Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH MINI RISET METODOLOGI PENELITIAN

TENTANG PENGALAMAN ORANG TUA DALAM MENGASUH

OLEH

KELOMPOK I

ANNISA MILAN SARI (14220190019)

AINIA ISNAINI (14220190021)

NURFADHILLAH (14220190022)

SRI DAMAYANTI (14220190023)

ULFA DWI ANTI (14220190025)

JUMIATI WEU (14220190026

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt yang maha Pengasih lagi maha Penyayang, kami
ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang miniriset
penelitian kualitatif keperawatan

Makalah ini disusun memenuhi tugas makalah Metode Penelitian Kualitatif. Pada
makalah yang berjudul miniriset penelitian kualitatif keperawatan ini, membahas beberapa
materi atau sub judul, diantaranya adalah: masalah, perumusan masalah, fungsi perumusan
masalah, kriteria perumusan masalah, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan
masalah, prinsip-prinsip perumusan masalah, dan bentuk-bentuk perumusan masalah.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Kami sangat berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pembaca untuk mengetahui. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasannya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 19 Mei 2022


Penulis,

Kelompok I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………...………….…………..………………

DAFTAR ISI………………………………..……………………….……….….…….…..........

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………...………………………………………………................
B. Rumusan Masalah………………….………………………………………………….
C. Tujuan Penelitian………………….………………….……………………………….
D. Manfaat Penelitin………………….……….………………………………………….
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Kesehatan Mental........………………………………………………………
B. Faktor yang Mendorong Terjadinya Kesehatan Mental........………………………….
C. Pembelajaran daring (Online)..….........………………………….........…....................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian...………………………………………………………………
B. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………………………...
C. Populasi dan Sampel………………………………………………………………….
D. Kriteria Sampel……………………………………………………………………….
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………………………

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil…………………………………………………………………………………….
B. Pembahasan……………………………………………………………………………..

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………...
B. Saran…………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….………….....................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Periode usia di bawah lima tahun (balita) merupakan periode paling kritis dalam
menentukan kualitas hidupnya di masa yang akan datang. Pengajaran dan pendidikan
yang diberikan pada awal kehidupan ini menjadi modal dasar bagi kebahagiaan dan
kesuksesan di masa dewasanya. Mendidik anak di masa sekarang khususnya dalam
era teknologi informasi
berkembang dengan pesat (era layar) membutuhkan keterampilan mengasuh yang
memadai
dan konsep diri yang positif agar mampu berkomunikasi dan menerapkan disiplin
dengan
cinta dan kasih sayang.
Pada lima tahun pertama kehidupan, proses tumbuh kembang anak berjalan sangat
pesat dan optimal. Para ahli mengatakan masa balita sebagai masa emas (golden age
period). Hal ini disebabkan karena pada usia 0-2 tahun, perkembangan otak anak
mencapai
80%. Pada masa inilah anak-anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan
seluruh
aspek-aspek dalam dirinya, baik secara fisik, kognitif, bahasa, moral, maupun sosial
emosional.
Masa balita merupakan periode awal pengasuhan yang sangat kritis. Jika orang tua
gagal dalam mengasuh dan mendidik anak pada masa ini, maka akan berdampak
buruk pada
periode perkembangan selanjutnya. Pada masa balita orang tua memiliki peran yang
sangat
berarti dalam kehidupan untuk memenuhi pertumbuhan dan perkembangannya. Pada
masa
ini hampir seluruh sel-sel otak berkembang dengan pesat. Dengan kata lain, peran
orang tua sangat penting dalam menentukan arah serta kualitas pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan orang tua dalam memenuhi segala
kebutuhan anak
akan asuh, asih, dan asah melalui komunikasi yang baik dan benar sehingga akan
mempengaruhi kualitas kepribadiaan anak menuju manusia dewasa di kemudian hari.
Orang tua diharapkan memiliki kesiapan menjadi orang tua dan memahami tujuan
pengasuhan yang benar agar mampu menghasilkan anak yang kuat dan tangguh di
masa-masa selanjutnya. Untuk menghasilkan anak yang bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa,
memiliki pengetahuan, percaya diri, sehat, berkarakter, memiliki peran jenis kelamin
yang
sehat dan benar, serta berbudi pekerti luhur. Oleh karena itu, sangatlah penting
dibutuhkan
peran ayah untuk mengambil peran yang besar di dalam pengasuhan dimulai dari
masa
kehamilan, masa ibu menyusui, dan masa kanak-kanak
B. Rumusan masalah
Lebih kurang 10 juta anak yang meninggal sebelum usia 10 tahun
dan lebih dari 200 juta anak tidak berkembang sesuai potensi mereka
karena adanya kesalahan dalam pengasuhan merupakan fenomena yang
cukup menjadi perhatian kita, terutama bagi orang tua dalam
memberikan pengasuhan yang maksimal kepada anak.
C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak balita

