Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KONSELING PERKAWINAN

“INTERAKSI KELUARGA DALAM PERKAWINAN”

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH:


Dr. Yarmis Syukur, M. Pd., Kons

Oleh

Kelompok 4

1. Indah Purnamasari 18006186


2. Mawaddah 18006118
3. Mistari Zai 18006353
4. Rani Rahmita Nasution 18006075
5. Ulvy Witri Humairah 18006057

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita, sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Interaksi Keluarga Dalam Perkawinan” tepat pada waktunya. Sholawat serta salam tak lupa
dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW semoga kita semua menjadi hamba Allah SWT yang
menjauhi larangan-Nya.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Konseling
Perkawinan. Tersusunnya makalah ini tidak lupa dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu Dr. Yarmis Syukur, M.Pd.,Kons.
dan teman-teman sekalian. Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Apabila terdapat
kesalahan pada makalah ini kami benar-benar mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Padang, 16 September 2021

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................1

DAFTAR ISI..................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................4

A. Latar Belakang............................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................5

A. Pengertian Interaksi dan Keluarga..............................................................................................5

B. Interaksi Keluarga dalam Perkawinan.........................................................................................6

BAB III PENUTUP...................................................................................................................... 9

A. Kesimpulan................................................................................................................................ 9

B. Saran........................................................................................................................................... 9

KEPUSTAKAAN....................................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa. Pernikahan juga merupakan proses bersatunya dua orang pada suatu ikatan
yang di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumah tangga dan
meneruskan keturunan. Seseorang yang memutuskan untuk menikah berarti dia sudah
menentukan suatu keputusan penting dalam kehidupannya. Ini merupakan momentum penting
dan tidak mudah melakukannya.
Hubungan sosial merupakan salah satu hubungan yang dilaksanakan mengandung
pengertian bahwa dalam lingkungan itu setiap individu menyadari kehadirannya disamping
kehadiran individu yang lain. Interaksi dalam keluarga merupakan hal yang perlu kita kaji,
interaksi merupakan salah satu faktor bagaimana individu melanjutkan kehidupannya dalam
berkeluarga, serta bagaimana keluarga membangun hubungan yang harmonis.
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dikaji lebih dalam tentang bagaimana interaksi
keluarga dalam perkawinan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu intreraksi keluarga dalam perkawinan?
2. Bagaimana interaksi keluarga dalam perkawinan?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu interaksi keluarga dalam perkawinan?
2. Untuk mengetahui bagaimana interaksi keluarga dalam perkawinan?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Interaksi dan Keluarga


Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut
hubungan antar individu, individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok dengan
kelompok. Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Di sisi lain interaksi sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai
segi kehidupan bersama atau dalam kehidupan sosial (Setiadi dan Kolip, 2010). Proses sosial
adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar manusia
yang berlangsung sepanjang hidupnya di dalam masyarakat.
Sebagai makhluk sosial, sudah barang tentu manusia dituntut untuk mengadakan
hubungan sosial antar sesamanya dalam kehidupan, disamping tuntutan hidup dalam
berkelompok. Hubungan sosial merupakan salah satu hubungan yang dilaksanakan
mengandung pengertian bahwa dalam lingkungan itu setiap individu menyadari
kehadirannya disamping kehadiran individu yang lain. Hal ini disebabkan bahwa kata sosial
berarti “Hubungan yang berdasarkan atas kesadaran yang satu terhadap yang lain, dimana
mereka saling berbuat, saling mengakui dan saling mengenal atau mutual action dan mutual
recognation” (Yunistiati, Djalali, & Farid, M. 2014: 75).
Keluarga dalam arti yang sempit sebagaimana di kemukakan oleh Soekanto
(1998) dipandang sebagai inti dari suatu kelompok sosial yang terkecil dari masyarakat yang
terbentuk berdasarkan perkawinan dan sebuah keluarga terdiri dari seorang suami (ayah),
istri (ibu) dan anak-anak. Sementara menurut Mulyono (1986) bahwa keluarga pada
hakekatnya merupakan wadah/tempat pembentukan karakteristik setiap anggota keluarga,
terutama anak-anak yang masih berada dalam pengawasan/bimbingan serta tanggungjawab
kedua orang tuanya. Lebih lanjut Mulyono (1986) mengatakan, keluarga itu merupakan
kesatuan/unit terkecil di dalam masyarakat dan menempati posisi yang sangat penting dalam
kehidupan masyarakat, sehingga keluarga dipandang mempunyai peranan besar dan vital
dalam mempengaruhi seseorang anak atau anggota keluarga yang lainnya, teristimewa
ketika anak-anak memasuki masa akhil balik.
Jadi dapat diartikan keluarga adalah kelompok sosial terkecil dalam kehidupan
masyarakat yang terdiri dari dari dua individual tau lebih dan memiliki ikatan batin
diakibatkan hubungan pernikahan, hubungan sedarah, dan adopsi. Mereka hidup bersama,
memiliki tujuan bersama untuk menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik dan mental, emosional dan sosial setiap anggotanya.
Anggota keluarga saling ketergantungan satu sama lain diwujudkan dengan saling
berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.

