Anda di halaman 1dari 48

i

PENGARUH PEMBIASAAN MEMBACA HADITS TERHADAP


PERKEMBANGAN MORAL ANAK KELOMPOK A1 DI TK
DARUS SHOLAH JEMBER

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
Divvy Aulia Dwi Julian Permatasari
NIM 190210205034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA


DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
i

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.......................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................... ii

BAB 1.PENDAHULUAN...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang...................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................ 3

1.3 Tujuan................................................................................... 4

1.4 Manfaat................................................................................. 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 5

2.1 Hakikat Pembiasaan............................................................ 5

2.1.1 Pengertian Pembiasaan........................................................ 5

2.1.2 Pentingnya Pembiasaan dalam Pengembangan Moral


Anak Usia Dini.................................................................. 6

2.1.3 Langkah Pelaksanaan Pembiasaan...................................... 6

2.2 Hakikat Hadits..................................................................... 7

2.2.1 Pengertian Hadits................................................................ 7

2.2.2 Macam-macam Hadits........................................................ 9

2.2.3 Pelaksanaan Pembiasaan Membaca Hadits ...................... 9

2.2.4 Langkah-langkah Pembiasaan Membaca Hadits.............. 10

2.3 Hakikat Perkembangan Moral AUD.................................. 11

2.3.1 Pengertian Moral AUD....................................................... 11

2.3.2 Tahapan Perkembangan Moral............................................ 11

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral... 12


ii

2.3.4 Perkembangan Moral Anak Usia 4-5 Tahun ..................... 14

2.4 Penelitian Relevan................................................................ 13

2.5 Kerangka Berpikir............................................................... 16

2.6 Hipotesis Penelitian.............................................................. 18

BAB 3. METODE PENELITIAN............................................ 21

3.1 Jenis Penelitian..................................................................... 21

3.2 Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian.............................. 21

3.3 Variabel Penelitian............................................................... 22

3.4 Definisi Operasional............................................................. 22

3.5 Rancangan Penelitian........................................................... 23

3.6 Metode Pengumpulan Data................................................. 26

3.7 Metode Analisis Data............................................................ 28


BAB 1. PENDAHULUAN

Pada bab ini peneliti akan memuat uraian tentang: 1.1 Latar Belakang, 1.2
Rumusan Masalah, 1.3 Tujuan Penelitian, 1.4 Manfaat Penelitian. Berikut adalah
masing-masing uraiannya.

1.1 Latar Belakang


Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu pembinaan yang
ditujukan untuk anak usia 0 hingga usia 6 tahun yang dilakukan melalui
pemberian stimulus pendidikan, sebagai upaya bagi pertumbuhan dan
perkembangan yang anak miliki serta bekal anak untuk memiliki kesiapan dalam
melanjutkan pendidikan kedepannya. Pada masa anak usia dini juga biasa disebut
masa golden age atau masa keemasan. Pada masa ini semua aspek perkembangan
pada anak tumbuh sangat pesat oleh karena itu penting untuk dikembangkan
mulai sejak dini.
Terdapat beberapa aspek perkembangan yang dimiliki anak, seperti aspek
fisik motorik, sosial emosional, kognitif, bahasa, seni dan kreativitas, serta moral
agama. Salah satu aspek perkembangan yang sebagai dasar sehingga sangat perlu
untuk dikembangkan sejak dini yaitu seperti aspek moral. Aspek moral menurut
Susanto (2012:65) yaitu moral berasal dari kata latin mos yang berarti tata krama,
kebiasaan, aturan, nilai atau tata cara kehidupan. Istilah moral juga diartikan
sebagai aturan, nilai, dan kesadaran diri sendiri untuk menerima dan menerapkan
aturan dan nilai serta prinsip yang tetap dan dianggap benar. Menurut Santrock
(dalam Rakihmawatii dan Yusmiatinengsih 2012:20) menyatakan bahwa
perkembangan moral merupakan sebuah perubahan, penalaran, perasaan, dan
perilaku tentang standar mengenai yang benar dan yang salah.
Menurut Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak dalam aspek
lingkup perkembangan moral bahwa pada anak usia 4-5 tahun yaitu anak mampu
mengenal perilaku baik/sopan dan buruk, serta membiasakan diri berperilaku baik.
Oleh karena itu penting bagi kita sebagai pendidik untuk menanamkan perilaku
baik, sopan pada anak, dengan tujuan agar anak dapat mengetahui hal mana yang
2

baik untuk dilakukan dan untuk yang tidak. Perkembangan moral ini sangat
penting untuk dikembangkan pada dalam diri anak. Perkembangan aspek moral
diharapkan akan menjadi sebuah pembentukan karakter pada anak nantinya, oleh
karena itu nilai moral sangat penting untuk ditanamkan sejak dini. Dalam
perkembangan moral, peranan orangtua, pendidik maupun lingkungan disekitar
anak sangatlah mempengaruhi anak. Oleh karena itu orangtua, pendidik dan
lingkungan disekitar anak perlu memberikan bimbingan serta arahan kepada anak
agar anak dapat mengetahui serta membedakan suatu hal benar dan salah dalam
bertindak. Contoh yang baik akan dengan sangat mudah dapat diterima anak.
Karena pada dasarnya anak memiliki sifat sebagai peniru yang ulung yaitu anak
sangat mudah meniru apa yang dilihat oleh anak.
Dalam mengembangkan aspek pekembangan moral perlu adanya stimulus
yang dilakukan. Seperti contoh pada lingkungan sekitar anak yaitu di TK Darus
Sholah ini pemberian stimulus pada aspek perkembangan moral yaitu dengan
melakukan kegiatan pembiasaan membaca hadist- hadist pilihan dan juga beserta
artinya setiap seminggu sekali pada hari Kamis. Pembiasaan membaca hadis
beserta artinya yaitu pembiasaan yang berarti dilakukan secara terus menerus
berulang kali dengan tujuan agar anak dapat mempelajari, memahami, meyakini,
mengamalkan nilai-nilai yang tercantum dalam hadist. Sedangkan hadits yaitu
merupakan sebuah perkataan, perbuatan, dan taqrir atas Nabi Muhammad SAW,
dengan dijadikan sebagai pedoman hidup manusia sehingga dalam hadits ini
mengandung banyak aturan-aturan khususnya dalam berkehidupan sosial,
karenanya diperlukan pembelajaran dan pendidikan mendalam mengenai hadits
untuk sebagai tuntunan dalam menjalani kehidupan dunia. Hadits memiliki
beragam pembahasan, sedangkan hadits yang dimaksud dalam pembahasan
penelitian ini yaitu lebih condong ke dalam hadits-hadits pendek pilihan untuk
anak yang dapat membentuk karakter anak menjadi baik, serta juga hadits yang
dapat mudah dipahami anak. Sebagai contoh hadits-hadits pilihan yang terdapat
nilai-nilai mengenai tata cara berperilaku, bersosialisasi dengan baik, beretika
serta aqidah dasar di dalam kehidupan.
3

Seperti contoh hadist yang dikenalkan pada anak di TK Darus Sholah


yaitu hadits larangan makan/ minum sambil berdiri, hadist tentang kebersihan,
hadist tentang menahan marah, hadits tentang harus memiliki rasa malu, hadits
tentang berbakti kepada orang tua. Dengan adanya pengenalan hadits-hadits
tersebut pada anak, diharapkan agar nantinya aspek perkembangan moral dapat
berkembang di dalam diri anak. Anak juga diharapkan dapat mengamalkan
kandungan-kandungan yang terdapat pada hadist tersebut dapat mengamalkan
amalan-amalannya di dalam kehidupan sehari-hari pada anak baik di sekolah
maupun dirumah.
Berdasarkan hasil observasi, dengan diterapkannya pembiasaan membaca
hadist tersebut sangat berkesinambungan dan efektif sebagai upaya untuk
pengembangan moral ataupun akhlak seperti berperilaku baik, sopan dan santun
pada anak khususnya pada usia 4-5 tahun. Sejauh ini beberapa anak sudah dapat
mengamalkannya namun sebagian besar juga anak masih belum dapat
mengamalkannya dengan baik, seperti larangan makan sambil berdiri, anak masih
harus diingatkan terlebih dahulu bacaan hadist beserta artinya dengan nyanyian
hadits-hadits untuk mengerti apa kesalahannya. Ketertarikan permasalahan ini
juga dikarenakan jarang atau bahkan belum ada di lembaga TK yang menerapkan
adanya pembiasaan membaca hadist setiap minggu tersebut. Sehingga dengan
permasalahan tersebut, saya tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
"Pengaruh Pembiasaan Membaca Hadits terhadap Perkembangan Moral Anak
Kelompok A1 di TK Darus Sholah Jember".

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka bisa dirumuskan


permasalahan yang akan diteliti yaitu Apakah terdapat pengaruh pada pembiasaan
membaca hadist terhadap perkembangan moral anak kelompok A1 di TK Darus
Sholah Jember?
4

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari peneliti ini
yaitu untuk mengetahui pengaruh pembiasaan membaca hadist terhadap
perkembangan moral anak kelompok A1 di TK Darus Sholah Jember.

