Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

DASAR-DASAR TEORI PARENTING (POLA ASUH ORANGTUA)

OLEH :
NAMA : MARIA IMACULATA LEWO
NIM : 171300035
PRODI / SMESTER: PGSD / 6 A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2020
KATA PENGANTAR

Pujisyukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmatnya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “DASAR-DASAR TEORI PARENTING
(POLA ASUH ORANGTUA)” Makalah ini guna untuk memanuhi tugas matakuliah
“PARENTING” Saya menyadari akan kemampuan saya yang masih terbatas.
Dalam makalah ini saya sudah berusaha semaksimal mungkin.Tapi saya yakin makalah
ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan juga kritik
membangun agar lebih baik di masa yang akan datang.
Harapan saya ,makalah ini dapat menjadi referensi bagi kita dalam mengarungi masa
depan. Saya juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya.
DAFTAR ISI

Cover ....................................................................................................... …………………………

Kata Pengantar ........................................................................................ ………………………….

Daftar Isi ................................................................................................. …………………………

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... ………………………...

A. Latar Belakang ............................................................................ ………………………..


B. Rumusan Masalah ....................................................................... ………………………..
C. Tujuan ........................................................................................ ………………………...

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ ………………………..

A. Pengertian Parenting Menurut Para Ahli…………………………………………………


B. Tujuan Dan Manfaat Parenting………………………………………………………….
C. Jenis-Jenis Parenting…………………………………………………………………….
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Parenting………………………………………….
E. Teknik Melakukan Parenting……………………………………………………………
F. Alternatif Parenting Yang Baik Yang Dapat Diterapkan……………………………….

BAB III PENUTUP ................................................................................ ………………………..

A. Kesimpulan ................................................................................ ……………………….


B. Saran .......................................................................................... ……………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pola asuh orangtua merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang terjadi
antara orangtua dan anak yang merupakan pola pengasuhan tertentu dalam keluarga
yang akan memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak.
Baumrind (dalam Irmawati 2002). Menurut Surbakti (2009), pola asuh merupakan
pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relaktif dari waktu ke waktu.
Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi positif dan negative.
Pola asuh sendiri memiliki beberapa jenis, seperti menurut Baumrind (dalam
santrock, 2011) 4 jenis pola asuh yang bisa dterapkan oleh orangtua biasanya yaitu,
yang pertama adalah pola asuh otoriter, yaitu pengasuhan otoriter adalah gaya
pengasuhan yang membatasi dan menghukum, ketika orang tua memaksa anak-anak
untuk mengikuti arahkan mereka dan menghormati pekerjaan serta upaya mereka.
Yang kedua pola asuh Otoritatif yaitu, penguasaan yang sering disebut demokratis.
Pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu
mengendalikan mereka. Yang ketika pola Asuh lalai yaitu, pengasuhan lalai
(neglectful parenting), merupakan gaya pengasuhan ketika orang tua tidak terlibat
dalam kehidupan anak. Dan yang terakhir pola asuh permisif/memanjakan
pengasuhan permisif merupakan suatu pengasuhan ketika orang tua sangat terlibat
dengan anak-anak mereka tetapi menempatkan beberapa control atau tuntutan atas
mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Parenting Menurut Para Ahli?
2. Apa Tujuan Dan Manfaat Parenting?
3. Apasaja Jenis-Jenis Parenting?
4. Apa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Parenting?
5. Bagaimana Teknik Melakukan Parenting?
6. Apa Alternatif Parenting Yang Baik Yang Dapat Diterapkan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian parenting menurut Para Ahli
2. Untuk mengetahui Tujuan dan Manfaat Parenting.
3. Untuk mengetahui Jenis-Jenis Parenting.
4. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi Parenting.
5. Untuk mengetahui Teknik Melakukan Parenting.
6. Untuk mengetahui Alternatif Penting Yang Baik Yang dapat Diterapkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PARENTING MENURUT PARA AHLI
1. Diadaptasi dari Encyclopedia of Psychology, APA
Pengasuhan adalah cara yang dilakukan di seluruh dunia dalam hubungan antara
orangtua dan anak, dengan memiliki tiga tujuan utama:
• Memastikan kesehatan dan keselamatan anak-anak,
• Mempersiapkan anak-anak untuk hidup sebagai orang dewasa yang produktif
• Menurunkan nilai-nilai budaya.