B. Interaksi Keluarga dalam Perkawinan


Menikah itu bukan hanya menghubungan cinta kasih sayang antara dua pasangan
yang saling mencintai akan tetapi juga menghubungkan dua buah keluarga untuk menjadi
satu keluarga besar. Hal ini tidaklah mudah karena bahwasanya dari beberapa pihak
keluarga pasti mempunyai pemikiran atau sifat yang berbeda-beda.
Setiap manusia pasti akan hidup berkeluarga dan bermasyarakat dan dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari tentunya tidak terlepas dari kegiatan berinteraksi karena
interaksi itu merupakan bagian yang fundamental dalam kehidupan manusia. Mengingat
interaksi itu merupakan salah satu bentuk hubungan yang wajib dilaksanakan oleh manusia
sebagai makhluk sosial dan juga sebagai makhluk individu, baik kehidupan keluarga
maupun bermasyarakat.
Proses interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat dan keluarga, secara
sosiologis memiliki dua syarat utama, yaitu:
1. Adanya kontak sosial: secara harafiah kontak berarti bersama-sama menyentuh
masyarakat secara individu maupun kelompok seperti berbicara dengan orang lain secara
berhadap-adapan atau melalui teknologi modern telepon rumah/handphone, membaca
surat, saling mengirim imformasi dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kontak sosial
adalah sebuah aksi individu/kelompok dalam bentuk isyarat yang memiliki makna bagi si
pelaku, dan si penerima membalas aksi tersebut dengan reaksi (Setiadi dan Kolip, 2010).
2. Adanya komunikasi: komunikasi itu merupakan aksi antara dua pihak/lebih yang
melakukan hubungan dalam bentuk saling memberikan tafsir atas pesan yang
disampaikan oleh masing-masing fihak. Melalui tafsir pada perilaku pihak lain, seseorang
dapat mewujudkan perilaku sebagai reaksi atas maksud yang diinginkan oleh pihak lain.
Interaksi keluarga adalah hubungan yang terjalin antaranggota keluarga yang
mencakup interaksi suami-istri, interaksi orangtua dan anak, dan interaksi antar saudara
yang melibatkan komunikasi dan emotional bonding untuk mencapai pemahaman yang lebih
baik dalam melaksanakan peran dan fungsi keluarga.
Adapun interaksi keluarga dalam perkawinan antara lain:
1. Relasi Pasangan Suami Istri
Relasi suami istri memberikan landasan dan menentukan warna bagi keseluruhan
relasi didalam keluarga. Banyak keluarga yang berantakan ketika terjadi kegagalan dalam
relasi suami istri. Kunci bagi kelanggengan perkawinan adalah keberhasilan melakukan
penyesuaian di antara pasangan. Penyesuaian ini bersifat dinamis dan memerlukan sikap
dan cara berpikir yang luwes. Terdapat tiga indikator bagi proses penyesuaian
sebagaimana diungkapkan Gleen, yakni “konflik, komunikasi, dan berbagi tugas rumah
tangga” (Ulfiah, 2016).
Lima aspek menojol yang membedakan antara pasangan bahagia dengan
pasangan yang tidak bahagia adalah komunikasi, fleksibilitas, kedekatan, kecocokan
kepribadian dan resolusi konflik. Kesalahpahaman dalam komunikasi dapat menimbulkan
konflik, yang sering menggunakan komunikasi negative. Gaya komunikasi negative
biasanya menggunakan pernyataan “kamu”. Gaya kominikasi positif biasanya
menekankan sikap asertif dan menggunakan pernyataan “aku” (Ulfiah, 2016).

2. Relasi Orangtua dan Anak


Menurut Basri (1999) bahwa setiap orang tua bertanggungjawab juga memikirkan
dan mengusahakan agar senantiasa terciptakan dan terpelihara suatu hubungan antara
orang tua dengan anak yang baik, efektif dan menambah kebaikan dan keharmonisan
hidup dalam keluarga, sebab telah terjadi bahan kesadaran para orang tua bahwa hanya
dengan hubungan yang baik kegiatan pendidikan dapat dilaksanakan dengan efektif dan
dapat menunjang terciptanya kehidupan keluarga yang harmonis.
Selanjutnya Hurlock (1973) menyatakan bahwa anak yang hubungan perkawinan
orang tuanya bahagia akan mempersepsikan rumah mereka sebagai tempat yang
membahagiakan untuk hidup dan tinggal, karena makin sedikit masalah orang tua,
semakin sedikit masalah yang dihadapi anak, dan sebaliknya hubungan keluarga yang
buruk akan berpengaruh kepada seluruh anggota keluarga. Ketika suasana keluarga yang
tercipta adalah tidak menyenangkan, anak akan ingin keluar dari rumah sesering
mungkin, karena secara emosional, suasana tersebut akan mempengaruhi masing-masing
anggota keluarga untuk bertengkar dengan yang lainnya.

