Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENELITIAN

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi


Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Lumajang

Di susun oleh :
DWI OKTOVIANI
XI MIPA 02
12

SMA NEGERI 2 LUMAJANG

Jl.H.O.S. Cokroaminoto No.159 Tompokersan, Kec. Lumajang,


Kabupaten Lumajang, Jawa Timur 67316
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian yang berjudul " Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Kelas 11 SMA Negeri 2 Lumajang " tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga
proposal penelitian ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan
kepada:
1. Ibu Drs.Imas Maesarah selaku guru yang telah mendidik dan memberikan
bimbingan selama masa sekolah.

2. Bapak dan ibu serta kakakku yang telah memberikan doa, dorongan dan
semangat selama penyusunan skripsi ini.

3. Teman-temanku satu bimbingan penelitian proposal yang telah berjuang


bersama-sama penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik mungkin,


penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan
proposal penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini berguna bagi para
pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Lumajang, 2 Maret 2023

Dwi Oktoviani

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
2.1 Landasan Teori............................................................................................
2.2 Tinjauan Pustaka.........................................................................................
2.3 Metode Penelitian........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga sebagai satuan unit sosial terkecil merupakan lingkungan


pendidikan yang paling utama dan pertama. Dalam arti, keluarga merupakan
lingkungan yang paling bertanggung jawab mendidik anak-anaknya.
Pendidikan yang diberikan orang tua seharusnya memberikan dasar bagi
pendidikan, prosessosialisasi, dan kehidupannya di masyarakat.

Dalam hal ini, orang tua memegang peran membentuk sistem interaksi
yang intim dan berlangsung lama ditandai oleh loyalitas pribadi, cinta kasih,
danhubungan yang penuh kasih sayang. Peranan orang tua adalah dengan
membenahi mental anak. Terbentuknya kepribadian dan kreativitas anak
merupakan modalbagi penyesuaian diri anak dan lingkungannya, dan tentunya
memberikan dampakbagi kesejahteraan keluarga secara menyeluruh.

Menurut W.J.S. Poewerdarminta 1985: 702, menjelaskan bahwa


menurutbahasa, pendidikan adalah kata benda yang berarti proses perubahan
sikap dantingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusiamelalui pembelajaran dan latihan.

Omar Muhammad Toumy As-Syaibany, mengartikan pendidikan sebagai


perubahan yang diinginkan dan diusahakn oleh proses pendidikan, baik
padatataran tingkahlaku individu maupun pada tataran kehidupan sosial serta
pada tataran relasi dengan alam sekitar ; atau pengajaran sebagai aktivitas
asasi danproporsi diantara profesi dalam masyarakat.

Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan adalah bimbingan


jasmanidan rohani untuk membentuk kepribadian utama, membimbing
keterampilan jasmaniah dan rohaniah sebagai perilaku kongkret yang memberi
manfaat kepada kehidupan siswa di Masyarakat.

Pendidikan adalah proses pembinaan dan bimbingan yang dilakukan


seseorang secara terus-menerus kepada anak didik untuk mencapai
tujuanpendidikan. Proses pendidikan merupakan perjalanan yang tak pernah
terhenti sepanjang hidup manusia dan merupakan hal yang sangat signitifikasi
dalam kehidupan manusia.
Masalah anak-anak dan pendidikan adalah suatu persoalan yang
amatmenarik bagi seorang pendidik dan ibu-ibu yang setiap saat menghadapi
anak-anak mereka yang membutuhkan pendidikan. Mengasuh dan
membesarkan anakberarti memelihara kehidupan dan kesehatannya
serta mendidiknya dengan penuh ketulusan dan cinta kasih. Secara umum
tanggung jawab mengasuh dan mendidikanak adalah tugas kedua orang
tuanya. Firman Allah SWT yang menunjukkan perintah tersebut adalah:

Terjemahan:(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada


(sesuatu perbuatan)seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau
di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Haluslagi Maha Mengetahui.

