yang diinginkan tidak sesuai dengan kenyataan. Realitanya
banyak persoalan mengenai keluarga tidak harmonis, keluarga tersebut sudah
tidak lagi memiliki kenyamanan akan tetapi semuanya menjadi ketakutan,
kekecewaan, dan trauma.
Salah satu masalah yang terjadi dalam perkawinan semua itu akan
menyangkut masalah penyesuaian diri. Bagi seseorang yang tidak mampu
menyesuaikan diri dengan baik dengan lingkungan atau pasangannya, tentu
membutuhkan bantuan konseling agar dapat menyesuaikan diri dengan
pasangan atau lingkungannya secara baik. makanya perlu adanya pemberian
informasi atau persiapan sebelum pernikahan yang disebut dengan konselig
pranikah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dikaji lebih dalam tentang
bagaimana perbedaan konseling perkawinan dengan konseling pranikah,
ruang lingkup konseling perkawinan dan materi konseling perkawinan

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbedaan konseling perkawinan dengan konseling pranikah?
2. Bagaimana ruang lingkup konseling perkawinan?
3. Bagaimana materi konseling perkawinan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perbedaan konseling perkawinan dan konseling
pranikah
2. Untuk mengetahui ruang lingkup konseling perkawinan
3. Untuk mengetahui materi dalam konseling perkawinan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perbedaan Konseling Perkawinan dan Konseling Pranikah
Konseling perkawinan merupakan suatu cara yang dapat digunakan
oleh konselor kepada klien yang sedang mengalami masalah terhadap
pasangan suami-istri dalam memperbaiki keharmonisan rumah tangga untuk
mencapai kehidupan sakinah mawadah warahmah. Konseling
perkawinan merupakan konseling yang diselenggarakan sebagai metode
pendidikan, metode penurunan ketegangan emosional, metode membantu
partner-partner yang menikah untuk memecahkan masalah dan cara
menentukan pola pemecahan masalah yang lebih baik (Klemer, dalam
Latipun, 2008:221).
Konseling perkawinan merupakan proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh konselor kepada individu atau sekelompok individu klien, yang
dimungkinkan akan atau sedang mengalami sesuatu masalah yang
berhubungan dengan hidup sebagai pasangan suami-isteri, yang bermuara
pada teratasi- nya masalah yang dihadapinya (Soeharto, 2007:5).
Konseling Perkawinan adalah proses bantuan yang diberikan oleh
konselor perkawinan pada pasangan suami istri yang mengalami konflik
dalam perkawinannya agar mampu mengatasi persoalan-persoalan yang
dihadapinya, sehingga menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan tidak
tergantung pada orang lain yang kemudian terciptanya keluarga yang
harmonis (Musyirifin, Z., 2018)
Atabik, Ahmad. (2015) mengemukakan tujuan konseling perkawinan
adalah agar klien dapat menjalani kehidupan berumah tangga secara benar,
bahagia dan mampu mengatasi problem-problem yang timbul dalam
kehidupan perkawinan. Oleh karena itu, maka konseling perkawinan pada
prinsipnya berisi dorongan untuk menghayati atau menghayati kembali
prinsip-prinsip dasar, hikmah, tujuan dan tuntunan hidup berumah tangga
menurut ajaran Islam.

3
Konseling pranikah adalah nasehat yang diberikan kepada pasangan
sebelum menikah, menyangkut masalah medis, psikologis, seksual, dan sosial.
Konseling Pranikah dimaksudkan untuk membantu pasangan calon pengantin
untuk menganalisis kemungkinan masalah dan tentangan yang akan muncul
dalam rumah tangga mereka dan membekali mereka kecakapan untuk
memecahkan masalah (Musnamar, Thohari :1992).
Konseling pranikah atau yang biasa disebut marriage counseling)
merupakan upaya membantu pasangan calon pengantin. Tujuannya agar
mereka dapat berkembang dan mampu memecahkan masalah yang
dihadapinya melalui cara-cara yang saling menghargai, toleransi, dan
komunikasi, agar dapat tercapai motivasi berkeluarga, perkembangan,
kemandirian, dan kesejahteraan seluruh anggota keluarganya (Willis, 2009)
Konseling perkawinan bebeda dengan konseling pranikah.
Konselingpranikah (premarital counseling) merupakan konseling yang
diselenggarakan kepada pihak-pihak yang belum menikah, sehubungan
dengan rencana pernikahannya, seperti: dalam rangka membuatkeputusan agar
lebih mantap dan dapat melakukan penyesuaian di kemudian hari secara lebih
baik. Sementara konseling perkawinan lebih menekankan pada masalah-
masalah pasangan suami-isteri (Latipun,2008:222-230).
Pra nikah adalah masa sebelum adanya perjanjian antara laki-laki dan
perempuan, tujuannya untuk membangun rumah tangga berdasarkan undang-
undang perkawinan agama maupun pemerintah. Konseling pra nikah adalah
pelatihan berbasis pengetahuan dan keterampilan yang menyediakan informasi
mengenai pernikahan yang dapat bermanfaat untuk mempertahankan dan
meningkatkan hubungan pasangan yang akan menikah. Konseling pra nikah
juga dikenal dengan nama program persiapan pernikahan, pendidikan pra
nikah, konseling edukatif pra nikah dan terapi pra nikah. Sedangkan dalam
konseling perkawinan yaitu membantu pasangan suami istri yang mengalami
konflik dalam perkawinannya agar mampu mengatasi persoalan-persoalan
yang dihadapinya, sehingga menjadi keluarga sakinah mawaddah dan
warahmah (Muda Nst, A. 2021).

