Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR

“ PENGARUH PARENTING TERHADAP SOSIAL - EMOSIONAL ANAK”

DI SUSUN OLEH :

HASNIDAH HASANUDDIN
10120220111
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AJARAN 2022/2023

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami ucapkan kepada allah SWT karna atas Rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Pengaruh Parenting
Terhadap Sosial Emosional Anak “ . Tak lupa salam beriringan shalawat kita persembahkan
pula kepada junjungan Nabi besar Muhammad Shallallahu ‘AlaihiWasallam beserta keluarga,
para sahabat, dan pengikut serta penerus cita-cita perjuangannya. Kami menyadari, makalah
yang kami buat jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kami
selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, guna
menghasilkan laporan makalah yang lebih baik. Kami berharap, makalah ilmiah yang kami
susun bisa memberikan manfaat dan inspirasi bagi pembaca.

Makassar, 10 Oktober 2022

2
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….…
2
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..…,….
3
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………
4
A. Latar Belakang ………………………………………………………….………………..
4
B. Rumusan Masalah ………………..…………………………………………..…………..
4
BAB I1 PEMBAHASAN ………………………………...…………………………………. 5
A. Pengertian Parenting…...…………………………………………………………………
5
B. Pengertian Sosial Emosional……………………………………………………..……….
5
C. Macam – macam Pola Asuh…… …………………………………………….…..…… 6
BAB IV PENUTUP ………………………………………………………………...………..
7
A. Simpulan ………………………………………………………………………………….. 8
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………......9

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pola asuh adalah perilaku yang diterapkan orang tua pada anak bersifat konsisten
(tetap) dari waktu ke waktu. Pola asuh juga merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi
dengan anaknya yang meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan hadiah maupun
hukuman. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman
bergaul dengan orang-orang di lingkungannya baik orang tua, saudara, teman sebaya, atau
orang dewasa lainnya. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan
atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam berbagai aspek kehidupan sosial, atau
normanorma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada
anaknya bagaimana menerapkan norma-norma ini dalam kehidupan sehari-hari. Proses
bimbingan orang tua lazim disebut sosialisasi. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang
memberikan pengaruh terhadap perkembangan perilaku sosial anak sebelum anak mengenal
tentang lingkungan TK. Oleh karena itu, orang tua perlu berhati-hati dalam menerapkan
berbagai pola asuh kepada anak. Anak usia cenderung meniru setiap yang dilakukan oleh
orang-orang yang ada disekitarnya. Peranan orang tua bagi pendidikan anak adalah
memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar, seperti pendidikan agama, budi
pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasardasaruntuk memenuhi
peraturan, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan. Pola asuh merupakan suatu proses