1.4 Manfaat Penelitian


Dari penelitian yang sedang dilakukan, peneliti mengharapkan ada
manfaat yang di dapat, yaitu sebagai berikut:
1.4.1 Bagi Peneliti
Untuk mengetahui pengaruh pembiasaan membaca hadist terhadap
perkembangan moral anak kelompok A1 di TK Darus Sholah Jember.
1.4.2 Bagi Sekolah
Sebagai pertimbangan oleh para guru dalam mengetahui adanya pengaruh
terhadap perkembangan moral anak dalam menerapkan pembiasaan
membaca hadist di sekolah.
1.4.3 Bagi Orang tua
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi
untuk orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan moral anak
melalui pembiasaan membaca hadist.
1.4.4 Bagi Anak
Dapat membantu anak agar capaian perkembangan moral anak dapat
berkembang melalui pembiasaan membaca hadist tersebut.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini peneliti akan memuat uraian tentang: 2.1 Hakikat
Pembiasaan, 2.2 Hakikat Hadits, 2.3 Hakikat Perkembangan Moral Anak Usia
Dini, 2.4 Penelitian yang Relevan, 2.5 Kerangka Berpikir, 2.6 Hipotesis. Berikut
adalah masing-masing uraiannya.

2.1 Hakikat Pembiasaan


2.1.1 Pengertian Pembiasaan
Menurut Ihsani (2018:50), kebiasaan yang terdapat sejak dini dengan
mengubah kegemaran dan kebiasaan tersebut menjadi kebiasaan, sehingga
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kepribadian diri anak. Dalam hal
penanaman sikap atau budi pekerti, sebenarnya cukup efektif menerapkan hukum
adat kepada anak sejak dini. Metode pembiasaan menurut Abdullaah Nasih Ulwan
(Zubaedi, 2017) merupakan metode atau upaya untuk pembentukan (pengajaran)
pada diri anak. Metode pembiasaan adalah cara yang dapat digunakan untuk
membiasakan anak berpikir, bertindak dan bertindak sesuai dengan ajaran yang
telah ada baik menurut adat istiadat atau agama.
Menurut (Gunawan, 2014), metode pembiasaan ini sangat efektif dalam
menanamkan akhlak dan kepribadian anak. Pembiasaan yang dapat diterapkan di
sekolah adalah pembiasaan membaca doa sebelum dan sesudah kegiatan,
pembiasaan mengucapkan salam, pembiasaan menjaga kebersihan diri dan
lingkungan, serta pembiasaan membaca hadits untuk mengembangkan akhlak
pada anak. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab semua guru, serta warga
sekolah lainnya, untuk mengembangkan pembiasaan di sekolah. Jadi dapat
disimpulkan bahwa, pembiasaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara
berulang-ulang atau terus-menerus dengan tujuan agar menjadi suatu kebiasaan
untuk anak sebagai bekal pembinaan moral atau akhlak anak kedepannya.
2.1.2 Pentingnya Pembiasaan dalam Pengembangan Moral Anak Usia Dini
Pentingnya penanaman moral melalui kegiatan pembiasaan semakin
memperkuat dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan
6

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 tentang budi pekerti dan
penumbuhan budi pekerti semakin mempertegas pentingnya penanaman akhlak
melalui kegiatan pembiasaan. Kegiatan pembiasaan biasanya dapat dikembangkan
mulai anak usia dini yaitu di sekolah. Oleh karena itu, memiliki sosok seperti guru
sebagai teladan yang nantinya akan ditiru oleh anak juga sangat diperlukan dalam
mengembangkan dan menanamkan karakter pada anak. Dalam menanamkan
karakter atau perkembangan moral pada anak dapat dilakukan dengan melakukan
pembiasaan sejak dini. Dengan membentuk pembiasaan sehari-hari yang
diterapkan di sekolah sehingga diharapkan dapat mengembangkan perkembangan
moral yang ada pada dalam diri anak. Oleh karena itu, sangat penting untuk
mengembangkan karakter anak dengan pembiasaan yang berulang terus-menerus
dan berkesinambungan di sekolah setiap hari. Sehingga hal tersebut dapat lebih
sesuai dengan tujuan untuk mengenalkan pada anak, sehingga akan benar-benar
tertanam pada dalam diri anak dan menjadi kebiasaan yang baik di kemudian hari
untuk anak patuhi.
2.1.3 Langkah-langkah Pelaksanaan Pembiasaan
Menurut Gunawan (2014), upaya mempertahankan kebiasaan baik dapat
dilakukan dengan cara:
a. Melakukan pembiasaan berulang kali hingga anak benar-benar paham
Pendidik perlu berulang kali secara terus-menerus untuk membimbing anak
agar terbiasa dan membiarkan anak untuk mengerti memahaminya sendiri.
Tentunya tidak mudah bagi anak untuk melakukan hal-hal yang baru yang
sebelumnya belum diketahui bagi anak, sehingga pendidik perlu berperan
dalam membimbing untuk melakukan pembiasaan.
b. Mengingatkan anak yang lupa
Anak merupakan dalam masa pertumbuhan, sehingga wajar jika anak akan
sering lupa, maka tugas sebagai guru yaitu untuk selalu mengingatkan hal-hal
yang baik, atau kalaupun anak sengaja tidak melakukan kebiasaan positif
tersebut, maka tugas sebagai pendidik yaitu dapat menegur anak namun secara
perlahan-lahan, dan baik-baik. Hal tersebut tentunya jangan sampai menyakiti
hati anak, karena bisa saja akan dapat membuat anak malu atau bahkan frustasi.
7

c. Apresiasi anak yang dapat menerapkan pembiasaan


Dengan memberikan anak apresiasi, maka akan membuat anak menjadi
senang dan juga lebih semangat untuk menerapkan pembiasaan secara terus-
menerus. Berikan reward bagi anak yang mampu melakukan pembiasaan.
Namun, juga jangan sampai menimbulkan kecemburuan pada anak lainnya
dalam pemberian apresiasi atau reward.

2.2 Hakikat Hadits

2.2.1 Pengertian Hadits


Umat muslim memiliki dua pedoman dalam menjalankan kehidupan yaitu
al-Qur’an dan hadits. Secara harfiah, hadits merupakan perkataan atau
percakapan. Sedangkan menurut terminologi Islam, hadits merupakan ketetapan
dan hukum Islam yang bersumber dari perkataan., perbuatan, ketetapan dan juga
persetujuan dari Rasullullah SAW. Selain al-Qur‟an, Ijma‟ dan juga Qiyas,
Hadits termasuk salah satu sumber hukum Islam. Pengertian hadits menurut para
ahli hadits diantaranya adalah Al Hafidz dalam Sarh Al Bukhary dan Al Hafizh
dari Shakawu, hadits merupakan segala perkataan, perbuatan, dan juga keadaan
dari Nabi Muhammad SAW termasuk didalamnya segala jenis keadaan beliau
yang pernah diriwayatkan dalam sejarah, juga seperti kelahiran beliau, tempat –
tempat tertentu dan kejadian-kejadian yang berkaitan baik sebelum maupun
sesudah kebangkitannya sebagai Rasulullah SAW. (“Hadith, “Encyclopedia of
Islam).
Menurut Ali (2015) hadits merupakan segala sesuatu yang dicatat oleh para
sahabat, baik itu berupa perkataan, sifat maupun perbuatan Rasulullah. Dengan
mengenalkan hadits pada anak sejak dini, secara tidak langsung juga telah
mengenalkan Rasulullah pada anak, meskipun sebenarnya masih banyak cara lain
untuk mengenalkan serta meneladani Rasulullah yang salah satunya yaitu dengan
hadits. Hadits merupakan perkataan, perbuatan, dan taqrir atas Nabi Muhammad
SAW, dengan dijadikan untuk pedoman hidup maka hadis ini mengandung
8

banyak aturan-aturan dalam berkehidupan sosial, karenanya diperlukan


pembelajaran dan pendidikan mendalam mengenai hadits untuk perefleksiannya
dalam menjalani kehidupan dunia. Hadits memiliki keragaman pembahasan,
sedangkan hadits yang dimaksud dalam pembahasan pada penelitian ini yaitu
lebih condong kedalam hadits-hadits pendek pilihan yang dapat membentuk
karakter anak menjadi baik, hadits yang dapat dipahami anak-anak dengan mudah.
Sebagai contoh hadis-hadis yang terdapat nilai-nilai tmengenai tata cara
berperilaku, interaksi sosial yang baik, etika dan prinsip dasar aqidah.

