KELAS/SEMESTER IVA
ARMI FEBRIANTI_200101003
MUSTARI IRAWAN_200101020
UNIERSITAS HAMZANWADI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
berkenan memberi petunjuk, kesehatan, kekuatan dan lain sebagainya yang tidak
bisa di sebut satu-persatu sehingga makalah “ Bimbingan Konseling Untuk
Optimalisasi Perkembangan Moral Keagamaan Remaja” ini bisa dapat di
selesaikan dengan baik meskipun belum sempurna dan masih banyak
kekurangannya, baik dari segi penulisan, isi, maupun bahasa yang digunakan.
Makalah ini disusun dan dibuat bertujuan agar dapat menambah
pengetahuan dan wawasan penulis,pembaca serta pendengar dalam belajar dan
mempelajarinya.
Semoga makalah ini bermanfaat , terutama bagi penulis, pembaca dan
pendengar pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Kesimpulan .....................................................................................10
B. Saran...............................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan
sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan
penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak
mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
1.Pengertian Moral
Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (moris) yang berarti adat
istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan
moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-
nilai atau prinsip-prinsip moral.
Nilai-nilai moral itu, seperti seruan untuk berbuat baik kepada orang lain,
memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan, dan memelihara
hak orang lain, serta larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum minuman
keras dan berjudi.
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai
dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.
Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang atau
membolehkan tingkah laku tertentu kepada anak. Suatu tingkah laku anak yang
dilarang oleh orangtua pada suatu waktu, harus juga dilarang apabila dilakukan
pada waktu lain.
Secara tidak langsung, sikap orangtua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu,
atau sebaliknya, dapat mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu melalui
proses peniruan (imitasi). Sikap orangtua yang keras (otoriter) cenderung
melahirkan sikap disiplin semu oada anak, sedangkan sikap yang acuh tak acuh
atau sikap masa bodoh, cenderung mengembangkan sikap kurang
3
bertanggungjawab dan kurang mempedulikan norma pada diri anak. Sikap yang
sebaiknya dimiliki oleh orangtua adalah sikap kasih saying, keterbukaan,
musyawarah (dialogis).
Orangtua merupakan panutan (teladan) bagi anak, termasuk disini panutan dalam
mengamalkan ajaran agama. Orangtua yang menciptakan iklim yang religious
(agamis), dengan cara memberikan ajaran atau bimbingan tentang nilai-nilai
agama kepada anak, maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik.
Orangtua yang tidak menghendaki anaknya berbohong, atau berlaku tidak jujur,
maka mereka harus menjauhkan dirinya dari prilaku berbohong atau tidak jujur.
Apabila orangtua mengajarkan kepada anak, agar berprilaku jujur, bertutur kata
yang sopan, bertanggungjawab atau taat beragama, tetapi orangtua sendiri
menampilkan perilaku sebaliknya, maka anak akan mengalami konflik pada
dirinya, dan akan menggunakan ketidakkonsistenan orangtua itu sebagai alas an
untuk tidak melakukan apa yang diinginkan orangtuanya, bahkan mungkin dia
akan berprilaku seperti orangtuanya.
4
Melalui pengalaman atau berinteraksi social dengan orang tua, guru, teman sebaya
atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika
dibandingkan dengan usia anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai
moral atau konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan
kedisiplinan.
1.Pengertian
Kebutuhan remaja akan Allah kadang-kadang tidak terasa ketika remaja dalam
keadaan tenang, aman, dan tentram. Sebaliknya Allah sangat dibutuhkan apabila
remaja dalam keadaan gelisah, ketika ada ancaman, takut akan kegelapan, ketika
merasa berdosa.
5
acuh tak acuh dan menentang (Zakiyah Darajat, 2003:96-96 dan Sururin,
2002:70).
Tidak sedikit remaja yang bimbang dan ragu dengan agama yang
diterimanya,,W. Sturbuck meneliti mahasiswa Middle Burg College. Dari 142
remaja yang berusia 11-26 tahun, terdapat 53% yang mengalami keraguan
tentang:
1. Kepribadian
Tipe kepribadian dan jenis kelamin, bisa menyebabkan remaja melakukan
salah tafsir terhadap ajaran agama.
