DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Interaksi Orang Tua dengan Anak” dengan
baik.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dra.
Lucia A.M. Pati, M.Pd, karena telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah wawasan
kami tentang interaksi orang tua dan anak.
Dan kami juga sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat menambah pengetahuan serta
pengalaman kami dalam pembuatan makalah berikutnya. Terima Kasih.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................................
C. TUJUAN MASALAH............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................
A. POLA ASUH ORANG TUA.................................................................................................
B. POLA INTERAKSI PERILAKU KELUARGA MODEL SIRKUMPLEKS........................
C. TIPE POLA KELUARGA MODEL SIRKUMPLEKS.........................................................
D. PERAN INTERAKSI ORANG TUA DAN ANAK TERHADAP PRESTASI
AKADEMIK ANAK ....................................................................................................................
BAB III PENUTUP....................................................................................................................................
A. KESIMPULAN.......................................................................................................................
B. SARAN...................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan pendapat Albert Bandura (2001) dalam teorinya yang disebut Social
Cognitive Theory menyatakan bahwa faktor sosial, kognitif dan perilaku merupakan
faktor yang penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi siswa untuk
meraih keberhasilan dalam pembelajaran. Faktor sosial mencakup pengamatan siswa
terhadap perilaku orangtuanya.
Bandura mengembangkan model determinisme resiprokal, di mana faktor person/
kognitif, faktor lingkungan dan faktor perilaku saling memengaruhi satu sama lain.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pola asuh orang tua?
2. Bagaimana pola interaksi perilaku keluarga model sirkumpleks?
3. Bagaimana tipe pola keluarga model sirkumpleks?
4. Bagaimana peran interaksi orang tua dan anak terhadap prestasi akademik anak?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pola asuh orang tua.
2. Untuk mengetahui pola interaksi perilaku keluarga model sirkumpleks.
3. Untuk mengetahui tipe pola keluarga model sirkumpleks.
4. Untuk mengetahui peran interaksi orang tua dan anak terhadap prestasi akademik
anak.
BAB II
PEMBAHASAN
Keempat pola asuh tersebut di atas semuanya diperlukan tetapi harus disesuaikan
dengan situasi, lingkungan dan kepribadian anak. Hasil pola asuh akan menjadi lebih
baik apabila orangtua melakukan dialog dengan anak dan bukan memaksakan
kehendaknya. Ayah dan ibunya harus kompak dan konsisten dalam menerapkan pola
asuhnya. Akan lebih baik orangtua tidak menggunakan reward dan punishment tetapi
berpegang pada hasil dialog antara orangtua dengan anak. Sebaiknya orangtua lebih
fokus untuk mengembangkan self esteem anak, sehingga anak dapat mengendalikan diri
dan bebas mengembangkan kreativitasnya. Seyogianya orangtua menghindari tindakan
mencela, memberikan label negatif, membandingkan dengan anak lain atau
memerlakukan anak sebagai objek.
Menurut Olson (1985) (dalam Olson, Russell dan Sprenkle (1988)) derajat kedekatan
individu dengan sistem keluarga yang terukur melalui variabel-variabel di atas, dapat
dibagi menjadi empat tingkatan dalam dimensi kedekatan, yaitu: Tingkatan ekstrim
rendah (disengaged), tingkat sedang-rendah (separated), tingkat sedang-tinggi
(connected), tingkat ekstrem-tinggi (enmeshed).
Tingkatan yang seimbang (separated dan connected), pada tingkatan ini kedekatan
digambarkan sebagai suatu keadaan di mana anggota keluarga mampu menjalin
hubungan dengan baik dengan anggota keluarga lain maupun dengan orang lain
hubungan yang memuaskan tergambar dalam tingkatan ini.
Olson (1985) mengaku adanya perbedaan antartingkat kedekatan yang separated dan
connected dalam setiap perkembangan keluarga. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, Olson menemukan bahwa keluarga yang di dalamnya terdapat anak remaja,
akan cenderung memiliki tingkat kedekatan separated yang lebih tinggi dibandingkan
tingkat kedekatan connected.
3. Komunikasi (Communication)
Komunikasi adalah suatu topik yang amat sering diperbincangkan sehingga kata
"komunikasi" itu sendiri terlalu memiliki banyak arti. Secara luas, komunikasi
didefinisikan sebagai “berbagi pengalaman" (Muyana, dalam Sari 1998). Keluarga
sebagai suatu kelompok juga mengadakan komunikasi. Komunikasi merupakan faktor
yang berperan dalam proses negosiasi pada keluarga yang sedang mengalami perubahan
akibat perkembangan ataupun pertumbuhan anggotanya (Olson (1999) dalam Walsh,
2003).
Menurut Robin (dalam Sari, 1998), komunikasi adalah ekspresi ide dan perasaan
secara asertif tetapi tidak mengganggu, dan menerima ekspresi ide dari orang lain secara
penuh perhatian dan akurat.