2.2.2 Macam-macam Hadits Pendek Pilihan untuk Anak Usia Dini


Hadits memiliki keragaman pembahasan, sedangkan hadits yang dimaksud
dalam pembahasan ini yaitu lebih condong kedalam hadits-hadits pendek pilihan
yang dapat membentuk karakter anak menjadi baik, hadis yang dapat dipahami
anak-anak dengan mudah. Sebagai contoh mengandung nilai-nilai yang berkaitan
dengan perilaku, interaksi sosial yang baik, etika dan prinsip dasar aqidah.
Dengan mengenalkan hadits-hadits pendek pilihan ini pada anak sejak dini, secara
langsung kita juga mengenalkan Rasulullah seperti apa sikapnya, sifat dan
kehidupannya yang patut untuk ditiru.
Adapun menurut (Desti, Y,2019) berikut contoh hadits-hadits pendek
pilihan yang dapat diajarkan pada anak untuk mengembangkan moral anak yaitu
sebagai berikut:
a. Hadits larangan makan dan minum sambil berdiri
1. Hadits larangan makan sambil berdiri
"Laya'kullanna ahadukum koiman"
Artinya: Janganlah kalian makan sambil berdiri.
2. Hadits larangan minum sambil berdiri
"Layasrabanna ahadzukum koiman"
Artinya: Janganlah kalian minum sambil berdiri.
b. Hadits Kebersihan
"Annadhofatu minal imann"
Artinya: Kebersihan itu sebagian dari iman.
9

c. Hadits Menahan Marah


"Lataghdob walakal jannah"
Artinya: Janganlah marah bagimu surga.
d. Hadits Harus Memiliki Rasa Malu
"Alkhayyauu minal imann"
Artinya: Malu itu sebagian dari iman.
e. Hadits Berbakti Kepada Orangtua
"Aljannatu tahta aq'dha mil ummahats"
Artinya: Surga itu ada dibawah telapak kaki ibu.
f. Hadits Kasih Sayang
“Manla yarham layurhamu”
Artinya: Barang siapa yang tidak menyayangi maka tidak akan disayangi.
g. Hadits Senyum
“Tabasshumuka fi waj’hi akhiika shodaqoh”
Artinya: Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah.
h. Hadits saling memberi hadiah
“Tahaduu tahabbu”
Artinya: Saling memberi hadiahlah kamu maka kamu akan saling mencintai.

1.2.3 Pelaksanaan Pembiasaan Membaca Hadits


Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang atau
terus-menerus dengan tujuan agar dapat memahaminya. Menurut Syaikh Ahmad
(2011:12) guru dan orang tua ketika mengajarkan Hadis-hadis Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam kepada anak, serta menjelaskan pentingnya dan kedudukannya
dalam syariat islam, hendaknya mengikuti maklumat dan langkah dibawah ini:
a. Anak mengetahui bahwa hadits merupakan sumber kedua syariat Islam setelah
Al-Quran yang menafsirkan dan menjelaskan hukum-hukum dalam Al-Quran.
b. Tidak ada prinsip, aturan atau hukum yang disebutkan dalam Hadits yang
bertentangan dengan Al-Qur'an. Namun semuanya berkisar pada pembahasan
Al-Qur'an. Oleh karena itu, Al-Qur'an lebih diutamakan daripada Hadits atau
As-Sunnah.
10

c. Anak-anak harus belajar bahwa Hadits Nabi adalah segala sesuatu yang berasal
dari-Nya baik berupa perkataan maupun perbuatan. Dari hadits-hadits tersebut,
seorang muslim mempelajari hal-hal yang detail tentang agama, ibadah,
muamalah, akhlak dan hukum-hukum kehidupannya. Dan di dalam sunnah ini
terdapat gambaran yang jelas tentang kepribadian Nabi.
d. Guru hendaknya mengajarkan kepada anak-anak bahwa sunnah Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam adalah segala sesuatu yang berasal dari diri-Nya
baik berupa perkataan, perbuatan maupun keputusan. Tujuannya adalah untuk
mengarahkan dan menjadi tuntunan bagi mereka.
e. Anak harus memahami bahwa Hadis-hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
fungsinya untuk memperjelas akidah, mengajari manusia urusan-urusan agama,
memperbaiki akhlak, dan mengajak kepada kebaikan serta melarang dari
perbuatan mungkar.
f. Anak juga harus memahami bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
tidak mengatakan apapun kecuali berupa wahyu dari Allah SWT. Perkataan itu
ada kalanya pengajaran dalam masalah ibadah,penjelasan tentang akidah Islam,
pelurusan terhadap akhlak, larangan dan perbuatan buruk atau ajaran untuk
berbuat baik, peringatan untuk menghindari kejahatan dan ajakan untuk
menjauhi kekejian.
g. Anak mesti dipahamkan bahwa setiap perkataan dan perbuatan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan lebih baik untuk diikuti oleh kaum
muslimin.

Adapun menurut (Bai, S.T., Chiar, M., Lukmanulhakim, 2019) terdapat


beberapa langkah guru dalam melakukan pembiasaan membaca hadis dan artinya
terhadap pengembangan nilai agama islam yaitu sebagai berikut:

1). Persiapan awal diawali dengan salam, doa, dan memulai tanya jawab
2). Selanjutnya guru menyiapkan buku atau bahan untuk anak membaca hadis
3). Mengajak bersama anak-anak untuk membaca hadis dan yang telah hafal akan
di pilih sebagai pemimpin dalam kelompok. Lakukan pengulangan secara
bergantian agar semuanya dapat mengingat hadis sesuai yang di ajarkan serta
11

mengajarkan anak agar dapat menerima dan menjalankan agama yang sesuai di
anut anak. Seperti hadis larangan marah, hadis memberi hadiah, hadis kasih
sayang, hadis mengucpkan salam dan hadis menutup aurat dan hadits-hadits
pendek pilihan lainnya yang diriwayatkan dari rasulullah berupa perbuatan.

2.3 Hakikat Perkembangan Moral AUD


2.3.1 Pengertian Moral AUD
Istilah moralitas berasal dari kata latin mores yang berarti tata krama, tingkah
laku, budi pekerti, kesusilaan, ajaran tentang kepatutan dan aturan hidup.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan moral
sebagai baik atau buruk, yang dapat diterima secara umum dalam hal perbuatan,
sikap, kewajiban, tata krama, adat istiadat, kesusilaan, dan lain-lain. Menurut
Webster's New World Dictionary (Maria J. Wantah, 2005:5), moralitas
didefinisikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan perilaku yang benar atau salah atau baik atau buruk. Perkembangan
moral pada awalnya terfokus pada disiplin, namun lambat laun perkembangan
moral kini mengarah pada pembentukan sikap yang diharapkan dari anak dengan
cara yang diterima secara sosial (Hurlock, 1978: 7). Menurut Santrock (1995:
287), perkembangan moral adalah tentang aturan dan kesepakatan mengenai apa
yang harus dilakukan seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain.
Perkembangan perilaku moral setiap anak pasti berbeda-beda, ada yang
berkembang dengan cepat bahkan ada yang lebih buruk. Perkembangan moral
merupakan salah satu proses perubahan diri seorang anak yang meliputi
perkembangan tingkah laku, tingkah laku dan karakter, serta perkembangan
karakter anak sesuai dengan usianya (Fitri dan Na'imah, 2020). Perkembangan
tersebut dapat terjadi pada anak baik secara fisik maupun mental. Dalam proses
tumbuh kembang anak hendaknya orang tua dan guru lebih memperhatikan
perkembangan anak, tujuannya adalah untuk mengajarkan anak membedakan
baik dan buruk serta memahami perilaku yang baik dan benar atau bahkan
sebaliknya. Dengan begitu, anak akan memahami hal ini sehingga mereka dapat
dengan mudah bersosialisasi di masa mendatang.
12

2.3.2 Tahapan Perkembangan Moral


Adapun menurut Kohlberg (Syafaruddin, 2011) terdapat tiga tahapan
dalam perkembangan moral yaitu:
a. Moralitas prakonvensional untuk usia 2-8 tahun
Pada tahap ini anak belum menunjukkan moralitas. nilai-nilai, anak-anak
mendemonstrasikannya dengan mampu mengendalikan penghargaan eksternal
atau penghargaan dan hukuman. Anak hanya taat karena ada tuntutan dari
orang tua untuk mengikuti aturan yang telah dibuat serta apa yang benar adalah
apa yang dirasa baik oleh anak dan dianggap sebagai bentuk penghargaan atau
hadiah.
b. Moralitas konvensional untuk usia 9-13 tahun
Pada tahap ini, anak mengikuti aturan tertentu, tetapi tidak mematuhi
aturan orang lain (orang luar) seperti orang tua atau masyarakat. Dalam hal ini
pertimbangan moral berdasarkan pemahaman seseorrang tentang peraturan
sosial, hukum, keadilan dan kewajiban.
c. Moralitas pascakonvensional untuk usia diatas 13 tahun
Dalam hal ini diasumsikan bahwa anak telah mengembangkan
keyakinannya sendiri, dapat mengetahui bahwa orang lain memiliki keyakinan
yang berbeda, dan tidak dapat untuk dipengaruhi oleh orang lain.

