Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KELOMPOK

“Konsep Pengembangan Sosial, Emosi dan Moral”


Makalah Untuk Tugas Presentasi Mata Kuliah
Pengelolaan Laboratorium AUD
Dosen Pengampu Aneka, M.Pd.

Disusun Oleh :

Disusun Oleh :

Anantha Derbya Azzahra : 2101040002

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) METRO


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI ISLAM ANAK USIA DINI
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Allhamdullilah hirobbil ‘aalamin, segala puji bagi Allah S.W.T Tuhan semesta Alam
atas segala karunia nikmat-Nya sehingga, penyusunan makalah dapat memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Perkembangan Sosial Emosional, makalah ini berjudul “Konsep
Perkembangan Sosial, Emosi dan Moral”.
Meski telah disusun secara maksimal oleh penulis, akan tetapi penulis sebagai
manusia biasa sangat menyadari bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya dan masih
jauh dari kata sempurna, karnanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil
manfaat dan pelajaran dari makalah ini.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Metro, Februari 2023

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................1

C. Tujuan Penulisan..................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi pengembangan Sosial, Emosi dan Moral...............................2

B. Konsep dasar pengembangan Sosial, Emosi dan Moral.......................3

C. Mengidentifikasi pengembangan Konsep Sosial, Emosi dan Moral.... 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................10

B. Saran.....................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan Sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah laku yang
berhubungan dengan individu untuk hidup dari bagian kelompoknya. Di dalam
perkembangan sosial, anak dituntut untuk memiliki kemampuan yang sesuai dengan
tuntutan sosial di mana mereka berada. Tuntutan sosial yang dimaksud adalah anak
dapat bersosialisasi dengan baik sesuai dengan tahap perkembangan dan usahanya dan
cenderung menjadi anak yang mudah bergaul. Perilaku sosial merupakan aktivitas
yang berhubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua
maupun saudara. Saat berhubungan dengan orang lain terjadi peristiwa yang sangat
bermakna pada kehidupan anak yang dapat membentuk kepribadiannya dan
membantu perkembangannya menjadi manusia yang sempurna. Perilaku yang
ditunjukan oleh seorang anak dalam lingkungan sosialnya sangat dipengaruhi oleh
kondisi emosinya.
Perkembangan emosi seorang anak sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungannya. Emosi merupakan suatu gejolak penyesuaian diri yang berasal dari
dalam dan melibatkan hampir keseluruhan diri individu. emosi juga berfungsi sebagai
pemuasan atau perlindungan atau kesejahteraan pribadi pada saat berhadapan dengan
objek dan lingkungan sekitar. Tidak setiap anak berhasil melewati perkembangan
sosioemosional dengan baik. Sebagai pendidikan sepatutnya untuk memahami
perkembangan sosioemosional anak sebagai bekal dalam memberikan bimbingan
terhadap anak agar mereka dapat mengembangkan kemampuan sosial dan emosinya.
Dengan adanya makalah ini, penulis akan membahas tentang konsep
perkembangan sosial, emosi dan moral. Agar penulis dan pembaca dapat memahami
bersama mengenai arti dari moral dan konsep perekembangan moral, Konsep dasar
pengembangan moral dan dapat mengidentifikasi sosial dan moral anak.

B. Rumusan Masalah
1. Definisi pengembangan Sosial, Emosi dan Moral.
2. Konsep dasar pengembangan Sosial, Emosi dan Moral.
3. Mengidentifikasi pengembangan Konsep Sosial, Emosi dan Moral.

C. Tujuan Masalah
1. Dapat mengetahui definisi dari pengembangan Sosial, Emosi dan Moral.
2. Dapat mengetahui dasar pengembangan Sosial, Emosi dan Moral.
3. Dapat mengidentifikasi pengembangan Sosial, Emosi dan Moral.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pengembangan Sosial, Emosi dan Moral.


