Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“MENGANALISI INTERAKSI”

DOSEN PENGAMPU : RAYSA PUTERI ARDHIYANI, M.S.I

Disusun Oleh :
Kelompok

1. LAILATUL HIKMAH 2020155008

SEMESTER : IV

PRODI : PIAUD

RUANGAN :E

REGULER I

MATA KULIAH : EVALUASI PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) TEBO

2022
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmatNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam
makalah ini kami membahas “MENGANALIS INTERAKSI”.Makalah ini dibuat
dalam rangka memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai keimanan dan
ketakwaan serta mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua kalangan khusus nya kepada para
maha siswa di Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata, atas segala dkungan yang diberikan kami mengucapka terima kasih
kepada dosen pembimbing sehingga makalah ini disusun dengan baik

Muara tebo,29 juli 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2

A. Interaksi Pengasuhan Dalam Keluarga...............................................................2

BAB III PENUTUP.......................................................................................................7

A. Kesimpulan........................................................................................................7

B. Saran..................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................8

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

.Interaksi simbolik merupakan proses social yang ada di masyarakat yang


mencerminkan bahwa manusia itu memiliki kemampuan akal untuk berpikir
dibanding dengan hewan. Kemampuan manusia untuk berpikir itu dibentuk oleh
interaksi social.
Pengasuhan anak merupakan cara dilakukan orang tua atau pengasuh dalam
nmendorong anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pengasuhan anak
myang tepat diharapkan dapat membentuk seorang anak dengan pribadi yang baik,
penuh semangat dalam belajar dan juga prestasi belajar anak terus meningkat seiring
pertumbuhan dan perkembangan yang di alami anak. Pengasuhan anak yang
dilakukan orang tua atau pengasuh sangat berpengaruh terhadap perkembangan
motoric kasar dan halus, perkembangan bahasa, dan kemampuan social anak.
Pengasuhan anak secara tradisioanal menganggap bahwa ibu sebagai pengasuh
utama. Peran ibu adalah menghabiskan waktu untuk mengasuh anak di rumah secara
eksklusif. Peran perempuan dalam lingkungan keluarga sangat fundamental,
perempuan ibarat lembaga pendidikan bagi seorang anak. Namun, dengan
berkembangnya zaman banyak perempuan atau ibu ikut berlomba dengan laki-laki
untuk mendapat kemajuan dalam bidang ekonomi, social,industry, dan ilmu
pengetahuan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Interaksi Pengasuhan Dalam Kelurga ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Interaksi Pengasuhan Dalam Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang memegang peranan


penting dalam pembentukan kepribadian anak hingga menjadi dewasa. Karena itu
keluarga sebagai lembaga pertama dalam kehidupan anak akan memberikan pola dan
corak bagi konsep diri anak yang berbeda-beda sesuai dengan perkembangannya.
Pengalaman interaksi dalam keluarga akan menentukan pola tingkah laku anak
terhadap orang lain dalam masyarakat.

Kesalahan interaksi dalam keluarga yang dikarenakan kurang optimalnya


anggota keluarga dalam melaksanakan peran dan fungsinya masing-masing dapat
menimbulkan berbagai permasalahan dalam keluarga.

Pandangan konstruksi perkembangan percaya bahwa ketika individu itu tumbuh


mereka mendapatkan model berhubungan dengan orang lain. Ada dua variasi utama
dalam pandangan ini yang satu menekankan kontinuitas dan stabilitas dalam
hubungan (pandangan kontinuoitas) dan satu lagi berfokus pada diskontinuitas dan
perubahan dan hubungan (pandangan diskontinuitas). Bagi sebagian orang, peran
orang tua direncanakan dan dikoordinasikan dengan baik. Bagi orang lain, peran
orang tua datang sebagai kejutan. Ada banyak mitos tentang pengasuhan, termasuk
mitos bahwa kelahiran anak akan menyelamatkan perkawinan yang gagal.

