Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH DASAR DASAR BIMBINGAN KONSELING

“BIMBINGAN KONSELING di SMP/MTs”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
DESLINA FITRI (2230107005)
KAYANA TANTRI (2230107013)
YURIZA RAHMAHAYATI (2230107023)

DOSEN PENGAMPU :
Dr. IRMAN, S.Ag, M.Pd
WENDA ASMITA, M.Pd

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS
BATUSANGKAR
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan
jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya.
Solawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada baginda Muhammad SAW. yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dengan
bahasa yang sangat indah. Penyusun merasa sangat bersyukur karena telah dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “BIMBINGAN KONSELING di SMP/MTs”
Penyusun sangat menyadari di dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan dan kemampuan penyusun.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penyusun sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta membalas
kebaikan semua pihak yang membantu penyusun dalam penyusunan makalah ini. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun, khususnya bagi pembaca pada
umumnya.
Wassalammualaikum wr.wb.

Batusangkar, November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar belakang ...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1

C. Tujuan ................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

A. Karakteristik Siswa SMP/MTs ............................................................................. 3

B. Hakekat BK di SMP/MTs .................................................................................... 6

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 13

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 13

B. Saran ................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Latar belakang Bimbingan Konseling (BK) di SMP melibatkan upaya
untuk membantu siswa mengembangkan potensi akademik, sosial, dan emosional
mereka. BK di SMP bertujuan memberikan dukungan dalam pemahaman diri,
pengambilan keputusan, dan penyelesaian masalah. Program BK dapat mencakup
konseling individu, kelompok, serta penyuluhan untuk meningkatkan
kesejahteraan siswa di lingkungan sekolah. Selain itu, Bimbingan Konseling di
SMP juga fokus pada pembinaan sikap positif, pengembangan keterampilan
interpersonal, dan pemahaman tentang dunia pekerjaan untuk membantu siswa
merencanakan masa depan mereka. Program BK biasanya melibatkan kerjasama
dengan orangtua dan guru guna menciptakan lingkungan pendidikan yang
mendukung pertumbuhan holistik siswa. Dengan melibatkan berbagai kegiatan
dan pendekatan, BK di SMP berperan penting dalam membantu siswa mengatasi
tantangan serta mencapai potensi maksimal mereka selama masa remaja.
Selain itu, program BK di SMP juga dapat melibatkan kegiatan orientasi
untuk membantu siswa baru beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Pihak BK
berperan sebagai fasilitator dalam pembentukan kelas yang inklusif dan
mendukung. Mereka juga bekerja sama dengan guru dalam mendeteksi potensi
siswa dan memberikan dukungan tambahan kepada yang membutuhkannya.
Dengan adanya layanan BK yang efektif, diharapkan setiap siswa dapat
mengoptimalkan potensinya, mengatasi hambatan akademis, dan membangun
keterampilan serta sikap positif yang mendukung keberhasilan di masa depan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Karakteristik Siswa SMP/MTs?
2. Bagaimana Hakekat BK di SMP/MTs?
3. Apa Fungsi dan Tugas BK di SMP/MTs?

1
C. Tujuan

1. Mengetahui Karakteristik Siswa SMP/MTs.


2. Mengetahui Hakekat BK di SMP/MTs.
3. Mengetahui Fungsi dan Tugas BK di SMP/MTs.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Siswa SMP/MTs

Karakteristik peserta didik/konseli diartikan sebagai ciri-ciri yang melekat


pada peserta didik SMP yang bersifat khas dan membedakannya dengan peserta
didik/konseli lain pada satuan pendidikan. Karakteristik peserta didik/konseli
SMP yang perlu dipahami meliputi aspek fisik, kognisi, sosial, emosi, moral, dan
spiritual.
1. Aspek religius
Aspek religius berkaitan dengan keyakinan dan pengakuan
individu terhadap kekuatan di luar dirinya yang mengatur kehidupan
manusia. Pada masa sebelum SMP, peserta didik menerima keyakinan-
keyakinan tersebut secara dogmatis. Sejalan dengan perkembangan
kognitifnya, peserta didik/konseli SMP sering mempersoalkan religiusitas
yang sebelumnya telah diyakini dan dipegang teguh. Akibatnya, banyak
remaja mempersoalkan kembali keyakinan keagamaan mereka,
mengalami penurunan ibadah akibat keraguan atas keyakinan
sebelumnya. Di sisi lain, keraguan ini pada beberapa peserta didik SMP
mendorong mereka lebih giat mencari informasi dan menguji kembali
kebenaran yang mereka yakini.
2. Aspek moral
Moralitas berisi kemampuan peserta didik membuat pertimbangan
tentang baik-buruk, benar-salah, boleh atau tidak boleh dalam melakukan
sesuatu. Aspek ini sangat terkait dengan perkembangan kognitif. Karena
aspek kognitif remaja berkembang sangat pesat, maka moralitas remaja
juga mengalami perubahan cukup mendasar dibandingkan pada masa
kanak-kanak. Oleh karena itu, peserta didik/konseli SMP sering
mempersoalkan hal-hal yang terkait dengan moralitas yang sebelumnya
telah dihayati dan diyakini benar.

