Oleh :
Kelompok 8
FAKULTAS TARBIYAH
MARTAPURA
2020
2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyanyang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahNya kepada kami, hingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah membantu kami dalam menyusun
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca, untuk
menjadi lebih baik. Kami yakin bahwa makalah masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan........................................................................................... 15
B. Saran..................................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
harus mempunyai landasan yang jelas dan terarah. Landasan tersebut sebagai
Landasan yang jelas dan terarah yang dimaksud adalah pendidikan harus
aspek lain yang berkaitan dengan bidang-bidang pengembangan. Hal ini sangat
tersebut bisa dilakukan oleh para pendidik (guru dan orang tua) sejak usia dini,
merupakan pondasi yang kokoh dan sangat penting keberadaannya, dan jika hal
itu telah tertanam serta terpatri dengan baik dalam setiap insan sejak dini, hal
tersebut merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak bangsa untuk menjalani
moral dan keagamaan. Nilai-nilai luhur ini pun dikehendaki menjadi motivasi
1
Hidayat, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1990, h, 12
1
spiritual bagi bangsa ini dalam rangka melaksanakan sila-sila lainnya dalam
pancasila.2
Namun dalam realitasnya dewasa ini terdapat sesuatu yang memprihatinkan dalam
banyak anak didik dan output pendidikan nasional di Indonesia yang belum
pergaulan bebas, dan lain. Jika ditelusuri lebih jauh lagi, sebenarnya keadaan yang
demikian itu tidak lepas dari basic pendidikannya pada masa lampau, yang boleh
jadi pada masa itu pengokohan mental-spritualnya masih belum tersentuh secara
Ide perlunya pengembangan moral dan nilai-nilai agama sejak kecil yang
dimulai pada anak usia dini pada dasarnya diilhami oleh sebuah keprihatinan atas
realitas anak didik bahkan output pendidikan di Indonesia dewasa ini yang belum
dikemukakan. Hal ini menunjukkan bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki
dalam sistem pendidikan kita, khususnya pada jenjang pendidikan yang paling
dasar (pra sekolah). Oleh karenanya, sebagai upaya awal perbaikan terhadap
2
moral dan nilai-nilai agama sejak dini sebagai upaya pengokohan mental-spiritual
anak.
menentukan baik-buruk tingkah laku. Ukuran-ukuran itu dapat berupa tata cara,
kebiasaan atau adat-istiadat yang telah diterima oleh suatu masyarakat. Ukuran
dengan istilah moral. Istilah moral ini berkenaan dengan bagaimana seseorang
seseorang.
(PAUD) berada pada tingkatan yang paling dasar yang dinamakan dengan
internalisasi nilai-nilai moral (secara kokoh). Namun sebagian anak usia PAUD
ada yang sudah memiliki kepekaan atau sensitivitas yang tinggi dalam merespon
mencium tangan orang tua ketika berjabat tangan, mengucapkan salam ketika
akan berangkat dan pulang sekolah, dan contoh-contoh positif lainnya maka
dengan sendirinya perilaku seperti itu akan terinternalisasi dalam diri anak
3
kalau kebiasaan negatif itu dibiasakan kepada anak maka perilaku negatif itu akan
memposisikan mereka pada level yang paling dasar, yaitu level 1 (moral prakon-
vensional). Pada tahap ini, anak melihat suatu kegiatan dianggap salah atau benar
mental purpose). Pada tahap orientasi hukuman dan kepatuhan, suatu tindakan
dinilai benar atau salah tergantung pada akibat dari kegiatan tersebut. Suatu
kegiatan yang membuat ibu marah dianggap salah dan suatu kegiatan yang
B. Rumusan Masalah
3. Metode apa saja yang dipakai untuk mengembangkan pendidikan moral pada
C. Tujuan
3
Hamzah B. Uno, Teori Belajar dan Pembelajaran (suatu pengantar), Gorontalo: Nurul
Jannah, 1998, h, 14
4
BAB II
PEMBAHASAN
Moral berasal dari kata latin “mores” yang berarti tata cara , kebiasaan,
dan adat. Perilaku sikap moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral
dengan konsep moral ialah peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi
anggota suatu budaya. Konsep moral inilah yang menentukan pola perilaku yang
(gnarsa, 1985) mengemukakan bahwa aspek moral adalah sesuatu yang tidak
diperkembangkan/dipelajari.
baik/buruk atau benar/salah, dan aspek afektif yaitu sikap perilaku moral itu
fase yaitu:
5
1. Fase Absolut
Anak menghayati peraturan sebagai suatu hal yang dapat diubah, karena
2. Fase Realitas
Mereka menyetujui perubahan yang jujur dan disetujui bersama, serta merasa
3. fase subyektif
anak makin mampu memahami pandangan orang lain dan berbagi aturan
Disamping perilaku moral ada juga perilaku tak bermoral yaitu perilaku yang
tidak sesuai dengan harapan sosial karena sikap tidak setuju dengan standar
sosial yang berlaku atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri,
serta perilaku amoral atau nonmoral yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan
kelompok sosial.4
4
Harjanto, Perencanaan Pengajaran pendidikan moral pada anak usia dini, Jakarta:
Rineka Cipta, 2008, h, 46
6
Sikap adalah perilaku yang berisi pendapat tentang sesuatu. Dalam sikap
positif tersirat sistem nilai yang dipercayai atau diyakini kebenarannya. Nilai
adalah suatu yang diyakini, dipercaya, dan dirasakan serta diwujudkan dalam
sikap atau perilak. Biasanya, nilai bermuatan pegalaman emosional masa lalu
dalam perilaku yang bersimpati dalam berinteraksi dengan nilai dan orang
perilaku sikap tidak memihak (mendukung atau menolak) terhadap nilai yang
menolak yang diwarnai emosi dan sikap negatif seperti kecewa, kesal, marah,
masyarakat.
