Anda di halaman 1dari 16

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

PERKEMBANGAN MORAL

DOSEN PENGAMPU : LALA JELITA ANANDA S.Pd,.M.Pd.

DISUSUN OLEH:
Marshanda cristina sari malau ( 7202442011)
Winni rahmayani ( 7202442007)

Program studi Pendidikan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan

Sumatera Utara 2020

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul “Motivasi Dan Kepemimpinan”

Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai Kepemimpinan Seseorang atau yang lebih
khususnya membahas penerapan sikap dan sifat Kepemimpinan, karakteristik serta perspektif
Motivasi dan Kepemimpinan dalam materi ini Diharapkan Makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang bersikap Kepemimpinan dan Memotivasi.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan
makalahini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.
1
MEDAN 2020-11-17

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN...................................................................3
1.1 Latar belakang..............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................3
1.3 Tujuan...........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................4


2.1 Pengertian Perkembangan Moral.................................................................................4
2.2 Teori Para Ahli Tentang Perkembangan Moral...........................................................5
2.3 Perubahan Konsep Perkembangan Moral....................................................................7
2.4 Konteks Perkembangan Moral.....................................................................................8

2
2.5 Perbedaan Perkembangan Moral Laki-laki dan Perempuan......................................10
2.6 Pengaruh teknologi terhadap moral remaja sebagai generasi Muda..........................11

BAB III PENUTUP ........................................................................14


3.1.Kesimpulan ................................................................................................................14
3.2.Saran ..........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................15

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Secara Psikologis
masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan msayrakat dewasa, usia dimana
anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada ditingkatan
yang sama. Menurut Hull usia remaja berkisar antara 12-25 tahun. Pada masa remaja terjadi
banyak perubahan baik secara fisik, psikologis maupun secara sosial.
Menurut teori perkembangan Piaget, usia remaja termasuk ke dalam tahap Oprasianal formal
dalam kemampuan kognitif. Dimana pada periode ini anak memiliki kemampuan untuk berpikir
secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Remaja mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah
dan mempertanggungjawabkannya berdasarkan suatu hipotesis atau proporsi. Jadi, ia dapat

3
memandang masalahnya dari berbagai sudut pandang dan menyelesaikannya dengan mengambil
banyak faktor sebagai dasar pertimbangan.
Salah satu yang menjadi topik perkembangan dalam remaja adalah masalah pembentukan
moral remaja yang dianggap sebagai penentu. Moral adalah ajaran tentang baikburuk suatu
perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya (Purwadarminto: 1950: 957).
Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, serta sesuatu
perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan
seseorang untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan
demikian,moral juga mendasari dan mengendalikan seseorang dalam bersikap dan bertingkah
laku.
Remaja harus mempelajari apa yang menjadi harapan kelompok dan kemudian membentuk
perilaku tersebut agar sesuai tanpa harus dibimbing,diawasi,didorong dan diancam seperti pada
masa anak-anak. Remaja diharapkan mampu mengganti onsep-konsep moral yang berlaku
khusus dimasa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dan merumuskannya
kedalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya. Remaja juga harus
mampu mengendalikan perilakunya sendiri yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua
dan gurunya sekarang harus menjadi tanggung jawabnya sendiri.

1.2  Rumusan Masalah


1.      Apa yang dimaksud perkembangan moral dan spiritual?
2.      Bagaimana teori para ahli tentang perkembangan moral?
3.      Bagaiman perubahan konsep moral pada remaja?
4.      Bagaimana konteks perkembangan moral?
5.      Bagaimana perbedaan perkembangan moral pada laki-laki dan perempuan?
6.      Bagaimana pengaruh media dan teknologi terhadap pembentukan moral remaja?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mngetahui pengertia perkembangan moral dan spiritual.
2.      Untuk mengetahui pandangan teori para ahli tentang perkebangan moral
3.      Untuk mengetahui perubahan konsep moral pada remaja
4.      Untuk mengetahui konteks perkebangan moral pada remaja