4
mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai
kedewasaan sesuai dengan norma dalam masayarkat. Baumrind (1978 dalam Santrock,
2013:174) mengklasifikasikan gaya-gaya pola asuh ke dalam gaya yang bersifat otoriter,
demokratis, premisif. Gaya orang tua yang premisif dicarikan oleh sifat menerima atau tidak
menghukum dalam menghadapi perilaku anak-anak.Gaya orang tua yang otoriter
menekankan kepatuhan terhadap aturan-aturan dan otoritas orang tua. Gaya demokratis
menekankan suatu cara yang rasional, berorientasi kepada isu “memberi dan menerima”.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah parenting mempengaruhi perkembangan sosial - emosional anak?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Parenting
Parenting adalah pola pengasuhan anak. Pola asuh adalah perilaku yang diterapkan
orang tua pada anak bersifat konsisten (tetap) dari waktu ke waktu. Pola asuh juga merupakan
sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anaknya yang meliputi cara orang tua memberikan
aturan-aturan hadiah maupun hukuman. Perkembangan sosial anak-anakmerupakan satu
proses perkembangan yang dapat membantuanak-anakberinteraksi dengan orang lain
mengikut cara yang dapat diterima oleh suatu masyarakat serta budaya.
Singkatnyaperkembangan sosial melibatkan proses sosialisasi yang membantuanak-anak
mempelajari tingkah laku sosial atau melakukan penyesuaian sosial dalam suatu
lingkungan sosial.
B. Pengertian Perkembangan Sosial - Emosional
Perkembangan sosial anak-anakdapat dilihat melalui beberapa aspek sosialisasi
yang penting seperti proses peniruan dan identifikasi,aktivitas bermain, perkembangan
kognisi, sosial, persahabatan dan hubungan dengan teman sebaya.
Pada peringkat awal anak-anak yaitudua tahun hingga tujuh tahun, emosi
mereka cepat berubah dan sulituntuk difahami oleh orang dewasa. Mereka dikatakan
5
terlalu beremosi dan ketika ini anak-anakmudah terbawa-bawa dengan emosi hinggaterlalu
sulit untuk kita mengontrolnya. Ketika berumur kira-kira dua tahun, keriangan mulai
timbul dari emosi gembira. Pada umur tersebut, mereka menyatakan emosi secara tidak
erkontrol, terutama apabila mereka tidak dapat apa yang mereka kehendaki. Menurut
Rohani (2001) perkembangan emosi anak-anak juga merangkumi emosi yang
berkaitan dengan kesadaran diriseperti perasaan malu, bangga,dengki dan bersalah.
Emosi kesadaran diri mula wujud pada usia dua tahun ketika konsep diri mulaiwujud.
Anak-anakperingkat prasekolah sering mengalami emosi kesadaran diri dan menjadi
semakin sensitive pada pujian dan kritikan orang lain. Sekiranya anak-anak selalu dipuji,
mereka akan merasa bangga dan yakin diri terhadap kemampuanmereka. Namun
sebaliknya, jika mereka dimarahi karena tingkahlaku salah,mereka akan merasa bersalah
walaupun hal itu tidak sengaja dilakukan.
Perkembangan sosial emosional ialah kemampuan anak-anakuntuk berinteraksi
serta memberikan responterhadap sesuatu dan bertingkahlaku mengikuti norma
masyarakat. Perkembangan ini dapat dilihat melalui tingkah laku positif seperti
berbagi, mandiri, dan mengikuti peraturan atau tingkahlaku negative seperti bertengkar,
menyendiridan kurang percaya diri.Perkembangan sosial emosionaladalah salah satu
domain perkembangan yang sangat penting bagi anak-anaktanpa melihat ketidak
mampuannya.
C. Macam – Macam Parenting ( pola asuh )
1.  Pola Asuh Authoritarian (Otoriter)
Pada pola asuh ini, orang tua menjadi pemegang kekuasaan tertinggi alias
otoriter.  Karakteristik otoriter, yaitu kaku, tegas, merasa selalu benar dalam
mengemukakan pendapat, dan menerapkan hukuman jika tidak sesuai aturan atau
kemauan orang tua. Pola asuh ini akan membentuk seorang anak dengan karakter
disiplin dan patuh. Namun sayangnya, orang tua yang otoriter sering melayangkan
ungkapan “pokoknya” ketika sedang mengutarakan pendapat, tanpa memedulikan
atau mendengar pendapat dan keinginan anak. Hal ini dapat membuat anak menjadi
tidak terbiasa dalam membuat keputusan sendiri dan takut mengungkapkan
pendapatnya. Tak hanya itu, anak bisa stres serta berdampak terhadap perkembangan
emosinya. Anak nantinya menjadi mudah meledak-ledak, mengalami hubungan
interpersonal yang kurang baik, serta cenderung menjadi pribadi yang otoriter di
kemudian hari.

6
2. Pola Asuh Indulgent (Permisif)
Pola asuh permisif berkebalikan dari pola asuh otoriter. Orang tua cenderung untuk
mengikuti semua keinginan anak atau istilahnya ‘memanjakan’ anak. Orang tua yang
permisif dapat menjadi seorang teman baik bagi anaknya, karena memberikan
perhatian, kehangatan, dan interaksi yang cukup baik. Ciri lainnya dari jenis pola asuh
ini, yakni orang tua selalu mendorong anaknya untuk berbuat apa pun yang
diinginkan, jarang mengatur jadwal anak, mendukung perilaku anak sekalipun itu
negatif, serta menghindari hukuman bagi anak. Anak yang tumbuh dengan pola asuh
permisif akan tumbuh kreatif karena terbiasa bebas mengekspresikan dirinya dalam
berbagai hal. Namun, dalam jangka panjang, anak menjadi tidak disiplin, berperilaku
agresif terutama bila keinginannya tidak dipenuhi, dan kurang inisiatif.
3. Pola Asuh Authoritative (Demokratis)
Ini merupakan contoh pola asuh orang tua yang paling ideal, karena adanya
keseimbangan permintaan orang tua dibarengi tingginya respons yang diberikan orang
tua terhadap anak. Orang tua dengan jenis pola asuh ini dapat mengarahkan anak
secara rasional. Anak akan diberikan batasan dan konsekuensi yang konsisten ketika
batasan tersebut dilanggar. Tujuan dan konsekuensi tersebut dijelaskan kepada anak
pada awal penentuan dan disepakati juga oleh anak. Selain itu, orang tua tetap
memberikan pujian, hadiah, serta dukungan emosional saat anak mencapai suatu
prestasi. Komunikasi antara orang tua dan anak terjalin baik sehingga anak juga
menjadi jujur, patuh, dan disiplin.Pola asuh ini menjadikan anak memiliki kepribadian
yang seimbang, mandiri dalam mengambil keputusan, disiplin dengan komunikasi
yang baik, memiliki rasa percaya diri, kreatif, dan bahagia secara psikologis.
4. Pola Asuh Neglectful (Cuek)
Pola asuh cuek atau abai merupakan pola asuh yang minim keterlibatan orang tua.
Orang tua cenderung membiarkan anak berkembang dengan sendirinya. Pada jenis
pola asuh ini, orang tua hanya memenuhi kebutuhan fisik dasar anak, seperti makan,
tempat tinggal, dan pakaian. Sementara itu, kebutuhan secara psikologis dan
emosional jarang terpenuhi.Berbagai latar belakang menjadi penyebab pola asuh ini,
umumnya karena kesibukan orang tua atau karena ada masalah pribadi orang tua
(kesehatan mental, tindak kriminal, masalah ekonomi, dan sebagainya). Pada pola
asuh cuek, tidak jarang jika anak lebih banyak dididik oleh gawai, televisi, atau video
game. Saat kecil, mungkin anak belum sadar atas ketidakacuhan orang tuanya.