3
3. Aspek emosi
Peserta didik/konseli SMP pada umumnya memiliki emosionalitas
yang labil. Transisi pada aspek fisik, kognitif, dan sosial menyebabkan
emosionalitas remaja mudah berubah-ubah. Perasaan remaja terhadap
suatu obyek tertentu mudah berubah. Keadaan yang demikian jika tidak
dipahami dengan baik sangat potensial menimbulkan konflik.
4. Aspek Kognitif
Aspek kognitif peserta didik/konseli berubah secara fundamental
dibandingkan dengan masa kanak-kanak yang menyebabkan remaja
mampu berfikir abstrak. Akibatnya remaja menjadi kritis sehingga
dipersepsi oleh orang dewasa sebagai “pembangkang”, memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi, egosentris, dan menganggap orang dewasa tidak
dapat memahami mereka. Hal demikian menyebabkan remaja banyak
mengalami konflik dengan orang lain, terutama dengan orang dewasa.
5. Aspek Sosial
Masyarakat memandang peserta didik SMP bukan lagi anak-anak,
namun belum juga diakui sebagai individu dewasa. Keadaan ini membuat
peserta didik SMP (remaja) merasa diperlakukan secara tidak konsisten.
Selain itu, remaja juga tidak suka jika diperlakukan seperti kanak-kanak,
namun merasa keberatan jika dituntut bertanggung jawab penuh
sebagaimana orang dewasa pada umumnya.
6. Aspek Fisik
Fisik peserta didik/konseli SMP tumbuh secara cepat sebagai
akibat dari hormon-hormon dan organ tubuh terutama terkait dengan
hormon dan organ-organ seksual. Pertumbuhan fisik yang cepat pada masa
ini membawa konsekuensi pada perubahan-perubahan aspek-aspek
lainnya seperti seksualitas, emosionalitas, dan aspek-aspek
psikososialnya.
Menurut Syamsu (2004: 26-27) masa usia Sekolah Mengah
bertepatan dengan masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang
banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khasnya dan perannya yang

4
menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa
Masa ini dapat diperinci lagi menjadi beberapa masa, yaitu sebagai
berikut:
a. Masa Praremaja (Remaja Awal Usia 11-14 Tahun))
Pada usia remaja setingkat SMP masuk pada periode masa
remaja awal atau bias akita kenal dengan masa puber, yaitu peralihan
dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal remaja. Masa praremaja
biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat. Masa ini
ditandai oleh sidat-sifat negatif pada si remaja sehingga seringkali masa
ini disebut masa negatif dengan gejalanya seperti tidak tenang, kurang
suka bekerja, pemisitik, dan sebagainya. Secara garis besar sifat-sifat
negatif tersebut dapat diringkas, yaitu negatif dalam prestasi baik
prestasi jasmani maupun prestasi mental dan negatif dalam sikap
sosial, baik dalam bentuk menarik diri dalam masyarakat (negatif pasif)
maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat (negatif aktif).
b. Masa Remaja (Remaja Madya Usia 15-17 Tahun)
Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk
hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan
menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya.
Pada masa ini, sebagai masa mencari sesuatu yang dapat dipandang
bernilai pantas dijunjung tinggi dan dipuja-puja sehingga masa ini
disebut masa merindu puja (mendewa-dewakan) yaitu sebagai gejala
remaja.
c. Masa remaja akhir (Usia 18-21 Tahun)
Setelah dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya
telah tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas
perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup dan
masuklah individu ke dalam masa dewasa. Siswa sekolah menengah
pertama memiliki usia yang merupakan masa peralihan dari usia anak-
anak ke usia yang remaja. Perilaku yang disebabkan oleh masa
peralihan ini menimbulkan berbagai keadaan dimana siswa labil dalam

5
pengendalian emosi. Keingintahuan pada hal-hal baru yang belum
pernah ditemui sebelumnya mengakibatkan muncul perilaku-perilaku
yang mulai memunculkan karakter diri.