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Keperawatan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan, serta menjadi landasan dalam pengembangan
evidance based ilmu keperawatan, khususnya keperawatan anak dan
keluarga.
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan data awal pengembangan
penelitian berikutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep pengasuhan

Pengasuhan adalah proses mendidik mengajarkan karakter, kontrol diri, dan

membentuk tingkah laku yang dinginkan.4Ada beberapa konsep pengasuhan yang baik

diterapkan dalam mendidik anak, yaitu:

(1) Pengasuhan yang baik akan menghasilkan anak dengan kepribadian baik seperti:

percaya diri, mandiri, bertanggung jawab, tangguh, orang dewasa yang cerdas

memiliki kemampuan berbicara dengan baik, tidak mudah terpengaruh oleh

lingkungan yang buruk, serta mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya

kelak.

(2) Pengasuhan penuh kasih sayang merupakan hak setiap anak yang harus dipenuhi

oleh orang tua.

(3) Pengasuhan berkualitas mencakup: perawatan kesehatan, pemenuhan gizi, kasih

sayang, dan stimulasi.

Keberhasilan keluarga dalam menerapkan konsep pengasuhan yang baik dan

berkualitas sangat tergantung dari pola pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua.

Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan orang tuanya

yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum, dan lain-lain) dan

kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang, dan lain-lain), serta sosialisasi

norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan

lingkungannya. Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orang tua

dengan anak dalam rangka membentuk kepribadian anak.

b. Tujuan pengasuhan
Untuk meningkatkan keikutsertaan orang tua dalam pengasuhan, ayah dan

ibu harus menetapkan tujuan yang jelas dalam mengasuh anak agar anak tumbuh dan

berkembang secara optimal. Ayah dan ibu perlu mendiskusikan dan menyepakati

tujuan pengasuhan sesuai dengan kondisi anak dan harapan ayah dan ibu. Pola asuh

orang tua yang menerima, membuat anak merasa disayang, dilindungi, dianggap

berharga, dan diberi dukungan oleh orang tuanya, sangat kondusif untuk mendukung

pembentukan kepribadian anak yang prososial, percaya diri, mandiri, serta sangat

peduli dengan lingkungan.

Sementara itu pola asuh yang menolak dapat membuat anak merasa tidak

diterima, tidak disayang, dikecilkan, bahkan dibenci oleh orang tuanya. Anak-anak

yang mengalami penolakan dari orang tuanya akan menjadi pribadi yang tidak

mandiri, atau kelihatan mandiri tetapi tidak memperdulikan orang lain. Selain itu,

anak ini akan cepat tersinggung, dan berpandangan negatif terhadap orang lain dan

terhadap kehidupannya, bersikap sangat agresif kepada orang lain, atau merasa

minder, dan tidak merasa dirinya berharga. Orang tua adalah pengasuh pertama dan

utama bagi anak. Pada kondisi tertentu, orang lain dapat mengganti peran orang tua

sebagai pengasuh anak untuk sementara (kakek, nenek, paman, bibi, asisten rumah

tangga, dan lain-lain) yang bertugas menjaga anak.

Tujuan pengasuhan adalah merawat, mengasuh, dan mendidik anak agar dapat

menjalankan peran sebagai:5

(1) Hamba Tuhan yang bertakwa, berakhlak mulia, ibadah sempurna, (2) Calon istri atau
suami

(3) Calon ayah atau ibu

(4) Ahli dalam suatu bidang (profesional) dan memiliki jiwa wirausaha

(5) Pendidik dalam keluarga


(6) Pengayom keluarga

(7) Orang yang bermanfaat bagi lingkungan keluarga dan masyarakat

Tujuan pengasuhan sangat menentukan keberhasilan anak. Akan tetapi

kesalahan dalam pengasuhan anak akan pula berakibat pada kegagalan dalam

pembentukan kepribadian anak seperti 1. kurang menunjukkan ekspresi kasih sayang

baik secara verbal maupun fisik, 2. kurang meluangkan waktu yang cukup untuk

anaknya, bersikap kasar secara verbal seperti menyindir, mengecilkan anak, dan

berkata-kata kasar, 3. Terlalu memaksa anak untuk menguasai kemampuan kognitif

secara dini. Oleh karena itu, dampaknya akan menghasilkan anak yang mempunyai

kepribadian bermasalah atau mempunyai kecerdasan emosi rendah seperti 1. anak

menjadi acuh tak acuh, 2. secara emosional tidak responsif, 3. berperilaku agresif, 4.