7
Namun, lambat laun anak menjadi sadar bahwa dirinya tidak ‘penting’ dalam hidup
orang tuanya sehingga cenderung menjadi anak yang mandiri. Anak yang tumbuh
dengan pola asuh cuek cenderung tidak mampu mengontrol diri, kepercayaan diri
rendah, sulit menjalin relasi dan komunikasi, emosi tidak terkontrol hingga
berdampak kepada nilai akademis yang buruk. 

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Parenting adalah pola pengasuhan anak. Pola asuh adalah perilaku yang
diterapkan orang tua pada anak bersifat konsisten (tetap) dari waktu ke waktu. Perkembangan
sosial anak-anakmerupakan satu proses perkembangan yang dapat membantuanak-
anakberinteraksi dengan orang lain mengikut cara yang dapat diterima oleh suatu
masyarakat serta budaya. Singkatnyaperkembangan sosial melibatkan proses sosialisasi
yang membantuanak-anak mempelajari tingkah laku sosial atau melakukan
penyesuaian sosial dalam suatu lingkungan sosial. Perkembangan sosial emosional ialah
kemampuan anak-anakuntuk berinteraksi serta memberikan responterhadap sesuatu
dan bertingkahlaku mengikutinorma masyarakat. Perkembangan ini dapat dilihat melalui
tingkah laku positif seperti berbagi, mandiri, dan mengikuti peraturan atau tingkahlaku
negative seperti bertengkar, menyendiridan kurang percaya diri.Perkembangan sosial
emosionaladalah salah satu domain perkembangan yang sangat penting bagi anak-
anaktanpa melihat ketidak mampuannya. Adapun macam – macam dari pola asuh yaitu :
1. Pola asuh otoriter

8
2. Pola asuh permisif
3. Pola asuh demokratis
4. Pola asuh neglectful (Cuek)
Dalam hal ini, parenting atau pola asuh anak sangat berpengaruh terhadap kondisi social
emosional anak. Mengapa demikian? karena kondisi anak tergantung bagaimana cara orang
tua dalam mendidiknya. Sebagai contoh,jika orang tua mendidik dengan cara otoriter dapat
membuat anak menjadi tidak terbiasa dalam membuat keputusan sendiri dan takut
mengungkapkan pendapatnya. Tak hanya itu, anak bisa stres serta berdampak terhadap
perkembangan emosinya. Anak nantinya menjadi mudah meledak-ledak, mengalami
hubungan interpersonal yang kurang baik, serta cenderung menjadi pribadi yang otoriter di
kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Santrock, John W. 2012. Life-span Development. 13 th Edition. University of Texas,


Dallas : Mc Graw-Hill
Rohaty Mohd. Majzub. 2003. Pendidikan Prasekolah: Cabaran kualiti. Bangi: Penerbit
Universiti Kebangsaan Malaysia.
Meyer, D., Princiotta, D., & Lanahan, L. 2004 . The summer after kindergarten:
Children’sactivities and library use by household socioeconomic status (National
Center for Education Statistics Issue Brief). Diperoleh daripada
http://nces.ed.gov/pubs2004.
Keyes, C.R . 2002 . A way of thinking about parent/ teacher partnerships for teachers,
international journal of early year education, vol.10 (3), 177-191

Anda mungkin juga menyukai