B. Hakekat BK di SMP/MTs
1. Hakikat Konselor
Konselor adalah seseorang yang karena kewenangan dan keahliannya
memberi bantuan kepada konseliDalam konseling individualkonselor menjadi
aktor yang secara aktif mengembangkan proses konseling untuk mencapai
tujuan konseling sesuai dengan prinsip-prinsip dasar konseling. Dalam proses
konseling, selain menggunakan media verbalkonselor juga dapat menggunakan
media tulisan, gambar, media elektronik, dan media pengembangan tingkah
laku lainnya. Semua itu diupayakan konselor dengan cara-cara yang cermat
dan tepat, demi terentaskannya masalah yang dialami oleh konseli.
Menurut Winkel (2007) beberapa kompetensi pribadi yang signifikan
untuk dimiliki konselor antara lain, pengetahuan yang baik tentang diri sendiri
(self-knowledge), berkompeten, kesehatan psikologis yang baikdapat
dipercaya (trustworthness), kejujuran, kekuatan atau daya (strength),
kehangatan (warmth) pendengar yang aktif (active responsiveness), kesabaran,
kepekaan (sensitivity), kebebasan, dan kesadaran holistikKompetensi tersebut
akan mendorong konselor untuk menjadi pribadi terapeutik, yang antara lain
dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup, manusia,
dan masalah-masalah, kesadaran dan pandangan yang tepat terhadap
peranannya, dan tanpa syarat memandang dan merespons konseli sebagai
pribadi.
b. Mampu mereduksi kecemasan, tidak tertekan, tidak menunjukan sikap
bermusuhan, tidak membiarkan diri menurun kapasitasnya.
c. Memiliki kemampuan untuk hadir bagi orang lain, yang berupa kerelaan
untuk mengambil bagian dengan orang lain dalam suka duka mereka, hal
mana timbul dari keterbukaan konselor terhadap masalah dan perasaan

6
sendiri, sehingga dia sanggup menghayati dan menunjukan empaty dengan
konselinya.
d. Mengembangkan diri menjadi konselor yang otonom, melalui
pengembangan gaya konseling yang sesuai dengan kepribadiannya sambil
terbuka untuk belajar dari orang lain, dan mempelajari berbagai konsep
dan teknik konseling, serta menerapkannya sesuai dengan konteks dan
pribadinya.
e. Respek dan apresiatif terhadap diri sendiri, artinya konselor harus memilki
suatu rasa harga diri yang kuat yang menyanggupkannya berhubungan
dengan orang lain atas dasar hal-hal yang positif dari konseli
f. Berorientasi untuk tumbuh dan berkembang, dalam pengertian berusaha
untuk terbuka guna memperluas cakrawala wawasannya. Konselor tidak
hanya puas dengan apa yang ada dan berupaya mempertanyakan mutu
eksistensinya, nilai-nilai, dan motivasinya, serta terus menerus berusaha
memahami dirinya sendiri karena konselor hendak mendorong
pemahaman diri itu dalam diri konseli.
2. Hakikat Metode
a. Pengertian Metode
Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang
berarti melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang
harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang
terdapat dalam sebuah metode adalah cara melakukan sesuatu dan rencana
dalamnpelaksanaan.
Metode sering di artikan sebagai kata yang berasal dari bahasa
yunani, yaitu methodos dalam bahasa Indonesia diartikan cara atau jalan.
Dalam kaitan dengan kegiatan keilmuan, maka metode mengandung arti
cara kerja atau langkah kerja untuk mengembangkan ilmu tersebut atau
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
b. Metode /teknik konseling
Proses konseling melibatkan antara konselor dan klien,
keberhasilan konseling banyak ditentukan oleh keefektifan konselor dalam