Pengertian mengasuh anak adalah mendidik, membimbing dan


memeliharanya, mengurus makanan, minuman, pakaian, kebersihannya,
atau pada segala perkara yang seharusnya diperlukannya, sampai si anak telah
mampu melaksanakan keperluannya yang vital, seperti makan, minum, mandi
dan berpakaian. Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing,
pemelihara, dan sebagai pendidik terhadap anak-anaknya. Setiap orang tua
pasti menginginkan anak-anaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas
dan berakhlakul karimah.Akan tetapi banyak orang tua yang tidak menyadari
bahwa cara mereka mendidik membuat anak merasa tidak diperhatikan,
dibatasi kebebasannya, bahkan adayang merasa tidak disayang oleh orang
tuanya. Perasaan-perasaan itulah yangbanyak mempengaruhi sikap, perasaan,
cara berpikir, bahkan kecerdasan mereka.Keluarga adalah koloni terkecil di
dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu
yang akan membaur dalam satu masyarakat.Lingkungan keluarga sering
disebut sebagai lingkungan pendidikan informal yang mempengaruhi berbagai
aspek perkembangan anak. Adakalanya ini berlangsungmelalui ucapan-
ucapan, perintah-perintah yang diberikan secara langsung untuk menunjukkan
apa yang seharusnya diperlihatkan atau dilakukan anak, orang tuabersikap
atau bertindak sebagai patokan, sebagai contoh agar ditiru dan apa yangditiru
akan meresap dalam dirinya. Dan menjadi bagian dari kebiasaan bersikapdan
bertingkah laku atau bagian dari kepribadiannya.

Orang tua menjadi faktor terpenting dalam menanamkan dasar


kepribadiantersebut yang turut menentukan corak dan gambaran kepribadian
seseorangsetelah dewasa. Sebagaimana dalam buku Ilmu Pendidikan karangan
AbuAhmadi, Imam Ghazali menyatakan dan anak itu sifatnya menerima
semua yangdilakukan, yang dilukiskan dan condong kepada semua yang
tertuju kepadanya.Jika anak itu dibiasakan dan diajari berbuat baik maka anak
itu akan hidupberbahagia di dunia dan akhirat. Dari kedua orang tua serta
semua guru-gurunyadan pendidik-pendidiknya akan mendapat kebahagiaan
pula dari kebahagiaan itu.Tetapi jika dibiasakan berbuat jahat dan dibiarkan
begitu saja, maka anak itu akan celaka dan binasa. Maka yang menjadi ukuran
dari ketinggian anak itu ialah terletak pada yang bertanggung jawab
(pendidik) dan walinya.

Prinsip serta harapan orang tua dalam bidang pendidikan anak


beranekaragam coraknya, ada orang tua yang menginginkan anaknya
menjalankan disiplinkeras, ada yang menginginkan anaknya lebih banyak
kebebasan dalam berpikir maupun bertindak, ada orang tua yang terlalu
melindungi anaknya, ada yangbersikap acuh terhadap anak, ada yang
mengadakan suatu jarak dengan anak dan ada pula yang menganggap anak
sebagai teman. Suasana emosional di dalam rumah, dapat sangat merangsang
perkembangan otak anak yang sedang tumbuhdan mengembangkan
kemampuan mentalnya. Sebaliknya, suasana tersebut bisa memperlambat
perkembangan otak. Joan Beck dalam bukunya. Asih, Asah, Asuh,Mengasuh
dan Mendidik Anak Agar Cerdas, mengungkapkan banyak proyek
riset jangka lama menunjukkan bahwa intelegensi anak akan berkembang ke ti
ngkatyang lebih tinggi, bila sikap di rumah terhadap anak, hangat dan
demokratisdaripada dingin dan otoritas.

Mendidik anak dengan baik dan benar berati menumbuh kembangkan


totalitas potensi anak secara wajar. Potensi jasmaniah dan rohaniah anak
diupayakan tumbuh dan berkembang secara selaras. Potensi jasmaniah anak
diupayakan pertumbuhannya secara wajar melalui pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan jasmani, seperti pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan
papan.Sedangkan potensi rohaniah anak diupayakan pengembangannya secara
wajar melalui usaha pembinaan intelektual, perasaan, dan budi pekerti. Perihal
memilihkan lembaga pendidikan yang paling tepat bagi anak, merupakan
agenda penting bagi para orang tua. Lembaga pendidikan tidak hanya
berpengaruh pada perkembangan kognitif atau intelektual semata, melainkan
berpengaruh pula pada perkembangan kepribadian anak, di mana ia akan
bersosialisasi dengan sesama teman, guru, dan lingkungan di dalam lembaga

pendidikan yang bersangkutan. Sehubungan dengan itu, maka orang tua

hendaklah pandai-pandai dalam mengarahkan anaknya tatkala hendak


memasuki sebuah lembaga pendidikan.

Berdasarkan observasi awal SMAN 2 Lumajang merupakan salah satu


sekolah yang menjalankan fungsinya di harapkan dapat menghasilkan pada
siswayang betul-betul berkualitas, tentunya tidak terlepas dari peran guru
dalam memotivasi para siswanya agar dapat belajar dengan baik selain
persoalan pokok adalah tanggung jawab profesionalisme para guru dalam
melakukan tugasnya.Namun demikian kebutuhan yang di peroleh dari para
guru bahwa dalam kegiatan belajar mengajar ditemui kesulitan terhadap siswa
sebagai akibat kurangnya perhatian orang tua terhadap siswa hal ini dapat di
buktikan dari adanya siswayang tidak mengajarkan tugas rumah (PR) sering
tidak masuk sekolah, datang disekolah terlambat, tidak memiliki fasilitas
belajar mengajar di sekolah.