selalu berpandangan negatif, 4. ketidakstabilan emosional.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
deskriptif. Jumlah partisipan adalah enam orang partisipan yang dipilih dengan
metode purposive sampling. Partisipan dalam penelitian ini adalah orang tua yang
terdiri dari bapak dan ibu. Instrument dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.
Pada saat wawancara peneliti menggunakan pedoman wawancara yang dilengkapi
dengan catatan lapangan. Alat bantu yang peneliti gunakan adalah mp4 sebagai alat
perekam dan alat tulis.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Di tempat hunian sementara pasca korban bencana lahar dingin di Jawa Tengah
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17-20 Mei 2022
C. Karakteristik partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah orang tua (bapak dan ibu) yang memiliki anak
balita merupakan korban banjir lahar dingin dan tinggal di huntara. Umur partisipan
antara 20 tahun sampai dengan 45 tahun. Tingkat pendidikan mulai dari SD sampai
dengan SLTA. Jumlah anak bervariasi ada yang mempunyai 1 anak, 2 anak bahwkan
ada yang mempuyai 4 orang
D. Kriteria sampel terdiri dari kriteria inklusi dan eksklusi yaitu :
a. Kriteria inklusi :
1. Bersedia menjadi responden
2. orang tua (bapak dan ibu) yang memiliki anak balita
b. Kriteria Eksklusi :
1. Subjek bukan merupakan mahasiswa Universitas Muslim Indonesia, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Prodi Ilmu Keperawatan
2. Responden bersedia dalam berpartisipasi mengikuti wawancara
E. Tehnik Pengumpulan Data
a. Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dengan cara wawancara langsung tersebut berisi pertanyaan
yang berkaitan dengan judul penelitian). Pada saat wawancara peneliti
menggunakan pedoman wawancara yang dilengkapi dengan catatan lapangan.
Alat bantu yang peneliti gunakan adalah mp4 sebagai alat perekam dan alat tulis.
Metode analisa dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
Colaizzi. Hal yang paling penting dalam metode ini adalah mengembalikan
kembali hasil wawancara yang sudah dibuat verbatim dan digolongkan ke
tematema kepada partisipan untuk selanjutnya di cek dan apabila ada yang kurang
akan dilengkapi oleh partisipan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini adalah orang tua (bapak dan ibu) yang memiliki anak
balita merupakan korban banjir lahar dingin dan tinggal di huntara. Umur
partisipan antara 20 tahun sampai dengan 45 tahun. Tingkat pendidikan mulai
dari SD sampai dengan SLTA. Jumlah anak bervariasi ada yang mempunyai 1
anak, 2 anak bahwkan ada yang mempuyai 4 orang anak. Keseluruhan
partisipan sudah tinggal di huntara kurang lebih 1,5 tahun
Tema 1 : Respon orang tua saat tinggal di huntara.
Tema 2 : Respon anak saat tinggal di huntara
Tema 3 : Perilaku mengasuh anak balita di huntara
Adapun hasil lengkap penelitian disajiakan sebagai berikut:
1. Karakteristik responden
kerateristik dalam penelitian ini diuraikan dalam umur dan jenis kelamin. Berikut
distribusi frekuensi berdasarkan kerakteristik.

Umur n
Dewasa 20-45 6
Total 6

Tabel 1.2

Berdasarkan diidentifikasi melalui wawancara dengan orang tua:.

Tema Subtema Kutipan


Respon Selama tinggal di huntara “rasanya pertama pindah ya gak enak
orang tua bermacam-macam (P1)
saat tinggal perasaan yang “Rasanya ya gak enak banget mbak
di huntara. dirasakan oleh orang (P4) “ kalau tidur kan sama-sama
tua, salah satunya orang banyak, kan kumpul dengan
perasaan orang banyak gak enak, tempatnya
tidak terbuka, kalau di rumah sendiri kan
menyenangkan. ada kamar, kalau disini satu
Perasaan tidak ruangan dengan banyak
menyengkan orang”(P1)
yang diungkapkan
orang tua antara lain:

Perasaan tidak “saya merasa sedih tiap kali teringat


menyenangkan saat banjir lahar dingin dahulu”(P3)
juga dirasakan “sedihnya saat teringat banjir dulu
setelah mereka menimpa”(P3)
tinggal kurang “kalau teringat ya sedih karena ingat
lebih 1,5 tahun di banjir yang dahulu”(P6)
hutara. Perasaan
yang diungkapkan
adalah sebagai
berikut:

Selain perasaan sedih “senangnya yak arena diberi tempat


orang tua juga merasakan untuk berteduh, itu sudah saya anggap
ada kebahagian selama rumah sendiri mbak, sekarang saya
tinggal di huntara, merasa mempunyai rumah sendiri”(P1)
pernyataannya adalah “sukanya disini airnya bersih, kalau
sebagai berikut: dirumah kotor, kalau mau nyuci jauh
disungai….selain itu sering mendapat
bantuan kan bisa mengurangi
pengeluaran”(P2)

Respon anak Respon anak saat tinggal “anak-anak merasa gak enak mbaj dan kalau
saat tinggal di huntara tidak berbeda malam-malam sering minta pulang”(P1)
di huntara jauh dengan perasaan
yang dialami oleh orang “kadang-kadang itu gak panas tapi kok
tuanya. Anak-anak juga tiba-tiba rewel, sering nangis padahal
merasakan hal yang tidak tidak sakit”.(P2)
menyenangkan selama
tinggal di hutara.
Pernyataanya dapat dilihat
sebagai berikut:

Menurut orang tua selama “habisnya nakal banget mbak, kalau


di huntara anakanak lagi bandel-bandelnya terus bertengkar
menjadi tambah nakal, hal dengan anak tetangga itu mbaj”. (P2)
tersebut daapat dilihat “biasanya bertengkar itu karena
sebagai berikut: berebut mainan”.(P3)
“kadang-kadang yang besar suka iri dengan
Menurut orang tua adikknya, kok dikit-dikit ke adik, saya
selama di huntara kok tidak, jadi semacam iri gitu mbak”(P1)
anakanak sering
iri dengan saudara
kandungnya,
pernyataanya
adalah sebagai “sering momong adiknya, jadi kalau
berikut: saya lagi ngapain gitu malah yang
jagain kakaknya ini mbak, ya diajak
Disamping rasa iri bermain atau apa”(P1)
terhadap saudara
“kakaknya suka momong, kakaknya
kandung, anak
malah sering nangis karena dinakali
yang lebih tua
sama adiknya dan kakaknya lebih
juga terlibat dalam
banyak
mengasuh
mengalah”(P4)
anaknya. Hal
tersebut dapat
terlihat dalam
kutipan
percakapan di
bawah ini:

Perilaku Selama mengasuh “ibu soalnya kalau bapaj siang kerja di


mengasuh di huntara banyak depo kalau malam jaga di depan, jadi
anak balita orang yang jarang ketemu, kalau kangen nanti saya
di huntara terlibat selain teleponkan
orang tua sendiri terus nanti pagi-pagi bapaknya datang”.(P2)
juga sering
melibatkan
tetangga atau
saudara kandung.
Orang tua yang
lebih berperan
dalam mengasuh
adalah ibu
sementara bapak
lebih banyak
waktu untuk
bekerja.

Kondisi huntara “minta tolong sama tetangga, mau


yang saling mandi dititipkan ke tetangga, kan
berdekatan ini rumahnya berdekatan”.(P1)
membuat orang “senangnya banyak yang momong karena
tua sering tetangga berdekatan”(P4)
melibatkan “sering dikasih tahu sama tetangga
tetangga dalam karena memang takutnya sama
mengasuh tetangga”(P6).
anaknya.
Pernyataan
selengkapnya
adalah sebagai
berikut:
B. Pembahasan

1. Respon orang tua


Selama berada di huntara dan menjadi korban banjir lahar dingin orang tua merasakan
stress dimana respon yang muncul adalah perasaan tidak menyenangkan selama di
huntara. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian dari Dyb, Jensen dan Nygaard
(2011) yang mengatakan bahwa orang tua juga mengalami stress setelah bencana
mereka juga merasa ketakutan dan merasa bahwa tidak ada orang lain yang bisa
membantunya.

Perasaan tidak menyenangkan yang dialami oleh orang tua ini juga disebabkan karena
kondisi rumah dihuntara yang hanya berukuran 6x6, slaing berdekatan dan hanya terbuat
dari bamboo dan beratap seng (BNPB, 2007).