Tren yang makin berkembang adalah memandang orang tua sebagai manajer
atas kehidupan anak. Orang tua memegang peranan penting sebagai manajer atas
kesempatan anak, dalam memantau hubungan anak dan sebagai inisiator dan pengatur
hubungan sosial. Orang tua perlu menyesuaikan pengasuhan mereka seiring dengan
bertambahnya usia anak, mengurangi penggunaan manipulasi fisik dan lebih
menggunakan logika dan prosesnya. Orang tua menghabiskan waktu yang lebih

2
sedikit dalam perawatan, instruksi, membaca, berbincang dan bermain dengan anak
pada pertengahan masa kanak-kanak dibandingkan dengan pada awal masa
perkembangan anak. Pada pertengahan dan akhir masa kanak-kanak, kontrol menjadi
lebih bersifat regulasi bersama. Otoritarian, otoritatif, mengabaikan dan menuruti
adalah empat kategori utama gaya pengasuhan. Pengasuhan otoritatif diasosiasikan
dengan perilaku sosial anak yang lebih kompeten dibanding dengan gaya yang lain.
Ada sejumlah alasan untuk tidak menggunakan hukuman fisik dalam mendisiplinkan
anak dan dibeberapa negara hukuman fisik telah dilarang. Perlakuan yang salah
terhadap anak adalah dengan banyak sisi. Memahami perlakuan yang salah terhadap
anak membutuhkan informasi tentang konteks budaya dan pengaruh keluarga.
Perlakuan yang salah terhadap anak membuat anak beresiko mengalami sejumlah
masalah perkembangan. Pengasuhan yang baik membutuhkan waktu dan usaha.

Untuk melihat hubungan yang terjadi dalam keluarga digunakan konsep


interaksionalisme melalui suatu konsep interaksi dan dampak yang ditimbulkannya.
Hubungan yang terjadi dalam keluarga menurut Suleeman (1999), dapat dilihat dari:
(1) Hubungan suami-istri, (2) Hubungan orangtua-anak, (3) Hubungan antarsaudara
(siblings). Hubungan ini dapat pula ditambahkan dengan (4) Hubungan antargenerasi.
Interaksi keluarga (orangtua dan anak) adalah hubungan antara anak dan orangtua
yang dilandasi oleh perasaan, perkataan, dan perlakuan orangtua terhadap anak-
anaknya serta strategi pendidikan budi pekerti yang dilakukan setiap hari di rumah,
mulai bayi hingga dewasa. Interaksi orangtua dan anak diwujudkan dalam bentuk
komunikasi dan bonding (Puspitasari 2006).

Ilmu sosiologi menggunakan pendekatan bahwa antar manusia harus didahului


oleh kontak dan komunikasi. Hubungan manusia ini kemudian saling mempengaruhi
antar satu dengan yang lainnya melalui pengertian yang diungkapkan, informasi yang
dibagi, semangat yang disumbangkan, yang semua pesannya membentuk
pengetahuan. Model interaksi dari proses komunikasi juga menunjukkan
perkembangan peran (role development), pengambilan peran (role-taking) dan
pengembangan diri sendiri (development of self) karena manusia berkembang melalui

3
interaksi sosialnya. Komunikasi manusia tersebut juga terjadi dalam satu konteks
budaya tertentu dan mempunyai batas-batas (boundaries) tertentu (Ruben 1988 dan
Liliweri 1997 dalam Puspitawati 2006). Keluarga mempunyai interaksi kelompok
yang memberikan ikatan bonding (hubungan biologis dan hubungan intergenerasi
serta ikatan kekerabatan) yang jauh lebih lama dibandingkan dengan kelompok
asosiasi lainnya. Interaksi dalam keluarga ini lebih dipandang sebagai: (1) Suatu
interaksi umum antar anggota keluarga, (2) Suatu seri interaksi yang dilakukan oleh
dua pihak (dyadic), (3) Sejumlah interaksi antar sub kelompok keluarga: dyadic,
triadic, dan tetradic, dan (4) Sistem hubungan internal keluarga sebagai reaksi
terhadap kontrol sosial yang lebih luas (Klein dan White 1996 dalam Puspitawati
2006).