Menurut pengamat penulis dengan adanya dampak perkembangan


ekonomi pada daerah sekarang ini yang semakin cepat di sertai tuntutan
kebutuhan hargabarang yang tinggi, sehingga orang tua makin disibukkan
dengan aktivitas untukmemenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang berefek
pada kurang adanya perhatian terhadap pendidikan terhadap anak di rumah.
Selain dari masalah tersebut peneliti menemukan ada orang tua murid di
SMAN 2 Lumajang yangberanggapan bahwa anak mereka setelah diserahkan
kepada guru di sekolah makalepaslah hak dan kewajibannya untuk
memberikan pendidikan kepada mereka.Semua tanggung jawabnya telah
beralih kepada guru di sekolah, apakah menjadi pandai atau bodoh, anak
tersebut akan menjadi nakal atau berbudi pekerti yang baik dan luhur, maka
itu adalah urusan guru di sekolah. Dan prestasi belajar siswatidak maksimal
bahkan masih ada siswa yang memperoleh nilai di bawah standar kelulusan
yang ditetapkan oleh guru bidang studi dilihat dari laporan pendidikan.
Atas dasar pemikiran di atas, penulis merasa tertarik untuk membahas
masalah tersebut khususnya yang berkenaan dengan pola asuh dalam
lingkungan keluarga untuk itu penulis mengajukan proposal dengan judul
“Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 11
SMA Negeri 2 Lumajang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang akan


dijadikan fokus pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah prestasi belajar siswa kelas xi di SMAN 2


Lumajang?
b. Bagaimana pola asuh orang tua siswa berprestasi kelas xi SMA
Negeri 2 Lumajang?
c. Bagaimana upaya orang tua siswa berprestasi kelas xi SMA Negeri
2 Lumajang?

1.2 Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa kelas xi SMAN 2
Lumajang.
b. Untuk mengetahui pola asuh orang tua siswa berprestasi kelas xi
SMAN 2 Lumajang.
c. Untuk mengetahui upaya orang tua siswa berprestasi kelas xi
SMAN 2 Lumajang dalam menunjang prestasi belajar anak.

1.3 Manfaat Penelitian


Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk menambah pengetahuan, khususnya bagi peneliti dan bagipembaca
pada umumnya.
2. Untuk bahan masukkan bagi sekolah yang diteliti khususnya bagi
walimurid.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori

A. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Ki Hajar Dewantara memeliki keyakinan bahwa pendidikan bagi


bangsaharus dilakukan melalui tiga lingkungan, yaitu keluarga, sekolah, dan
organisasi.Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting
karena sejak kemunculan adab kemanusiaan sampai sekarang keluarga selalu
berpengaruh besar terhadap perkembangan anak manusia. Oleh karena itu setiap
orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi orang yang menjadi orang
yangberkepribadian baik, sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji.
Orang tua sebagai pembentuk pribadi yang pertama dalam kehidupan anak, dan
harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Sebagaimana yang
dinyatakan olehZakiyah Daradjat, bahwa kepribadian orang tua, sikap dan cara
hidup merupakan unsur-unsur pendidikan yang secara tidak langsung akan masuk
ke dalam pribadianak yang sedang tumbuh.

Keterkaitan pola asuh orang tua dengan anak berdisiplin diri


dimaksudkan sebagai upaya orang tua dalam “meletakkan” dasar -dasar disiplin
diri kepada anakdan membantu mengembangkannya sehingga anak
memiliki disiplin diri.
Dalam mendidik anak, terdapat berbagai macam bentuk pola asuh yang
bisadipilih dan digunakan oleh orang tua. Sebelum berlanjut kepada pembahasan
berikutnya, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian dari pola asuh itu
sendiri. Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu “pola” dan “asuh”. Menurut Kamus
Saku Ilmiah, pola berarti model; contoh,pedoman (rancangan); dasar kerja.
Sedangkan kata “asuh” berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak
kecil,membimbing (membantu; melatih), dan memimpin (mengepalai danmenyele
nggarakan) satu bagan atau lembaga.

B. Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua

Dalam mengelompokkan pola asuh orang tua dalam mendidik anak,


para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda, yang antara satu sama lain
hamper mempunyai persamaan, diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Abu Ahmadi mengemukakan bahwa, berdasarkan penelitian


yangdilakukan oleh Fels Research Institute, corak hubungan orang tua
anakdapat dibedakan menjadi tiga pola, yaitu :
a. Pola menerima-menolak, pola ini didasarkan atas taraf kemesraan orang
tua terhadap anak.
b. Pola memiliki-melepaskan, pola ini didasarkan atas sikap protektif
orang tua terhadap anak. Pola ini bergerak dari sikap orang tua yang
overprotektif dan memiliki anak sampai kepada sikap mengabaikan anak
sama sekali.
c. Pola demokrasi-otokrasi, pola ini didasarkan atas taraf partisipasi anak
dalam menentukan kegiatan-kegiatan dalam keluarga. Pola otokrasi berarti
orang tua bertindak sebagai diktator terhadap anak, sedangkan dalam pola
demokrasi,sampai batas-batas tertentu, anak dapat berpartisipasi dalam
keputusan-keputusan keluarga.

2) Menurut Elizabet B. Hurlock ada beberapa sikap orang tua yang


khasdalam mengasuh anaknya, antara lain :
a. Melindungi secara berlebihan, perlindungan orang tua yang berlebihan
mencakup pengasuhan dan pengendalian anak yang berlebihan.
b. Permisivitas, permisivitas terlihat pada orang tua yang membiarkan
anak berbuat sesukahati dengan sedikit pengendalian.
c. Memanjakan, permisivitas yang berlebih-memanjakan membuat anak
egois, menuntut dan sering tiranik.
d. Penolakan, penolakan dapat dinyatakan dengan mengabaikan
kesejahteraan anak atau dengan menuntut terlalu banyak dari anak
dansikap bermusuhan yang terbuka.
e. Penerimaan, penerimaan orang tua ditandai oleh perhatian besar
dankasih sayang pada anak, orang tua yang menerima, memperhatikan
perkembangan kemampuan anak dan memperhitungkan minat anak.
f. Dominasi, anak yang didominasi oleh salah satu atau kedua orang
tuabersifat jujur, sopan dan berhati-hati tetapi cenderung malu, patuh
danmudah dipengaruhi orang lain, mengalah dan sensitif.
g. Dominasi, Tunduk pada anak, orang tua yang tunduk pada anaknya
membiarkan anak mendominasi mereka dan rumah mereka.
h. Favoritisme, meskipun mereka berkata bahwa mereka mencintaisemua
anak dengan sama rata, kebanyakan orang tua mempunyai favorit. Hal ini
membuat mereka lebih menuruti dan mencintai anak favoritnya dari pada
anak lain dalam keluarga.
i. Ambisi orang tua, hampir semua orang tua mempunyai ambisi bagianak
mereka sering kali sangat tinggi sehingga tidak realistis. Ambisi ini sering
dipengaruhi oleh ambisi orang tua yang tidak tercapai dan hasrat orang tua
supaya anak mereka naik di tangga status sosial.

3) Danny I. Yatim-Irwanto mengemukakan beberapa pola asuh orang


tua,yaitu:
a. Pola asuh otoriter, pola ini ditandai dengan adanya aturan-aturan yang
kaku dari orang tua. Kebebasan anak sangat dibatasi.
b. Pola asuh demokratik, pola ini ditandai dengan adanya sikap terbuka
antara orang tua dengan anaknya.
c. Pola asuh permisif, pola asuhan ini ditandai dengan adanya
kebebasantanpa batas pada anak untuk berprilaku sesuai dengan
keinginannya.
d. Pola asuhan dengan ancaman, ancaman atau peringatan yang dengan
keras diberikan pada anak akan dirasa sebagai tantangan terhadap otonomi
dan pribadinya. Ia akan melanggarnya untuk menunjukkan bahwa ia
mempunyai harga diri.
e. Pola asuhan dengan hadiah, yang dimaksud disini adalah jika orangtua
mempergunakan hadiah yang bersifat material atau suatu janji ketika
menyuruh anak berprilaku seperti yang diinginkan.

4) Marcolm Hardy dan Steve Heyes mengemukakan empat macam pola


asuhyang dilakukan orang tua dalam keluarga, yaitu :
a. Autokratis (otoriter), ditandai dengan adanya aturan-aturan yang
kakudari orang tua dan kebebasan anak sangat dibatasi.
b. Demokratis, ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tuadan
anak.
c. Permisif, ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada
anakuntuk berprilakusesuai dengan keinginannya sendiri.
d. Laissez faire, ditandai dengan sikap acuh tak acuh orang tua
terhadapanaknya.