Pada sikap dan perilaku moral tersirat nilai-nilai yang dianit berkaitan
dengan nilai mengenai sesuatu yang dikatakan baik dan benar, patut, dan
generasi melalui proses pendidiakan seumur hidup. Ada nilai-nilai yang perlu
7
progresif, tetapi ada juga yang berubah atau bergeser karena berbagai faktor
sikap moral agar dapat membantu peserta didik mengembangkan sikap moral
yang dikendaki, mendidik peserta didik menjadi anak yang baik, dan bersikap
dalam sikap/perilaku.
1. Fase absolut, dimana anak menghayati peraturan sebagai sesuatu hal yang
mutlak, tidak dapat diubah, karena berasal dari otoritas yang dihormati (orang
orang lain. Dalam permainan, anak menaati aturan yang disepakati bersama
Piaget menunjukkan bahwa sikap dan perilaku moral bukan hasil sosialisasi atau
kebudayaan semata-mata. Tetapi juga terjadi sebagai akibat dari aktivitas spontan
5
Imam Nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin, Surabaya, Duta Ilmu, 2006, h 63
8
yang dipelajari dan berkembang melalui interaksi sosial anak dengan
lingkungannya.
moral yang berkaitan dengan ketaatan akan suatu aturan yang berlaku universal,
perlu dibahas mengenai disiplin. Disiplin berasal dari kata ”disciple” yang berarti
seseorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin.
Disiplin diperlukan untuk membentuk perilaku yang sesuai dengan aturan dan
peran yang ditetapkan dalam kelompok budaya tempat orang tersebut menjalani
kehidupan. Melalui disiplin, anak belajar untuk bersikap dan berperilaku yang
yang diberikan kepada anak tanpa adanya hukuman atau secara demokratis
1. Peraturan sebagai pola yang ditetapkan untuk perilaku dimana anak hidup.
Mempunyai nilai pendidikan tentang arah yang harus diikuti dan ditaati anak
yang tidak sesuai dengan nilai/ norma yang berlaku dalam masyarakat.
9
memotivasi anak untuk menghindari perilaku yang tidak diterima oleh
masyarakat.
perilaku, menimbulkan kepekaan akan sikap perilaku yang baik, benar, dan
Anak dilahirkan tanpa moral (imoral) sikap moral untuk berperilaku sesuai
ditengah lingkungan.
10
dari lingkungan nilai masyarakatnya. Lingkungan memberi ganjaran dan
berkondisi.
kepribadian termasuk moral. Dimulai dengan sistem ID, selaku aspek biologis
yang irasional dan tak disadari. Diikuti aspek psikologis yaitu subsistemego
berakibat seseorang sukar menyesuaikan diri, merasa tak puas dan cemas
Peran hati nurani atau kemampuan untuk mengetahui apa yang benar dan
7
Nasution, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 1993, h 23
11
1. tahap prokonvensional dimana aturan berisi ukuran moral yang dibuat otoritas
pada tahap perkembangan ini anak tidak akan melanggar aturan karena takut
kata hatinya.
1. Belajar melalui cob/ ralat (tryal and error). Anak mencoba belajar mengatahui
atau belum. Bila belum, maka anak dapat mencoba lagi sampai suatu ketika
reaksi tertentu secara tepat dalam situasi tertentu, serta dilakukan dengan cara
masyarakat sekitar.
secara tidak sadar dan tanpa tekanan dari orang lain. Yang penting ada
pengetahuan, tetapi tidak tahu cara memecahkan masalah tertentu yang dihadapai
12
dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Pendidikan lebih mempersiapkan
peserta didik untuk menjadi anak yang pandai dan cerdas, tetapi kurang
mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anak yang baik. Masalah berkenaan
dengan baik dan buruk menjadi kajian bidang moral. Demikian juga dalam
peserta didik untuk menjadi anak yang baik, yang mengetahui dan berperilaku
atau bersikap berbuat baik dan benar. Sikap dan perilaku moral dapat
manusia cerdas, tetapi juga menjadi manusia yang baik, berbudi luhur, dan
mengajarkan nilai-nilai sebagai slogan saja. Hal ini tampak pada moral yang
Proses pendidikan dan pembelajaran moral diteladankan orang tua dan dilakukan
13
yang ideal adalah dengan memantapkan pancasila melalui keteladanan pendidik
pada umumnya kepada warga bangsa sebagai peserta didik sepanjang hayat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut penjelasan yang ada di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap
anak perlu mempunyai sikap moral yang positif. Terdapat beberapa fase dalam
Secara umum ada beberapa tahap perkembangan moral menurut kohlberg yakni,
9
Sudiyo, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, h58
14
tahap prokonvensional, tahap konvensional, Tahap pascakonvensional dan
menurut J. Bull perkembangan moral dibagi menjadi 3 yaitu: tahap anomi, tahap
B. Saran
Penulis menyadari sepenuhnya atas segala kekurangan pada makalah ini dan
penulis dengan senang hati dan akan menerima saran serta kritik demi
kesempurnaan makalah ini. Atas segala saran dan bantuan, penulis sampaikan
terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran Moral pada anak usia dini, Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2011
15
Imam Nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin, Surabaya, Duta Ilmu, 2006
Mohamad Ali, Pengembangan Program Pengajaran, Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 1990
Nasution, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 1993
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, tentang system pendidikan Nasional
(SISDIKNAS), Bandung: Citra Utama,2003
Sudiyo, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 2009
16