7
menggunakan beberapa teknik yang bersumber dari beberapa teori pula,
dan klien yang datang kepada konselor tentunya memiliki permasalahan
yang berbeda-beda, hal itu diperlukan penyelesaian yang berbeda-beda
pula. Bagi seorang konselor menguasai teknik konseling adalah mutlak.
Sebab dalam proses konseling teknik yang baik merupakan kunci
keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor yang
efektif harus mampu merespon klien dengan teknik yang benar, yang
sesuai dengan keadaan klien pada saat itu.
Menurut Lewis (2008) dalam melakukan proses konseling, ada
yang menggunakan teknik konseling yang berpusat pada konselor dengan
istilah lain Directive Counseling, dan teknik konselor yang berpusat pada
klien atau istilah lain Non-Directive Counseling, yang keduanya tentunya
diberikan sesuai dengan permasalahan yang terjadi pada diri klien.
c. Directive Counseling
Teknik directive counseling disebut pula dengan konseling yang
berpusat pada konselor, pada pendekatan ini konselor yang membantu
memecahkan masalah konseli dengan secara sadar mempergunakan
sumber-sumber intelektualnya. Tujuan utama dari metode ini adalah
membantu konseli mengganti tingkah laku emosional dan impulsif dengan
tingkah laku yang rasional. Lepasnya tegangan- tegangan dan didapatnya
"insight" dipandang sebagai suatu hal yang penting.
Di dalam membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
konseli dengan rasional konselor tidak boleh bersikap otoriter dan
menuduh, walaupun dikatakan direktif. Larangan-larangan yang langsung,
petuah yang didaktis dan petuah yang sifatnya mengatur sebaiknya di
hindari.
d. Non-Directive (Client Centered)
Pada teknik ini konseli diberi kesempatan untuk memimpin
wawancara dan memikul. Sebagian besar dari tanggung jawab atas
pemecahan masalahnyaBeberapa ciri-cirinya antara lain:
1) Konseli bebas untuk mengekspresikan dirinya

8
2) Konseli menerima, mengetahui, menjelaskan, mengulang lebih secara
objektif pernyataan- pernyataan dari konseli
3) Konseli ditolong untuk makin mengenal diri sendiri dan
4) Konseli membuat asal-usul yang berhubungan dengan pemecahan
masalahnya.
Salah satu keuntungan terbesar dari metode ini adalah mengurangi
ketergantungan konseli. Bahkan memberikan pelepasan emosi yang dalam
dan memberi lebih banyak kesempatan untuk pertumbuhan "self
sufficiency"
Konsep direktif meliputi bahwa konseli membutuhkan bantuan dan
konselor membantu menemukan apa yang menjadi masalahnya dan apa
yang mesti kerjakan. Teknik-teknik yang bisa digunakan antara lain: (i)
Informasi tentang dirinya, hal ini dilakukan untuk mengkonfrontasikan
antara informasi yang diberikan dengan kenyataan yang ada; dari sini
konseli diharapkan mampu mengevaluasi kembali sikapnya. (ii) Case
history digunakan sebagai alat diagnosa dan terapeutik dengan tujuan
membantu dalam "rapport", mengambangkan kartasis, memberikan
keyakinan kembali dan kembali mengembangkan "insight" dan (iv)
Konflik yang digunakan sebagai alat terapeutik. Disituasi konflik sengaja
ditimbulkan, konseli dihadapkan pada situasi yang memancing sikapnya
dalam menghadapi realita dan konseli di motivasi untuk memecahkanya.
3. Hakikat Media
Media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Dalam ilmu
komunikasi, media bias diartikanmsebagai saluran, sarana penghubung dan
alat-alat komunikasi. Alimat media berasal dari bahasa latin yang secara
harpiah memiliki arti perantara atau pengantar.

Macam – macam media


a. Media elektronik
b. Televisi
c. Laptop
d. Alat perekam

9
e. Proyektor
4. Hakikat Keberhasilan dalam BK
Keberhasilan secara etimologi yaitu berasal kata dari hasil yang artinya
sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha. Menurut Gladding
(2009) Keterlaksanaan dan keberhasilan layanan bimbingan dan konseling
sangat ditentukan oleh di wujudkannya asas-asas berikut:
a. asas kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut
dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang konseli yang menjadi
sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak
layak diketahui oleh orang lain.
b. asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan konseling yang menghendaki
adanya kesukaan dan kerelaan konseli mengukuti dan menjalani pelayanan
atau kegiatana yang diperlukan baginya.
c. asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan konseling yang menghendaki agar
konseli yang menjadi sasaran pelayanan atau kegiatan bersifat terbuka dan
tidak berpura-pura, baik didalam memberikan keteranagn tentang dirinya
sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dna materi dari
luarynag berguna bagi pengembangan dirinya.
d. asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
konseli yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif dalam
penyenggaraan pelayanan atau kegiatan bimbingan.
e. asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada
tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni konseli sebagai sasaran
pelayanan bimbingan dan konseli diharapakan menjadi konseli-konseli
yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan
lingkungaannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta
mmewujudkan diri sendiri.

C. Fungsi Dan Tugas Utama Guru BK di SMP/MTs


1. Fungsi BK di SMP/MTs
Bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada
peserta didik agar masing-masing peserta didik dapat berkembang secara

10
optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri. Adapun fungsi-
fungsi bimbingan dan konseling dijelaskan sebagai berikut :
a. Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu
sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik.
b. Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai
permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu,
menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu
dalam proses perkembangannya.
c. Fungsi Pengentasan
Melalui fungsi pengentasan ini pelayanan bimbingan dan konseling akan
menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan
yang dialami oleh peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling
berusaha membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh
peserta didik, baik dalam sifatnya, jenisnya maupun bentuknya.
d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan dan
konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya
berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka
perkembangan dirinya secara terarah, mantap dan berkelanjutan.
e. Fungsi Advokasi
Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam
rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.
2. Tugas Utama Guru BK di SMP/MTs
Tugas Guru BK adalah mengetahui dan memahami perilaku dan teknik
konseling pada siswa sehingga mampu membantu siswa mengatasi
permasalahannya. Secara terperinci tugas-tugas, tanggung-jawab dan

11
wewenang guru bimbingan konseling di sekolah dalam pelaksanaan layanan
bimbingan di sekolah, meliputi mengkoordinir penyusunan program
bimbingan di sekolah,melaksanakan bimbingan kelompok maupun
bimbingan individual Memberikan berbagai informasi kepada siswa tentang
hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan, pekerjaan,jabatan atau karir.
Adapun tugas Guru BK secara kompleks yakni :
a. Membantu siswa mengembangkan kemampuan belajar dalam
mengikuti pendidikan dan belajar secara mandiri.
b. Tempat mencurahkan segala keluh kesah.
c. Membantu siswa menangani atau memecahkan masalah -masalah
pribadi.
d. Membantu siswa agar dapat membuat pilihan dan keputusan karier
secara cepat.
e. Sahabat siswa.
f. Membantu siswa menangani permasalahan sosial atau masalah yang
muncul dalam hubungannya dengan orang lain.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum tujuan layanan bimbingan dan konseling di SMP adalah
mengembangkan dasar-dasar pemebentukan warga Negara yang beriman,
bertaqwa, berkarakter, bermartabat, meningkatkan kemmapuan membaca,
menulis dan menghitung, sebagai belajar yang mandiri, kreatif dan produktif.
Sedangkan tujuan secara khusus layanan bimbingan dan konseling di SMP
adalah mambantu peserta didik/warga belajar utnuk mencapai tujuan
perkembangannya, yang meliputi aspek pribadi, social, belajar dan karir sebagai
landasanuntuk mencapai bimbingan dan konseling secara umum.
Bidang Layanan Bimbingan Konseling Bimbingan dan konseling. di SMP
meliputi berbagai bidang, yaitu: bimbingan pribadi, bimbingan sosial,
bimbingan belajar dan bimbingan karir.
Guru dapat memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta. didik
dengan melakukan strategi program layanan, Penyelenggaraan Layanan Sebagai
pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling, serta strategi Waktu dan Posisi
Pelaksanaan Layanan.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun dan memotivasi kami, sehingga dengan hal ini dapat dijadikan
koreksi dimasa yang akan datang. Mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat serta menjadi amal bagi kami selaku penyusun dan penulis makalah
sebagai tugas yang telah diamanahkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya


Syamsu, Yusuf. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung.
PT Remaja Rosdakarya
Winkel. 2007. Psikologi Pendidiksn dan Evaluasi Belajar. Jakarta : PT
Gramedia
Glading. 2009. Konseling Profesi yang Menyeluruh Edisi Ke-Enam. Jakarta :
PT Indeks

Anda mungkin juga menyukai