Dari berbagai macam pola asuh yang dikemukakan di atas,


penulis hanya akan mengemukakan tiga macam saja, yaitu
pola asuh otoriter, demokratis dan laissez faire.
Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar pembahasan menjadilebih
terfokus dan jelas. Jika dilihat dari berbagai macam bentuk pola asuh
di ataspada intinya hampir sama. Misalnya saja antara pola asuh
Autokratis, overprotection, over discipline. Dominasi, favoritisme,
ambisi orang tua danotoriter,semuanya menekankan pada sikap
kekuasaan, kedisiplinan dan kepatuhan yang berlebihan. Demikian
pula halnya dengan pola asuh laissez faire,rejection,submission,
permisiveness, memanjakan. Secara implisit, kesemuan yaitu
memperlihatkan suatu sikap yang kurang berwibawa, bebas, acuh tak
acuh.Adapun acceptance (penerimaan) bisa termasuk bagian dari
pola asuh demokratis.Oleh karena itulah, maka penulis hanya akan
membahas tiga macam pola asuh,yang secara teoritis lebih dikenal bila
dibandingkan dengan yang lainnya. Yaitu pola asuh otoriter,
demokratis dan laissez faire.

1. Otoriter

Dalam Kamus Saku Ilmiah Populer Edisi Lengkap, otoriter berarti


pemerintahan (kekuasaan) pemerintahan diktator. Menurut Singgih D.
Gunarsadan Ny.Y. Singgih, pola asuh otoriter adalah suatu bentuk pola
asuh yang menuntut anak agar patuh dan tunduk terhadap semua perintah
dan aturan yang dibuat oleh orang tua tanpa ada kebebasan untuk bertanya
atau mengemukakan pendapatnya sendiri. Jadi pola asuh otoriter adalah
cara mengasuh anak yangdilakukan orang tua dengan menentukan
sendiri aturan-aturan dan batasan-batasan yang mutlak harus ditaati oleh
anak tanpa kompromi dan memperhitungkan keadaan anak. Serta orang
tualah yang berkuasa menentukan segala sesuatu untukanak dan anak
hanyalah sebagai objek pelaksana saja. Jika anak-anaknya menentang atau
membantah, maka ia tak segan-segan memberikan hukuman. Jadi,dalam
hal ini kebebasan anak sangatlah dibatasi. Apa saja yang dilakukan anak
harus sesuai dengan keinginan orang tua. Pada pola asuhan ini akan
terjadikomunikasi satu arah. Orang tualah yang memberikan tugas dan
menentukan berbagai aturan tanpa memperhitungkan keadaan dan
keinginan anak. Perintahyang diberikan berorientasi pada sikap keras
orang tua. Karena menurutnya tanpa sikap keras tersebut anak tidak akan
melaksanakan tugas dan kewajibannya. Jadi anak melakukan perintah
orang tua karena takut, bukan karena suatu kesadaranbahwa apa yang
dikerjakannya itu akan bermanfaat bagi kehidupannya kelak.

2. Demokratis

Demkratisasi dan keterbukaan dalam suasana kehidupan keluarga


adalahsyarat esensial terjadinya pengakuan dunia keorangtuaan orang tua
oleh anak dan dunia keanekaan anak oleh orang tua, dan situasi kehidupan
yang dihayati bersama. Secara filosofis, terbukanya peluang bagi mereka
untuk menghadirkan eksistensi dirinya akan memudahkan mereka untuk

saling membaca. Menurut Utami Munandar, Pola asuh demokratis

adalah cara mendidikanak, di mana orang tua menentukan peraturan-


peraturan tetapi dengan memperhatikan keadaan dan kebutuhan anak. Pola
asuh demokratis adalah suatubentuk pola asuh yang memperhatikan dan
menghargai kebebasan anak, namunkebebasan itu tidak mutlak dan dengan
bimbingan yang penuh pengertian antara orang tua dan anak. Dengan kata
lain, pola asuh demokratis ini memberikan kebebasan kepada anak untuk
mengemukakan pendapat, melakukan apa yangdiinginkannya dengan tidak
melewati batas-batas atau aturan-aturan yang telahditetapkan orang tua.
Orang tua juga selalu memberikan bimbingan dan arahandengan penuh
pengertian terhadap anak mana yang boleh dilakukan dan manayang tidak.
Hal tersebut dilakukan orang tua dengan lemah lembut dan penuhkasih
sayang.

