Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENGEMBANGAN MORAL DAN AFEKSI PAUD


Dosen Pengampu : …………………………………..

NAMA : DORA ZULIANA

NIM : 2017 62 020

JURUSAN PGPAUD

UNIVERSITAS SULAWESI TENGGARA

(UNSULTRA)

TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Bangsa Indonesia di kenal sebagai bangsa yang beraneka ragam budaya,


bahasa, suku terlebih lagi bangsa Indonesia juga di kenal sebagai Bangsa yang
beradab dan mempunyai moral yang baik tehadap sesama, namun ironisnya melihat
realita sekarang semakin tahun Moral Bangsa kita sudah mulai luntur dan bisa
dimungkinkan lama kelamaan Bangsa kita dikenal oleh bangsa lain sebagai Bangsa
yang tidak mempunyai Moral.
Sudah kita ketahui bahwasanya pendidikan anak usia dini di dunia yang
berkembang sudah berjalan cukup lama sebagai bentuk pendidikan yang berbasis
masyarakat, namun di Negara kita berjalan belum cukup lama, tapi setidaknya sudah
mulai mengikuti perkembangan-perkembangan di Negara maju. Ini sebagai upayah
pemerintah agar anak bangsa bisa mempersiapkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi dan juga membekali peserta didik dengan moral dan disiplin yang baik,
selanjutnya tujuan dari pada pemerintah yakni membekali anak usia dini agar ketika
manjalani jenjang pendidikan yang lebih tinggi supaya dapat beradaptasi dengan
lingkungan bisa lebih cepat dan mudah karna sudah adanya bekal sejak kecil.
Melalui makalah ini saya berharap dapat membantu dalam membuka
pemikiran kita terhadap pentingnya mengetahui pengembangan moral dan afeksi
anak khususnya anak usia dini sehingga dimaksudkan agar anak bangsa dapat
kembali memiliki moral yang telah diwariskan oleh para pendahulu kita.

Kendari, 16 Januari 2018

Dora Zuliana
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 2
I. PENGEMBANGAN MORAL ANAK USIA DINI
A. Konsep-Konsep Pengembangan Moral Anak Usia Dini.......... 2
a. Pengembangan berperilaku yang baik
dimulai dari keluarga
b. Pengembangan kebiasaan berperilaku
yang baik di sekolah.............................................................. 3
B. Strategi dan Teknik Pengembangan Moral
Anak Usia Dini ........................................................................ 4
II. PENGEMBANGAN AFEKSI ANAK USIA DINI........................ 5
III. BAB III PENUTUP....................................................................... 7
A. Kesimpulan.............................................................................. 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk etis atau makhluk yang mampu memahami kaidah-
kaidah moral dan mampu menjadikannya sebagai pedoman dalam bertutur kata,
bersikap, dan berperilaku. Kemampuan seperti di atas bukan merupakan kemampuan
bawaan melainkan harus diperoleh melalui proses belajar. Anak dapat mengalami
perkembangan moral jika dirinya mendapatkan pengalamanan bekenaan dengan
moralitas. Perkembangan moral anak ditandai dengan kemampuan anak untuk
memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku (Slamet Suyanto,  2005: 67).
Mengingat moralitas merupakan factor penting dalam kehidupan manusia maka
manusia sejak dini harus mendapatkan pengaruh yang positif untuk menstimulasi
perkembangan moralnya.
Sudah kita ketahui bahwasanya pendidikan anak usia dini di dunia yang
berkembang sudah berjalan cukup lama sebagai bentuk pendidikan yang berbasis
masyarakat, namun di Negara kita berjalan belum cukup lama, tapi setidaknya sudah
mulai mengikuti perkembangan-perkembangan di Negara maju. Ini sebagai upayah
pemerintah agar anak bangsa bisa mempersiapkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi dan juga membekali peserta didik dengan moral dan disiplin yang baik,
selanjutnya tujuan dari pada pemerintah yakni membekali anak usia dini agar ketika
manjalani jenjang pendidikan yang lebih tinggi supaya dapat beradaptasi dengan
lingkungan bisa lebih cepat dan mudah karna sudah adanya bekal sejak kecil.