Menurut Olson (1985) (1988), komunikasi keluarga mengandung aspek-aspek
keterampilan mendengar (listening skills), keterampilan bebicara (speaking skills),
keterbukaan diri (self disclousure), kejelasan (clarity), berkesinambungan (contunuity-
tracking), respek (respect), dan hormat (regard).
Terdapat dua dimensi dalam berkomunikasi, yaitu dimensi positif dan dimensi
negatif. Dimensi positif menggambarkan keterbukaan antaranggota keluarga dalam
berkomunikasi (open family communication), yang difokuskan pada:
kebebasan/kelancaran pertukaran informasi (baik faktual dan emosional), kurangnya
hambatan dalam berkomunikasi, serta adanya pengertian dan kepuasan dalam
berinteraksi.
Sedangkan dimensi negatif menggambarkan permasalahan yang terjadi dalam
komunikasi keluarga (problems in family communication) dengan fokus perhatian:
adanya keengganan untuk saling berbagi antar anggota keluarga dengan cara interaksi
yang negatif, serta sikap selektif dan berhati-hati mengenai hal-hal yang akan dibagi
dengan sesama anggota keluarga.
Dinamika hubungan interpersonal dalam keluarga selalu berubah seiring dengan
bertambahnya usia anak dari usia bayi sampai dewasa. Hakikat hubungan interpersonal
akan berbeda pada setiap keluarga, karena masing-masing anggota keluarga memiliki
interpretasi masing-masing terhadap norma dan nilai budaya yang disesuaikan dengan
keinginan dan kebutuhannya (Olson, et al., 1992).
Olson (dalam Olson, 1985) berpendapat bahwa keluarga yang 'sehat' dalam arti
dapat berfungi secara memadai, ialah keluarga yang seimbang kedekatan (cohesion),
maupun adaptabilitasnya (adaptability). Sebaliknya apabila terlalu banyak kedekatan/
keterikatan antaranggota keluarga serta terlalu banyaknya perubahan yang dilakukan
atau bahkan terlalu kaku untuk berubah, membuat keluarga tersebut tidak dapat
menjalankan fungsinya dengan baik.
Agar keluarga dapat dengan mudah-berpindah dari satu dimensi ke dimensi yang
lain, dengan maksud untuk memperbaiki 'kesehatan' keluarga diperlukan adnaya
komunikasi yang baik. menurut olson & barmes (dalam olson, 1985) faktor komunikasi
keluarga mencakup dua aspek, yaitu keterbukaan dalam berkomunikasi dan masalah-
masalah yang kerap ditemui dalam keluarga.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Interaksi orang tua dan anak adalah bahwa interaksi positif antara orang tua dan
anak sangat penting dalam membentuk perkembangan dan kesejahteraan anak. Orang tua
perlu memberikan perhatian dan pengawasan yang tepat, mendengarkan anak,
memberikan dukungan emosional, menciptakan lingkungan yang aman dan sehat, dan
membangun hubungan yang positif dengan anak-anak mereka. Dalam hal ini, komunikasi
yang terbuka dan jujur sangat penting untuk memperkuat hubungan antara orang tua dan
anak. Orang tua juga perlu memberikan perhatian yang tepat pada kebutuhan individu
anak-anak mereka dan menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan fisik dan
mental anak-anak mereka. Semua hal ini akan membantu anak-anak merasa didengar,
diterima, dan dicintai, sehingga mereka dapat berkembang dengan baik dan meraih
potensi penuh mereka.
B. SARAN
Jadilah pendengar yang baik dan perhatikan perasaan anak dan Tunjukkan minat
Anda pada kegiatan dan minat mereka. Berikan pengawasan yang tepat pada anak-anak
Anda dan tetap konsisten dalam aturan dan harapan yang diterapkan. Berkomunikasi
dengan terbuka dan jujur dengan anak-anak Anda. Hal ini akan membantu membangun
kepercayaan dan memperkuat hubungan antara orang tua dan anak. Berikan dukungan
emosional kepada anak-anak Anda, memberikan dorongan dan pujian ketika mereka
berhasil, dan membantu mereka mengatasi kesulitan yang mereka hadapi. Berikan
perhatian yang tepat pada kebutuhan individu anak-anak Anda. Jadilah orang tua yang
peduli dan hadir untuk anak-anak Anda. Menciptakan lingkungan yang aman dan sehat
untuk anak-anak Anda, termasuk memberikan makanan yang sehat, tempat tinggal yang
aman, dan lingkungan yang mendukung kesehatan fisik dan mental anak-anak Anda.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Seto Mulyadi, M.Psi., Prof. Dr. A. M. Heru Basuki, M.Si. Dr. Wahyu Rahardjo, M.
Si. 2016. PSIKOLOGI PENDIDIKAN [Hal. 189-203]. DEPOK : RAJAWALI PERS