Pola asuh demokrasi ini ditandai dengan adanya sikap terbuka


antara orang tua dan anak. Mereka membuat aturan-aturan yang disetujui
bersama. Anak diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan
dan keinginanya. Jadi dalampola asuh ini terdapat komunikasi yang baik
antara orang tua dan anak. Pola asuh demokratis dapat dikatakan sebagai
kombinasi dari dua pola asuh ekstrem yang bertentangan, yaitu pola asuh
otoriter dan laissez faire. Pola asuhan demokratikditandai dengan adanya
sikap terbuka antara orang tua dengan anaknya. Mereka membuat aturan-
aturan yang disetujui bersama. Anak diberi kebebasan untu
mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginanya dan belajar untuk
dapatmenanggapi pendapat orang lain. Orang tua bersikap sebagai pemberi
pendapatdan pertimbangan terhadap aktivitas anak. Dengan pola asuhan
ini, anak akan mampu mengembangkan kontrol terhadap prilakunya
sendiri dengan hal-hal yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini
mendorong anak untuk mampu berdirisendiri, bertanggung jawab dan
yakin terhadap diri sendiri. Daya kreativitasnya berkembang baik karena
orang tua selalu merangsang anaknya untuk mampuberinisiatif.

Rumah tangga yang hangat dan demokratis, juga berarti bahwa


orang tuamerencanakan kegiatan keluarga untuk mempertimbangkan
kebutuhan anak agartumbuh dan berkembang sebagai individu dan bahwa
orang tua memberinyakesempatan berbicara atas suatu keputusan
semampu yang diatasi oleh anak.Sasaran orang tua ialah mengembangkan
individu yang berpikir, yang dapatmenilai situasi dan bertindak dengan
tepat, bukan seekor hewan terlatih yangpatuh tanpa pertanyaan.
Adapun ciri-ciri pola asuh demokratis adalah sebagai berikut :
a. Menentukan peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima, dipahami dan
dimengerti oleh anak
b. Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang
perlu dipertahankandan yang tidak baik agar ditinggalkan
c. Memberikan bimbingan dengan penuh pengertian
d. Dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga
e. Dapat menciptakan suasana komunikatif antara orang tua dan anak
sertasesama keluarga

Dari berbagai macam pola asuh yang banyak dikenal, pola asuh
demokratis mempunyai dampak positif yang lebih besar dibandingkan
dengan pola asuh otoriter maupun laissez faire. Dengan pola asuh
demokratis anak akan menjadi orang yang mau menerima kritik dari orang
lain, mampu menghargai orang lain,mempunyai kepercayaan diri yang
tinggi dan mampu bertanggung jawab terhadap kehidupan sosialnya.
Tidak ada orang tua yang menerapkan salah satu macam pola asuh dengan
murni, dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua menerapkan berbagai
macam pola asuh dengan memiliki kecenderungan kepada salah
satumacam pola.
3. Laissez Faire

Kata laissez Fair berasal dari Bahasa Prancis yang berarti


membiarkan (leave alone). Dalam istilah pendidikan,laissez faire
adalah suatu sistem di manasi pendidik menganut kebijaksanaan
non intereference (tidak turut campur). Pola asuhan ini ditandai dengan
adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk berperilaku sesuai dengan
keinginannya sendiri. Orang tua tidak pernah memberiaturan dan
pengarahan kepada anak. Semua keputusan diserahkan kepada anakt anpa
pertimbangan orang tua. Anak tidak tahu apakah prilakunya benar atau
salah karena orang tua tidak pernah membenarkan ataupun menyalahkan
anak.Akibatnya anak akan berperilaku sesuai dengan keinginanya sendiri,
tidak peduli apakah hal itu sesuai dengan norma masyarakat atau tidak.
Pada pola asuh ini anak dipandang sebagai makhluk hidup yang berpribadi
bebas. Anak adalah subjek yang dapat bertindak dan berbuat menurut hati
nuraninya. Orang tuamembiarkan anaknya mencari dan menentukan
sendiri apa yang diinginkannya.Kebebasan sepenuhnya diberikan kepada
anak. Orang tua seperti ini cenderung kurang perhatian dan acuh tak acuh
terhadap anaknya. Metode pengelolaan anak kini cenderung membuahkan
anak-anak nakal yang manja, lemah, tergantung dan bersifat kekanak-
kanakan secara emosional. Seorang anak yang belum pernah diajar untuk
mentoleransi frustrasi, karena ia diperlakukan terlalu baik oleh
orangtuanya, akan menemukan banyak masalah ketika dewasa. Dalam
perkawinan dan pekerjaan, anak-anak yang manja tersebut mengharapkan
orang lain untuk membuat penyesuaian terhadap tingkah laku mereka.
Ketika mereka kecewa mereka menjadi gusar, penuh kebencian, dan
bahkan marah-marah. Pandangan orang lain jarang sekali
dipertimbangkan. Hanya pandangan mereka yangberguna. Kesukaran-
kesukaran yang terpendam antara pandangan suami istri ataukawan sekerja
terlihat nyata.
Adapun yang termasuk pola asuh laissez faire adalah sebagai
berikut :
1) Membiarkan anak bertindak sendiri tanpa memonitor dan
membimbingnya.
2) Mendidik anak acuh tak acuh, bersikap pasif dan masa bodoh.
3) Mengutamakan kebutuhan material saja.
4) Membiarkan saja apa yang dilakukan anak (terlalu
memberikankebebasan untuk mengatur diri sendiri tanpa ada
peraturan-peraturandan norma-norma yang digariskan orang tua).
C. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan


belajar. Menurut Kamus Saku Ilmiah, prestasi adalah hasil yang telah
dicapai dari yang telahdilakukan atau dilakukan atau dikerjakan.
Dengan demikian prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang
telah dilakukan, diciptakan baik dilakukan secara pribadi maupun
kelompok. Menurut Gagne, prestasi adalah penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran tertentu yang telah diperoleh dari hasil tes belajar
yangdinyatakan dalam bentuk skor. Keberhasilan siswa dalam proses
belajarnya dapat dilihat dari prestasi yang dicapai dalam kurun waktu
tertentu dalam hal ini dapat dilihat dari nilai yang dibukukan dalam
bentuk buku laporan pendidikan atauraport. Nilai-nilai yang tertera
dalam buku tersebut merupakan penjumlahan nilaidari seluruh mata
pelajaran yang diperoleh siswa dalam satu semester. Dengan demikian
besar kecilnya nilai yang diperoleh menunjukkan besar kecilnya
prestasiyang dicapai. Belajar merupakan suatu keharusan kalau kita
ingin maju, makadengan belajar akan terjadi perubahan tingkah laku
seseorang. Perubahan iniberlangsung secara proses sebagai akibat dari
hasil latihan dan pengalaman. Belajar dapat dipahami sebagai tahapan
perubahan seluruh tingkah laku individuyang relatif menetap sebagai
hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkunganyang melibatkan
proses kognitif. Sedangkan menurut HM. Arifin, belajar adalahsuatu
kegiatan anak didik dalam menerima, menganggapi serta menganalisa
bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh guru yang berakhir pada
kemampuan anak. Widodo Supriyono mengemukakan bahwa belajar
menurut pengertian psikologi merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan di dalam tingkahlaku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari definisi
yang dikemukakan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar
adalah merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dankontinu
pada seseorang hingga akan mengalami perubahan tingkah laku secara
keseluruhan, artinya perubahan yang senantiasa bertambah baik, baik
itu keterampilannya, kemampuannya ataupun sikapnya sebagai
hasil belajar. Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar yang
telah dikemukakan di atas,maka dapat diambil kesimpulan bahwa
prestasi belajar adalah hasil suatu proses aktivitas belajar yang
membawa perubahan tingkah laku pada diri siswa tersebut(seseorang).
Perubahan tersebut meliputi aspek pengetahuan, keterampilan
dansikap, kemudian aspek-aspek tersebut dievaluasikan dan
diaktualisasikan dalam angka atau skor yang dapat dilihat dalam buku
raport.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Tingkat intelegensi siswa memang merupakan salah satu


faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, namun hal itu bukanlah
faktor utama, ada faktor-faktor lain yang mendukung prestasi belajar
yang diperoleh siswa. Seperti dinyatakan oleh Slameto bahwa prestasi
belajar siswa tidak semata-mata dinyatakan oleh tingkat kemampuan
intelektualnya, tetapi ada faktor-faktor lain seperti motivasi, sikap,
kesehatan fisik dan mental, kepribadian, ketekunan danlain-lain.
Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri anak dan dapat
pula berasal dari luar diri anak. Di antara faktor-faktor tersebut adalah
faktor orang tua yang dalam banyak hal menempati peranan yang
cukup penting. Hal inidikarenakan orang tua merupakan tokoh yang
penting di dalam kehidupan seorang anak. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar seseorang (siswa) dibagi menjadi dua,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa adalah sebagai berikut:

a. Faktor internal siswa


1)Faktor fisiologis siswa, seperti kondisi kesehatan dan kebugaran fisi
k,serta kondisi pancaindranya terutama penglihatan dan pendengaran.
2) Faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi,
dankemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan
persepsi, ingatan,berpikir dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan
apersepsi) yangdimiliki siswa.