B. Rumusan Masalah
Konsep-konsep perkembangan moral dan afeksi PAUD
C. Tujuan
Untuk mengetahui konsep-konsep perkembangan moral dan afeksi PAUD

7
BAB II
PEMBAHASAN

I. PENGEMBANGAN MORAL ANAK USIA DINI


A. Konsep-konsep Pengembangan Moral Anak Usia Dini
Menurut Megawangi, dalam Siti Aisyah dkk. (2007: 8.36), anak-anak akan tumbuh
menjadi pribadi yang berkarakter apabila mereka berada di lingkungan yang berkarakter pula.
Usaha mengembangkan anak-anak agar menjadi pribadi-pribadi yang bermoral atau
berkarakter baik merupakan tangguang jawab keluarga, sekolah, dan seluruh komponen
masyarakat. Usaha tersebut harus dilakukan secara terencana, terfokus, dan
komprehensif.  Pengembangan moral anak usia dini melalui pengembangan pembiasaan
berperilaku dalam keluarga dan sekolah.

a. Pengembangan berperilaku yang baik dimulai dari dalam keluarga


Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. Keluarga
merupakan lingkungan pendidikan pertama dan paling efektif untuk melatih berbagai
kebiasaan yang baik pada anak. Menurut Thomas Lickona, sebagimana pendapatnya
dikutip oleh Siti Aisyah dkk. (2007: 8.38 – 8.41), ada 10 hal penting yang harus
diperhatikan dan dijadikan prinsip dalam mengembangkan karakter anak dalam keluarga,
yaitu sebagai berikut.
1. Moralitas penghormatan, hormat merupakan kuci utama untuk dapar hidup
harmonis dengan masyarkat. Moralitas penghormatan mencakup:
 Penghormatan kepada diri sendiri untuk mencegah agar diri sendiri tidak
terlibat dalam perilaku yang merugikan diri sendiri.
 Penghormatan kepada sesame manusia meskipun berbeda suku, agama,
kemampuan ekonomi, dst.
 Penghormatan kepada lingkungan fisik yang merupakan ciptaan Tuhan.
2. Perkembangan moralitas kehormatan berjalan secara bertahap. Anak-anak tidak
bisa langsung berkembang menjadi manusia yang bermoral, tetapi memerlukan
waktu dan proses yang terus menerus, dan memerlukan kesabaran orang tua untuk
melakukan pendidikan tersebut.
3. Mengajarkan prinsip menghormati. Anak-anak akan belajar menghormati orang
lain jika dirinya merasa bahwa pihak lain menghormatinya. Oleh karena itu orang
tua hendaknya menghormati anaknya. Penghormatan orang tua kepada anak dapat
dilakukan misalnya dengan menghargai pendapat anak, menjelaskan kenapa suatu
aturan dibuat untuk anak, dst.
4. Mengajarkan dengan contoh. Pembentukan perilaku pada anak mudah dilakukan
melalui contoh.  Oleh karena itu contoh nyata dari orang tua bagaimana seharusnya

7
anak berperilaku harus diberikan. Selain itu, orang tua juga bisa membacakan
buku-buku yang di dalamnya terdapat pesan-pesan moral. Orang tua hendaknya
mengontrol acara-acara televisi yang sering ditonton anaknya, jangan sampai acara
yang disukai anak adalah acara yang berpengaruh buruk pada perkembangan
moralnya.
5. Mengajarkan dengan kata-kata. Selain mengajar dengan contoh, orang tua
hendaknya menjelaskan dengan kata-kata apa yang ia contohkan. Misalnya anak
dijelaskan mengapa berdusta dikatakan sebagai tindakan yang buruk, karena orang
lain tidak akan percaya kepadanya.
6. Mendorong anak unruk merefleksikan tindakannya. Ketika anak telah melakukan
tindakan yang salah, misalnya merebut mainan adiknya sehingga adiknya
menangis, anak disuruh untuk berpikir jika ada anak lain yang merebut mainannya,
apa reaksinya.
7. Mengajarkan anak untuk mengemban tanggung jawab. Anak-anak harus dididik
untuk menjadi pribadi-pribadi yang altruistik, yaitu peduli pada sesamana. Untuk
itu sejak dini anak harus dilatih melalui pemberian tanggung jawab.
8. Mengajarkan keseimbangan antara kebebasan dan kontrol. Keseimbangan antara
kebebasan dan kontrol diperlukan pengembangan moral anak.  Anak diberi pilihan
untuk menentukn apa yang akan dilakukannya namun aturan-aturan yang berlaku
harus ditaati.
9. Cintailah anak, karena cinta merupakan dasar dari pembentukan moral. Perhatian
dan cinta orang tua kepada anak merupakan kontribusi penting dalam pembentukan
karakter yang baik pada anak. Jika anak-anak diperhatikan dan disayangi maka
mereka juga belajar memperhatikan dan menyayangi orang lain.
10. Menciptakan keluarga bahagia. Pendidikan moral kepada anak tidak terlepas dari
konteks keluarga. Usaha menjadikan anak menjadi pribadi yang bermoral akan
lebih mudah jika jika anak mendapatkan pendidikan dari lingkungan keluarga yang
bahagia. Untuk itu usaha mewujudkan keluarga yang bahagia merupakan syarat
yang harus dipenuhi oleh orang tua sehubungan dengan erkembangan moral
anaknya.