Dimana keberhasilannya ditentukan oleh hubungan yang sehat dan berkualitas antara
orangtua dan anak

2. Masud Hoghughi, (Masud Hoghughi adalah direktur dari Aycliffe Centre for Children,
County Durham Dan menyandang gelar sebagai anggota kehormatan sebagai Professor
fakultas Psychology, University of Hull, Amerika) Menyampaikan : Pengasuhan
merupakan hubungan antara orang tua dan anak yang multidimensi dapat terus
berkembang. Mencakup beragam aktifitas dengan tujuan : anak mampu berkembang
secara optimal dan dapat bertahan hidup dengan baik. Oleh karenanya pengasuhan
meliputi pengasuhan fisik, pengasuhan emosi dan pengasuhan sosial.Dimana komponen
dari kunci pengasuhan adalah:
a. Upaya memenuhi kebutuhan anak untuk kesejahteraan fisik, sosial dan
emosionalnya. Dan melindungi anak, melalui menghindarkan dari potensi
kecelakaan/ kondisi bahaya atau pelecehan.
b. Memberikan aturan dan memastikan bahwa aturan terkontrol serta mampu
ditegakkan.
c. Mendukung anak, mampu mengembangkan potensi dalam dirinya Prinsip
pengasuhan menurut Hoghughi tidak menekankan pada siapa (pelaku) namun
lebih menekankan pada aktifitas dari perkembangan dan pendidikan anak.
3. Jerome Kagan ( Jerome Kagan adalah seorang psikolog di Harvard University,
Amerika. Salah satu dari pelopor dari psikologi perkembangan) Beliau mendefinisikan
pengasuhan (parenting) sebagai serangkaian keputusan tentang sosialisasi pada anak.
Didalamnya terdapat , apa yang harus dilakukan oleh orang tua/ pengasuh, untuk
memfasilitasi agar anak mampu bertanggung jawab dan berkontribusi sebagai bagian
dari masyarakat.
4. David D. Burns M.D (professor dari fakultas psikologi di University of South Florida)
menyebutkan bahwa pengasuhan merupakan sebuah proses interaksi yang berlangsung
terus-menerus dan mempengaruhi bukan hanya bagi anak juga bagi orang tua.
5. Jane B Brooks (penulis buku ”The Process of Parenting”) juga mendefinisikan
pengasuhan sebagai sebuah proses yang merujuk pada serangkaian aksi dan interaksi
yang dilakukan orang tua untuk mendukung perkembangan anak. Proses pengasuhan
bukanlah sebuah hubungan satu arah yang mana orang tua mempengaruhi anak saja,
namun lebih dari itu, pengasuhan merupakan proses interaksi antara orang tua dan anak
yang dipengaruhi oleh budaya dan kelembagaan sosial dimana anak dibesarkan.
6. Secara Etimologi Pengasuhan berasal dari kata “asuh“ artinya memimpin, mengelola,
membimbing. Pengasuh berarti orang yang melaksanakan tugas memimpin, mengelola
atau membimbing. Sedangkan dalam bahasan kali ini, Pengasuhan yang dimaksud ialah
mengasuh anak. Mengasuh anak maknanya ialah mendidik dan memelihara anak,
mengurus sandang, papan, pangan dan keberhasilannya sejak awal dilahirkan sampai
dewasa.

Dari berbagai pendapat dan sudut pandang tersebut, Ijinkan saya membuat KESIMPULAN
sebagai berikut:

Parenting adalah segala tindakan yang menjadi bagian dalam proses interaksi yang berlangsung
terus-menerus dan mempengaruhi bukan hanya bagi anak tapi juga bagi orang tua,.yang
dilakukan oleh orang dewasa kepada anak-anak yang dilakukan sejak awal anak dilahirkan
hingga dewasa dalam rangka melindungi, merawat, mengajari, mendisiplinkan dan memberi
panduan.

• Upaya memenuhi kebutuhan anak untuk kesejahteraan jasmani, rohani, sosial dan
emosionalnya. Dan melindungi anak, melalui menghindarkan dari potensi kecelakaan/
bahaya atau pelecehan.
• Memberikan aturan dan memastikan bahwa aturan terkontrol serta mampu ditegakkan.
• Mendukung anak, mampu mengembangkan potensi dalam dirinya.Dimana, jika hal ini
dilakukan dengan benar, maka anak-anak dalam pengasuhan mampu menjadi generasi
terbaik dan juga menjadi penyejuk mata serta hati orangtua.