b. Faktor-Faktor eksternal
1) Faktor lingkungan siswa. Faktor ini terbagi dua, yaitu
Pertama faktorlingkungan alam atau non sosial seperti keadaan suhu,
kelembabanudara, waktu (pagi, siang, malam), letak sekolah, dan
sebagainya.Kedua faktor lingkungan sosial seperti manusia dan
budayanya.
2) Faktor instrumental, antara lain gedung atau sarana fisik kelas,
saranaatau alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum atau
materipelajaran serta strategi belajar mengajar.
2.2 Tinjauan pustaka

Semiun (2006) mengatakan bahwa ilmu kesehatan mental merupakan


terjemahan dari istilah mental hygiene. Mental berasal dari kata lain mens, mentis
yang berarti jiwa, nyawa, sukma, roh, dan semangat, sedangkan hygiene berasal
dari kata yunani hygiene yang berarti ilmu tentang kesehatan. Jadi ilmu kesehatan
mental adalah ilmu yang membicarakan tentang kehidupan mental manusia
dengan memandang manusia sebagai totalitas psikofisik yang kompleks.
Menurut Darajat ( dalam Bastaman, 2001 ) kesehatan mental adalah
terwujudnya keserasian yang sungguh – sungguh antar fungsi – fungsi kejiwaan
dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan
lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk
mencapai hidup yang bermakna dan bahagia dunia dan di akhirat. Definisi ini
memasukkan unsur agama yang sangat penting dan harus diupayakan
penerapannya dalam kehidupan, sejalan dengan penerapan prinsip – prinsip
kesehatan mental dan pengembangan hubungan baik dengan sesama manusia.

Jaelani (2001) menambahkan bahwa ilmu kesehatan mental merupakan


ilmu kesehatan jiwa yang memasalahkan kehidupan rohani yang sehat, dengan
memandang pribadi manusia sebagai suatu totalitas psikofisik yang kompleks.

Hawari (1997) juga mengatakan bahwa pengertian kesehatan mental


menurt paham ilmu kedokteran adalah satu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dai seseorang dan
perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Oleh karena itu
makna kesehatan mental mempunyai sifat – sifat yang harmonis (serasi) dan
memperhatikan semua segi – segi dalam peghidupan manusia dan dalam
hubungannya dengan manusia lain.

2.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan pada penelitian kali ini adalah
metode penyuluhan kesehatan tentang kesehatan mental. Sasaran program ini
adalahh siswa – siswi kelas 11 SMA Negeri 2 Lumajang. Metode penyuluhan
kepada siswa – siswi dibagi menjadi tiga tahap yaitu :

1. Tahap persiapan
Yaitu tahap mempersiapkan diri mulai dari koordinasi dengan
pihak sekolah untuk menyesuaikan jadwal pelaksanaan enyuuhan
agar tidak bersamaan dengan jadwal KBM. Tahap persiapan
digunakan untuk mengkaji awal, hasil pengkajian yang diperoleh
adalah hasi pendaatan jumlah siswa- siswi kelas 1. Tahap ini
dilanjutkan dengan menyiapkan tempat, alat, dan media enyuluhan
kesehatan mental.
2. Tahap pelaksanaan
Yaitu tahap pelaksanaan kegiatan penyuluhan kepada siswa kelas.
Tahap ini diawali dengan memberikan kuisoner pretest kepada
siswa – siswi kelas 11, pemberian materi tentang kesehatan mental
remaja, sesi tanya jawab, dan post-test. Kegiatan ini dilakuka
selama durasi 90 menit.
3. Tahap evaluasi
Aspek yang dievaluasi adalah pengetahuan siswa tentang kesehatan
mental remaja meliputi pengertian kesehatan mental, faktor yang
memengaruhi kesehatan mental,penyebab kesehatan mental, dan
cara menjaga kesehatan mental. Setelah itu dilakukan pengolahan
data kuesioner pre test dan post-test. Pengolahan dan analisa data
menggunakan bantuan SPSS, hal ini untuk mengetahui seberapa
siswa memahami materi yang telah disampaikan. Keseluruhan dari
tahap evaluasi membutyhkan durasi 60 menit.
DAFTAR PUSTAKA

https://amp.kompas.com/health/read/2022/06/18/190000468/kenali-faktor-faktor-
yang-memengaruhi-kesehatan-mental

https://promkes.kemkes.go.id/pengertian-kesehatan-mental

https://www.nu.or.id/nasional/mengupas-aspek-aspek-kesehatan-mental-ZWJuL

https://www.kajianpustaka.com/2019/05/pengertian-prinsip-dan-indikator-
kesehatan-mental.html?m=1

https://www.halodoc.com/kesehatan/kesehatan-mental

https://www.merdeka.com/trending/7-cara-mengatasi-mental-illness-ketahui-pula-
gejala-amp-penyebabnya-kln.html

Anda mungkin juga menyukai