b.  Pengembangan kebiasaan berperilaku yang baik di sekolah


Perkembangan moral anak tidak terlepas dari lingkungan di luar rumah. Menurut
Goleman (1997) dan Megawangi 2004) dalam Siti Aisyah dkk. (2007: 8.41 – 8.42), bahwa
lingkungan sekolah berperan dalam pengembangan moral anak usia dini. Pendidikan moral
pada lembaga pendidikan formal dimulai ketika anak-anak mengikuti pendidikan pad ataman
kanak-kanak. Menurut Schweinhart (Siti Aisyah dkk., 2007: 8.42), pengalaman yang

7
diperoleh anak-anak dari taman kanak-kanak memberikan pengaruh positif pada pada
perkembangan anak selanjutnya.
Di lembaga pendidikan formal anak usia dini, peran pendidik dalam pengembangan
moral anak sangat penting. Oleh karena itu, menurut Megawangi (Siti Aisyah, 2007: 8.45),
pendidik harus memperhatikan beberapa hal, yaitu sebagai berikut.
1) Memperlakukan anak didik dengan kasih sayang, adil, dan hormat.
2) Memberikan perhatian khusus secara individual agar pendidik dapat mengenal secara
baik anak didiknya.
3) Menjadikan dirinya sebagai contoh atau tokoh panutan.
4) Membetulkan perilaku yang salah pada anak didik.

B. Strategi dan Teknik Pengembangan Moral Anak Usia Dini


Pengembangan moral anak usia dini dilakukan agar terbentuk perilaku moral.
Pembentukan perilaku moral pada anak, khususnya pada anak usia dini memerlukan
perhatian serta pemahaman terhadap dasar-dasar serta berbagai kondisi yang mempengaruhi
dan menenytukan perilaku moral. Ada 3 strategi dalam pembentukan perilaku moral pada
anak usia dini, yaitu: strategi latihan dan pembiasaan, 2. Strategi aktivitas dan bermain, dan 3.
Strategi pembelajaran (Wantah, 2005: 109).
1.    Strategi Latihan dan Pembiasaan
Latihan dan pembiasaan merupakan strategi yang efektif untuk membentuk perilaku
tertentu pada anak-anak, termasuk perilaku moral. Dengan latihan dan pembiasaan
terbentuklah perilaku yang bersifat relatif menetap. Misalnya, jika anak dibiasakan untuk
menghormati anak yang lebih tua atau orang dewasa lainnya, maka anak memiliki
kebiasaan yang baik, yaitu selalu menghormati kakaknya atau orang tuanya.
2.    Strategi Aktivitas Bermain
Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan oleh setiap anak dapat digunakan dan
dikelola untuk pengembangan perilaku moral pada anak. Menurut hasil penelitian Piaget
(dalam Wantah, 2005: 116), menunjukkan bahwa perkembangan perilaku moral anak
usia dini terjadi melalui kegiatan bermain. Pada mulanya anak bermain sendiri tanpa
dengan menggunakan mainan. Setelah itu anak bermain menggunakan mainan namun
dilakukan sendiri. Kemudian anak bermain bersama temannya bersama temannya namun
belum mengikuti aturan-aturan yang berlaku. Selanjutnya anak bermain bersama dengan
teman-temannya berdasarkan aturan yang berlaku.
3.    Strategi Pembelajaran
Usaha pengembangan moral anak usia dini dapat dilakukan dengan strategi
pembelajaran moral. Pendidikan moral dapat disamakan dengan pembelajaran nilai-nilai
dan pengembangan watak yang diharapkan dapat dimanifestasikan dalam diri dan

7
perilaku seseorang seperti kejujuran, keberanian, persahabatan, dan penghargaan
(Wantah, 2005: 123).
Pembelajaran moral dalam konteks ini tidak semata-mata sebagai suatu situasi seperti
yang terjadi dalam kelas-kelas belajar formal di sekolah, apalagi pembelajaran ini ditujukan
pada anak-anak usia dini dengan cirri utamanya senang bermain. Dari segi tahapan
perkembangan moral, strategi pembelajaran moral berbeda orientasinya antara tahapan yang
satu dengan lainnya. Pada anak usia 0 – 2 tahun pembelajaran lebih banyak berorientasi pada
latihan aktivitas motorik dan pemenuhan kebutuhan anak secara proporsional. Pada anak usia
antara 2 – 4 tahun pembelajaran moral lebih diarahkan pada pembentukan rasa kemandirian
anak dalam memasuki dan menghadapi lingkungan. Untuk anak usia 4 – 6 tahun strategi
pembelajaran moral diarahkan pada pembentukan inisiatif anak untuk memecahkan masalah
yang berhubungan dengan perilaku baik dan buruk.
Secara umum ada berbagai teknik yang dapat diterapkan untuk mengembangkan
moral anak usia dini. Menurut Wantah (2005: 129) teknik-teknik dimaksud adalah:
1. Membiarkan 5. memuji
2. tidak menghiraukan 6. mengajak
3. memberikan contoh (modelling) 7. menantang (challanging).
4. mengalihkan arah (redirecting)