• Menurut Brooks, didefinisikan seperti ini. Pengasuhan oleh anak yaitu sebagai sebuah
proses tindakan dan interaksi antara orang tua dan anak, dimana kedua belah pihak saling
mengubah satu sama lain saat anak tumbuh menjadi dewasa. Jadi orang tua disini
berkolaborasi dengan anak, orang tua mengasuh anak hingga tumbuh dewasa. Karena
peran orang tua yakni memang mengasuh anak dan mendidik hingga anak tumbuh
dewasa seperti yang diharapkan oleh orang tua.Beliau mengidentifikasikan peranan orang
tua dalam perkembangan anak, antara lain :

✓ Memberikan lingkungan yang protektif


✓ Memberikan pengalaman yang membawa pada pengembangan potensi maksimal
✓ Menjadi penasehat dalam komunitas yang lebih besar
✓ Menjadi kekuatan yang tak tergantikan dalam kehidupan anak
• Menurut Jerome Kagan (dalam Berns, 1997), beliau adalah seorang psikologi
perkembangan, yang mendefinisikan pengasuhan sebagai serangkaian keputusan tentang
sosialisasi pada anak, yang mencakup apa yang harus dilakukan oleh orang tua agar anak
mampu bertanggung jawab dan memberikan konstribusi sebagai anggota masyarakat.
Jadi pengasuhan disini bagaimana orang tua harus menjelaskan kepada anak bagaimana
anak bisa mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap semua hal yang
dilakukan.keluarga harus selalu mendukung kegiatan yang dilakukan anak selagi itu
merupak hal yang baik untuk dilakukan.
• Pengertian pengasuhan menurut Alvita (2009) sebagai serangkaian
keputusan tentang sosialisasi pada anak, yang mencakup apa yang harus
dilakukan oleh orang tua/pengasuh agar anak mampu bertanggung jawab
dan memberikan kontribusi sebagai anggota masyarakat termasuk juga apa
yang harus dilakukan orang tua/pengasuh ketika anak menangis, marah,
berbohong, dan tidak melakukan kewajibannya dengan baik.
Interaksi antara keluarga/ orang tua dengan anak untuk mendidik,
membimbing, dan mengajar anak dengan tujuan tertentu, disebut dengan
pengasuhan. Pengasuhan merupakan cara yang khas dalam menyatakan
pikiran dan perasaaan dalam berinterkasi orang tua dengan anak. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa dari beberapa definisi yang ada, pengasuhan
merupakan perlakuan kerabat sebagai orang tua tua asuh atau orang tua .yang
ditinggalkan dirumah berinteraksi langsung dengan anak dengan tujuan memenuhi
kebutuhan fisiologis dan psikologis.
• Ratna Megawangi menjelaskan bahwa parenting itu merujuk pada suasana kegiatan
belajar mengajar yang menekankan kehangatan bukan ke arah suatu pendidikan satu arah
atau tanpa emosi.
Dengan demikian, parenting adalah bagaimana cara mendidik orang tua terhadap anak
baik secara langsung maupun tidak langsung. Parenting menyangkut semua perilaku
orang tua sehari-hari baik yang berhubungan langsung dengan anak maupun tidak, yang
dapat ditangkap maupun dilihat oleh anak-anaknya, dengan harapan apa yang diberikan
kepada anak (pengasuhan) akan berdampak positif bagi kehidupannya terutama bagi
agama, diri, bangsa, dan juga negaranya.
A. TUJUAN DAN MANFAAT PARENTING

Manfaat :

• Lebih terjalinnya hubungan silaturahim dan kedekatan antara orang tua dan guru.
• Membuka ruang diskusi/sharing serta keterbukaan antara orang tua dan guru.
• Orang tua bisa mendapatkan informasi yang utuh mengenai program pendidikan anak-
anaknya.
• Orang tua dapat langsung menyampaikan saran maupun kritik kepada pihak sekolah
secara terbuka.
• Para guru mendapat banyak masukan yang bisa dijadikan acuan dan pertimbangan dalam
menjalankan tugasnya sebagai pendidik.
Tujuan :
• Meningkatkan kesadarn orang tua
• Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan orang tua dalam melaksanakan perawatan
• Mempertemukan kepentingan dan keinginan antara pihak keluarga dan skolah
B. JENIS-JENIS PARENTING
1. Parenting Otoritatif - Authoritative Parenting
2. Parenting Otoritatif (Authoritative parenting atau propagative parenting)
Ciri-cirinya:
Orangtua mengatur batas, memberi pemahaman kepada anak-anak, dan tanggap
terhadap kebutuhan emosional mereka.
Orangtua dengan pola asuh anak otoritatif sangat hangat kepada anak-anak
mereka,dan menekankan alasan diberlakukannya aturan.
Anak-anak mungkin menjadi lebih mandiri, diterima secara sosial, sukses dalam
akademis, dan berperilaku baik.
3. Parenting Permisif (Permissive parenting atau Indulgent parenting)
Ciri-cirinya:
Orangtua dengan pola asuh anak permisif cenderung tanggap terhadap anak-anak
mereka, namun longgar terhadap aturan dan disiplin.
Orangtua sangat jarang memberi tuntutan dan harapan kepada anak.
Anak-anak yang dibesarkan dengan gaya ini cenderung tumbuh tanpa sikap
disiplin.
4. Parenting Acuh tak acuh (Uninvolved parenting)
Ciri-cirinya:
Orangtua sangat sedikit memberikan kehangatan kepada anak mereka, tidak
terlibat dalam kehidupan anak (tidak menentukan batasan dan tidak menuntut),
dan kurang tanggap terhadap kebutuhan anak.
Orangtua dengan gaya pengasuhan ini tidak memantau aktivitas anak mereka.
Anak-anak akan sering merasa takut, gelisah, dan stres karena tak ada dukungan
dari orangtuanya.
5. Parenting Sembrono (Neglectful parenting)
Ciri-cirinya:
Orangtua dengan pola asuh anak ini cenderung mengabaikan emosi dan opini
anak-anak mereka.
Rendahnya daya tanggap orangtua terhadap tuntutan anak.
Anak-anak yang dibesarkan dengan cara ini kurang disiplin, tidak peduli terhadap
lingkungan sekitarnya, berkembang menjadi dewasa sebelum waktunya. dan
sering mengalami pertengkaran dengan orangtua mereka.
6. Parenting Otoritarian (Authoritarian parenting)
Ciri-cirinya:
Orangtua memberikan aturan yang ketat, hukuman keras, hanya memberikan
sedikit pemahaman kepada anak, dan kurang ramah kepada anak-anaknya.
Orangtua sering berkata, "Saat ibu/ayah seusiamu, ibu/ayah sudah bisa ....".
Mengakibatkan anak menjadi pendiam, kurang percaya diri, kurang terampil
secara sosial, dan kurang berprestasi di sekolah.
7. Parenting Kasih Sayang (Attachment parenting, Intuitive Parenting, atauNatural
Parenting)
Ciri-cirinya:
Keterikatan emosional dipupuk dengan baik oleh orangtua.
Orangtua dengan pola asuh anak kasih sayang biasanya menghindari hukuman
fisik dan mengajarkan disiplin melalui interaksi antara orangtua dan anak.
Anak menjadi manja dan terlalu tergantung kepada orangtuanya.
8. Parenting Positif (Positive parenting)
Ciri-cirinya:
Orangtua membimbing dan menasehati anak tentang apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan.
Orangtua mengajarkan cara positif dan menjelaskan bahwa setiap pilihan
mempunyai konsekuensi tersendiri.
Anak-anak belajar untuk mempertimbangkan pilihan yang ada dan lebih
bertanggung jawab.
9. Parenting Narsistik (Narcissistic parenting)
Ciri-cirinya:
Anak diharuskan untuk mencapai semua impian dan cita-cita yang tidak dapat
dicapai oleh orangtua.
Orangtua yang narsis bisa sangat memuja anaknya secara berlebihan, atau merasa
tersaingi oleh kehadiran anaknya.
10. Anak-anak tidak mendapat keleluasaan untuk mengeksplorasi minat dan potensi