Kekompleksan dalam interaksi pasangan, dikonsepkan kedalam tiga komponen


dasar yaitu: (1) Kesesuaian dalam persepsi peran; (2) Timbal balik peran; (3)
Kesetaraan fungsi peran (Saxton 1990). Interaksi manusia pertama kali terjadi dalam
keluarga. Interaksi orangtua dan anak adalah suatu pola perilaku yang mengikat
orangtua dan anak secara timbal balik yang mencakup berbagai upaya keluarga.
Dalam keadaan yang normal, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak
adalah orangtua, saudara, dan kerabat dekat yang tinggal serumah. Sikap orangtua
mempengaruhi cara orangtua memperlakukan anak dan perlakuan orangtua terhadap
anak sebaliknya mempengaruhi sikap dan perilaku anak terhadap orangtua. Pada
dasarnya hubungan orangtua-anak tergantung pada sikap orangtua. Sikap orangtua
sangat menentukan hubungan keluarga. Sekali hubungan terbentuk, maka cenderung
bertahan. Orangtua yang mempunyai kemampuan yang baik tentu akan mempunyai
cara, sikap, dan waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan anak. Tingkah laku
orangtua dapat mempengaruhi dalam pembinaan anak-anak. Hubungan yang baik
antara ayah, ibu, dan anak-anak disamping anggota keluarga akan dapat terjalin
dengan baik apabila komunikasi berjalan dengan baik dalam lingkungan keluarga
(Effendi et al. 1995 dalam Kunarti 2004).

4
Permasalahan keluarga yang semakin rentan akhir-akhir ini dikarenakan
semakin melemahnya kualitas komunikasi antara anggota keluarga sehingga
memudarnya fungsi keluarga dalam melindungi anggotanya dari pengaruh pihak luar.
Pengaruh luar terhadap pribadi keluarga semakin kuat akibat peningkatan teknologi
komunikasi di era informasi globalisasi (Susanto-Sunario dalam Puspitawati 2006).

Blood dalam Luthfiyasari (2004) menyebutkan beberapa akibat yang mungkin


terjadi antara lain berkurangnya intensitas komunikasi, melemahnya ikatan
kekerabatan, goyahnya stabilitas keluarga serta melonggarnya keterikatan moral
terhadap budaya setempat. Keintiman diantara hubungan anggota keluarga akan
sangat mempengaruhi kehangatan terhadap keluarga (Dagun 1990 dalam Mutyahara
2005). Meluangkan waktu bersama merupakan syarat utama untuk menciptakan
komunikasi antara orangtua dan anak, sebab dengan adanya waktu bersama, barulah
keintiman dan keakraban dapat diciptakan diantara anggota.

 Interaksi Suami dan Istri


Komunikasi yang baik antara suami dan istri merupakan elemen penting dari
kualitas perkawinan (Kammeyer 1987). Kammeyer (1987) mengidentifikasi
tiga jenis komunikasi yang penting dalam hubungan suami-istri yaitu: (1)
Open and Honest Communication, pasangan mengekspresikan perasaan
secara tepat dan tidak mencampuradukkan pesan. Komunikasi tipe ini
memberikan kontribusi terhadap hubungan kualitas perkawinan; (2)
Supportiveness, memperlakukan orang yang sedang berbicara dengan penuh
perhatian dan respect. Komunikasi yang baik tergantung pada jenis dukungan
dan konfirmasi (merespon secara positif), dan studi menunjukkan bahwa
ketika pasangan yang menikah memperhatikan kualitas komunikasi mereka,
kepuasan dan kualitas pernikahan mereka lebih besar (Montgomery 1981
dalam Kammeyer 1987); (3) Self-Disclosure, self-disclosure sama dengan
open and honesty, tetapi ada beberapa elemen perasaan dan emosi yang lebih
kuat. Berbicara dengan orang lain tentang ketakutan, harapan, dan keinginan
merupakan inti dari self-disclosure. Penelitian Hendrick (1981) dalam