4
5.      Untuk mengetahui perbedaan moral pada laki-laki dan perempuan.
6.      Untuk mengetahui pengaruh mediaa dan teknologi terhadap pembentukan moral remaja

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian perkembangan moral
Menurut Santrock (2007:301) Perkembangan Moral (Moral Development) melibatkan
pemikiran,perilaku dan perasaan dalam mempertimbangkan benar dan salah. Perkembangan
moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Perkembangan moral
adalah perubahan-perubahan perilaku yang terjadi dalam kehidupan anak berkenaan dengan
tatacara, kebiasaan, adat, atau standar nilai yang berlaku dalam kelompok sosial.
Perkembangan moral memiliki dimensi intrapersonal (nilai-nilai dasar dan penghayatan
mengenai diri) serta dimensi interpersonal (fokus mengenai hal-hal yang sebaiknya dilakukan
ketika berinteraksi dengan orang lain). Dimensi interpersonal meregulasi aktivitas-aktivitas
seseoraang ketika dia tidak terlibat dalam interaksi sosial. Dimensi interpersonal meregulasi
interaksi sosial seseorang dan konflik-konflik yang muncul.

2.2  Teori para ahli tentang perkembangan moral


a.       Piaget mengembangngkan teori perkembangan moral remaja dengan melakukan pengamatan
dan wawancara secara ekstensif melalui anak – anak bermain kelereng berusia 4 hingga 12 tahun
untuk mempelajari mengenai bagaimana mereka menggunakan dan memikirkan aturan dalam
permainan. Ia menyimpulkan bahwa anak – anak berpikir melalui dua cara yang berbeda
mengenai moralitas, tergantung pada kematangan perkembangannya yaitu :
1.      Moralitas Heteronom (heteronomous morality) adalah tahap pertama dari perkembangan moral
dalam teori piaget yang berlangsung antara usia 4 hingga 7 tahun. Keadilan dan aturan – aturan
dipandang sebagai sifat –sifat mengenai dunia yang tidak dapat diubah, dihilangkan dari kontrol
manusia. Seorang pemikir heteronom menentukan benar atau tidaknya perilaku dengan

5
mempertimbangkan konsekuensi dari perilaku tersebut, bukan intensi dari aktor. Dalam
heteronom juga dipercayai immanent justice, gagasan bahwa apabila sebuah aturan dilanggar,
maka hukuman akan segera diterima.
2.      Moralitas Otonom (autonomous morality)adalah tahap kedua dari perkembangan moral dalam
teori piaget, yang diperlihatkan oleh anak – anak yang lebih besar (sekitar 10 tahun keatas).
Anak menyadari aturan – aturan dan hukum – hukum yang diciptakan oleh orang dan bahwa
dalam memutuskan suatu tindakan, seseorang seharusnya mempertimbangkan intensi aktor
maupun konsekuensinya. Anak – anak yang berusia 7 hingga 20 tahun yang berada dalam masa
transisi diantara dua tahap inimemperlihatkan sejumlah ciri dari kedua tahp ini.
b.      Martin Hoffman (1980) mengembangkan teori disekuilibrium kognitif (cognitive
disequilibrium theory), yang menyatakan bahwa remaja merupakan suatu periode penting
dalam perkembangan moral , khusunya ketika individu beralih dari lingkungan yang relatif
homogen ke lingkungan yang lebih heterogen disekolah menengah atas dan kampus.
c.       Teori Kohlberg salah satu pandangan yang provokatif mengenai perkembangan moral adalah
pandangan moral yang diciptakan oleh Lawrence Kohlberg (1958, 1976, 1986), yang
berpendapat bahwa perkembangan moral terutama didasarkan pada penalaran moral, yang
kemudian berkembang dalam serangkaian tahap – tahap dan tiga tingkatan. konsep penting
dalam perkembangan moral menurut kohler ialah interbalisasi (internalization),yaitu perubahan
perkembangan dari perilaku yang awalnya dikontrol secara eksternal menjadi perilaku yang
dikontrol oleh standar-standar dan prinsip-prinsip sosial.
Berikut adalah 3 tingkatan perkembangan moral menurut Kohlberg :
1)   Tingkat 1, Penalaran prakonvensional (Preconventional reasoning).
Ditingkat ini, individu belum memperlihatkan adanya internalisasi dari nilai-nilai moral-
penalaran moral dikontrol oleh hadiah dan hukuman eksternal. Pada tingkat ini terbagi menjadi 2
tahap,yaitu :
a.       Tahap 1, Moralitas Heternom (Heternom morality. Ditahap ini pemikiran moral sering kali
dikaitkan dengan hukuman.
b.      Tahap 2, Individualisme, tujuan instrumental,dan pertukaran (individualism,instrumental
purpose,and exchange). Ditahap ini individu berusaha memuaskan kepentingannya sendiri
namun mereka juga membiarkan orang lain bertindak serupa.
2)   Tingkat 2,penalaran Konvensional (conventional reasoning).