mereka.
Parenting Pendampingan (Nurturant parenting)
Ciri-cirinya:
Orangtua mengharapkan anak untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya
dengan pengawasan orangtua.
Orangtua menerapkan batasan kepada anak dan mengharapkan orang lain akan
mematuhinya juga.
Anak cenderung merasa empati kepada orang lain, bertanggung jawab terhadap
diri sendiri dan orang lain, serta lebih percaya diri.
11. Parenting yang Berlebihan (Overparenting atauHelicopter parenting)
Ciri-cirinya:
Orangtua terlibat langsung dalam setiap aspek kehidupan anak dan menyelesaikan
semua permasalahan anak.
Orangtua melindungi anak secara berlebihan dan tidak membiarkan anak
menghadapi kesulitan.
Anak menjadi tidak mandiri dan tidak memahami kesalahan dan konsekuensi
yang akan mereka hadapi.
12. Parenting menyesuaikan dengan keadaan (Slow parenting)
Ciri-cirinya:
Orangtua untuk terlibat sesedikit mungkin dalam kehidupan anak dan memastikan
bahwa ada cukup waktu untuk dihabiskan bersama keluarga.
Orangtua membatasi anak untuk menggunakan peralatan elektronik dan
menggantinya dengan mainan atau buku yang mengembangkan daya imajinasi
dan kreativitas anak.
Anak-anak mengetahui batas dan kemampuan mereka
13. Parenting yang Meracuni (Toxic parenting)
Ciri-cirinya:
Orangtua seringkali melakukan kekerasan.
Orangtua mengabaikan kebutuhan anak, baik secara emosional maupun fisik.
Anak tidak dapat mengenali diri sendiri dan rasa percaya dirinya berkurang.
14. Parenting Lumba-lumba (Dolphin parenting)
Ciri-cirinya:
Orangtua menghindari perencanaan kegiatan yang berlebihan bagi anak-anak
mereka, menahan diri untuk tidak terlalu overprotektif, dan memperhitungkan
keinginan, cita-cita, dan tujuan anak.
Orangtua dapat memperlakukan setiap anaknya secara berbeda sesuai dengan
kebutuhan dan kepribadian dari masing-masing anak.
Anak-anak mempunyai keterampilan sosial, percaya diri, kreatif, mudah
beradaptasi, dan termotivasi untuk mengembangkan dirinya.
15. Parenting Ubur-ubur (Jellyfish parenting)
Ciri-cirinya:
Orangtua dengan pola asuh anak ubur-ubur menerapkan sedikit aturan dan
memberikan sedikit harapan kepada anak.
Orangtua seringkali mengalah untuk menghindari konfrontasi/perlawanan dari
anak.
Anak menjadi kurang pandai dalam bersosialisasi dan bidang akademis, serta
cenderung melibatkan diri dalam perilaku yang berisiko saat remaja/dewasa.
16. Parenting Hipnosis (Hypnoparenting)
Ciri-cirinya:
Orangtua memberikan sugesti positif kepada anaknya berkaitan dengan
perkembangan dan pendidikan anak.
Orangtua memberikan bantuan dan dukungan kepada anak secara emosional.
Anak-anak lebih terbuka dan berdiskusi dengan orangtua mengenai persoalan
yang mereka hadapi.
17. Parenting Berlebihan(Hyperparenting)
Ciri-cirinya:
Orangtua memberikan kontrol berlebihan agar anak mencapai yang terbaik dalam
segala hal.
Orangtua tidak memperbolehkan anak untuk membuat keputusan sendiri.
Anak menjadi kurang berkembang, mengalami kesulitan dalam bersosialisasi, dan
cepat merasa stres.
18. Parenting ala Macan (Tiger parenting)
Ciri-cirinya:
Orangtua mengharuskan anak mereka untuk mencapai kesuksesan dalam segala
bidang, khususnya akademis.
Orangtua memberlakukan kedisiplinan ketat dan keras, mengontrol secara
psikologis, dan memiliki harapan tinggi kepada anak mereka.
Anak menjadi mudah cemas, depresi, dan kurang percaya diri.
19. Parenting ala Gajah (Elephant parenting)
Ciri-cirinya:
Orangtua tanggap terhadap kebutuhan anak dan melindungi anak agar tidak
mengalami kesulitan dan persoalan.
Orangtua memberikan kasih sayang dan mendukung anak secara emosional.
Anak-anak menjadi kurang memahami batasan dan aturan.
20. Parenting Mercu Suar (Lighthouse parenting)
Ciri-cirinya:
Orangtua membiarkan anak mereka untuk merasakan dan mengalami kegagalan
dan berbagai konsekuensi yang menyertainya.
Orangtua memberikan nasehat, dukungan, dan dorongan agar anak mereka dapat
belajar mengatasi masalah mereka sendiri.
Anak dapat menjadi menjadi individutangguh dan cakap.
21. Parenting Holistik (Spiritual parenting/Holistic parenting)
Ciri-cirinya:
Orangtua dengan pola asuh anak holistik memberikan contoh yang baik kepada
anak melalui perilaku orangtua itu sendiri.
Orangtua menghargai perbedaan kepribadian anak dan memberikan keleluasaan
kepada anak untuk mengembangkan keyakinan mereka sesuai kepribadian dan
potensi masing-masing.
Anak-anak lebih memiliki kesadaran batin dan menghargai lingkungan
sekitarnya.
22. Parenting Tanpa Syarat (Unconditional ParentingatauConscious Parenting)
Ciri-cirinya:
Orangtua menerima dan mendukung anak secara positif.
Orangtua memberikan pujian atas perilaku anak yang baik.
Anak belajar memahami bahwa perilaku yang baik itu adalah perilaku yang
diterima dan diperhatikan
23. Yang terbaru, Gentle Parenting
Gentle parenting atau pengasuhan disiplin positif bertujuan membentuk anak yang
mudah berempati, pandai mengontrol diri, dan berperilaku tenang.
Ciri-cirinya:
Tidak memberikan penghargaan atau reward kepada anak untuk mendorong anak
berperilaku baik
Tidak ada hukuman untuk anak
Anak berinisiatif untuk melakukan perbuatan baik, bukan hanya mengejar reward
dan menghindari hukuman.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARENTING
Faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua menurut Hurlock adalah sebagai berikut:
1) Kepribadian orang tua
Setiap orang tua memiliki kepribadian yang berbeda. Hal ini tentunya sangat
mempengaruhi pola asuh anak. Misalkan orang tua yang lebih gampang marah
mungkin akan tidak sabar dengan perubahan anaknya. Orang tua yang sensitif
lebih berusaha untuk mendengar anaknya.
2) Persamaan dengan pola asuh yang diterima orang tua
Sadar atau tidak sadar, orang tua bisa mempraktekkan hal-hal yang pernah dia
dengar dan rasakan dari orang tuanya sendiri. Orang tua yang sering dikritik juga
akan membuat dia gampang mengkritik anaknya sendiri ketika dia mencoba
melakukan sesuatu yang baru.
3) Agama atau keyakinan
Nilai-nilai agama dan keyakinan juga mempengaruhi pola asuh anak. Mereka
akan mengajarkan si kecil berdasarkan apa yang dia tahu benar misalkan berbuat
baik, sopan, kasih tanpa syarat atau toleransi. Semakin kuat keyakinan orang tua,
semakin kuat pula pengaruhnya ketika mengasuh si kecil.
4) Pengaruh lingkungan
Orang tua muda atau baru memiliki anak-anak cenderung belajar dari orang-orang
di sekitarnya baik keluarga ataupun teman-temannya yang sudah memiliki
pengalaman. Baik atau buruk pendapat yang dia dengar, akan dia pertimbangkan
untuk praktekkan ke anak-anaknya.
5) Pendidikan orang tua
Orang tua yang memiliki banyak informasi tentang parenting tentu lewat buku,
seminar dan lain-lain akan lebih terbuka untuk mencoba pola asuh yang baru di
luar didikan orang tuanya.
6) Usia orang tua
Usia orang tua sangat mempengaruhi pola asuh. Orang tua yang muda cenderung
lebih menuruti kehendak anaknya dibanding orang tua yang lebih tua. Usia orang
tua juga mempengaruhi komunikasi ke anak. Orang tua dengan jarak yang terlalu
jauh dengan anaknya, akan perlu kerja keras dalam menelusuri dunia yang sedang
dihadapi si kecil. Penting bagi orang tua untuk memasuki dunia si kecil.
7) Jenis kelamin
Ibu biasanya lebih bersifat merawat sementara bapak biasa lebih memimpin.
Bapak biasanya mengajarkan rasa aman kepada anak dan keberanian dalam
memulai sesuati yang baru. Sementara ibu cenderung memelihara dan menjaga si
kecil dalam kondisi baik-baik saja.
8) Status sosial ekonomi
Orang tua dengan status ekonomi sosial biasanya lebih memberikan kebebasan
kepada si kecil untuk explore atau mencoba hal-hal yang lebih bagus. Sementara
orang tua dengan status ekonomi lebih rendah lebih mengajarkan anak kerja
keras.
9) Kemampuan anak
Orang tua sering membedakan perhatian terhadap anak yang berbakat, normal dan
sakit misalkan mengalami sindrom autisme dan lain-lain.
10) Situasi
Anak yang penakut mungkin tidak diberi hukuman lebih ringan dibanding anak
yang agresif dan keras kepala.
D. TEKNIK MELAKUKAN PARENTING
a) Tetapkan batas Memiliki batasan dalam hubungan kita dengan anak-anak adalah
kunci untuk menjadi sukses dalam pengasuhan yang positif. Memiliki, dan
menegakkan, batas-batas memungkinkan kita untuk sabar dan tenang karena kita
merasa dihargai dan bahwa kebutuhan kita dalam hubungan terpenuhi.
Cara yang baik untuk mengetahui kapan kamu perlu menetapkan batas baru
adalah ketika kamu merasa jengkel, tidak sabar atau marah dengan perilaku atau
situasi yang berulang. Misalnya kita merasa bahwa anak sudah harus duduk
sendiri saat makan. Jika demikian, buat aturan bahwa setiap orang duduk di kursi
mereka sendiri untuk makan. Apakah anak akan mengeluh? Mungkin. Tetapi
mereka juga akan belajar bahwa kamu memiliki kebutuhan juga. Kamu akan
menjadi orang tua yang lebih baik jika kebutuhanmu terpenuhi dan anak akan
melihat contoh yang bagus tentang bagaimana mengadvokasi kebutuhan mereka
sendiri dalam suatu hubungan.
b) Membangun koneksi untuk mendapatkan kerjasama Anak-anak butuh merasakan
hubungan dengan orang dewasa untuk mendengarkan mereka. Ini adalah hal yang
baik, tentu kamu tidak ingin anak mendengarkan orang asing acak yang menyuruh
mereka melakukan sesuatu. Tetapi itu juga berarti si kecil lebih mungkin
mendengarkan orangtuanya ketika mereka merasa terhubung. Jika anak
mengalami masa sulit dengan perilaku, cobalah untuk membangun sedikit
tambahan pada satu waktu untuk saling terhubung. Ini tidak perlu rentang waktu
yang lama, tetapi perlu sering dan fokus. Bahkan 15 menit sehari dengan waktu
khusus tanpa gawai, dapat membuat koneksi anak dan orangtua lebih kuat dari
sebelumnya.
c) Bersikap tegas, tapi penuh cinta Bentuk-bentuk pengasuhan positif terutama
adalah dalam nada suara. Kamu bisa bersikap tegas dan memegang anak-anak
pada harapan yang tinggi, sambil tetap mencintai. Putuskan aturan apa yang
penting bagi kamu sebagai orangtua, komunikasikan dengan jelas kepada anak,
dan konsistenlah dengan menegakkan aturan itu. Menjadi orang tua yang positif
tidak berarti membiarkan anak menguasaimu. Itu berarti mencoba
mempertahankan intonasi suara yang tenang dan penuh kasih ketika anak
membutuhkan pengingat tentang peraturan.
d) Hindari mempermalukan "Kamu berumur 6 tahun, jangan bertingkah seperti
bayi!" "Kamarmu menjijikkan, bersihkan." Apakah kamu mengucapkan kata-kata
itu? Semua frasa ini memiliki efek mempermalukan, membuat anak-anak merasa
buruk tentang diri mereka sendiri. Ini secara alami memiliki dampak negatif pada
harga diri anak, tetapi juga tidak efektif karena memperkuat identitas anak sebagai
seseorang yang berperilaku dengan cara tertentu. Jika anak selalu diberitahu
bahwa mereka bertingkah seperti bayi, mereka akan menyerap ini dan justru akan
bersikap seperti itu. Berikan komentar pada perilaku anak, misalnya lupa
membereskan mainan, biarkan mereka tahu kapan itu tidak pantas, tanpa
menimbulkan perasaan malu.
e) Cobalah konsekuensi alami Menghukum anak akan menjadikan kamu musuh dan
sering kali membingungkan jika hukumannya tidak terkait dengan pelanggaran.
Alih-alih menghukum, cobalah membiarkan konsekuensi alami dari tindakan
mereka terungkap. Misalnya, jika kamu meminta anak mengenakan sepatu bot
hujan dan mereka menolak, konsekuensi alami adalah bahwa kaki mereka akan
basah di luar.
f) Gunakan konsekuensi logis Walaupun konsekuensi alami ideal karena tidak
membuatmu bertentangan dengan anak, tidak selalu ada konsekuensi alami jangka
pendek yang nyaman. Sebagai contoh, mungkin merapikan kembali mainan lebih
penting bagi kita. Dalam situasi seperti ini, cobalah memikirkan konsekuensi
terkait yang masuk akal, dan jalankan tanpa kemarahan. Konsekuensinya adalah
jika kamu menginjak mainan anak, kamu akan memindahkan mainannya ke
garasi alih-alih ke kotak mainan anak. Anak yang sayang mainannya mungkin
akan mendengarkan dan mengembalikan mainan kesayangan mereka ke
tempatnya.
g) Gunakan penguatan positif Sangat mudah untuk berkomentar tentang perilaku
buruk, tetapi hanya tersenyum pada diri sendiri ketika anak melakukan sesuatu
yang indah. Pastikan mereka mendapat perhatian lebih untuk perilaku yang baik
daripada yang buruk. Ini tidak berarti kamu membutuhkan sistem imbalan yang
mewah, cukup beri tahu mereka apa yang kamu lihat. Katakan sesuatu seperti,
“Mama lihat kamu menyimpan sepatumu sendiri. Itu menunjukkan tanggung
jawab,” Selain memberi tahu mereka bahwa kamu memperhatikan, pujian
semacam ini membantu anak mempertahankan identitas diri positif yang ingin
mereka jalani.
h) Menjadi model untuk anak Anak-anak meniru apa yang kita lakukan. Jika kita
ingin mereka menghormati orang lain, kita harus menghormati mereka. Jika kamu
ingin anak mengatakan "tolong," katakan "tolong" juga kepada mereka. Jika kamu
ingin mereka bersikap baik dan lembut terhadap saudara mereka, berbaik hatilah
dan lembutlah dengan mereka. Mungkin sulit untuk dipraktikkan dalam
kehidupan kita yang sibuk dan lelah, tetapi anak-anak menyerap segala sesuatu di
sekitar mereka, dan ini pasti termasuk cara kita memperlakukan mereka
• Berjuang untuk empati Kita sering merasa ada saja kelakuan anak-
anak yang membuat kita ingin marah. Apakah itu sesederhana anak
yang tidak mau makan masakan yang kiat buat, atau lebih rumit seperti
kesulitan di sekolah. Jika kamu dapat memahami alasan di balik
perilaku buruk itu, akan jauh lebih mudah menemukan empati untuk
anak dan merespons dengan kebaikan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pola asuh orangtua merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang terjadi
antara orangtua dan anak yang merupakan pola pengasuhan tertentu dalam keluarga yang
akan memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak.
pola asuh merupakan pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relaktif
dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi positif dan
negative.
Pola asuh sendiri memiliki beberapa jenis, seperti menurut Baumrind (dalam
santrock, 2011) 4 jenis pola asuh yang bisa dterapkan oleh orangtua biasanya yaitu,
yang pertama adalah pola asuh otoriter, yaitu pengasuhan otoriter adalah gaya
pengasuhan yang membatasi dan menghukum, ketika orang tua memaksa anak-anak
untuk mengikuti arahkan mereka dan menghormati pekerjaan serta upaya mereka.
Yang kedua pola asuh Otoritatif yaitu, penguasaan yang sering disebut demokratis.
Pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu
mengendalikan mereka. Yang ketika pola Asuh lalai yaitu, pengasuhan lalai
(neglectful parenting), merupakan gaya pengasuhan ketika orang tua tidak terlibat
dalam kehidupan anak. Dan yang terakhir pola asuh permisif/memanjakan
pengasuhan permisif merupakan suatu pengasuhan ketika orang tua sangat terlibat
dengan anak-anak mereka tetapi menempatkan beberapa control atau tuntutan atas
mereka.
B. Saran
Pola Asuh Orang Tua yang baik adalah, suatu harapan yang diinginkan oleh sebagian
besar anak. Namun banyak Orang Tua yang gagal dalam menjalankan hal tersebut
disebapkan oleh berbagai factor.
Dampak yang terjadi akibat penerapan pola asuh yang salah pada keluarga akan
menyebabkan pembentukan kepribadian yang salah pada anak.
Diharapkan setiap orang tua harus mampu dan teliti untuk memilih jenis pola asuh yang
baik sehingga dapat diterapkan dalam proses pengasuhan oleh Orang tua kepada anaknya.
DAFTAR PUSTAKA

Anisa, Siti. 2005. Kontribusi Pola Asuh Orang tua terhadap Kemandirian Siswa
http:// organisasi.org/jenis-macam-tipe-pola-asuh-orangtua-pada-anak-cara-mendidik-
mengasuh-anak-yang-baik
http://pangeranrajawawo.blogspot.com/2011/12/pola-asuh-orang-tua.html

Anda mungkin juga menyukai