3. Relasi antar Saudara


Hubungan antar saudara terjadi sejak seorang adik dilahirkan sampai salah satu
dari mereka meninggal. Hubungan antar saudara bisa dipengaruhi oleh jenis kelamin,
umur, jumlah, jarak kelahiran, rasio saudara laki terhadap saudara perempuan, umur
orang tua pada saat mempunyai anak pertama, dan umur anak mereka keluar dari rumah
(Ihrom, 1999).
Kedekatan emosi, harapan akan adanya tanggung jawab saudara, dan konflik
antar saudara (siblings), dianggap sebagai faktor yang penting dalam interaksi antar
mereka. Kedekatan emosi termasuk adanya rasa ingin berbagai pengalaman, kepercayaan,
perhatian, dan perasaan senang dalam hubungan tersebut. Secara emosi hubungan antar
saudara baik laki-laki maupun perempuan pada usia lanjut lebih erat dibandingkan ketika
mereka masih pada usia sebelumnya. Lebih besarnya kebutuhan pada usia lanjut,
perasaan yang kuat sebagai keluarga, perubahan persepsi karena perbedaan usia, adalah
beberapa alasan yang bisa disebutkan untuk membedakan kedekatan emosi tersebut. Pada
masa usia lanjut, saudara penting untuk saling memberikan dukungan dan perhatian
(Ihrom, 1999).
Walaupun berbagai penelitian menunjukkan berbagai hal negative dalam
hubungan antar saudara yang dikenal dengan sebutan sibling rivalry, namun keberadaan
saudara kandung sebagaimana dikemukakan Ihinger-Talman & Hsio juga bermanfaat,
yaitu sebagai tempat uci coba (testing ground), sebagai guru, sebagai mitra, sebagai
sarana untuk belajar, sebagai sarana untuk mengetahui manfaat dari komitmen dan
kesetiaan, sebagai pelindung bagi saudaranya, sebagai penerjemah dari maksud orang tua
dan teman sebaya terhadap adiknya, dan sebagai pembuka jalan saat ide baru tentang
suatu perilaku dikenalkan pada keluarga (Ulfiah, 2016).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

keluarga adalah kelompok sosial terkecil dalam kehidupan masyarakat yang terdiri dari dari

dua individual tau lebih dan memiliki ikatan batin diakibatkan hubungan pernikahan, hubungan

sedarah, dan adopsi. Mereka hidup bersama, memiliki tujuan bersama untuk menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik dan mental, emosional

dan sosial setiap anggotanya. Anggota keluarga saling ketergantungan satu sama lain diwujudkan

dengan saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.

Interaksi keluarga adalah hubungan yang terjalin antaranggota keluarga yang mencakup

interaksi suami-istri, interaksi orangtua dan anak, dan interaksi antar saudara yang melibatkan

komunikasi dan emotional bonding untuk mencapai pemahaman yang lebih baik dalam

melaksanakan peran dan fungsi keluarga.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah maupun pembahasan makalah yang telah dijelaskan kelompok,

tidak luput dari kesalahan ataupun kekurangan baik dari penulisan dan penyusunan rangkaian

kata. Oleh karena itu pemakalah mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun

sehingga dalam penulisan berikutnya dapat lebih baik lagi.


KEPUSTAKAAN

Basri, H. 1999. Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Hurlock, E.B. 1973. Adolescent Development. (Terjemahan) Tokyo : McGraw Hill


Kogakusha, Ltd

Ihrom. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor.

Mulyono, B. 1986. Kenakalan Anak-Anak. Yokyakarta: Andi Offset

Setiadi, E. & Kolip, U . 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Soekanto. 1988. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali

Ulfiah. 2016. Psikologi Keluarga. Bogor. Ghalia Indonesia

Yunistiati, F., Djalali, M. A. A., & Farid, M. 2014. Keharmonisan keluarga, konsep diri dan
interaksi sosial remaja. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 3(01).
DOI: https://doi.org/10.30996/persona.v3i01.371 (Diakses 16 September 2021)

Anda mungkin juga menyukai