Oleh :
Nim : 206111038
April 2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberika
n rahmat dan berkat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ‘’ Faktor-f
aktor yang Mempengaruhi Parenting’’
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dose
n pada bidang studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, mata kuliah Parenting. Selai
n itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi
para pembaca dan juga bagi saya.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi se
bagian pengetahuannya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya m
enyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna, Oleh karena i
tu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurna makal
ah ini.
Veronika Ndedo
ii
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………...………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1
A. Latar Belakang…………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………2
C. Tujuan……………………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….…3
A. Kesimpulan……………………………………...………………………...9
B. Saran……………………………………………………………………….9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..….10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Parenting merupakan suatu interaksi antara orangtua dengan anak yang mencakup
kebutuhan fisik (makanan, tempat tinggal, pakaian, kesehatan dan lain-lain), kebut
uhan psikologis (rasa aman, keselamatan, perlindungan, kasih sayang, cinta, dan l
ain-lain), pembentukan karakter anak dan juga mengenai sosialisasi norma-norma
yang berlaku di masyarakat agar anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
nya menurut Djamarah (dalam Rahmi & Yenita, 2017: 40). Orangtua memiliki ke
wajiban untuk memenuhi kebutuhan anak, karena orangtua membawa pengaruh b
esar bagi perkembangan anak-anaknya dalam proses menuju dewasa. Tetapi, di be
berapa negara berkembang seperti Indonesia, masih banyak orangtua yang menjal
ankan pengasuhan pada anak yang kurang efektif. Hal tersebut diduga disebabkan
karena adanya beberapa faktor seperti kesalahan pola asuh, paparan media, ekono
mi rendah, pengetahuan yang minim, pengalaman yang kurang, serta usia pernika
han orangtua yang terlalu muda (Rahmi & Yenita, 2017: 40). Perlakuan salah terh
adap anak bisa terjadi pada semua lingkungan. Pada masyarakat menengah ke ba
wah biasanya terjadi karena faktor ekonomi, sedangkan pada masyarakat menenga
h ke atas karena ambisi yang dimiliki orangtua terhadap anak yang terlalu berlebih.
Usia anak pra sekolah berada pada rentang 3-6 tahun. Pada usia ini anak pada tah
apan intiative versus guilty, yaitu tahapan anak akan mulai yakin dengan dirinya s
endiri dan menemukan pribadi yang diinginkan (Santrock dalam Rachmawati & H
astuti, 2017: 227). Pada tahapan ini anak biasanya mencoba menirukan orang-oran
g di sekitarnya terlebih orangtuanya, sehingga kesalahan dalam praktik pengasuha
n seperti orangtua melakukan kekerasan di depan atau kepada anaknya dapat meni
ngkatkan jumlah anak yang memiliki masalah dalam perilaku. Tentunya hal terseb
ut memberikan dampak negatif bagi anak (Santrock dalam Rachmawati & Hastuti,
2017: 227). Orangtua diibaratkan sebagai cermin bagi anak, karena apa yang dilak
ukan oleh orangtua maka anak tersebut akan menirunya. Hal tersebut terjadi karen
a anak tersebut belajar suatu perilaku tertentu dari lingkungannya (Rachmawati &
1
Hastuti, 2017: 228). Praktik pengasuhan dapat dibagi menjadi dua, yang pertama a
dalah praktik pengasuhan konstruktif dan praktik pengasuhan destruktif menurut
Simons et al, (dalam Rachmawati & Hastuti, 2017: 228). Praktik pengasuhan kont
ruktif akan menghasilkan perkembangan anak yang positif, sedangkan praktik pen
gasuhan destruktif akan menghasilkan perkembangan anak yang negatif. Misalnya
ketika anak melakukan kesalahan, orangtua yang menjalankan pengasuhan kontru
ktif akan memberikan penjelasan atas kesalahan anak dan membimbingnya agar ta
hu hal yang benar dan sesuai harapan sedangkan orangtua dengan pengasuhan des
truktif cenderung langsung memberikan hukuman kepada anak, misalnya dengan
kekerasan fisik yang dapat menyebabkan berkembangnya sifat agresif anak (Rah
mawati & Hastuti, 2017). Dalam menentukan pola asuh yang akan diterapkan, ter
dapat beberapa faktor yang mempengaruhi orangtua, misalnya kondisi ekonomi, l
atar belakang keluarga, riwayat pengasuhan orangtua, dan tidak adanya dukungan
dari lingkungan keluarga maupun sosial untuk menjadi orang tua. Selain faktor- fa
ktor tersebut praktik pengasuhan juga dapat dipengaruhi oleh parenting self-effica
cy (Hastuti dalam Rachmawati & Hastuti, 2017: 228). Parenting self-efficacy adal
ah suatu keyakinan yang dimiliki orangtua terkait dengan kemampuan dalam mela
kukan pengasuhan terhadap anak (Coleman & Karraker, 1997). Parenting self-effi
cacy terkait dengan pola asuh yang efektif dan tingkat perkembangan anak yang le
bih baik (Dowling dalam Rachmawati & Hastuti, 2017: 228).