Misalnya: Ketika berdoa’a tidak terkabul,,maka mereka akan menjadi ragu akan
kebenaran sifat Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang Tuhan tersebut.
Kondisi ini akan sangat membekas pada remaja yang introvert walau sebelumnya
dia taat beragama.
Wanita yang cepat matang akan lebih menunjukkan keraguan pada ajaran agama
dibandingkan pada laki-laki cepat matang.
6
“Tidak tanduk keagamaan para pemuka agama yang tidak sepenuhnya menuruti
tuntutan agama”.
Pada dasarnya manusia memiliki sifat konservatif (senang dengan yang sudah
ada),, namun disisi lain,,manusia juga memiliki dorongan curiosity (dorongan
ingin tahu).
Kedua sifat bawaan ini merupakan kenyataan dari kebutuhan manusia yag normal.
Apa yang menyebabkan pernyataan kebutuhan manusia itu berkaitan dengan
munculnya keraguan pada ajaran agama?
4. Kebiasaan
Remaja yang sudah terbiasa dengan suatu tradisi keagamaan yang dianutnya akan
ragu untuk menerima kebenaran ajaran lain yang baru diterimanya/dilihatnya.
Kebiasaan mengaji untuk menanamkan nilai-nilai agama
5. Pendidikan
Kondisi ini terjadi pada remaja yang terpelajar. Remaja yang terpelajar akan lebih
kritis terhadap ajaran agamanya. Terutama yang banyak mengandung ajaran yang
bersifat dogmatis. Apalagi jika mereka memiliki kemampuan untuk menafsirkan
ajaran agama yang dianutnya secara lebih rasional.
7
kehidupan, seperti pertanyaan “Apakah Tuhan Maha Kuasa, mengapa masih
terjadi penderitaan dan kejahatan di dunia ini?”
Untuk memperoleh kesadaran beragama remaja ini, dapat disimak dalam uraian
berikut :
Pada masa ini terjadi perubahan jasmani yang cepat, sehingga memungkinkan
terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan, dan kekhawatiran. Bahkan,
kepercayaan agama yang telah tumbuh pada umur sebelumnya, mungkin pula
mengalami kegoncangan . Kepercayaan kepada Tuhan kadang-kadang sangat
kuat, kan tetapi kadang-kadang menjadi berkurang yang terlihat pada cara
beribadah yang kadang-kadang rajin dan kadang-kadang malas. Penghayatan
rohaninya cenderung skeptic (was-was) sehingga muncul keengganan dan
kemalasan untuk melakukan berbagai kegiatan ritual (misalnya ibadah sholat)
yang selama ini dilakukan dengan penuh kepatuhan.
Secara psikologis, masa ini merupakan permulaan masa dewasa, emosinya mulai
stabil dan pemikirannya mulai matang (kritis). Dalam kehidupan beragama,
remaja sudah mulai melibatkan diri ke dalam kegiatan-kegiatan keagamaan.
Remaja sudah dapat membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai
8
penganutnya diantaranya ada yang shalih dan ada yang tidak shalih. Pengertian ini
memungkinkan dia untuk tidak terpengaruh oleh orang-orang yang mengaku
beragama, namun tidak melaksanakan ajaran agama atau perilakunya
bertentangan dengan nilai agama.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai seorang remaja harus memiliki pengetahuan tentang moral
dan ilmu agama yang akan menjadi pegangan remaja hidup dalam
bersikap. Dengan kemampuan berpikir abstrak mampu menentukan mana
hal yang baik dan buruk, pantas atau tidak pantas, benar atau salah.
Remaja yang tidak memiliki pengetahuan moral akan terlibat tindakan
Immoral yang akan meresahkan masyarakat umumnya dan akan
menghancurkan masa depan remaja yang bersangkutan remaja tersebut
khususnya.
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
http://ardika.blog.uns.ac.id/files/2010/05/makalah-perkembangan-nilai-
moral-dan-sikap/
http://vivienanjadi.blogspot.com/2012/02/perkembangan-moral-nilai-dan-
agama-pada.html?m=1
11