6
Ditingkat ini internelasisai yang dilakukan bersifat menengah.individu mengikuti sandar-standar
tertentu (internal),namun standar-standar itu ditetapkan oleh orang lain(eksternal).
a.       Tahap 3, Ekspektasi interpersonal timbal-balik, relasi dan konformitas interpersonal (Mutual
interpersonal expectations, relationships,and interpersonal conformity). Pada tahap, individu
menilai kepercayaan,kepeduliaan dan loyalitas terhadap orang lain sebagai dasar dari penilaian
moral. Pada tahap ini,anak-anak dan remaja sering kali mengadopsi standar moral dari orang
tua,mencari apa yang boleh orang tua akan dianggap sebagai “anak baik”.
b.      Tahap 4, Moralitas sistem sosial (Social System morality). Dalam tahap ini penilaian moral
didasarkan pada pemahaman mengenai keteraturan sosial,hukum,keadilan dan tugas.
3)   Tingkat 3, penalaran pascakonvensional (Postconvensional reasoning).pada tingkat moralitas
sepenuhnya diinternalisasi da tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Individu
mengenali kembali alternatif pelajaran-pelajaran moral, mengeksplorasi pilihan-pilihannya, dan
kemudian menentukan aturan-aturan moral personalnya.
a.       Tahap 5, Kontrak sosial atau kegunaan dan hak-hak individuall (social contract or utility and
individual rights). Pada tahap ini, individu bernalar bahwa beebagai nilai,hak dan prinsip perlu
melandasi atau melampaui hukum.seseorang mengevaluasi validitas dari hukum yang ada, dan
sistem sosial dapat dinilai menurut sejauh mana sistem sosial tersebut menjamin dan melindungi
hak-hak dan nilai-nilai individu.
b.      Tahap 6, Prinsip etika Universal (Universal ethical principles). Dalam tahap ini seseorang
mengembangkan sebuah standar moral berdasarkan hak-hak universal manusia. Ketika
dihadapkan pada sebuah konflik antara hukum dan suara hati, seseorang bernalar bahwa suara
hati sebaiknya diikuti,meskipun kepuasannya mungkin memiliki resiko.
2.3  Perubahan konsep moral pada remaja
Ada dua kondisi yang membuat penggantian konsep moral khusus ke dalam konsep yang
berlaku umum tentang benar dan salah yang lebih sulit daripada yang seharusnya.
a.    Pertama, kurangnya bimbingan dalam mempelajari bagaimana membuat konsep khusus berlaku
umum. Dengan percaya saja bahwa remaja telah mempelajari prinsip pokok tentang benar dan
salah, orangtua dan guru jarang menekankan dalam usaha pembinaan remaja untuk melihat
hubungan antara prinsip khusus yang dipelajari sebelumnya dengan prinsip umum yang penting
untuk mengendalikan perilaku dalam kehidupan orang dewasa . hanya dalam bidang baru

7
perilaku, seperti hubungan denga anggota lawan jenis, orang dewasa merasa perlu memberikan
pendidikan moral lebih lanjut.
b.    Kondisi kedua yang membuat sulitnya penggantian konsep moral yang berlaku khusus dengan
konsep moral yang berlaku umum berhubungan dengan jenis disiplin yang diterapkan dirumah
dan di sekolah. karena orangtua dan guru mengasumsikan bahwa remaja mengetahui apa yang
benar, maka penekanan kedisiplinan hanya terletak pada pemberian hukuman pada perilaku salah
yang dianggap segaja dilakukan. Penjelasan mengenai alasan salah tidaknya suatu perilaku
jarang ditekankan dan bahkan jarang memberi ganjaran bagi remaja yang berperilaku benar.
Mitchell telah meringkas lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh
remaja diantaranya :
a.    Pandangan moral indvidu makin lama makin menjadi lebih abstrak dan kurang konkret.
b.    Keyakinan lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul
sebagai kekuatan moral yang dominan.
c.    Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Ini mendorong remaja lebih berani menganalisis kode
sosial dank ode pribadi dari pada masa kanak – kanak dan berani mengambil keputusan terhadap
berbagai masalah moral yang dihadapinya.
d.   Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
e.    Penialaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral
merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis.
2.4  Konteks perkembangan moral
a.    Pengasuhan
Bagi Piaget dan Kohlberg berpendapat bahwa orangtua tidak menyediakan masukan yang
unik atau esensial bagi perkembangan moral anak – anak. Mereka berpendapat bahwa orangtua
memiliki kewajiban memberikan kesempatan untukpengambilan-peran dan mengalami konflik
kognitif, namun mereka menyediakan peran primer dalam perkembangan moral bagi kawan –
kawannya. Secara umum, penalaran moral ditingkat yang lebih tinggi pada remaja,, berkaitan
dengan pengasuhan yang suportif dan mendorong remaja untuk mengajukan pertanyaan dan
memperluas penalaran moral mereka (Eisenberg & morris, 2004).
1)   Disiplin orangtua menurut teori psikoanalisis dari freud, aspek pengasuhan anak yang dapat
mendorong perkembangan moral adalah praktik yang menanamkan rasa takut terhadap hukuman

8
dan kehilangan cinta orang tua. Para ahli perkembangan anak yang mempelajari teknik
pengasuhan anak dan perkembangan moral teknik – tekniknya meliputi :
      Menarik cinta (love withdrawal) berkaitan erat dengan penekanan psikoanalisis terhadap takut
akan hukuman dan kehilangan cinta orang tua.ini merupakan suatu teknik dimana orang tua
tidak memberikan atensi atau cintanya kepada remaja ; contohnya orangtua menolak berbicara
kepada remaja atau menyatakan bahwa ia menyatakan bahwa ia tidak menyukai anak itu.
      Memperlihatkan kekuasaan (power assertion) adalah suatu teknik disiplin dimana orangtua
berusaha memperoleh control terhadap remaja atau terhadap sumber daya remaja. Contohnya,
memukul, mengancam, atau mengentikan hak.
      Membujuk (induction) adalah suatu teknik disiplin dimana orang tua menggunakan penalaran
dan penjelasan mengenai konsekuensi dari tindakan remaja terhadap orang lain. Contoh
membujuk adalh, jangan memukulnya. Ia hanya mencoba membantu” dan “mengapa kamu
berteriak kepadanya? Ia tidak bermaksud melukai perasaanmu.”
2)              Mengasuh moral anak-anak dan remaja, disiplin orangtua berkonstribusi bagi perkembangan
moral anak – anak, namun aspek lain dari pengasuhan juga memainkan peranan yang penting,
seperti memberikan peluang untuk meninjau dari perspektif lain dan melakukan modeling
terhadap perilaku dan berpikir moral.sebuah penelitian menyimpulkan bahwa, secara umum
anak-anak yang bermoral cenderung memiliki orang tua yang memiliki karakteristik sebagai
berikut (Eisenberg & Valient, 2002, h. 134) :
      Hangat dan suportif disbanding menghukum
      Menerapkan disiplin melalu cara membujuk
      Memberikan peluang kepada anak – anak untuk mempelajari perspektif dan perasaan orang lain.
      Melibatkan anak – anak dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga dan memberikan
peluang bagi anak-anak untk melakukannya juga.
      Memberikan informasi mengenai perilaku yang diharapkan dan disertai alasan mengapa.
      Mendorong penghayatan moral yang lebih bersifat internal dibandingkan eksternal.
b.    Sekolah
Sekolah merupakan konteks penting dalam perkembangan moral,moral dapat terbentuk melalui
lingkungan sekolah dan pendidikan moral banyak didebat dalam lingkungan pendidikan.
1)      Kurikulum Tersembunyi (hidden curriculum)

9
John Dewey (1933) mengatakan bahwa meskipun seandainya sekolah tidak memberikan
program spesifik dalam pendidikan moral,mereka tetap dapat menerima pendidikan moral
melalui kurikulum tersembunyi, yaitu iklim moral yang diciptakan melalui peratran-peraturan
sekolah dan kelas, orientasi moral pada guru dan pegawai administrasi sekolah, serta materi
pelajaran.melali peraturan administrasi sekolah dapat memasukkan sistem nilai tersebut. Para
guru berperan sebagai model dari pelikau yang etis atau tidak etis.
2)      Pendidikan karakter
Sebuah pendekatan langsung dimana siswa diajarkan mengeani literasi moral dasar yang
mencegah mereka untuk melakukan perilaku yang tidak bermoral serta melakukan sesuatu yang
melukai diri sendiri dan orang lain. Lewrence Walker (2002) menyatakan bahwa pendidikan
karakter perlu melibatkan diskusi yang kritis mengenai nilai-nilai dibandingkan hanya sekedar
menempelkan sebuah daftar mengenai kebijaksanaan moral didinding kelas. Ia menekankan
bahwa anak-anak dan remaja perlu berdiskusi dan berefleksi mengenai bagaimana menerapkan
kebijaksanaan ke dalam kehidupan sehari-hari. Ia juga menenkankan pentingnya menghadapkan
anak muda pada teladan moral yang dapat mendorong mereka untuk mencontoh dan membuat
anak muda untuk berpartisipasi dalam layanan komunitas.
3)      Penjelasan mengenai nilai
Bermaksud untuk membantu orang untuk memperjelas hal-hal yang penting bagi mereka, apa
yang layak untuk dikerjakan, tujjuan hidup seperti apa yang sebaiknya berusaha diraih.
4)      Pendidikan moral kognitif pendidikan (cognitive moral education) adalah sebuah konsep yang
didasarkan pada keyakinan bahwa para siswa sewbaiknya belajar menghargai nilai-nilai seperti
demokrasi dan keadilan seiring dengan perkembangan penalaran moral mereka.
5)      Service Learning adalah suatu bentuk pendidikan yang bertujuan untuk mendorong tanggung
jawab sosial dan memberikan pelayanan kepada komunitas. Tujuan service learning bagi remaja
adalah untuk mengurangi kecenderungan untuk terpusat pada diri sendiri dan menumbuhkan
motivasi yang lebih kuat untuk menolong orang lain. Dalam service learning remaja terlibat
dalam aktivitas-aktivitas seperti tutoring, menolong orang lanjut usia, bekerja dirumah sakit,
membantu dipusat penitipan anak atau sebagai tenaga kebersihan ditaman bermain.
2.5  Perbedaan Antara Perkembangan Moral Laki-laki dan Perempuan
Pendidikan moral bukanlah perkara sepele atau main-main. Telah terjadi diskusi
panjang tentang bagaimana pendidikan moral dilakukan sehingga nilai-nilai dapat

10
terinternalisasi dengan baik dan muncul perilaku moral yang sesuai dengan nilai-nilai
tersebut. Banyak teori bermunculan tentang perkembangan moral dan pendidikan moral.
Dari mulai Jean piaget, Lawrence kolhberg, Marvin W. Ber-kowitz, Thomas Lichona, Elliot
Turiel, Larry P. Nucci, Jonathan Haidt, sampai Darcia Narvaez telah banyak melahirkan teori
tentang perkembangan moral dan pendidikan moral. Teori Perkembangan Moral Jean Piaget
bisa dibilang sebagai orang yang pertama kali meneliti perkembangan moral (Lapsley,
2006). Piaget meneliti moral judgmentpadaanak, dan menulis buku berjudul “The Moral
Judgment of The Child“ pada tahun 1932. Penelitian Piaget kemudian dikembangkan oleh
Lawrence Kohlberg pada tahun 1970-an. Teori Kohlberg mengenai Moral Reasoning atau
Cognitive Model of Moral Development mendapatkan banyak perhatian dan memberikan
pengaruh pada penelitian-penelitian mengenai perkembangan moral. Namun demikian, teori
Kohlberg tidak lepas dari kritik. Carol Gilligan, seorang feminis misalnya, menyampaikan
kritik pada artikelnya yang cukup berpengaruh di Harvard Educational Review pada tahun 1997
dan buku best-sellernya In a Different Voice pada tahun 1982. Gilligan mengklaim bahwa
moralitas perempuan secara kualitatif berbeda dibanding moralitas laki-laki. Menurutnya,
prinsip moral reasoning perempuan adalah ethic of care, sedangkan laki-laki adalah ethic of
justice (Walker, 2006). Gilligan mengkritik bahwa Kohlberg hanya membatasi diri pada
pada prinsip keadilan (ethic of justice), dan bersifat diskriminatif karena tidak
mempertimbangkan perbedaan gender.Menurut Gilligan, perempuan cenderung mendasarkan
perilakunya pada kepedulian yang berupa kemampuan mendengarkan kisah-kisah orang lain dan
diri sendiri. Paham etika ini menekankan pentingnya hubungan antar sesama manusia.
Pendekatan ini menolak pendekatan absolut, objektif dan imparsial (tidak memihak) yang
diciptakan oleh kaum laki-laki dan  mengharapkan tercipta suatu keselarasan antara kepentingan
sendiri dengan kepentingan pihak lain, disamping mengembangkan hubungan yang didasarkan
pada peduli kasih bersama.Teori etika  yang dicetuskan Carol Giligan berlandaskan  kepedulian
(care) sehingga etika ini disebut sebagai ethics of care. Teori etika ini menggunakan sifat
keibuan (maternal) yang dimiliki oleh perempuan. Etika ini lebih mendasari teorinya pada unsur
kepedulian yang berdasarkan emosi ketimbang unsur rasionalitas. Gilligan dalam konsep etika
kepedulian menyatakan bahwa moralitas itu tidak mutlak. Kedua, hakikat manusia dalam konsep
etika kepedulian Carol Gilligan adalah person yang unik dalam relasi personal yang nyata
dengan tetap menjaga keharmonisan jiwa-badan diri dan “yang lain”. Etika Kepedulian

11
merupakan bentuk moralitas khas perempuan dalam berrelasi sehingga nampak sebagai pribadi
yang unik bagi perempuan dan laki-laki, namun tetap dipahami sebagai Homo Equalis yang
mempunyai hubungan fungsional komplementer.
Kritik lain disampaikan oleh Eliot Turiel dengan social cognitive domain theory. Dalam
beberapa hal, antara Kohlberg (structuraldevelopment theory) dan Turiel (socialcognitive
domain perspectives) sebenarnya memiliki beberapa kesamaan. Keduannya menyampaikan
bahwa perkembangan moral akan lebih baik dipahami dengan menganalisa moral judgment.
Emosi dianggap terpisah dan tidak memotivasi kekuatan moral judgment,dangkan perilaku
dianggap hasil dari moral judgment.
2.6 Pengaruh media dan teknologi terhadap pembentukan moral remaja sebagai generasi
muda
Perkembangan Teknologi Informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dari
kehidupan dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya
kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Sehingga Adanya
teknologi yang berupa internet sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan
masyarakat dan kebanyakan sudah menjadi sebagai gaya hidup seseorang. (Wawan wardiana,
2002)
Selain itu, pengaruh media massa amat besar ke atas generasi muda, khususnya golongan
pelajar dan remaja. Media massa mempunyai peranan untuk menyampaikan informasi dari
masyarakat yang berada dibelahan dunia yang satu kemasyarakat dari belahan dunia yang lain,
selain peranan ini media massa juga mempunyai peranan untuk melakukan tugas pengawasan
dalam arti mengawasi kegiatan yang ada dimasyarakat supaya sesuai dengan standar yang
berlaku dimasyarakat, selain fungsinya untuk mendidik dan menghibur (Marcelino Sumolang,
2013).
Di tengah arus globalisasi, lingkungan pendidikan remaja,kini tidak lagi monoton dan
terbatas di dalam lingkungan sekolah atau lembaga pendidikan. Anak bisa jadi berada di dalam
lingkungan sekolah, namun kini dia punya akses untuk berhubungan, melihat langsung dan bisa
jadi terlibat dalam kehidupan lain di dunia lain dengan media teknologi dan informasi.
Moralitas merupakan bentuk kesepakatan masyarakat mengenai apa yang layak dan apa yang
tidak layak dilakukan, mempunyai sistem hukum sendiri. Hampir semua lapisan masyarakat