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral


Terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan moral
seseorang dan khususnya perkembangan moral anak usia dini yaitu sebagai
berikut:
a. Pengaruh dari dalam (Internal)
Faktor genetik yang dimiliki kedua orang tua akan sangat kuat
pengaruhnya untuk nantinya menurun pada dalam diri anak. Dapat dicontohkan
yaitu seperti jika orang tuanya baik, maka kemungkinan besar juga akan
menurunkan sikap baik tersebut pada anak.
b. Pengaruh dari Luar (Eksternal)
13

Perkembangan moral anak khususnya pada anak usia dini juga ditentukan
oleh faktor dari luar atau eksternal. Dalam perkembangan moral ini, orang tua
di sekitar anak memberikan pelayanan yang terbaik kepada anak. Dari waktu
ke waktu, setahap demi setahap, orang tua atau pendidik yang dapat
mempengaruhi perkembangan moral anak. Selain lingkungan keluarga,
perkembangan moral anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial di
sekolah dan di rumah serta oleh teman sebayanya. Di dalamnya termasuk
budaya yang meliputi nilai, aturan bahkan kehidupan beragama, yang nilai-
nilainya menjadi acuan perilaku dan tindakan (Cyrus T. Lalompoh, 2017).
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2007) terdapat dua tahap yang berbeda
dalam pemikiran moral anak.. Kedua tahap tersebuat adalah sebagai berikut :
a. Dari usia 4 sampai 7 tahun anak menunjukan moralitas heteronoom, tahap
pertama dari perkembangan moral dalam Piaget yaitu anak percaya bahwa
keadilan dan aturan adalah aturan yang tidak dapat diubah. Anak menganggap
bahwa orang tua dan semua orang adalah otoritas dan memiliki kekuasaan serta
harus mengikuti aturan yang diberikan kepada mereka tanpa mempertanyakan
kebenarannya. Pada tahap ini, anak menilai tindakan sebagai “benar” atau
“salah” atas dasar konsekuensinya dan bukan berdasarkan motivasi yang ada
pada diri anak.
b. Selanjutnya usia 7 sampai 10 tahun, anak dalam masa transisi yang
memiliki beberapa ciri perkembangan moral tahap pertama dan beberapa ciri
tahap kedua, serta moralitas otonom.
c. Usia 10 tahun ke atas anak mengembangkan moralitas otonom, yaitu anak
mulai memahami bahwa aturan dan hukum dibuat oleh manusia, dan ketika
mengevaluasi tindakan, anak mempertimbangkan niat dan konsekuensi.

2.3.4 Perkembangan Moral Anak Usia 4-5 Tahun


Menurut Permendikbud nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Tingkat
Percapaian Perkembangan Anak (STPPA) pada lingkup perkembangan moral
anak usia 4-5 tahun yaitu mengenal perilaku baik/sopan dan buruk, serta
membiasakan diri berperilaku baik. Perilaku mengenal perilaku baik atau sopan
14

dan buruk seperti saling menghormati teman, guru, ataupun orang dewasa lainnya,
berbakti kepada orangtua, harus memiliki rasa malu, berbicara atau berbahasa
yang baik atau sopan dengan teman sebaya atau orang dewasa, berpakaian rapi
dimanapun serta sesuai dengan kebutuhan ada yang terlihat atau tampak dan
sebaliknya pada anak usia 4-5 tahun.
Perilaku membiasakan diri berperilaku baik seperti tidak mudah marah,
tidak berbuat iseng pada teman, meminta tolong dengan sopan, selalu bersikap
ramah dan mudah bergaul dengan semua teman. Berperilaku baik dengan taat
aturan atau norma yang berlaku seperti makan/minum tidak sambil berdiri.
Memiliki sikap toleransi dan rasa dermawan, meminjamkan miliknya dengan
senang hati menggunakan milik orang lain dengan hati-hati dan berbagi, suka
menolong teman dan saling membantu serta mau bekerjasama dalam
menyelesaikan tugas.
Menurut Piaget (dalam Maria J. Wantah, 2005: 41) menyatakan bahwa
kesadaran moral mulai muncul pada anak usia dini, yaitu pada usia 4-5 tahun. Hal
ini terlihat pada saat anak melakukan aktivitas seperti sedang makan dan minum.
Anak satu dengan yang lain saling mengingatkan dan secara tidak langsung mulai
belajar disiplin dalam bersikap. Meskipun ada anak yang melanggar ,bukan berarti
anak tidak memahami tentang aturan atau adab dalam makan dan minum. Hal ini
semakin menggambarkan masih kuatnya keegoisan anak-anak, dimana mereka
lebih mengutamakan rasa lapar anak dengan makanan dan minumnya daripada
adab atau aturan yang berlaku.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Replubik Indonesia No.
58 Tahun 2009 mengenai bidang pengembangan nilai moral di TK meliputi:
mengenal perilaku baik/sopan dan buruk, membiasakan diri berperilaku baik,
memahami perilaku mulia (jujur, penolong, sopan, hormat). Dalam bersosialisasi
dengan teman sebayanya ,anak-anak mengerti perbuatan yang baik dan buruk.
Namun terkadang sering kali juga guru untuk mengingatkan, menegur serta
mengarahkan beberapa anak yang sedikit tidak patuh yang tidak berperilaku baik.
Selain itu moral juga dapat diartikan sebagai nilai dan norma yang
membimbing anak atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya
15

sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan tingkah laku atau akhlak yang baik.
Ini harus didorong sejak usia dini. Nilai-nilai moral tersebut seperti ajakan
berbakti kepada orang tua, berbuat baik pada orang lain, larangan marah,
berbohong, serta mengenal perilaku benar dan salah. Dalam hal perkembangan
moral yang berkaitan dengan perilaku dan karakter yang baik, sifat-sifat yang
dapat diterapkan anak antara lain jujur, disiplin, patuh, terbiasa mendekatkan diri
kepada Tuhan dan sifat-sifat positif.

2.4 Penelitian yang Relevan


Terdapat beberapa penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya yaitu
mengenai penelitian pembiasaan membaca hadist terhadap perkembangan moral
anak. Dari penelitian yang sejenis ini, peneliti mengamati penelitian yang sudah
dilakukan sebelumnya untuk menjadikan sebuah referensi dalam penyelesaian
penelitian ini. Berikut merupakan hasil dari penelitian yang relevan.
Penelitian relevan yang pertama dilakukan oleh Sri Tolu Bai, M. Chiar,
Lukmanulhakim tahun 2019 dengan judul penelitian “Pembiasaan Membaca
Hadits dan Artinya dalam Pengembangan Nilai Agama Islam di TK Islam Al-
Kautsar”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif
deskriptif dengan hasil penelitian yaitu 1) Media yang digunakan oleh guru di
TK.Islam Al-Kautsar dalam pembiasaan membaca hadis dan artinya dalam
pengembangan nilai Agama Islam adalah media visual berupa buku cerita
bergambar, gambar, dan terkadang menggunakan video. 2) Langkah guru dalam
melakukan pembiasaan membaca hadis dan artinya untuk pengembangan nilai
agama islam yaitu persiapan awal dengan salam, doa dan tanya jawab
pembukaan, kemudian guru menyiapkan buku atau bahan untuk anak. untuk
membaca hadits, kemudian anak-anak mengajak mereka untuk membaca hadits
bersama-sama, dan yang sudah hafal dipilih menjadi ketua kelompok. Ulangi
secara bergiliran agar setiap orang mengingat hadits sesuai dengan yang diajarkan.
3) Kendala yang dihadapi anak usia 5-6 tahun pada anak usia dini untuk
membiasakan membaca Hadits dan kepentingannya dalam membentuk nilai-nilai
agama Islam adalah sebagian anak tidak mau meninggikan suaranya sehingga
16

sulit. guru tahu apakah anak telah menghafalnya atau tidak ingin bersuara. 4)
Upaya yang dihadapi dalam melakukan pembiasaan membaca hadis dan artinya
dalam pengembangan nilai agama Islam adalah guru mengajak anak lainnye untuk
ikut andil dalam mengajak anak yang tidak mengeluarkan suara untuk membaca
hadis yang telah diajarkan oleh guru.
Penelitian relevan yang selanjutnya yaitu dilakukan oleh Nur Ainun Lubis,
Syarifah Ainy Rambe, Husrin Konadi, Maisarah tahun 2021 dengan judul
penelitian “Penerapan Kegiatan Pembiasaan Terhadap Pembentukan Moral Anak
Usia 5-6 Tahun Di Tk Mulo Ara Cangduri”. Metode yang digunakan yaitu metode
kualitatif dengan hasil observasi dan wawancara dari penerapan kegiatan
pembiasaan terhadap pembentukan moral anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-
Kanak Mulo Ara Cangduri bahwa pendidik melakukan pembiasaan rutin dengan
kegiatan seperti berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan, pembiasaan
spontan kegiatan yang dilakukan berupa sopan dalam bertutur kata, pembiasaan
keteladanan kegiatan yang dilakukan pendidik untuk mencontohkan suatu
perbuatan berupa berpakaian rapih dan menjaga kebersihan di lingkungan sekolah
dan berbicara dengan bahasa yang baik dan sopan, dan pembiasaan terprogram
bentuk kegiatanya berupa hafalan surat-surat pendek dan Asmaul Husna (nama-
nama Allah). Adapun kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dalam
pembinaan akhlak anak TK Mulo Ara Cangdur dinyatakan dalam kedisiplinan,
kepatuhan dan ketepatan waktu anak, sikap peduli terhadap lingkungan dan
teman, toleransi dan kasih sayang terhadap teman, membantu, bekerjasama,
berbagi dengan teman. Hal ini terlihat dari awal tiba ke sekolah hingga pulang
dari sekolah.
Berdasarkan beberapa penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa
perkembangan moral dapat dikembangkan pada awal kehidupan individu setiap
anak yaitu dilakukan dengan menerapkan pembiasaan pada anak. Oleh karena itu,
saya melakukan penelitian dengan menginovasi penelitian-penelitian terdahulu
yaitu adakah pengaruh dalam pembiasaan membaca hadits dalam perkembangan
moral anak.
17