4
B. Ruang Lingkup Konseling Perkawinan
Beberapa ruang lingkup konseling perkawinan sebagai berikut:
1. Hendaknya pasangan mengungkapkan keluhan secara spesifik dan
meminta pasangannya untuk melakukan perubahan-perubahan perlakuan
dan tingkah laku yang memang bisa diubah agar segala sesuatu menjadi
lebih baik. Untuk itu, pasangan harus mengungkapkan keurutan isu-isu
tertentu yang pasti pada waktu yang tepat.
2. Pasangan hendaknya memahami diri masing-masing, dengan mencoba
meminta dan memberikan umpan balik dari pasangannya.
3. Pasangan tidak dibenarkan untuk membuat keputusan tentang karakteristik
spesifik tertentu pasangannya, misalnya: ”Kamu keras kepala”, ”Kamu
pembohong”. Pasangan juga tidak dibenarkan membuat keputusan seolah
pasangannya tidak mungkin untuk konsisten terhadap kesepakatan yang
telah ditentukan oleh pasangan, apalagi dengan kata-kata yang
mengandung unsur sarkastik.
4. Pasangan hendaknya mengkomunikasikan hal-hal yang ter¬jadi, di sini
dan pada saat ini, sehingga tidak akan terkom¬plikasi dengan muatan-
muatan perilaku negatif dan ke¬susahan-kesusahan terdahulu yang telah
terjadi pada masa lalu, atau bahkan menyertakan keluhan-keluhan yang
tidak relevan dengan masalah aktual yang saat ini dan pada waktu ini
terjadi.
5. Pasangan hendaknya mempertimbangkan kemungkinan untuk selalu
mencari jalan kompromi, karena tidak akan pernah menjadi pemenang
tunggal dalam argumentasi yang jujur di antara pasangan perkawinan.
Dalam hal ini, pasangan harus mengingat bahwa mereka adalah satu tim
dan bukan dua kelompok yang berbeda dan terpisah.
6. Pasangan harus trampil untuk berkomunikasi dengan penuh empati
sehingga mampu memahami sudut pandang pasangan¬nya. Pasangan
hendaknya memiliki optimisme bahwa akan selalu dapat dicapai satu jalan
terbaik bagi penyelesaian konflik yang mereka hadapi.

5
C. Materi Konseling Perkawinan
Materi adalah bahan yang akan digunakan oleh pembimbing (konselor)
dalam melakukan proses konseling perkawinan Materi-materi yang
disampaikan dalam pelaksanaannya yaitu materi-materi yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi tentang kehidupan rumah tangga, cara
membentuk keluarga yang sakinah, dan cara menjaga keutuhan rumah tangga
Miftahuddin, A. (2019)
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi diperlukannya konseling
pernikahan, sebagai berikut : (Walgito, 2004)
1. Masalah perbedaan individu.
Masing-masing individu memiliki kemampuan untuk berpikir,
namun kualitasnya antara satu dengan yang lainnya berbeda, ada yang
cepat dan ada yang lambat dalam mensikapi dan menyelesaikan masalah
yang sedang dihadapinya. Bahkan ada yang tidak mampu menyelesaikan
masalahnya sendiri, sehingga membutuhkan bantuan dari orang lain,
berupa konseling pernikahan.
2. Masalah kebutuhan individu.
Kebutuhan merupakan pendorong munculnya tingkah laku
manusia. Sementara, perkawinan juga merupakan suatu usaha untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Namun kadang kadang ditemukan
pasangan suami-istri tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana caranya.
Maka dalam hal ini pasangan tersebut membutuhkan bantuan dari orang
lain atau konselor.
3. Masalah perkembangan individu.
Manusia merupakan makhluk yang berkembang dari masa ke
masa, sehingga terjadi perubahan-perubahan dalam diri manusia tersebut.
Dalam mengarungi perkembangan ini, kadang-kadang seseorang
mengalami hal-hal yang tidak dimengertinya, hususnya yang berkaitan
dengan hubnungan antara pria dan wanita dalam sebuah pernikahan. Maka
bantuan dari orang yang ahli dalam konseling pernikahan menjadi sangat
berarti.