5
Kammeyer (1987) menemukan secara umum berhubungan positif antara self-
disclosure dengan kepuasan perkawinan.
 Interaksi Ibu dan Anak
Pada keluarga yang suami-istri bekerja (dual erner), terutama istri, karena istri
juga berperan sebagai ibu maka perpisahan anak dan ibu akan berpengaruh
pada perkembangan anak. Penelitian Bowlby beberapa puluh tahun berselang
sampai pada kesimpulan bahwa bila dalam perkembangannya anak tidak
mendapatkan porsi kasih sayang yang cukup dari ibunya, anak akan menderita
apa yang disebut oleh Bowlby sebagai maternal deprivation yang
menyebabkan anak mengalami kesulitan emosional serta hambatan-hambatan
dalam pengembangan daya pikirnya. Bahkan perpisahan sementara atau
kondisi yang disebut partial seperetion sudah cukup mengganggu
perkembangan anak. Tidak dapat disangkal bahwa seseorang ibu yang bekerja
untuk jangka waktu tertentu akan menciptakan perpisahan dengan anaknya.
Perpisahan sementara tersebut dapat menyebabkan keterikatan secara
emosional (attachment) antara anak dengan ibunya menjadi terganggu,
padahal ikatan tersebut perlu ada untuk menjamin hubungan yang sehat antara
anak-ibu (Achir 1985).
 Interaksi Ayah dan Anak
Keterlibatan atau kontribusi ayah di seluruh belahan dunia rendah dalam tugas
pengasuhan anak (United Nations 1995, Engel et al 1992 dalam Hastuti
2007). Namun dukungan sosial emosi amat diperlukan dari ayah ketika
kondisi ibu harus meninggalkan anak untuk waktu yang cukup lama. Interaksi
antara ayah dan anak menjadi sangat penting agar anak tidak terlalu
menderita, sehingga hal ini tidak menimbulkan kesulitan-kesulitan tingkah
laku dalam perkembangan kepribadian anak selanjutnya.

6
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang memegang peranan


penting dalam pembentukan kepribadian anak hingga menjadi dewasa. Karena itu
keluarga sebagai lembaga pertama dalam kehidupan anak akan memberikan pola dan
corak bagi konsep diri anak yang berbeda-beda sesuai dengan perkembangannya.
Pengalaman interaksi dalam keluarga akan menentukan pola tingkah laku anak
terhadap orang lain dalam masyarakat.

Kesalahan interaksi dalam keluarga yang dikarenakan kurang optimalnya


anggota keluarga dalam melaksanakan peran dan fungsinya masing-masing dapat
menimbulkan berbagai permasalahan dalam keluarga.

Untuk melihat hubungan yang terjadi dalam keluarga digunakan konsep


interaksionalisme melalui suatu konsep interaksi dan dampak yang ditimbulkannya.
Hubungan yang terjadi dalam keluarga menurut Suleeman (1999), dapat dilihat dari:
(1) Hubungan suami-istri, (2) Hubungan orangtua-anak, (3) Hubungan antarsaudara
(siblings).

B. Saran

Penulis berharap agar makalah ini dapat dijadikan bahan bacaan bagi mahasiswa
khususnya, dan penulis mohon kritik dan sarannya demi kesempurnaan makalah ini
karena penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

Dagun M, Saave 2002. Psikologi keluarga. Rineka Cipta. Jakarta

https://dykaandrian.blogspot.com/2017/01/interaksi-pengasuhan-dalam-
keluarga.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai