Anda di halaman 1dari 15

UPAYA YANG HARUS DILAKUKAN UNTUK MENGHINDARI

PENGARUH MEDIA TERHADAP MORAL USIA DINI


Makalah in di susun guna memenuhi tugas dari mata kuliah Perkembangan
Agama Dan Moral

Dosen Pengampu:
Ali Masran Daulay, S. Pd. MA

Disusun Oleh:

NURMALIANA HARAHAP
NIM. 22030045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
T.A. 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkanrahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “ Upaya Yang Dilakukan Untuk Menghindari
Pengaruh Media Terhadap Moral Usia Dini”.Dalam meyelesaikan makalah ini
kami telah berusaha untuk mencapai hasil yang maksimum, tetapi dengan
keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dankemampuan yang kami
miliki, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauhdari sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan
dansempurnanya makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Panyabungan, Juni 2023


Penyusun,

Nurmaliana Harahap

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Masalah....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Moral..................................................................................3
B. Masalah Yang Berkaitan Dengan Perkembangan Moral......................5
C. Pengaruh Media Terhadap Moral Anak Usia Dini...............................6
D. Cara Menghindari pengaruh Media Terhadap Moral Usia Dini...........7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................11
B. Saran ....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan nilai dan moral memiliki esensi dan makna yang sama dengan
pendidikan budipekerti dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk
pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga
negara yang baik. Adapun criteria manusia yang baik, warga masyarakat yang
baik, dan warganegara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum
adalah nilai-nilai social tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya
masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari Pendidikan Nilai dan
Moral dalam kontek spendidikan di Indonesia adalah budipekerti, yakni
pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri,
dalam rangka membina kepribadian generasimuda.
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas
pelaksanaan Pendidikan Nilai dan Moral pada lembaga pendidikan formal.
Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomenasosial yang berkembang, yakni
meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian masal dan
berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu,
seperti Jakarta, gejala tersebut telah sampaipadataraf yang sangat meresahkan.
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berinteraksi dengan
manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin
mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Sehingga rasa ingin tahu inilah yang
memaksa manusia perlu bersosialisasi.
Di era globalisasi, perkembangan teknologi dan informasi sudah semakin
canggih, penyebaran informasi serta akses telekomunikasi dan transportasi
semakin lebih cepat dan mudah.Tidak dapat dipungkiri hal tersebut secara
langsung maupun tidak langsung mempunyai dampak bagi masyarakat, baik itu
berdampak positif atau negative.Dampaknya pun tidak terbatas terhadap kalangan
tertentu saja, namun telah meluas ke semua kalangan baik kalangan terpelajar
maupun bukan kalangan terpelajar.

1
Media sosial merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Dengan perkembangan zaman hal ini akan mempengaruhi perilaku dan kehidupan
manusia masa kini. Maka dengan adanya perkembangan teknologi manusia harus
bisa menyikapi dan menelaah mana perkembangan media sosial yang baik dan
mana yang buruk.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Moral?
2. Apasaja masalah yang berkaitan dengan perkembangan Moral?
3. Bagaimana pengaruh media terhadap moral usia dini?
4. Bagaimana cara menghindari pengaruh media terhadap moral usia dini?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Moral
2. Untuk mengetahui masalah yang berkaitan degan perkembangan moral
3. Untuk mengetahui pengaruh media terhasap moral usia dini
4. Untuk mengetahui cara menghindari pengaruh media terhadap moral usia dini

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Moral
Kata Moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti kebiasaan. Kata mos
jika akan dijadikan kata keterangan atau kata sifat lalu mendapat perubahan dan
belakangannnya, sehingga membiasakan menjadi “morris” kepada kebiasaan
moral dan lain-lain.1 Moral adalah kata nama sifat dari kebiasaan itu, yang semula
berbunyi moralis. Kata sifat tidak akan berdiri sendiri dalam kehidupan sehari-
hari selalu dihubungkan dengan barang lain. Begitu pula kata moralis dalam dunia
ilmu lalu dihubungkan dengan scientia dan berbunyi scientis moralis, atau
philosophia moralis. Karena biasanya orang-orang telah mengetahui bahwa
pemakaian selalu berhubungan deangan kata-kata yang mempunyai arti ilmu.
Maka untuk mudahnya disingkat jadi moral.
Secara harfiah diartikan dengan ajaran kesusilaan, tabiat atau kelakuan.
Dengan demikian moral dapat diartikan ajaran kesusilaan. Moralitas berarti hal
mengenai kesusialaan.
1. Teori Piaget
Dalam bukunya The moral judgement of the Child (1923) Piaget
menyatakan bahwa kesadaran moral anak mengalami perkembangan dari satu
tahap yang lebih tinggi. Pertanyaan yang melatar belakangi pengamatan
Piaget adalah bagaimana pikiran manusia menjadi semakin hormat pada
peraturan. Ia mendekati pertanyaan itu dari dua sudut. Pertama kesadaran
akan peraturan (sejauh mana peraturan dianggap sebagai pembatasan) dan
kedua, pelaksanaan dari peraturan itu. Piaget mengamati anak-anak bermain
kelereng, suatu permainan yang lazim dilakukan oleh anak-anak diseluruh
dunia dan permainan itu jarang diajarkan secara formal oleh orang dewasa.
Dengan demikian permainan itu mempunyai peraturan yang jarang atau
malah tidak sama sekali ada campur tangan orang dewasa. Dan melalui

1
John W. Santrock, Masa Perkembangan Anak Buku 1 Edisi 11, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2011), h. 22

3
perkembangan umur maka orientasi perkembangan itupun berkembang dari
sikap heteronom ( bahwasannya peraturan itu berasal dari diri orang lain)
menjadi otonom dari dalam diri sendiri. Pada tahap heteronom anak-anak
menggangap bahwa peraturan yang diberlakukan dan berasal dari bukan
dirinya merupakan sesuatu yang patut dipatuhi, dihormati, diikuti dan ditaati
oleh pemain. Pada tahap otonom, anak-anak beranggapan bahwa perauran-
peraturan merupakan hasil kesepakatan bersama antara para pemain. Anak-
anak pada usia paling muda hingga umur 2 tahun melakukan aktivitas
bermain dengan apa adanya, tanpa aturan dan tanpa ada hal yang patut untuk
mereka patuhi.
Mereka adalah motor activity tanpa dipimpin oleh pikiran. Pada tahap
ini merepa belum menyadari adanya peraturan yang koersif, atau bersifat
memaksa dan harus di taati. Dalam pelaksanaannya peraturan kegiatan anak-
anak pada umur itu merupakan motor activiy. Anak pada usia 7-10 tahun
beralih dari kesenangan yang semata-mata psikomotor kepada kesenangan
yang didapatkan dari persaingan dengan kawan main dengan mengikuti
peraturan-peraturan yang berlaku dan disetujui bersama. Walaupun
sebenarnya tidak faham akan peraturan sampai hal yang paling kecil namun
keinginan untuk bekerja sama dengan kawan bermain amatlah besar. Anak
ingin memahami peraturan dan bermain dengan setiap mengikuti peraturan
itu. Pada tahap ini sifat heteronom berangsur menjadi otonom Pada usia 11
sampai 12 tahun kemampuan anak untuk berfikir abstrak mulai berkembang.
Pada umur umur itu, kodifikasi ( penentuan) peraturan sudah dianggap perlu.
Kadang-kadang mereka lebih asyik tertarik pada soal-soal peraturan daripada
menjalankan permainannya sendiri.

2. Teori Kohlberg
Teori Piaget kemudian menjadi inspirasi bagi Kohlberg. Hal yang
menjadi kajian Kohlberg adalah tertumpu pada argumentasi anak dan
perkembangan argumentasi itu sendiri. Melalui penelitian yang dilakukannya

4
selama 14 tahun, Kohlberg kemudian mampu mengidentifikasi 6 (enam)
tahap dalam moral reasoning yang kemudian dibagi dalam tiga taraf:
a. Taraf Pra-Konvensional.
b. Conventional Level (taraf Konvensional)
c. Postoonventional Level ( taraf sesudah konvensional)

B. Masalah Yang Berkaitan Dengan Perkembangan Moral


Berdasarkan sejumlah hasil penelitian, perkembangan internalisasi nilai-
nilai terjadi melalui identifikasi dengan orang-orang yang dianggapnya sebagai
model. Bagi para ahli psikoanalisis, perkembangan moral dipandang sebagai
proses internalisasi norma-norma masyarakat dan dipandang sebagai kematanagan
dari sudut organik biologis. Menurut psikoanalisis, moral dan nilai menyatu dalam
konsep superego yang dibentuk melalui jalan internalisasi larangan-larangan atau
perintah-perintah yang datang dari luar (khususnya orang tua) sedemikian rupa,
sehingga akhirnya terpencar dari dalam diri sendiri. Teori-teori yang
nonpsikoanalisi beranggapan bahwa hubungan anak-orang tua bukan satu-satunya
sarana pembentukan moral. Para sosiolog beranggapan bahwa masyarakat sendiri
mempunyai peran penting dalam pembentukan moral.
Dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai
hidup tertentu, banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan moral peserta
didik, diantaranya , yaitu:
1. Faktor tingkat harmonisasi hubungan antara orang tua dan anak.
2. Faktor seberapa banyak model(orang-orang dewasa yang simpatik,teman-
teman,orang-orang yang terkenal dan hal lain) yang diidentifikasi oleh anak
sebagai gambaran-gambaran ideal.
3. Faktor lingkungan memegang peranan penting. Diantara segala-segala unsur
lingkungan sosial yang berpengaruh, yang tampaknya sangat penting adalah
unsur lingkungan berbentuk manusia yang langsung dikenal atau dihadapi
oleh seseorang sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu.,
4. Faktor selanjutnya yang mempengaruhi perkembnganm moral adalah tingkat
penalaran. Perkembngan moral yang sifatnya penalaran menurut Kohelberg,

5
dipengaruhi oleh perkembngan nalar sebagai mana dikemukakan oleh Piaget.
Makin tinggi tingkat penalaran seseorang menurut tahap-tahap perkembangan
Piaget, makin tinggi pula tingkat moral seseorang.
5. Faktor interaksi sosial dalam memberikan kesepakatan pada anak untuk
mempelajari dan menerapkan standar perilaku yang disetujui masyarakat,
keluarga,sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain.

C. Pengaruh Media Terhadap Moral Anak Usia Dini


1. Pengaruh Positif
Kemajuan media informasi dan teknologi sudah dirasakan oleh hampir
seluruh lapisan masyarakat, baik dari segi positif maupun negatif dari
penggunaannya.Hal ini dikarenakan pengaksesan media informasi dan
teknologi ini tergolong sangat mudah atau terjangkau untuk berbagai
kalangan, baik untuk para kaula muda maupun tua dan kalangan kaya
maupun menengah ke bawah. Bahkan pada umumnya, saat ini anak-anak usia
5 hingga 12 tahun menjadi pengguna paling banyak dalam memanfaatkan
kemajuan media informasidan teknologi pada saat ini.2 Oleh karena itu, tidak
heran jika dampak positif dari perkembangan media informasi dan teknologi
untuk anak usia 5 hingga 12 tahun dikatakan sebagai generasi multi-tasking
Menurut hasil penelitian American Psychological Asociation (APA)
pada tahun 1996 terungkap bahwa tayangan yang bermutu akan
mempengauhi seseorang untuk berperilaku baik. Adapun tayangan yang
kurang bermutu akan mempengaruhi seseorang untuk berperilaku buruk.
Dampak Positif dari Penggunaan Media Informasi dan Teknologi ini
adalah antara lain :
a. Untuk memudahkan seorang anak dalam mengasah kreativitas dan
kecerdasan, melihat animasi yang menarik, warna yang cerah, serta lagu-
lagu yang ceria.
b. Kemampuan berimajinasi anak juga semakin terasah karena permainan
yang mereka gunakan bervariasi dan memiliki jalan cerita yang beragam.

2
Ramhot S, definisi internet. (Raja Grafindo, Jakarta : 2003) h. 90

6
2. Pengaruh Negatif
Ada beberapa pengaruh media sosial bagi anak,diantaranya :
a. Dari segi fisik komputer dapat menimbulkan rasa nyeri kronik pada
tangan, pergelangan tangan, punggung dan bahu jika berlangsung lama.
Dapat mengakibatkan ketegangan pada otot mata karena monitor
komputer memancarkan radiasi berbagai sinar seperti infra merah,
ultraviolet dan elektromagnetik pemicu penyakit kanker.
b. Dari segi psikologis pengaruh komputer, internet, video games akan
mengikis waktu dan komunikasi dalam keluarga. Anakanak menjadi
lebih tertarik pada dunia interaktif dibanding dengan mengerjakan hal-hal
yang biasa mereka kerjakan.

Thomas Batalia,seorang psikolog Ateneo Welline Center di Filipina :


“Ketagihan terhadap komputer juga akan mengurangi waktu bermain
dengan teman-teman sebaya dan teman sekelas, sehingga anak akan tumbuh
dengan kondisi kekurangan sosialisasi”.3
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa ketertarikan yang
berlebih terhadap teknologi dapat mempengaruhi seseorang untuk
menggunakan media sosial hingga mengakibatkan ia kurang bersosialisasi
dengan teman dalam lingkungan bermainnya.

D. Cara Menghindari pengaruh Media Terhadap Moral Usia Dini


Media sosial adalah wadah untuk siapa saja bisa saling berkomunikasi atau
terhubung secara online. Setiap orang bisa berinteraksi tanpa dibatasi oleh ruang
dan waktu. Selain itu, media sosial menjadi salah satu platform bagi siapa saja
yang ingin berekspresi atau berbagi cerita. Anda dapat melakukannya baik melalui
foto, video, atau sejumlah kalimat. 
Akan tetapi, tidak banyak yang menyadari bahwa media sosial juga
memiliki dampak negatif. Jika Anda salah dalam menggunakannya, maka akan
3
Thomas Batalia, ketagihan terhadap komputer. (Ellisiti Julaihah : 2004, 2005). h.46

7
memberikan pengaruh bagi kesehatan fisik dan mental. Salah satu efek negatif
yang perlu diwaspadai dari interaksi berlebihan antara anak dan gawai adalah
munculnya masalah perkembangan motorik pada anak. Terlebih pada anak-anak
usia di bawah lima tahun yang masih mengalami pertumbuhan signifikan. Selain
itu, masalah sosial dan interaksi dengan lingkungannya pun jelas akan
bermasalah.
Konflik fisik mungkin akan terjadi, bahkan dalam kondisi yang sudah
parah anak bisa saja melakukan tindakan kekerasan. Jangan sampai hal ini terjadi,
Parent Pinters bisa melakukan beberapa tips berikut:
1. Orang Tua Membuat Aturan
Hal pertama yang perlu Parent Pinters lakukan adalah sadar akan
bahaya gawai pada anak. Selain gangguan motorik, gangguan sosial, yang
paling pasti adalah gangguan kesehatan pada organ mata yang dapat
mengalami kerusakan fatal. Apakah Parent Pinters rela anak-anak tersayang
dirusak oleh gawai?
Jika tidak, buatlah aturan sejak dini. Buat kesepakatan dengan anak
berapa lama boleh main gawai dan kapan waktunya. Perjanjian ini harus
disiplin dikontrol dan ditegakkan orang tua agar-agar anak-anak ikut disiplin.
Orang tua harus konsisten dengan aturannya.

2. Mengalihkan Perhatian Anak


Mungkin Parent Pinters sedikit sedih melihat anak yang sehari-hari
sibuk dengan gawai di tangannya sehingga jadi malas bermain bersama
teman-temannya. Nah, cobalah di sini sebagai orang tua Anda mengambil
peran dengan membuat sesuatu hal yang dapat mengalihkan perhatian anak
pada perangkat layar bergeraknya.
Misalnya dengan membuat kegiatan menyenangkan di luar rumah,
bermain, berkebun, berolahraga bersama dan sejenisnya. Aktivitas yang
melibatkan anggota keluarga di luar ruangan akan membuat anak sedikit bisa
melupakan gawainya. Ajak anak beraktivitas seru, berhenti sejenak dari
ponselnya.

8
3. Batasi Akses Penggunaan
Jangan membiarkan anak bisa mengakses semua menu dan fitur yang
ada di gawai. Misal untuk media sosial, batasi penggunaannya yang menurut
Parent Pinters paling aman untuk si kecil. Jika ingin bermain game, pilihkan
jenis game yang aman dan edukatif. Batasi akses play store yang
memungkinkan anak mengundung aplikasi apa saja, buat kesepakatan dengan
anak.
Tujuan pembatasan ini agar anak tidak semakin larut dalam aktivitas
dunia mayanya. Semakin anak menemukan hal baru, maka akan semakin
asyik dalam permainan gawai. Selain itu, cara ini juga untuk mencegah efek
buruk pornografi pada gadget.

4. Sediakan Permainan Alternatif


Saat ini banyak Parent Pinters yang memberikan gawai pada anak
sebagai mainan, padahal masih banyak mainan edukatif yang lebih
bermanfaat dan sesuai dengan usia perkembangan anak.
Sebagai alternatif jika Anda tak ingin anak terus menerus kecanduan
gawai, carilah jenis permainan menarik yang edukatif dan membuat anak
tertarik.
Saat ini ada banyak jenis mainan edukatif di pasaran. Pilih jenis
mainan yang juga bisa membuat anak fokus dengan mainan tersebut,
membuat anak berkreasi membuat sesuatu sehingga ia tidak cepat bosan saat
menggunakannya.

5. Contoh yang Baik dari Orang Tua


Tahukah Parent Pinters semua bahwa anak akan lebih mudah meniru
apa yang dilihat dibandingkan apa yang didengar. Inilah mengapa contoh
orang tua dalam penggunaan gawai sangat penting. Kebutuhan aktivitas kerja,
bisnis atau hanya sekadar berhibur terkadang membuat banyak orang tua abai
akan hal ini.

9
Anda mengatakan jangan bermain gadget, stop dan matikan ponsel
pintar, tetapi orang tua sendiri masih terus menggunakannya. Buatlah waktu
satu jam tanpa gawai untuk seluruh anggota keluarga.

6. Disiplin, Konsisten, dan Tegas


Tips agar anak tidak kecanduan gadget yang juga penting dilakukan
Parent Pinters semua adalah bagaimana bisa disiplin, tegas dan konsisten
dalam membuat aturan, membatasi penggunaan dan mengajak anak bermain.
Jangan sampai ada perbedaan pendapat antara ibu dan ayah yang akan
membuat anak akhirnya membantah aturan yang ada.
Sebelum disosialisasikan pada anak, Parent Pinters harus membuat
kesepakatan dulu dan berjanji untuk komitmen dengan aturan yang ada.
Tegas juga dibutuhkan agar anak tidak menganggap orang tuanya plin-plan,
bisa dinego soal aturan.

7. Perbanyak Waktu Bersama Anak


Terkadang hal yang membuat anak akhirnya sibuk bermain gadget
adalah karena orang tua tak ada bersama mereka.
Sibuk kerja, sibuk bisnis, sibuk aktivitas yang lain. Apalagi jika anak
tinggal bersama pengasuh, maka mainan sehari-hari sudah pasti gawai.
Tingkatkan intensitas waktu bersama anak agar anak merasa diperhatikan.
Arahkan penggunaan gawai pada anak untuk kebutuhan pendidikan
yang lebih efektif. Dukung anak untuk sukses sekolah dengan memanfaatkan
teknologi yang ada di perangkat gadget.

BAB III
PENUTUP

10
A. Kesimpulan
Kata Moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti kebiasaan. Kata mos
jika akan dijadikan kata keterangan atau kata sifat lalu mendapat perubahan dan
belakangannnya, sehingga membiasakan menjadi “morris” kepada kebiasaan
moral dan lain-lain.

Dalam bukunya The moral judgement of the Child (1923) Piaget


menyatakan bahwa kesadaran moral anak mengalami perkembangan dari satu
tahap yang lebih tinggi. Pertanyaan yang melatar belakangi pengamatan Piaget
adalah bagaimana pikiran manusia menjadi semakin hormat pada peraturan.

Berdasarkan sejumlah hasil penelitian, perkembangan internalisasi nilai-


nilai terjadi melalui identifikasi dengan orang-orang yang dianggapnya sebagai
model. Bagi para ahli psikoanalisis, perkembangan moral dipandang sebagai
proses internalisasi norma-norma masyarakat dan dipandang sebagai kematanagan
dari sudut organik biologis.

B. Saran
Demikian isi dari makalah kami ini di persentasika, jika ada kesalahan dan
kejanggalan dalam penulisan, kami mohon maaf. Maka dari itu, kritik dan saran
sangatlah di perlukan guna memperbaiki makalah ini, sekian dan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

11
Santrock, John W. 2011, Masa Perkembangan Anak Buku 1 Edisi 11, Jakarta:
Salemba Humanika.
S, Ramhot, 2003, definisi internet. Raja Grafindo, Jakarta .
Batalia, Thomas, 2004-2005, ketagihan terhadap komputer. Ellisiti Julaihah .

12

Anda mungkin juga menyukai