2.5 Kerangka Berpikir


Pembiasaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang atau
terus menerus dengan tujuan agar menjadi suatu kebiasaan untuk anak sebagai
bekal pembinaan moral anak kedepannya. Dengan melakukan pembiasaan, maka
dapat menumbuhkan perkembangan moral pada anak. Sehingga sangat penting
dilakukannya pembiasaan di sekolah dengan berulang kali dan terus menerus
setiap harinya sebagai upaya dalam pengembangan moral anak. Perkembangan
anak dengan berprilaku moral tentu berbeda-beda setiap individunya, ada
perkembangannya sangat cepat dan ada juga dengan perkembangan yang sangat
kurang. Perkembangan moral merupakan salah satu proses perubahan yang terjadi
oleh anak baik berupa tingkah laku, budi pekerti maupun akhlak mulia dan
pembentukkan karakter anak sesuai dengan bertambah usianya yang dapat
dilakukan dengan pembiasaan.
Aspek lingkup perkembangan moral pada anak usia 4-5 tahun yaitu anak
mampu mengenal perilaku baik/sopan dan buruk, serta membiasakan diri
berperilaku baik. Oleh karena itu penting bagi kita sebagai pendidik untuk
menanamkan perilaku baik, sopan pada anak, dengan tujuan agar anak dapat
mengetahui hal mana yang baik untuk dilakukan dan untuk yang tidak.
Perkembangan moral ini sangat penting untuk dikembangkan pada dalam diri
anak. Perkembangan aspek moral diharapkan akan menjadi sebuah pembentukan
karakter pada anak nantinya, oleh karena itu nilai moral sangat penting untuk
ditanamkan sejak dini melalui pembiasaan pada anak. Dengan pembiasaan maka
anak akan terus mengingat serta mengamalkan apa yang telah anak terima dan
dapatkan.
Dalam mengembangkan aspek pekembangan moral perlu adanya stimulus
yang dilakukan. Pemberian stimulus pada aspek perkembangan moral yaitu
dengan melakukan kegiatan pembiasaan membaca hadist- hadist pilihan dan juga
beserta artinya setiap seminggu sekali pada hari Kamis. Pembiasaan membaca
hadist diupayakan agar dapat mengembangkan perkembangan moral yang ada
pada dalam diri anak. Pembiasaan membaca hadis beserta artinya yaitu
pembiasaan yang berarti dilakukan secara terus menerus berulang kali dengan
18

tujuan agar anak dapat mempelajari, memahami, meyakini, mengamalkan nilai-


nilai yang tercantum dalam hadist di kehidupan sehari-hari anak.
Berdasarkan penjelasan di atas, untuk mempermudah dalam memahami
pengaruh pembiasaan membaca hadist terhadap perkembangan moral anak usia 4-
5 tahun pada penelitian ini, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

Perkembangan Moral Anak Usia


4-5 Tahun:
Pembiasaan Membaca
Hadist 1. Mengenal perilaku
baik/sopan dan buruk
1. Hadits Larangan
- jujur
Makan/minum
2. Hadits Kebersihan - sopan/santun
3. Hadits Menahan Marah - menghargai
4. Hadits Harus Memiliki
Rasa Malu 2. Membiasakan diri berperilaku
5. Hadits Berbakti kepada baik.
Orang Tua - menolong
- menghormati
- peduli
- tanggung jawab

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Pembiasaan Membaca Hadits

2.6 Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian adalah suatu pernyataan yang merujuk pada hubungan
antara dua variabel atau lebih yang merupakan dugaan atau jawaban yang masih bersifat
sementara terhadap suatu masalah penelitian yang tetap memerlukan pengujian secara
empiris melalui pengumpulan dan pengolahan data penelitian untuk menentukan
kebenaran dan kesalahannya (Masyhud,2016:70). Berdasarkan rumusan masalah yang
dikemukakan dan kajian teori yang sudah dipaparkan, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah:
19

a. Hipotesis alternatif (Ha) = Ada pengaruh pembiasaan membaca hadist terhadap


perkembangan moral anak kelompok A1 di TK Darus Sholah Jember
b. Hipotesis nihil (H0) = Tidak ada pengaruh pembiasaan membaca hadist terhadap
perkembangan moral anak kelompok A1 di TK Darus Sholah Jember.
BAB 3. METODE PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan memuat uraian tentang: 3.1 Jenis Penelitian, 3.2
Tempat, Waktu Penelitian, dan Subjek Penelitian, 3.3 Populasi dan Sampel
Penelitian, 3.4 Definisi Operasional, 3.5 Kerangka Penelitian, 3.6 Metode
Pengumpulan Data, 3.7 Instrumen Penelitian, 3.8 Metode Analisis Data. Berikut
adalah masing-masing uraiannya.

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian kuantitatif merupakan suatu cara yang digunakan untuk
menjawab permasalahan penelitian yang berkaitan dengan data berupa angka
statistik. Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang datanya berbentuk angka atau
data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2010:13). Menurut Paramita, dkk
(2021) Penelitian Kuantitatif merupakan penelitian yang dilakukan untuk
menjawab pertanyaan dengan menggunakan rancangan yang terstruktur, sesuai
dengan sistematika penelitian ilmiah. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kuantitatif.
Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian ex post facto. Menurut
Masyhud (2021) Ex post facto merupakan penelitian yang dilakukan sesudah
fakta atau kejadian yang sedang berlangsung tanpa adanya treatment atau
perlakuan dari peneliti. Ex post facto merupakan penelitian yang dilakukan untuk
meneliti peristiwa yang telah terjadi, serta untuk mengetahui faktor-faktor yang
dapat menimbulkan kejadian tersebut. Penelitian ex post facto dikenal sebagai
penelitian kausal komparatif yaitu pendekatan dasar kausal komparatif melibatkan
peneliti mengidentifikasi pengaruh variabel satu dengan variabel lainnya, dan
mencari kemungkinan variabel penyebabnya.

3.2 Tempat, dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelompok A TK Darus Sholah
Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember. Peneliti melakukan penelitian di
22

lokasi tersebut karena peneliti tertarik terhadap pengembangan sekolah


berbasis agama dan moral yang diterapkan sejak dini seperti dengan
adanya pembiasaan membaca hadits setiap minggunya, serta pihak
lembaga telah menyetujui untuk dilakukan penelitian di lembaga tersebut.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu semester genap tahun
pelajaran 2022/2023 di TK Darus Sholah.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi Penelitian
Menurut Margono (2017) populasi merupakan keseluruhan data
yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti dalam ruang lingkup dan
waktu yang telah ditentukan. Menurut Masyhud (2021) populasi
merupakan himpunan yang lengkap dari satuan-satuan dari individu-
individu yang karakteristiknya akan kita kaji atau teliti. Populasi
merupakan suatu keselurahan dari suatu kelompok yang dijadikan sebagai
objek yang hendak diambil datanya untuk diteliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah guru kelas dan seluruh murid kelompok A1 TK Darus
Sholah Jember yang berjumlah 21 orang.
3.3.2 Sampel Penelitian
Menurut Masyhud (2021) sampel merupakan sebagian anggota
populasi yang memberikan keterangan (mewakili populasi) yang
diperlukan dalam suatu penelitian. Menurut Arikunto (2019) menyatakan
bahwa sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang hendak
di teliti. Sampel merupakan bagian dari suatu populasi yang memiliki
karakter sama dengan populasi. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan total sampling. Total sampling merupakan pengambilan
sampel yang sama dengan jumlah populasi yang diteliti yaitu berjumlah 21
orang.