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia bahwa “pola adalah model, sistem, atau cara kerja”, Asuh adalah “menj
aga, merawat, mendidik, membimbing, membantu, melatih, dan sebagainya” Kam
us Besar Bahasa Indonesia.
Sedangkan arti orang tua menurut Nasution dan Nurhalijah “Orang tua adalah seti
ap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga y
ang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu.” Gunarsa menge
mukakan bahwa “Pola asuh tidak lain merupakan metode atau cara yang dipilih pe
ndidik dalam mendidik anak-anaknya yang meliputi bagaimana pendidik memperl
akukan anak didiknya.” Jadi yang dimaksud pendidik adalah orang tua terutama a
yah dan ibu atau wali.
Casmini menyebutkan bahwa “ Pola asuh sendiri memiliki definisi bagaimana ora
ng tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta m
elindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan, hingga kepada upaya pemben
tukan norma-norma yang diharapkan oleh masyarakat pada umumnya.
Menurut Thoha menyebutkan bahwa “Pola Asuh orang tua adalah merupakan suat
u cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwu
judan dari rasa tanggung jawab kepada anak.”
3
ra memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan car
a orang tua memberikan perhatian, tanggapan terhadap keinginan anak.
Pola asuh adalah pola interaksi antara anak dengan orang tua meliputi pemenuhan
kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (s
eperti rasa aman, kasih sayang, perlindungan, dan lainlain), serta sosialisasi norm
a-norma yang berlaku dimasyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkun
gannya.
Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Si
kap orang tua ini meliputi cara orangtua memberikan aturan –aturan, hadiah maup
un hukuman, cara orang tua menunjukan otoritasnya dan juga cara orangtua mem
berikan perhatian serta tanggapan terhadap anak.
Thereshia indira shanti, “pola asuh merupakan pola interaksi antara orangtua dan
anak. Lebih jelasnya, yaitu bagaimana sikap atau prilaku orangtua saat berinteraks
i dengan anak. Termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai atau nor
ma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilak
u yang baik sehingga dijadikan contoh atau panutan bagi anaknya”.
Selain peran keluarga dalam pengasuhan anak, adapun faktor –faktor yang mempe
ngaruhi pola asuh. menurut mussen dikutip marcelina, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pola asuh orangtua yaitu:
Salah satu faktor yang mempengaruhi pola asuh orangtua adalah lingkungan temp
at tinggal. Perbedaan keluarga yang tinggal di kota besar dengan keluarga yang tin
ggal dipedesaan berbeda gaya pengasuhannya. Keluarga yang tinggal dikota besar
memiliki kekhawatiran yang besar ketika anaknya keluar rumah.
4
Sebaliknya keluarga yang tinggal didesa tidak memiliki kekhawatiran yang besar
dengan anak yang keluar rumah.
Sub kultur budaya juga termasuk dalam faktor yang mempengruhi pola asuh. Dala
m setiap budaya pola asuh yang diterapkan berbeda-beda, misalkan ketika disuatu
budaya anak diperkenankan berargumen tentang aturan-aturan yang ditetapkan or
angtua, tetapi hal tersebut tidak berlaku untuk semua budaya.