II. PENGEMBANGAN AFEKSI ANAK USIA DINI


 Afeksi menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa takut atau
cinta, mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna yang
menunjukkan perasaan. Perbuatan atau perilaku yang disertai perasaan tertentu disebut warna
afeksi àkadang-kadang kuat, lemah atau tidak jelas. Pengaruh dari warna afeksi akan
berakibat perasaan menjadi lebih mendalam. Perasaan ini di sebut emosi (Sarlito, 1982).
Pada usia anak di taman kanak-kanak, guru harus memberikan dasar-dasar ilmu
pengetahuan yang bermanfaat untuk perkembangan diri kelak, baik yang bersifat kurikuler
maupun ekstrakurikuler. Selain itu, seorang anak akan menghadapi berbagai tugas
perkembangan, seperti belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya, membentuk
konsep diri yang baik, mulai mengembangkan peran sosial sesuai gender-nya serta
mengembangkan hati nurani, akhlak dan tata nilai pengertian. Pada masa itu pula seorang
anak tidak saja membutuhkan bimbingan dari orang tua, tetapi juga guru, tokoh-tokoh
masyarakat lainnya dan juga teman-teman. Selain itu, kesempatan untuk memperoleh
pengalaman belajar juga memegang peran kritis, tidak seperti ketika berusia balita, dimana
pengalaman belajar tersebut dilakukan hanya dengan bantuan orang tua dan orang di sektar
lingkungan terdekatnya.
Salah satu cara anak agar proses belajar mereka memperoleh pengetahuan adalah
melalui kegiatan bermain sambil belajar. Dengan bermain dan belajar, seorang anak akan

7
memperoleh kesempatan untuk mempelajari berbagai hal baru. Belajar dan bermain bagi
mereka juga merupakan sarana dalam mengembangkan berbagai keterampilan sosialnya.
Kegiatan bermain dan belajar mereka akan mengembangkan otot dan melatih gerakan
motorik mereka di dalam penyaluran energi yang berlebih. Dengan adaanya kegiatan belajar
dan bermain, seorang anak akan menemukan bahwa merancang suatu hal baru dan berbeda
dapat menimbulkan kepuasan dan pada akhirnya seorang anak akan menjadi lebih kreatif dan
inovatif.
Khusus mengenai pemahaman tentang peranan guru sebagai orang terdekat anak di
sekolah harus pula dirubah. Guru tidak lagi sebagai orang dewasa dan pembimbing yang
hanya mengatur dan menjalankan kurikulum. Guru adalah orang dewasa sangat harus disukai
anak. Peran guru sebagai teman, model, motivator, dan fasilitator akan menjadikan anak
senang datang ke sekolah TK dan akan menjadikan setiap proses belajar menjadi bermakna.
Inilah yang akan selalu dituntut oleh masyarakat di era pengetahuan di mana guru menjadi
seorang profesional. Ia juga akan dituntut kematangan yang mempersyaratkan willingness
dan ability, baik secara intelektual maupun pada kondisi yang prima. Profesionalisasi seperti
ini harus dipandang sebagai proses yang terus menerus.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi pengembangan moral dan afeksi tidak dapat terpisahkan karena saling
berhubungan satu sama lain. Keduanya sangat dibutuhkan untuk dapat membentuk
karakter yang baik bagi setiap anak dan hal ini dapat dilakukan pada anak usia dini.
Hal ini bertujuan agar anak-anak menjadi pribadi-pribadi yang bermoral dan
berkakter baik khususnya kita yang tinggal di negara yang memiliki keberagaman
yang sangat banyak.
Dengan mengetahui konsep-konsep pengembangan moral dan afeksi
diharapakan anak-anak yang kita didik kedepannya dapat menjadi contoh bukan saja
di rumah, di sekolah atau pun di masyarakat tetapi lebih dari itu menjadi contoh bagi
negara-negara luar.

Anda mungkin juga menyukai