3.4 Definisi Operasional


23

Definisi operasional merupakan definisi yang didasarkan


berdasarkan sifat-sifat yang diartikan untuk dapat diamati atau diobservasi.
Definisi operasional ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai
variabel yang akan diteliti.
3.5.1 Pembiasaan Membaca Hadits
Pembiasaan membaca hadits merupakan suatu kegiatan
pembelajaran berbasis agama dan moral yang dimana hadits merupakan
suatu perkataan atau perbuatan Nabi Muhammad SAW yang dijadikan
sebagai pedoman hidup yang dilakukan secara berulang atau terus menerus
dengan tujuan agar dapat tertanam dalam diri anak dan menjadi suatu
kebiasaan untuk anak sebagai bekal pembinaan perkembangan moral
kedepannya. Pembiasaan membaca hadits yang dimaksudkan yaitu seperti:
Hadits larangan makan dan minum, hadits kebersihan, hadits menahan
marah, hadits harus memiliki rasa malu, dan hadits berbakti kepada orang
tua.
3.5.2 Perkembangan Moral Anak Usia Dini
Perkembangan moral anak usia dini merupakan salah satu proses
perubahan anak yang meliputi tingkah laku, pikiran emosional, kebiasaan
atau sikap yang sesuai dengan usia anak berdasarkan standar benar atau
salahnya perilaku yang telah ditetapkan di masyarakat. Perkembangan
Moral Anak Usia 4-5 Tahun yaitu seperti: 1. Mengenal perilaku
baik/sopan dan buruk (jujur, sopan/santun, menghargai); 2. Membiasakan
diri berperilaku baik (menolong, menghormati, dan peduli, tanggung
jawab).

3.5 Kerangka Penelitian


Rancangan penelitian merupakan suatu rencana dalam mengumpulkan
serta mengolah data untuk dapat tercapai (Surjaweni, 2014). Rancangan
penelitian yang akan di gunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
24

Mengumpulkan data awal

Identifikasi masalah

Merumuskan masalah, tujuan, dan manfaat


penelitian

Kajian pustaka

Menentukan rancangan penelitian

Uji validitas dan reabilitas

Mengolah dan menganalisis data Melakukan pengumpulan data

Pembahasan

Kesimpulan
25

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah dalam penentuan proses


penelitian karena kualitas data yang dikumpulkan selama penelitian akan
menentukan kualitas dari hasil penelitian. Menurut Masyhud (2016:264) metode
pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau
mengungkapkan keadaan variabel yang diteliti. Metode pengumpulan data juga
sering disebut sebagai alat atau pedoman penelitian, yang dirancang untuk
memudahkan pengumpulan data oleh peneliti sehingga peneliti dapat
memperoleh data yang valid atau relevan dengan tujuan penelitian yang
diinginkan, efisien dan efektif. Adapun metode pengumpulan data dalam
penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
3.6.1 Observasi
Menurut Suryani dan Hendryadi (2016) observasi merupakan teknik
pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap responden (wawancara dan
angket), tetapi dapat juga dapat digunakan untuk mencatat berbagai fenomena
yang terjadi. Observasi merupakan teknik pengumpulan data secara langsung
terhadap situasi atau kondisi yang sedang terjadi saat itu juga di lapangan. Selain
melakukan pengamatan langsung juga dilakukan pencatatan terhadap situasi yang
sedang terjadi. Menurut Yusuf (2013:384) keberhasilan dalam melakukan
observasi untuk pengumpulan data sangat ditentukan oleh peneliti itu sendiri,
karena pada dasarnya peneliti yang mengetahui, melihat serta mendengar secara
langsung data-data yang diperlukan di lapangan. Observasi pada penelitian ini
yaitu dengan melakukan pengamatan langsung pada anak kelompok A1 di dalam
kelas dengan mengamati perilaku moral yang akan diamati oleh peneliti.
3.6.2 Angket (Kuesioner)
Angket atau kuesioner berasal dari bahasa latin yaitu Questionnaire yang
yang berarti serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan topik tertentu, yang
26

diberikan kepada sekelompok orang untuk mendapatkan bahan atau data


penelitian. Menurut Masyhud (2021:288) angket merupakan alat pengumpulan
data yang dilaksanakan dengan cara mengajukan serangkaian pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden. Meskipun kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efektif, jika peneliti mengetahui dengan pasti variabel
yang akan diukur dan apa yang diharapkan oleh responden. Kuesioner dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup.
Dalam penelitian ini digunakan kuesioner tertutup (kuesioner terstruktur),
yaitu. kuesioner dimana beberapa pertanyaan diajukan sedemikian rupa sehingga
responden diminta untuk memilih jawaban sesuai dengan karakteristiknya atau
dengan menyilang, melingkari atau mencentang pada jawaban yang telah
disediakan.
3.6.3 Dokumentasi
Menurut Ridwan (2015:31) dokumentasi ditunjukkan untuk memperoleh
data langsung dari tempat penelitian meliputi sumber buku, foto, dan informasi
atau data yang berkaitan dengan penelitian. Dokumentasi juga disebut dengan
dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah terjadi. Menurut Masyhud
(2021:296) dokumentasi merupakan instrumen pengumpulan data untuk
membantu peneliti dalam menjaring data yang bersumber dari dokumentasi.
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan individu
anak didik serta lembaga yang akan diteliti. Dalam penelitian ini teknik
pengumpulan dokumentasi yang digunakan yaitu dengan mengumpulkan buku
tentang hadits, data-data atau catatan penilaian mengenai perkembangan moral
anak, data-data mengenai sekolah, dan lain sebagainya.

3.7 Instrumen penelitian


Istrumen penelirian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data dengan tujuan agar penelitian ini lebih mudah dan
menghasilkan data yang baik. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan
instrumen observasi yaitu dengan melakukan pengamatan pada anak di dalam
27

kelas mengenai perilaku serta kegiatan dalam melakukan pembiasaan membaca


hadits. Berikut instrumen observasi pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Lembar Observasi Pembiasaan Membaca Hadits pada anak Kelompok A1 di


TK Darus Sholah Jember

Hari / Tanggal :

Kemunculan
Aspek yang
No Tidak Keterangan
diobservasi Ada
ada

1 Hadits larangan
makan dan minum
sambil berdiri

2 Hadits kebersihan

3 Hadits menahan
marah

4 Hadits harus
memiliki rasa malu

5 Hadits berbakti
kepada orang tua

Gambar 3.2 Instrumen Penelitian Obsevasi

Instrumen angket / kuesioner yag digunakan dalam penelitian ini yaitu


dengan jenis skala likert yaitu skala yang dibuat untuk ditujukan kepada
responden untuk menjawab berbagai tingkatan dengan sebuah pernyataan yang
menunjukkan tingkatan dari selalu, sering, jarang, dan tidak pernah. Masing-
28

masing sistem dalam skala berbentuk pernyataan positif (favorable) dan


pernyataan negatif (unfavorable).
Nilai pernyataan positif (favorable) pada lembar kuesioner yang
digunakan untuk menggali data adalah sebagai berikut:

1. Skor 4: Selalu
2. Skor 3: Sering
3. Skor 2: Jarang
4. Skor 1: Tidak pernah
Sedangkan nilai pernyataan negatif (unfavorable) ada lembar kuesioner
yang digunakan untuk menggali data adalah sebagai berikut:
1. Skor 1: Selalu
2. Skor 2: Sering
3. Skor 3: Jarang
4. Skor 4: Tidak pernah
Berikut kisi-kisi instrumen pertanyaan angket/ kuesioner pada penelitian
ini yaitu sebagai berikut:

Variabel Indikator Karkteristik Perilaku


Perkembangan Mengenal perilaku - Anak mampu bersikap
Moral Anak Usia 4- baik/sopan dan buruk jujur
5 Tahun (Y) - Anak mampu bersikap
sopan/santun terhadap
orang lain
- Anak mampu memiliki
sikap saling menghargai
- Anak mampu memiliki
sikap sabar
- Anak mampu bersikap
mengalah
- Anak mampu memiliki
29

sikap tidak mudah marah


- Anak mampu memiliki
sikap patuh pada guru
- Anak mampu memiliki
sikap tanggung jawab
- Anak masih suka
menangis
- Anak masih suka
bertengkar dengan teman
- Anak masih suka berebut
mainan
Membiasakan diri - Anak mampu memiliki
berperilaku baik sikap saling tolong-
menolong
- Anak mampu
menghormati guru
- Anak mampu menghargai
teman-temannya
- Anak mampu menjaga
kebersihan diri dengan
mencuci tangan sebelum
makan dan minum
- Anak mampu membuang
sampah pada tempatnya
- Anak mampu tidak
mengotori/mencorat coret
tembok, baju, meja, dll.
- Anak mampu bersikap
sopan terhadap semua
orang
- Anak mampu
30

membiasakan
mengucapkan maaf
- Anak mampu
membiasakan
mengucapkan terima kasih

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket/Kuesioner Perkembangan Moral Anak Usia


4-5 Tahun (Y)

Berikut instrumen penelitian pedoman dokumentasi pada penelitian ini yaitu


sebagai berikut:
No Data yang akan diperoleh Sumber data
1 Profil lembaga Dokumen profil sekolah
2 Data guru Dokumen data guru
3 Data anak/peserta didik Dokumen data peserta didik
4 Foto kegiatan penelitian pada anak Foto kegiatan anak
kelompok A1 di TK Darus Sholah
Jember

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pedoman Dokumentasi

3.8 Metode Analisis Data


3.8.1 Teknik Analisis Data
Menurut Masyhud (2021:345) teknik analisis data penelitian merupakan
langkah penting dan kritis dalam melakukan suatu penelitian. Sebelum
melakukan analisis data, peneliti harus menentukan metode analisis yang akan
digunakan, analisis statistik (kuantitatif) atau nonstatistik (kualitatif). Analisis data
dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif. Analisis data kuantitatif
digunakan untuk mengolah skor hasil dari observasi, angket atau kuesioner serta
31

hasil dokumentasi. Data hasil penelitian dikumpulkan, dikelompokkan dan


diinterpretasikan sehingga dapat ditarik kesimpulan berupa angka.