2. Respon anak
Respon yang muncul pada anak setelah bencana bervariasi tergantung dari beberapa
faktor yaitu makin parah tingkat bencana akan mempengaruhi respon anak, umur
individu makin besar maka akan lebih mudah memahami situasi yang terjadi, jenis
kelamin akan mempengaruhi anak dan ada tidaknya bantuan juga berdampak pada
respon anak, (Kopleiwicz & Cloitre, 2006).

Robin et al (2003) menyebutkan bahwa kecemasan dan rasa takut yang dirasakan oleh
beberapa orang setelah bencana akan dirasakan lebih kuat pada anak-anak. Koplewicz
& Cloitre (2006) menyatakan bahwa anak-anak pasca bencana akan sering
membicarakan tentang bencana, anak juga menjadi sering rewel, anak akan tampak
sering menangis. Hal ini juga terjadi pada anak-anak balita yang sedang berada di
huntara.

3. Perilaku mengasuh balita di huntara

Ada beberapa metode untuk mengasuh anak balita. Pengalaman orang tua yang berada
di huntara menyebutkan bahwa mereka menggunakan berbagai cara dalam mengasuh
anak. ada orang tua yang menetapkan aturan untuk anak-anak dan anak-anak juga harus
mentaatinya. Menurut Hockenbery dan Wilson (2009) menyebutkan bahwa pola asuh
yang menerapkan aturan yang harus ditaati oleh anak itu merupakan metode otoriter.
Ada juga orang tua yang membiarkan anak bermain tanpa aturan, yang penting anak
merasa senang. Hal ini sesuai dengan konsep yang metode permisif dimana orang tua
memberi kebebasan kepada anak untuk melakukan sesuatu

Metode yang lain yang juga dilakukan adalah otoritatif atau demokratik yang menurut
Hockenbery & Wilson (2009) merupakan metode dimana orang tua menggabungkan
antara aturan dan kebebasan. Suatu saat anak dibiarkan melakukan hal yang tidak
berbahaya tetapi pada saat berbahaya orang tua akan melarang anak.
BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menemukan bahwa mengasuh balita di huntara sama dengan
mengasuh di tempat tinggalnya sendiri. Rutinitas yang dilakukan tidak tidak
berbeda. Ada beberapa metode mengasuh yang dilakukan oleh orang tua. Dalam
penelitian ini ditemukan tiga tema yang mendukung.

2. Saran
Saran yang dapat diberikan kepada mahasiswa dalam meningkatkan kesehatan mental
pada saat pembelajaran secara daring selama pandemi COVID-19 yaitu dengan
menerapkan lingkungan rumah yang sehat, melakukan hobi, tetap bersosialisasi
walaupun secara virtuan serta rajin berolahraga.
DAFTAR PUSTAKA

Almhdawi, K. A., Alazrai, A., Obeidat, D., Altarifi, A. A., Oteir, A. O., Aljammal, A. H.,
Arabiat, A. A., Alrabbaie, H., Jaber, H., & Almousa, K. M. (2021). Healthcare students’
mental and physical well-being during the COVID-19 lockdown and distance learning.
Work, 70(1), 3–10. https://doi.org/10.3233/WOR-205309

Gasparino, R. C., Lima, M. H. M., de Souza Oliveira-Kumakura, A. R., da Silva, V. A., de


Jesus Meszaros, M., & Antunes, I. R. (2021). Prophylactic dressings in the prevention of
pressure ulcer related to the use of personal protective equipment by health professionals
facing the COVID-19 pandemic: A randomized clinical trial. Wound Repair and
Regeneration, 29(1), 183–188. https://doi.org/10.1111/wrr.12877

HIDAYAT, A. A. . (2018). METODOLOGI PENELITIAN KEPERAWATAN DAN


KESEHATAN II. SALEMBA MEDIKA.

Liu, X., Jiang, D., Chen, X., Tan, A., Hou, Y., He, M., Lu, Y., & Mao, Z. (2018). Mental
health status and associated contributing factors among gay men in China. International
Journal of Environmental Research and Public Health, 15(6).
https://doi.org/10.3390/ijerph15061065

Manwell, L. A., Barbic, S. P., Roberts, K., Durisko, Z., Lee, C., Ware, E., & McKenzie, K.
(2015). What is mental health? Evidence towards a new definition from a mixed
methods multidisciplinary international survey. BMJ Open, 5(6), 1–11.
https://doi.org/10.1136/bmjopen-2014-007079

Rhim, H. C., & Han, H. (2020). Teaching online: Foundational concepts of online learning
and practical guidelines. Korean Journal of Medical Education, 32(2), 175–183.
https://doi.org/10.3946/KJME.2020.171

Anda mungkin juga menyukai