12
mempunyai suatu tatanan masing-masing, bahkan komunitas terkecil masyarakat kadang
mempunyai moral/etika tersendiri dengan sistemnya sendiri. (Sofa Muthohar, 2013)
Kemajuan teknologi ini menyebabkan perubahan yang begitu besar kepada umat manusia
dengan segala peradaban dan budayanya. Perubahan ini juga memberikan dampak yang begitu
besar terhadap transformasi nilai-nilai dan moral yang ada dimasyarakat. Hal ini kemudian
mengakibatkan pergeseran batas kesopanan dan moralitas, dari dulu yang tidak pantas menjadi
biasa-biasa, dari dulu yang sangat tidak mungkin dibayangkan menjadi kenyataan dan lain-lain.
Teknologi dan media memiliki pengaruh besar tehadap pembentukan dan perkembangan
moral remaja antara lain dalam bidang budaya dan sosial, perubahan pola hidup dan lain-lain.
Secara tradisional, masa remaja dianggap sebagai priode badai dan tekanan (strum and drang
atau storm and stress), suatu masa yang ditandai dengan ketegangan emosi yang tinggi secara
internal sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar yang secara eksternal karena adanya
tekanan sosial dalam menghadapi kondisi lingkungan yang baru akibat dari kurang
mempersiapkan diri dalam menghadapi keadaan lingkugan (Nurihsan dan Agustin, 2013). Oleh
karena itu, pengaruh media dan teknologi sering dikaitkan dengan aktifitas-aktifitas negatif
sehingga memiliki dampak negatif pula. Berikut merupakan dampak negative teknoloogi dilihat
dari aspek sosial budaya (Muhamad Ngafifi, 2014):
1.      Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan pelajar.
Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya pemenuhan berbagai ke-
inginan material, telah menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi kaya dalam materi
tetapi miskin dalam rohani.
2.      Kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja semakin meningkat semakin lemahnya
kewibawaan tradisi- tradisi yang ada di masyarakat, seperti gotong royong dan tolong-menolong
telah melemahkan kekuatan kekuatan sentripetal yang berperan pen-ting dalam menciptakan
kesatuan sosial. Akibat lanjut bisa dilihat bersama, kenakalan dan tindak menyimpang di
kalangan remaja dan pelajar semakin meningkat dalam berbagai bentuknya, seperti per-
kelahian, corat-coret, pelanggaran lalu lintas sampai tindak kejahatan.
Peran keluarga sangat berpengaruh dalam pembentukan moral remaja yang sedang berada dalam
priode badai dan tekanan. Hal ini juga dapat menekan serta mengatasi pengaruh negatif dari
kemajuan tehnologi pada remaja. Adapun peran keluarga sebagai berikut:

13
1.      Sebagai agen sosialisasi yang pertama dan yang utama, keluarga seharusnya dapat menanamkan
nilai dan norma yang positif kepada anak dengan membekali dan meletakkan pondasi keimanan
yang kokoh kepada anak. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak menjadi angkuh dan me- lupakan
Tuhan dalam aktifitas kehi- dupan modern yang serba canggih.
2.      Keluarga harus selektif dalam menen- tukan skala prioritas kebutuhan teknologi bagi keluarga.
Hal ini dilakukan dalam upaya untuk mengurangi cara hidup ma- nusia modern yang cenderung
konsumtif terhadap produk teknologi. Selain itu, penentuan skala prioritas diperlukan agar
teknologi yang dipergunakan benar-benar memberikan manfaat yang besar bagi keluarga.
Misalnya, jika suatu keluarga sudah memiliki sebuah televisi mereka tidak perlu membeli
televisi untuk setiap anggota keluarga yang diletakkan di kamar masing-masing, karena hal itu
akan mengakibatkan pemborosan dan merupakan pola hidup yang tidak efektif dan efisien.
3.      Orang tua harus update terhadap perkem- bangan teknologi sehingga mereka tidak gaptek.
Setidaknya orang tua modern saat ini harus memiliki kemampuan dalam penggunaan
smartphone, internet basic (email, browsing, blogging, and cathing), dan jika memungkinkan
penggunaan so- sial media online seperti: yahoo messe- nger, facebook, twitter, skype, dan inter-
net relay chatting.
4.      Perlunya bimbingan dan pengawasan dari orang tua kepada anak-anaknya dalam pemanfaatan
teknologi, khususnya tekno- logi informasi dan komunikasi seperti televisi, handphone,
komputer dan inter- net.
5.      Orang tua meluangkan waktu untuk berkumpul, bermain, dan bercengkrama
dengan anggota keluarga. Dengan demikian akan terjalin interaksi yang baik sehingga
harmonisasi hubungan dalam keluarga dapat terjaga.
6.      Menumbuhkan kesadaran kepada anak tentang dampak negatif dari teknlogi bagi kehidupan
mereka di masa depan. Upaya ini dapat dilakukan dengan memberikan kebebasan kepada anak
dalam memanfaatkan teknologi namun harus bisa dipertanggungjawabkan.
Secara sosiologis, teknologi merupakan salah satu aspek yang turut mempengaruhi setiap
aktivitas, tindakan, serta perilaku manusia. Upaya-upaya yang dapat kita lakukan sebagai solusi
untuk menanggulangi dampak negatif dari kemajuan teknologi teradap pembentukan moral
remaja adalah dengan menanamkan kesadaran pada tiap individu tentang pentingnya memahami
dampak negative dari kemajuan teknologi. Untuk itulah dibutuhkan peran akif dari keluarga,

14
sekolah, masyarakat, dan Negara dalam mencegah, mengurangi, dan menaggulangi dampak
negative dari kemajuan teknologi (Muhamad Ngafifi, 2014).
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menjadi remaja berarti mengerti nilai-nilai, yang berarti tidak hanya memperoleh
pengertian saja tetapi juga dapat menjalankannya atau mengamalkannya. Teori perkembangan
moral dikaji oleh 3 tokoh yaitu piaget, Hoffman dan Kohlberg. Piaget memaparkan 2 teori yaitu
heteronom dan otonom. Hoffman mengembangkan teori piaget dan diberi nama teori . sedangkan
Kohlber memiliki 3 tinhkatan dan 6 tahap dalam memahami perubahan moral yaitu tingkat
penalaran Prakonvensioanl,Konvensioanl dan pasca konvensional.
Konterks terbentuinya moral dapat terjadi karena faktor pengasuhan dan sekolah. Moral
pada laki-laki dan perempuan berbeda. Prinsip moral reasoning perempuan adalah ethic of
care, sedangkan laki-laki adalah ethic of justice
3.2 Saran
Dalam masa perkembangan anak, sebaiknya orang tua melakukan tugasnya dan fungsinya sebaik
mungkin untuk mendidik dan mengarahkan anak agar tumbuh nilai-nilai moral yang menjadi
panduan anak dalam melangkah dan menentukan sikap dalam masyarakat umum.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku:

Dariyo,Agoes.2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor : Ghalia Indonesia.

Hurlock,Elizabeth B.2003.Psikologi Perkembangan Edisi kelima.jakarta:Erlangga

Santrock,John W. 2007. Remaja Edisi 11 Jilid 1. Jakarta :Erlangga

15

Anda mungkin juga menyukai