3.8.2 Validitas dan Reabilitas


a. Uji Validitas
Menurut Masyhud (2021:299). instrumen dikatakan memenuhi
persyaratan validitas apabila dapat mengukur segala sesuatu yang seharusnya
diukur, sehingga alat tersebut benar-benar layak untuk mengukur apa yang diukur.
Validitas isi mengacu pada isi instrumen, yaitu. instrumen harus dapat mencakup
semua indikator dari variabel yang diukur. Adapun uji validitas yang dilakukan
dengan menggunakan analisis rank spearman atau tata jenjang. Menurut
Sugiyono (2016) tata jenjang digunakan untuk menemukan korelasi atau untuk
menguji signifikansi hipotesis asosiasi bila setiap variabel gabungan bersifat
ordinal dan sumber data antar variabel tidak harus sama. Adapun kriteria dalam
keputusan uji validitas sebagai berikut:

a. Jika r ≥ 0,30, maka item-item pernyataan dari kuesioner adalah valid.

b. Jika r ≤ 0,30, maka item-item pernyataan dari kuesioner adalah tidak valid.

Rumus mencari korelasi spearman rank ( ρ=rho):

6∑ ❑ di 2

ρ=1− 2
n (n −1)

Keterangan :

ρ=¿nilai korelasi Spearman Rank

2=¿¿
d selisih setiap pasangan rank

n=¿ jumlah pasangan rank untuk spearman (5 < n < 30)


32

b. Uji Reabilitas

Menurut Masyhud (2021:300) instrumen dikatakan memenuhi syarat


reliabilitas jika dapat memberikan hasil pengukuran yang sangat dapat dipercaya.
Salah satu indikator instrumen yang reliabel adalah ketika instrumen tersebut
digunakan berulang kali dengan subyek yang sama, hasilnya relatif sama. Adapun
cara untuk uji reliabilitas yang digunakan ialah koefisien reliabilitas Alpha
Cronbach dengan rumus sebagai berikut:

r
( KK−1 )( 1−∑σ )
2
σb
¿ 2

r : Realiabilitas instrument
k : Banyaknya butir pertanyaan
∑ 𝜎𝑏 : Jumlah varians butir
𝜎𝑡2 : Varians total

c. Succesived interval
Metode succesive Interval adalah metode untuk mengubah data ordinal
menjadi interval sehinggadapat dilakukan analisis secara parametrik. Salah satu
data yang sering diubah menjadi interval adalah skor dari skala Likert. Metode
ini dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1. Menghitung frekuensi setiap skor jawaban
2. Menghitung proporsi (P) setiap skor jawaban
3. Menghitung proprosi kumulatif (PK)
4. Mencari nilai Z dari PK
5. Menghitung densitas F(z)
6. Menghitung scale value SV(z)
Density of lower limit −Density at upper limit
Scale Value=
Area below limit − Area below lower limit
7. Merubah skale value terkecil (FK) setara satu
8. Menghitung SVi(z) + FK
33

d. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis penelitian. Uji normalitas
yang digunakan untuk mengetahui apakah data yang diambil berasal dari
data yang berdistribusi normal atau tidak (Juliansyah Noor, 2010) Selain
itu, uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi, variabel penganggu atau residual berdistribusi normal.
Pengujian normalitas ini menggunakan uji statistik One-Sample
Kolmogorov-Sminornov (K-S). Kriteria penetapannya dengan cara
membandingkan nilai Sig. (2-tailed) pada tabel Kolmogrov-Sminornov
(K-S) dengan tarafsignifikansi 0,05 (5 %) jika ρ dari koefisien > 0.05,
maka dapat berdistribusi normal dan sebaliknya
e. Uji T
Pengujian hipotesis ini sering disebut juga membandingkan nilai T hitung
dengan T tabel dimana dasar pengambilan uji T adalah:
1. Jika nilai T hitung > dari T tabel maka ada pengaruh pembiasaan membaca
hadits terhadap perkembangan moral
2. Sebaliknya, jika nilai T hitung < dari T tabel maka tidak ada pengaruh
pembiasaan membaca hadits terhadap perkembangan moral
f. Koefisien Determinasi
Dalam regresi linier sederhana, koefisien determinasi (r 2) diartikan sebagai
ukuran kemampuan semua variabel bebas dalam menjelaskan varians terikat.
Karena koefisien determinasi (r2) merupakan kuadrat dari koefisien korelasi (r)
maka dapat rumus koefisien determinasi (r2) sama dengan rumus koefisien
korelasi (r) yang dipangkatkan.
2 ((n)(∑ XY )−(∑ X )(∑Y ))2
R= ¿¿
Keterangan :
R: Koefisien korelasi
X: Variabel bebas/independen
Y: Variabel terikat/dependen
n: Banyaknya sempel
34

Singkatnya, analisis Koefisiensi Determinasi (KD) digunakan untuk melihat


seberapa besar variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen
(Y) yang dinyatakan dalam persentase. Presentase ditunjukan oleh besarnya
koefisien determinasi (R2 )
g. Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana dipergunakan untuk mengetahui
pengaruhantara satu buah variabel bebas terhadap satu buah variabel terikat.
Persamaan regresinya adalah:
Y = a + bX
Keterangan :
Y: subyek dalam variabel dependen (variabel tak bebas) yang diprediksikan.
a : intersep (titik potong kurva linear terhadap sumbu Y, atau nilai Y jika X=0)
disebut juga konstanta.
b : koefisien regresi (kemiringan kurva linier), yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada
perubahan variabel independen. Bila (+) arah gars naik, dan bila (-) maka arah
garis turun.
X=subyek pada variabel independen (variabel bebas) yang mempunyai nilai
tertentu.
Persamaan ini hanya memiliki 2 variabel saja, yaitu satu variabel
terikat (Y) dan satu variabel bebas (X). Sehingga setiap nilai X ditambah
dengan satu satuan maka nilai Y akan bertambah dengan b. Jika nilai X=0
maka nilai Y sebesar a saja. Penggunaan model regresi sederhana hanya
memungkinkan bila pengaruh yang ada itu hanya dari variabel independen
(variabel bebas) terhadap variabel dependen (variabel terikat), tidak boleh
ada pengaruh timbal balik, yaitu jika variabel terikat juga berpengaruh
terhadap variabel bebas (Arif, 1995).
35

DAFTAR PUSTAKA

Afnita, J. Latipah, E. 2021. Perkembangan Moral Anak Usia Dini Usia 0-6 Tahun

dan Stimulasinya. Jurnal Studi Islam, Gender, dan Anak. 16(2):289-305.

Agustina, A. 2021. Perspektif Hadits Nabi SAW Mengenai Kebersihan

Lingkungan. Jurnal Penelitian Ilmu Ushuluddin. 1(2): 96-104.

Aisyah, a. 2020. Pendidikan Karakter Untuk Perkembangan Moral Anak Usia

Dini. Jurnal Warna: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini.

5(2):77-84.

Bai, S.T., Chiar, M., Lukmanulhakim, L. 2019. Pembiasaan Membaca Hadits dan

Artinya dalam Pengembangan Nilai Agama Islam di TK. Islam Al- Kautsar.

JPPK: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa. 8(9):1-8.

Isnaeni, R.F., Suryadilaga, M.A. 2020. Pendidikan Hadits untuk Anak Usia Dini.

Jurnal Studi Hadis Nusantara. 2(1):1-23.

Khaironi, M. 2017. Pendidikan Moral pada Anak Usia Dini. Jurnal Golden Age

Universitas Hamzanwadi. 1(1): 1-16.

Lubis, N.A., Rambe, A.A., Konadi, H., Maisarah, M. 2021. Penerapan Kegiatan

Pembiasaan Terhadap Pembentukan Moral Anak Usia 5-6 Tahun di TK

Mulo Ara Cangduri. SEULANGA: Jurnal Pendidikan Anak. 2(1): 11-26.


36

Masyhud, M. Sulthon, 2021. Metode Penelitian Pendidikan. Edisi ke-7.


Jember:Lembaga Pengembangan Manajemen dan Profesi Kependidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014. Standar

Tingkat Percapaian Perkembangan Anak (STPPA). Lembaran Negara

Republik Indonesia tahun 2014. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Replubik Indonesia No. 58 Tahun 2009.

Bidang Pengembangan Moral di Taman Kanak-kanak. Lembaran Negara

Republik Indonesia tahun 2009. Jakarta.

Surifah, J., Rosidah, L., Fahmi, F. 2018. Pengaruh Metode Pembiasaan terhadap

Pembentukan Sikap Tanggung Jawab Anak Usia 4-5 Tahun. Jurnal

Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini. 5(2): 113-123.

Ulum, M.S., Ropikoh, L. 2020. Upaya Meningkatkan Daya Ingat Anak Melalui

Metode One Day One Hadits pada Anak Usia TK (di Madrasah Baitul

Hikmah Naringgul Tegallega Bungbulang Garut). WALADUNA: Jurnal

Pendidikan Islam Anak Usia Dini. 2(1):58-70.

Unaradjan, D.D. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif. Edisi Pertama. Jakarta:

Penerbit Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.


LAMPIRAN A. MATRIK PENELITIAN
MATRIK PENELITIAN

Nama : Divvy Aulia Dwi Julian Permatasari


NIM : 190210205034
Kelompok Riset : Perkembangan
Judul penelitian : Pengaruh Pembiasaan Membaca Hadits terhadap Perkembangan Moral Anak Kelompok A1 di TK
Darus Sholah Jember
Rumusan Tujuan Indikator / Metode
Variabel / Sumber Data
masalah / Pertanyaan penelitian Aspek-aspek Penelitian
Fokus kajian
penelitian penggalian data
1. Pembiasaan
Adakah Pengaruh Untuk mengetahui Variabel Bebas: Membaca Hadits- a. Anak kelompok 1. Subjek penelitian:
Pembiasaan pengaruh Pembiasaan Pembiasaan hadits A1 di TK Anak kelompok A1
Membaca Hadist Membaca Hadist Membaca Hadist a. Hadits Darussholah di TK darussholah
terhadap terhadap Variabel Terikat: Kebersihan Jember Jember
Perkembangan Moral Perkembangan Moral Perkembangan Moral b. Hadits Larangan 2. Jenis Penelitian:
Anak Kelompok A1 Anak Kelompok A1 Makan Sambil b.Informan: Kuantitatif (Ex post
38

di TK Darus Sholah di TK Darus Sholah Berdiri -Guru kelas A1 Facto)


Jember? Jember. c. Hadits Larangan -Dokumen 3. Lokasi Penelitian:
Minum Sambil -Referensi yang TK Darus Sholah
Berdiri relevan (buku Jember
d. Hadits Menahan pustaka, jurnal) 4. Metode
Marah Pengumpulan
e. Hadits Harus data:
Memiliki Rasa - Observasi
Malu - Angket
f. Hadits Berbakti - Dokumentasi
Kepada Orangtua 5. Teknik Analisis
2. STPPA Moral Anak Data: Kuantitatif
Usia 4-5 Tahun
a. Mengenal perilaku
baik/sopan dan buruk
- jujur
- sopan/santun
- menghargai
b. Membiasakan diri
39

berperilaku baik
- menolong
- menghormati
- peduli
- tanggung jawab
LAMPIRAN B. KISI-KISI INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

B.1 Kisi-Kisi Perkembangan Moral Anak Usia 4-5 Tahun


Variabel Indikator Karkteristik Perilaku
Perkembangan Mengenal perilaku - Anak mampu bersikap
Moral Anak Usia 4- baik/sopan dan buruk jujur
5 Tahun (Y) - Anak mampu bersikap
sopan/santun terhadap
orang lain
- Anak mampu memiliki
sikap saling menghargai
- Anak mampu memiliki
sikap sabar
- Anak mampu bersikap
mengalah
- Anak mampu memiliki
sikap tidak mudah marah
- Anak mampu memiliki
sikap patuh pada guru
- Anak mampu memiliki
sikap tanggung jawab
Membiasakan diri - Anak mampu memiliki
berperilaku baik sikap saling tolong-
menolong
- Anak mampu
menghormati guru
- Anak mampu menghargai
teman-temannya
- Anak mampu menjaga
kebersihan diri dengan
mencuci tangan sebelum
makan dan minum
- Anak mampu membuang
sampah pada tempatnya
- Anak mampu tidak
mengotori/mencorat coret
tembok, baju, meja, dll.
- Anak mampu bersikap
sopan terhadap semua
orang
- Anak mampu
membiasakan
mengucapkan maaf
- Anak mampu
41

membiasakan
mengucapkan terima kasih
- Anak mampu makan dan
minum dengan duduk
42

LAMPIRAN C. PEDOMAN PENGUMPULAN DATA


C.1 Pedoman Observasi
No Data yang diperoleh Sumber Data
1 Pembiasaan membaca hadits di Guru kelas kelompok A1 di TK
Kelompok A1 TK Darus Sholah Darus Sholah Jember
Jember

C.2 Pedoman Angket


No Data yang diperoleh Sumber Data

1 Perkembangan moral pada anak Anak usia 4-5 Tahun di kelompok


usia 4-5 tahun di Kelompok A1 A1 TK Darus Sholah Jember
TK Darus Sholah Jember

C.3 Pedoman Dokumentasi


No Data yang akan diperoleh Sumber data
1 Profil lembaga Dokumen profil sekolah
2 Data guru Dokumen data guru
3 Data anak/peserta didik Dokumen data peserta didik
4 Foto kegiatan penelitian pada anak Foto kegiatan anak
kelompok A1 di TK Darus Sholah
Jember
43

LAMPIRAN D. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA


Lampiran D.1 Observasi
a. Petunjuk Pengisian
1) Lembar observasi diisi oleh observer
2) Berilah tanda checklist (√ ¿ sesuai dengan kemunculan pembiasaan
membaca hadits (Ada / Tidak Ada)
3) Berilah keterangan terhadap jawaban
b. Lembar Observasi

Lembar Observasi Pembiasaan Membaca Hadits pada anak Kelompok A1 di


TK Darus Sholah Jember

Hari / Tanggal :

Kemunculan
Aspek yang
No Tidak Keterangan
diobservasi Ada
ada

1 Hadits larangan
makan dan minum
sambil berdiri

2 Hadits kebersihan

3 Hadits menahan
marah

4 Hadits harus
memiliki rasa malu

5 Hadits berbakti
kepada orang tua
44

Lampiran D.2 Angket


a. Petunjuk Pengisian Angket
1) Lembar angket diisi oleh guru kelompok A1
2) Berilah tanda checklist (√ ¿pada pilihan jawaban yang dianggap paling
sesuai dengan sikap pada anak.
3) Perhatikan kategori pada jawaban berikut:
a) Selalu (SL), apabila anak menunjukkan sikap/perbuatan secara
berkala.
b) Sering (SR), apabila anak kerap kali menunjukkan sikap/perbuatan
tersebut.
c) Jarang (JR), apabila anak jarang menunjukkan sikap/perbuatan
tersebut.
d) Tidak Pernah (TP), apabila anak tidak pernah menunjukkan sikap/
perbuatan tersebut
b. Lembar Angket
Nama Anak :
Usia Anak :
Pilihan jawaban
No Pertanyaan
SL SR JR TP
1 Anak tidak mengambil barang yang
bukan miliknya
2 Anak dapat mengembalikan barang
sesudah meminjamnya
3 Anak menghormati guru seperti tidak
berbicara saat guru menerangkan
4 Anak menghargai temannya seperti
tidak mengejek teman
5 Anak meminta izin sebelum
meminjam barang /makanan
6 Anak terlihat acuh tak acuh saat
seseorang sedang berbicara atau
45

bercerita padanya
7 Anak mendengarkan dengan
seksama jika ada orang lain yang
berbicara
8 Anak tidak berbicara kasar/kotor

9 Anak menerima atau melakukan


sesuatu dengan tangan kanan
10 Anak meminta izin jika hendak
keluar kelas seperti ke kamar mandi
atau lainnya
11 Anak tidak membeda-bedakan teman

12 Anak sabar dalam antri makanan

13 Anak sabar dalam menunggu giliran


mengambil barang/mainan
14 Anak sabar tidak mudah
menyerah/marah jika tidak bisa
15 Anak tidak berebut mainan/barang
16 Anak mampu mengerjakan tugas
dengan baik dan benar
17 Anak dapat membereskan mainan
setelah digunakan
18 Anak dapat menata kembali bekal
yang telah dimakan
19 Anak dapat menata sepatu atau
sandal dengan rapi
20 Anak dapat membereskan alat tulis
yang telah digunakan
21 Anak tidak mengganggu teman pada
saat jam pembelajaran
46

22 Anak berinisiatif menolong jika ada


yang membutuhkan pertolongan
23 Anak menjaga kebersihan di kelas
dengan tidak membuang sampah
sembarangan
24 Anak senang menolong tanpa
mengharapkan imbalan
25 Anak akan menolong untuk dapat
pujian dari orang lain atau agar
mendapat imbalan
26 Anak akan kesal jika dimintai
bantuan
27 Anak selalu mencuci tangan sebelum
makan dan minum
28 Anak selalu berdoa sebelum
melakukan sesuatu
29 Anak selalu makan dan minum
dengan duduk
30 Anak tidak mencorat-coret tembok,
baju ataupun meja
31 Anak selalu mengucapkan "maaf"
jika berbuat salah
32 Anak selalu mengucapkan
"terimakasih" jika telah dibantu
33 Anak selalu mengucapkan "minta
tolong" dahulu sebelum meminta
bantuan

Anda mungkin juga menyukai