1. Pengembangan Sosial.
Perkembangan sosial merupakan suatu proses pembentukan social self
(pribadi dalam masyarakat) , yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa dan
seterusnya. Sedangkan Harlock menyatakan bahwa “perkembangan sosial
merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial”.
Sementara ahli yang lain menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan suatu
proses di mana individu/anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-
rangsangan sosial, terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan kelompoknya
serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti anak lain dalam lingkungan
sosialnya. Sebagian dari bentuk perilaku sosial yang berkembang pada masa kanak
kanak awal, merupakan perilaku yang terbentuk atas dasar landasan yang diletakan
pada masa bayi. Sebagian lainnya merupakan bentuk perilaku sosial baru yang
mempunyai landasan baru. Banyak di antara landasan baru ini dibina oleh hubungan
sosial dengan teman sebaya di luar rumah dan hal-hal yang diamati anak dari tontonan
televisi atau buku komik. Pola perilaku dalam situasi sosial banyak yang nampak
tidak sosial atau bahkan anti sosial, tetapi masing-masing tetap penting bagi proses
sosialisasi. Landasan yang diletakkan pada masa kanak-kanak awal akan menentukan
cara anak menyesuaikan diri dengan orang lain.

2. Pengembangan Emosi.
Emosi adalah suatu Perasaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh
pengetahuannya dinilai sebagai keadaan positif dan negatif. Selain itu dalam
pandangan Dirganusa, Perasaan (feeling) mempunyai dua arti. Di tinjau secara
fisiologis, perasaan adalah pengindraan, sehingga merupakan salah satu fungsi tubuh
untuk mengadakan kontak dengandunia luar. Dalam psikologis, perasaan mempunyai
fungsi menilai, yaitu penilaian terhadap sesuatu hal. Emosi merupakan reaksi yang
kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi dan adanya
perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat, karena itu
emosi lebih intens dari pada perasaan, dan sering terjadi perubahan perilaku,hubungan
dengan lingkungan kadang-kadang terganggu.1

3. Pengembangan Moral
Moral menurut Gunarsa adalah rangkaian nilai tentang berbagai macam
perilaku yang harus dipatuhi. Istilah moral sendiri berasal dari kata mores yang berarti
tata cara dalam kehidupan, adat istiadat atau kebiasaan. Menurut Shaffer adalah
kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam hubungannya
dengan masyarakat dan kelompok sosial. Moral ini merupakan standar baik dan buruk
yang ditentukan oleh individu dengan nilai-nilai sosial budaya di mana individu
1
Sholeh Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahab, “Psikologi Suatu pengantar, Jkarta : Prenada
Media, 2004. Hlm 11.

2
sebagai anggota sosial. Menurut Rogers adalah aspek kepribadian yang diperlukan
seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis, seimbang dan
adil. Perilaku moral ini diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh
keteraturan, keharmonisan dan ketertiban. Sementara perubahan psikis menyangkut
keseluruhan karakteristik psikologis individu, seperti perkembangan kognitif, emosi,
sosial dan moral.

B. Konsep Dasar Pengembangan Sosial, Emosi dan Moral.


Perkembangan sosial emosional menurut para ahli bertujuan untuk mengetahui diri
sendiri dan berhubungan dengan orang lain, yaitu teman sebaya dan orang dewasa,
bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun orang lain, dan berperilaku sesuai
dengan perilaku pro-sosial. Sebagaimana dikatakan muhibbin merupakan prosedur
pembentukan sosial self yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa dan seterusnya.
Secara singkat dikatakan bahwa perkembangan sosial anak adalah suatu prosedur dalam
kehidupan anak untuk berperilaku sesuai dengan norma atau aturan dalam lingkungan
kehidupan anak.2
1. Konsep pola perilaku sosial menurut Elizabeth B. Hurlock (1978: 239) terbagi atas
dua kelompok, yaitu pola perilaku yang sosial dan pola perilaku yang tidak sosial.
Pola perilaku yang termasuk dalam perilaku sosial adalah :
a. Kerja sama.
sekelompok anak belajar bermain atau bekerja bersama dengan anak lain.
b. Persaingan.
persaingan merupakan dorongan bagi anak-anak untuk berusaha sebaik-
baiknya. Hal itu akan menambah sosialisasi mereka.
c. Kemurahan hati.
Kemurahan hati terlihat pada kesediaan untuk berbagi sesuatu
dengan anak lain.
d. Hasrat akan penerimaan sosial.
Jika hasrat pada diri anak untuk diterima kuat, hal itu mendorong anak untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial.
e. Simpati.
Anak kecil tidak mampu berperilaku simpati sampai mereka pernah
mengalami situasi yang mirip dengan duka cita.
f. Empati.
Empati adalah kemampuan meletakan diri sendiri dalam posisi orang.
lain dan menghayati pengalaman orang tersebut.
g. Ketergantungan.
Ketergantungan terhadap orang lain dalam hal bantuan. Perhatian dan kasih
sayang mendorong anak untuk berperilaku dalam cara yang
diterima secara sosial.
h. Sikap ramah.

2
Gilar Gadana, “Alat Permainan Edukatif untuk anak Usia Dini”, Ksatria Siliwangi :
Tasikmalaya.2018. hlm 146.

3
Anak kecil memperlihatkan sikap ramah melalui kesediannya melakukan
sesuatu untuk orang lain atau anak lain dan dengan
mengekspresikan kasih sayang kepada mereka.
i. Sikap tidak mementingkan diri sendiri.
Anak perlu mendapat kesempatan dan dorongan untuk membagi apa yang
mereka miliki. Belajar memikirkan orang lain dan berbuat untuk orang lain.
j. Meniru.
Dengan meniru orang yang diterima baik oleh kelompok sosial, anak anak
memperoleh kesempatan untuk mengembangkan sifat dan
meningkatkan penerimaan kelompok terhadap diri mereka.3

2. Adapun ciri-ciri penampilan emosi pada anak menurut Hurlock ditandai oleh
intensitas yang tinggi, sering kali ditampilkan, bersifat sementara, cenderung
mencerminkan individualitas, bervariasi seiring mening katnya usia, dan dapat
diketahui melalui gejala perilaku. Berikut ini ada beberapa pola emosi yang dijelaskan
Hurlock yang
secara umum terdapat pada diri anak, yaitu :
a. Rasa Takut
Rasa takut berpusat pada bahaya yang bersifat fantastik, adikodrati,
dan samar-samar. Mereka takut pada gelap dan makhluk imajinatif
yang diasosiasikan dengan gelap, pada kematian atau luka, pada kilat
guntur, serta pada karakter yang menyeramkan yang terdapat pada
dongeng, film, televisi, atau komik. Terlepas dari usia anak, ciri khas yang penting
pada semua rangsangan takut ialah hal tersebut terjadi secara mendadak dan tidak
diduga, dan anak-anak hanya mempunyai kesempatan yang sedikit untuk
menyesuaikan diri dengan situasi tersebut. Namun seiring dengan perkembangan
intelektual dan meningkatnya usia anak, mereka dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
b. Rasa Marah
Pada umumnya, kemarahan disebabkan oleh berbagai rintangan, misalnya rintangan
terhadap gerak yang diinginkan anak baik rintangan itu berasal dari orang lain atau
berasal dari ketidakmampuannya sendiri, rintangan tehadap aktivitas yang sudah
berjalan dan sejumlah kejengkelan yang menumpuk.
Reaksi kemarahan anak-anak secara garis besar dikategorisasikan menjadi dua jenis
yaitu reaksi impulsif dan reaksi yang ditekan. Reaksi impulsif sebagian besar bersifat
menghukum keluar (extra punitive), dalam arti reaksi tersebut diarahkan kepada orang
lain, misalnya dengan memukul, menggigit, meludahi, meninju, dan sebagainya.
Sebagian kecil lainnya bersifat ke dalam (intra punitive), dalam arti anak-anak
mengarahkan reaksi pada dirinya sendiri.
c. Rasa Cemburu
Rasa cemburu adalah reaksi normal terhadap kehilangan kasih sayang yang nyata,
dibayangkan, atau ancaman kehilangan kasih sayang. Cemburu disebabkan
3
Titing Rohayati, “Pengembangan perilaku sosial anak usia dini” , Cakrawala Dini : Volume 4 Nomor
2, November 2013. Hlm 132.

4
kemarahan yang menimbulkan sikap jeng kel dan ditujukan kepada orang lain. Pola
rasa cemburu seringkali berasal dari takut yang berkombinasi dengan rasa marah.
Orang yang cemburu sering kali merasa tidak tentram dalam hubungannya dengan
orang yang dicintai dan takut kehilangan status dalam hubungannya itu.
d. Duka Cita atau Kesedihan
Bagi anak-anak, duka cita bukan merupakan keadaan yang umum. Hal ini
dikarenakan tiga alasan. Pertama, para orangtua, guru, dan orang dewasa lainnya
berusaha mengamankan anak tersebut dari berbagai duka cita yang menyakitkan
karena hal itu dapat merusak kebahagiaan masa kanak-kanak dan dapat menjadi dasar
bagi masa dewasa yang tidak bahagia. Kedua, anak-anak terutama apabila mereka
masih kecil, mempunyai ingatan yang tidak bertahan terlalu lama, sehingga mereka
dapat dibantu melupakan duka cita tersebut, bila ia dialihkan kepada sesuatu yang
menyenangkan. Kemudian ketiga, tersedianya pengganti untuk sesuatu yang telah
hilang, mungkin berupa mainan yang disukai, ayah atau ibu yang dicintai, sehingga
dapat memalingkan mereka dari kesedihan kepada kebahagiaan. Namun, seiring
dengan meningkatnya usia anak, kesediaan anak semakin bertambah dan untuk
mengalihkan kesedihan dari anak-anak tidak efektif lagi.
e. Keingintahuan
Anak-anak menunjukan keingintahuan melalui berbagai perilaku, misalnya dengan
bereaksi secara positif terhadap unsur-unsur yang baru, aneh, tidak layak atau
misterius dalam lingkunganya dengan bergerak ke arah benda tersebut. keinginan
untuk lebih banyak mengetahui tentang dirinya sendiri atau lingkunganya untuk
mencari pengalaman baru dan memeriksa rangsangan dengan maksud untuk lebih
banyak mengetahui selukbeluk unsur-unsur tersebut.
f. Kegembiraan
Gembira adalah emosi yang menyenangkan yang dikenal juga dengan kesenangan
atau kebahagiaan. Seperti bentuk emosi-emosi sebelumnya. Kegembiraan pada setiap
anak berbeda-beda, baik mencakup intensitasnya maupun cara mengekspresikannya.4

3. Menjelaskan kata moral berasal dari bahasa latin MOS (jamak : mores) yang berarti
kebiasaan atau adat. Dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia, kata mores
masih dipakai dalam arti yang sama. Poro juga didefinisikan seperangkat keyakinan
dalam suatu masyarakat berkenaan dengan karakter atau kelakuan dan apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia. Jamie merumuskan pengertian moral secara lebih
komprehensif.
a. Moral sebagai seperangkat ide-ide tentang tingkah laku dengan warna dasar tertentu
yang dipegang oleh sekelompok manusia dalam lingkungan hidup tertentu.
b. Moral adalah ajaran tingkah laku hidup yang berdasarkan pandangan hidup atau
agama tertentu.
c. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia yang mendasarkan pada kesadaran
bahwa ia terikat oleh kehabisan untuk mencapai yang baik sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku dalam lingkungannya.
4
Novi Mulyani, “Perkembangan Emosi dan Sosial pada Anak Usia Dini”, INSANIA volume 18
Nomor 3, September- Desember 2013.424-428.

5
Pendapat lain tentang definisi moral diungkapkan oleh para ahli sebagai berikut:
a. Menurut Chaplin (2006) moral adalah yang sesuai dengan aturan yang mengatur
hukum sosial atau adat atau perilaku.
b. menurut Hurlock (1978) moral adalah sopan santun kebiasaan adat istiadat dan
aturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan, bagi anggota suatu budaya.
c. Menurut Wantah (2005), moral adalah sesuatu yang harus dilakukan atau tidak ada
hubungannya dengan kemampuan untuk menentukan siapa yang benar dan perilaku
yang baik dan buruk.

Moral merupakan suatu nilai-nilai yang dijadikan pedoman dalam bertingkah dalam
perkembangannya moral diartikan sebagai kebiasaan dalam bertingkah laku yang
baik, yang susila5

C. Mengidentifikasikan Pengembangan Sosial, Emosi dan Moral


1. Ada beberapa masalah perkembangan sosial emosi pada anak usia dini yang mudah
sekali ditemukan pada anak dalam kehidupan sehari-hari kita masalah-masalah tersebut
antara lain :
a. Penakut.
Penakut berasal dari kata takut yang berarti merasa gentar menghadapi sesuatu yang
dianggap akan mendatangkan bencana ataupun bahaya. Novita Tantri mengungkapkan
bahwa bayi yang usianya masih sangat muda pun dapat menunjukkan beberapa tanda
rasa takut walau dalam bentuk yang belum rumit dan terlihat ketika ia bereaksi dengan
rasa terkejut terhadap suara keras perubahan mendadak atau menemukan sesuatu yang
tidak diharapkan terjadi di sekitarnya. Pada bayi secara umum merasa takut muncul
akibat ada pemisah antara dirinya dengan ibunya.
b. Pencemas.
Pancamas berasal dari kata cemas yang berarti tidak tentram hati, kuatir dan gelisah.
Cemas ini sering disamakan dengan takut padahal keduanya berbeda meskipun
keduanya memiliki hubungan yang saling berkelidan. Kecemasan merupakan
kesukaran, kesedihan dan kegelisahan tentang masalah atau perasaan sakit yang akan
dialami di masa mendatang. Jadi kecemasan merupakan ketakutan akan hal-hal yang
terjadi di masa depan.6

2. Berbagai permasalahan Emosi anak yang telah diuraikan tersebut tidak semuanya
mewakili permasalahan dalam ranah emosi. Tidak demikian, penulisannya kan
membahas secara lebih detail masalah-masalah dalam ranah emosi seperti agresivitas,
kecemasan, temper tantrum, menarik diri dan takut berlebihan. Permasalahan emosi

5
Muhiyatul Huliyah, “Strategi Pengembangan Moral dan arakter Anak Usia Dini”, Jejak Pustaka :
Yogyakarta. 2021. Hlm24-25.
6
Noor Baiti, “ Perkembangan Anak Melejitkan Potensi Anak Sejak Dini”, Guepedia :
Indonesia.2021, hlm 112-114.

6
dalam praktik klinis terdiri dari takut, kecemasan, marah atau agresif dan bunuh diri.
Berbagai permasalahan emosi yang terdapat dalam beberapa referensi tersebut yaitu,
a. Agresivitas.
Agresivitas memaparkan istilah umum yang dikaitkan dengan adanya perasaan-
perasaan marah atau permusuhan atau tindakan melukai orang lain baik dengan
tindakan kekerasan secara fisik verbal maupun menggunakan ekspresi wajah dan
gerakan tubuh yang mengancam atau merendahkan. Di negara agresif pada umumnya
merupakan tindakan yang disengaja oleh pelaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu
ada dua tujuan utama agresi yang saling bertentangan satu dengan yang lain, yakni
untuk membela diri di satu pihak dan di pihak lain adalah untuk meraih keunggulan
dengan cara membuat lawan tidak berdaya.
b. Kecemasan.
Kecemasan merupakan reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu, yang
dirasakan sebagai suatu ancaman. Biasanya rasa takut dibarengi oleh kegelisahan dan
dugaan-dugaan akan terjadinya hal-hal buruk pada anak rasa cemas Billy yang terjadi
saat anak berusia 3 tahun bentuknya dapat berupa rasa cemas kehilangan kasih sayang
orang tua, cemas akan mengalami rasa sakit, cemas karena merasa berbeda dengan
orang lain, atau mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.
c. Temper Tantrum
Tempelkan drum adalah suatu letupan kemarahan anak yang sering terjadi pada saat
anak menunjukkan sikap negavisistik atau penolakan. Perilaku ini sering diikuti dengan
tingkah seperti menangis dengan keras, berguling-guling di lantai, menjerit, melempar
barang, memukul dan menendang. Game bertarung sering dialami pada nakusha Dini
karena ketidakmampuan mereka dapat mengontrol emosi mengungkapkan kemarahan
dengan tepat dan terjadinya kondisi regresi atau fixsasi dalam perkembangan.7

3. Pendidikan karakter harus dimulai sejak usia dini melalui pendidikan formal, non
formal dan informal. Guru sebagai pemimpin dalam kelas adalah kunci utama dalam
pendidikan karakter melalui pendidikan formal di sekolah. Anak memiliki dasar atau
bibit sifat perilaku yang sangat beragam jika tidak diarahkan secara tepat, bisa saja bibit
mendatar itu berubah menjadi sifat negatif dan nanti akan mengubah sikap anak
menjadi hal yang negatif pula, seperti pemalas, dan egois. Mengenali lebih dini bibit
sifat itu memudahkan orang tua untuk mengembangkan diri ke arah yang lebih positif.

a. Anak egois
Hal utama yang terlihat dari seorang anak yang egois adalah sikap keras kepala
biasanya orang cepat kehilangan kesabaran atau menghadapi anak adalah seperti ini.
Alat cenderung ingin menendang sendiri, tidak mau mendengarkan orang lain dan
harus dituruti keinginannya. Bila tidak biasanya anak akan mengeluarkan berbagai
ancamannya, seperti tidak mau makan berteriak-teriak berguling-guling dan yang lebih
seramnya lagi membenturkan dirinya sendiri. Cara menangani anak seperti ini adalah
jangan panik saat anak berulah. hadapi anak secara sabar hal penting yang ingin

7
Riana Mashar, “ Emosi Anak Usia Dini”, Kencana : Jakarta.2011. hlm 86.

7
didapatkan oleh anak seperti itu adalah perhatian jadi saat ini berubah pastikan saja
bahwa anak sedang diperhatikan.8
2. Berbagai permasalahan Emosi anak yang telah diuraikan tersebut tidak semuanya
mewakili permasalahan dalam ranah emosi. Tidak demikian, penulisannya kan
membahas secara lebih detail masalah-masalah dalam ranah emosi seperti agresivitas,
kecemasan, temper tantrum, menarik diri dan takut berlebihan. Permasalahan emosi
dalam praktik klinis terdiri dari takut, kecemasan, marah atau agresif dan bunuh diri.
Berbagai permasalahan emosi yang terdapat dalam beberapa referensi tersebut yaitu,
a. Agresivitas.
Agresivitas memaparkan istilah umum yang dikaitkan dengan adanya perasaan-
perasaan marah atau permusuhan atau tindakan melukai orang lain baik dengan
tindakan kekerasan secara fisik verbal maupun menggunakan ekspresi wajah dan
gerakan tubuh yang mengancam atau merendahkan. Di negara agresif pada umumnya
merupakan tindakan yang disengaja oleh pelaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu
ada dua tujuan utama agresi yang saling bertentangan satu dengan yang lain, yakni
untuk membela diri di satu pihak dan di pihak lain adalah untuk meraih keunggulan
dengan cara membuat lawan tidak berdaya.
b. Kecemasan.
Kecemasan merupakan reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu, yang
dirasakan sebagai suatu ancaman. Biasanya rasa takut dibarengi oleh kegelisahan dan
dugaan-dugaan akan terjadinya hal-hal buruk pada anak rasa cemas Billy yang terjadi
saat anak berusia 3 tahun bentuknya dapat berupa rasa cemas kehilangan kasih sayang
orang tua, cemas akan mengalami rasa sakit, cemas karena merasa berbeda dengan
orang lain, atau mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.
c. Temper Tantrum
Tempelkan drum adalah suatu letupan kemarahan anak yang sering terjadi pada saat
anak menunjukkan sikap negavisistik atau penolakan. Perilaku ini sering diikuti dengan
tingkah seperti menangis dengan keras, berguling-guling di lantai, menjerit, melempar
barang, memukul dan menendang. Game bertarung sering dialami pada nakusha Dini
karena ketidakmampuan mereka dapat mengontrol emosi mengungkapkan kemarahan
dengan tepat dan terjadinya kondisi regresi atau fixsasi dalam perkembangan.9

3. Pendidikan karakter harus dimulai sejak usia dini melalui pendidikan formal, non
formal dan informal. Guru sebagai pemimpin dalam kelas adalah kunci utama dalam
pendidikan karakter melalui pendidikan formal di sekolah. Anak memiliki dasar atau
8
Noor Baiti, “ Perkembangan Anak Melejitkan Potensi Anak Sejak Dini”, Guepedia :
Indonesia.2021, hlm 112-114.
9
Riana Mashar, “ Emosi Anak Usia Dini”, Kencana : Jakarta.2011. hlm 86.

8
bibit sifat perilaku yang sangat beragam jika tidak diarahkan secara tepat, bisa saja bibit
mendatar itu berubah menjadi sifat negatif dan nanti akan mengubah sikap anak
menjadi hal yang negatif pula, seperti pemalas, dan egois. Mengenali lebih dini bibit
sifat itu memudahkan orang tua untuk mengembangkan diri ke arah yang lebih positif.
a. Anak egois
Hal utama yang terlihat dari seorang anak yang egois adalah sikap keras kepala
biasanya orang cepat kehilangan kesabaran atau menghadapi anak adalah seperti ini.
Alat cenderung ingin menendang sendiri, tidak mau mendengarkan orang lain dan
harus dituruti keinginannya. Bila tidak biasanya anak akan mengeluarkan berbagai
ancamannya, seperti tidak mau makan berteriak-teriak berguling-guling dan yang lebih
seramnya lagi membenturkan dirinya sendiri. Cara menangani anak seperti ini adalah
jangan panik saat anak berulah. hadapi anak secara sabar hal penting yang ingin
didapatkan oleh anak seperti itu adalah perhatian jadi saat ini berubah pastikan saja
bahwa anak sedang diperhatikan.10

BAB III
PENUTUP

10
Noor Baiti, “ Perkembangan Anak Melejitkan Potensi Anak Sejak Dini”, Guepedia :
Indonesia.2021, hlm 112-114.

9
A. Kesimpulan
Perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang dalam berperilaku di dalam
lingkungan sekitarnya (masyarakat) yang sesuai dengan tuntutan sosial (norma, nilai atau
harapan sosial). Sedangkan Perkembangan emosional adalah suatu keadaan yang kompleks,
dapat berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang ditandai oleh perubahan biologis yang
muncul menyertai terjadinya suatu perilaku. Dan Moral berasal dari kata latin “mores” yang
berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku sikap moral berarti perilaku yang sesuai
dengan kode moral kelompok sosial, yang dikembangakan oleh konsep moral.

B. Saran

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Sholeh, Rahman dan Muhbib Abdul Wahab, “Psikologi Suatu


pengantar, Jakarta : Prenada Media, 2004

Baiti Noor, “ Perkembangan Anak Melejitkan Potensi Anak Sejak Dini”,


Guepedia : Indonesia.2021

Gadana Gilar, “Alat Permainan Edukatif untuk anak Usia Dini”, Ksatria
Siliwangi : Tasikmalaya.2018.

Huliyah Muhiyatul, “Strategi Pengembangan Moral dan arakter Anak Usia


Dini”, Jejak Pustaka : Yogyakarta. 2021

Mashar Riana, “ Emosi Anak Usia Dini”, Kencana : Jakarta.2011.

Rohayati Titing , “Pengembangan perilaku sosial anak usia dini” , Cakrawala


Dini : Volume 4 Nomor 2, November 2013.

Anda mungkin juga menyukai