Keluarga yang memiliki status sosial yang berbeda juga menerapkan pola asuh ya
ng berbeda juga. Menurut Hoffmann dan Lippit bahwa pola asuh orangtua dipeng
aruhi oleh:
a. Kepribadian orangtua
Apakah orangtua memiliki tingkat pendidikan yang tinggi atau tingkat pendidikan
yang rendah mempengaruhi mereka dalam mengasuh anak-anaknya.
Meliputi besar kecilnya jumlah keluarga, variasi jenis kelamin, keadaan sosial eko
nomi keluarga, faktor budaya dan lingkungan, faktor tempat tinggal dalam hal ini
tinggal di desa atau di kota.
Di dalam hal ini bagaimana orangtua menerapkan disiplin kepada anak, pemberia
n hadiah dan hukuman, bagaimana model penolakan dan penerimaan orangtua ter
hadap anak, bagaimana sikap orangtua terhadap anak yaitu konisten atau tidak ko
nsisten dan bagaimana harapan-harapan orangtua terhadap anak.
5
e. Karakteristik pribadi anak
Meliputi kepribadian anak, konsep diri, kondisi fisik (apakah cacat atau normal) d
an kesehatan fisik. Pendapat lain yang hampir sama dikemukakan oleh Sanderson
dan Thompson bahwa faktor-faktor yang mempe ngaruhi pola asuh orangtua antar
a lain :
a. Karakteristik anak
Meliputi usia anak, kelahiran anak, dalam hal ini apakah anak lahir cacat fisik ma
upun mental atau tidak, jenis kelamin dan temperamen anak.
Palkovita menyatakan bahwa orangtua yang memiliki peran jenis androgini lebih
banyak melibatkan diri kepada anak dibandingkan orangtua yang memiliki peran j
enis feminin dan maskulin. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Bailey bahwa s
eorang bapak yang sikapnya mendukung feminin akan melibatkan diri pada anak
dan tinggal bersama anak Ketika anak tersebut sakit.
d. Etnis
Faktor etnis atau budaya juga memfasilitasi orangtua dalam mengasuh anak-anakn
ya.
6
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses parenting, yaitu kebudayaan, kelas
sosial ekonomi, jenis kelamin anak, nilai-nilai yang dianut orangtua, pendidikan d
an pengalaman orangtua, serta tipe kepribadian orangtua (Caldwell, 2004):
1. Kebudayaan
Latar belakang pendidikan orangtua, informasi yang didapat orangtua tentang cara
mengasuh anak akan mempengaruhi bagaimana orangtua memberikan pengasuha
n pada anak.
7
Kepribadian orangtua turut mempengaruhi tipe pengasuhan yang diterapkan orang
tua. Orangtua yang memiliki kepribadian tenang cenderung membebaskan anak d
an orangtua yang memiliki tingkat kecemasan tinggi akan lebih overprotektif pada
anak.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil bahwa pola asuh orangtua kepada anak dipengaru
hi oleh kondisi pribadi orangtua meliputi kepribadian, pendidikan, orientasi peran
jenis orangtua. Lebih lanjut juga dipengaruhi oleh faktor pengalaman orangtua mi
salnya keadaan di dalam keluarga dan pengalaman dalam pernikahan. Etnis dan k
arakteristik anak turut berperan dalam pola asuh orangtua.
B. Saran
Dapat kita lihat bahwa banyak sekali pola asuh orang tua terhadap anaknya yang b
erbeda-beda. Dalam pengasuhan anak di dalam keluarga orang tua sangat berpera
n besar dalam pengasuhan terhadap anaknya. Orang tua tidak hanya memberi nafk
ah terhadap anaknya, tetapi juga seharusnya orang tua itu bisa mendidik, membim
bing, mengawasi, mengarahkan, dan masih banyak lagi yang harus dilakukan oran
g tua. Maka dari itu sebagai orang tua harus lah bisa menerapkan pola asuh yang b
aik untuk anak-anaknya, agar kelak anak-anak tersebut akan menjadi anak yang b
erguna.
9
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat Agresivitas Anak.
MEDTEK , Volume 2.
https://www.google.com/search?q=faktor-
faktor+yang+mempengruhi+parenting&oq=faktor-
faktor&aqs=chrome.1.69i57j69i59j35i39j0i512l4j69i60.25394j0j9&sourceid=chr
ome&ie=UTF-8
https://repository.uin-suska.ac.id/6988/3/BAB%20II.pdf
10