6
4. Masalah latar belakang sosio-kultural.
Perubahan keadaan menimbulkan banyak perubahan dalam
kehidupan masyarakat, seperti perubahan sosial, ekonomi, politik, budaya,
nilai dan seterusnya. Kondisi demikian tentunya sedikit banyak akan
mempengaruhi kehidupan seseorang dalam masyarakat, dan ini merupakan
tantangan yang tidak mudah untuk dihadapi. Maka bagi orang-orang
tertentu sangat membutuhkan bantuan dari orang lain atau konselor untuk
menghadapi berbagai tantangan tersebut.
Berangkat dari uraian di atas, semua itu akan menyangkut masalah
penyesuaian diri. Bagi seseorang yang tidak mampu menyesuaikan diri
dengan baik dengan lingkungan atau pasangannya, tentu membutuhkan
bantuan konseling agar dapat menyesuaikan diri dengan pasangan atau
lingkungannya secara baik.
Miftahuddin, A. (2019) mengemukakan secara khusus materi-materi
dalam konseling pra nikah di adalah sebagai berikut:
1. Materi tentang seputar keluarga berencana dan Imunisasi
2. Materi Undang-Undang Perkawinan dan Munakahat
3. Materi Keluarga Sakinah Materi ini berisi tentang ruang lingkup
bagaimana membangun keluarga yang Sakinah, Mawaddah Warrohmah
sesuai dengan tujuan dari pernikahan.
4. Materi Kesehatan Reproduksi dan Kesehatan Ibu Hamil
Calon pengantin juga di bekali tentang kesehatan reproduksi yakni
bagaimana cara berhubungan batin secara sehat, mengenal organ-organ
reproduksi dalam melakukan hubungan intim dengan pasangan.
5. Materi Keluarga Sejahtera
Keluarga yang sejahtera tidak muncul begitu saja tetapi harus ada upaya
untuk mewujudkannya salah satunya yakni menjadikan rumah sebagai
tempat tinggal yang menyenangkan, menjalin komunikasi yang baik antar
anggota keluarga serta sering meluangkan waktu berkumpul bersama
keluarga

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling perkawinan bebeda dengan konseling pranikah.
Konselingpranikah (premarital counseling) merupakan konseling yang
diselenggarakan kepada pihak-pihak yang belum menikah, sehubungan
dengan rencana pernikahannya, seperti: dalam rangka membuatkeputusan agar
lebih mantap dan dapat melakukan penyesuaian di kemudian hari secara lebih
baik. Sementara konseling perkawinan lebih menekankan pada masalah-
masalah pasangan suami-isteri
Pra nikah adalah masa sebelum adanya perjanjian antara laki-laki dan
perempuan, tujuannya untuk membangun rumah tangga berdasarkan undang-
undang perkawinan agama maupun pemerintah. Konseling pra nikah adalah
pelatihan berbasis pengetahuan dan keterampilan yang menyediakan informasi
mengenai pernikahan yang dapat bermanfaat untuk mempertahankan dan
meningkatkan hubungan pasangan yang akan menikah. Sedangkan dalam
konseling perkawinan yaitu membantu pasangan suami istri yang mengalami
konflik dalam perkawinannya agar mampu mengatasi persoalan-persoalan
yang dihadapinya, sehingga menjadi keluarga sakinah mawaddah dan
warahmah
Materi dalam konseling perkawinan lebih berfokus pada permasalahan
yang dialami oleh pasangan suami istri dalam perkawinannya sedangkan
dalam konseling perkawinan materinya lebih berfokus pada persiapan bagi
calon pengantin dalam menghadapi kehidupan pernikahan nantinya
B. Saran
Dalam pembuatan makalah maupun pembahasan makalah yang telah
dijelaskan kelompok, tidak luput dari kesalahan ataupun kekurangan baik dari
penulisan dan penyusunan rangkaian kata. Oleh karena itu pemakalah
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga dalam
penulisan berikutnya dapat lebih baik lagi.

8
KEPUSTAKAAN
Atabik, Ahmad. (2015). Dari Konseling Perkawinan Menuju Keluarga
“Samara”, 6(1),
Latipun. (2008). Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Miftahuddin, A. (2019). Efektivitas Bimbingan Konseling Pranikah. Turatsuna:
Jurnal Keislaman dan Pendidikan, 1, 10-18.
Muda Nst, A. (2021). Efektifitas Penggunaan Buku Saku Konseling Pranikah
Bagi Mahasiswa (Dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Tentang
Pernikahan). El-Ahli: Jurnal Hukum Keluarga Islam, 2(1), 46-62.
Musyirifin, Z. (2018). Urgensi Layanan Konseling pada Pernikahan Beda
Agama. Madaniyah, 8(1), 53-74.
Soeharto.(2007). Konseling Perkawinan dan Kesehatan Seksual.(Makalah).
Surakarta: Pusat studi Kesehatan Seksual.
Sofyan Willis. 2008. Konseling Keluarga. Jakarta: Alfabeta.
Syahraeni, A. (2014). Konseling Perkawinan/Keluarga Islami. Al-Irsyad Al-Nafs:
Jurnal Bimbingan dan Penyuluhan Islam, 1(1).
Walgito, Bimo. (200). Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Andi
Offset.

Anda mungkin juga menyukai