Anda di halaman 1dari 20

IMPLIKASI KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK TERHADAP

PENYELENGARAAN PENDIDIKAN DI TINGKAT SD DAN SMP

Dosen Pengampu: Ika Sukmawati, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Nastiti Rahayu Pujiyanti (1910305081)

2. Mei Setiyana (1910305087)

Kelompok 12

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TIDAR

2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kita semua masih diberikan kesempatan yang luar biasa
dengan keadaan sehat wal-afiat tanpa halangan suatu apapun dalam penyusunan makalah
“Implikasi Karakterstik Peserta Didik Terhadap Penyelengaraan Pendidikan di Tingkat SD
dan SMP” ini untuk menyelesaikan tugas dan kewajiban kami dalam proses pembelajaran
mata kuliah “Perkembangan Peserta Didik”.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Ika Sukmawati, S.Pd., M.Pd. yang
telah meluangkan waktu dan mebimbing kami dalam menulis makalah ini dengan sebaik-
baiknya, dan juga tidak lupa kepada teman-teman yang sudah memberikan saran dan
masukan baik berupa meteri maupun teori, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
tepat waktu.
Penulis tentunya menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, oleh karena itu saran dan masukan atupun kritikan dari semua pihak
sangatlah kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini sesuai dengan yang
semestinya, sehingga diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan juga menambah
pengetahuan bagi para pembaca.

Penyusun

Magelang, 28 November 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. KARAKTERISTIK ANAK USIA SEKOLAH DASAR (SD)......................................................3
B. TUGAS.........................................................................................................................................5
TUGAS PERKEMBANGAN ANAK USIA SD DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PENDIDIKAN..................................................................................................................................5
C.KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN MASA REMAJA.............................8
D.IMPLIKASI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN PADA REMAJA dalam PENDIDIKAN.....9
BAB 3..................................................................................................................................................17
PENUTUP...........................................................................................................................................17
1.1 Kesimpulan..........................................................................................................................17
1.2 Saran....................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Ditinjau dari segi pendidikan kususnya dalam peroses pembelajaran, yang paling
penting adalah bahwa potensi setiap peserta didik (termasuk kemampuan intlektualnya) hasus
dipupuk dan dikembangkan agar setiap peserta didik dapat mencapai tingkat perkembangan
yang optimal. Untuk itu sangat di perlukan kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan
berkembngnya kemampuan intlektual tersebut.

Dalam kehidupan anak terdapat dua proses yang berjalan secara kontinyu, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya merupakan
perubahan, yakni perubahan menuju ke tahap yang lebih tinggi.Yusuf (2005:15)
mengemukakan pengertian perkembangan, yaitu perubahan yang progresif dan kontinyu
(berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai akhir hayat. Sementara itu,
Agustiani (2006:27) berpendapat bahwa dalam perspektif perkembangan sepanjang rentang
kehidupan, perkembangan dilihat sebagai pola-pola ganda yang meliputi perubahan terhadap
tingkah laku dan individu yang berbeda pada kurun waktu yang berbeda pula.

Guru perlu memahami karakteristik perkembangan anak pada tingkat SD maupun


SMP Karena disetiap tingkatan umur seorang anak yang normal akan mengalami perbedaan
yang sangat banyak, baik berupa pola pikirnya, pergaulannya, maupun tingkah laku peserta
didik. Sebagai calon guru atau bahkan yang sudah menjadi seorang guru, sangatlah
bermanfaat bagi seorang guru mengetahui perbedaan pola pikir peserta didiknya dan
mengenai pergaulannya sehari-hari dan tingkah laku peserta didiknya ketika mereka duduk di
bangku sekolah atau murid-murid yang mengikuti jam pelajarannya. Diantara manfaat yang
bisa kita dapatkan adalah dapat menciptakan ruangan kelas yang tepat bagi peserta
didik,dapat memberikan motivasi-motivasi atau nasehat terhadap anak-anak memang di saat
umur itu membutuhkan dorongan yang lebih besar,dapat memberikan pelajaran mengenai
akidah akhlak yang mendalam, dan mempaparkan akibat-akibat bagi yang melanggar aturan-
aturan tertentu.Dapat berinteraksi dengan baik terhadap peserta didik dengan mengemukakan
topik-topik yang mungkin sangat disukai pada umur peserta didik tertentu.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dan tujuan disesuaikan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah karakteristik perkembangan pserta didik di tingkat SD?

2. Bagaimanakah karakteristik perkembangan pserta didik di tingkat SMP ?

3. Faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian peserta


didik di usia remaja?

1
4. Bagaimana implikasi perkembangan peserta didik terhadap pendidikan di tingkat
SD?

5. Bagaimana implikasi perkembangan peserta didik terhadap pendidikan di tingkat


SMP?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui karakteristik perkembangan pserta didik di tingkat SD

2. Mengetahui karakteristik perkembangan pserta didik di tingkat SMP

3. Mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian peserta


didik di usia remaja?

4. Mengetahui implikasi perkembangan peserta didik terhadap pendidikan di tingkat


SD

5.Mengetahui implikasi perkembangan peserta didik terhadap pendidikan di tingkat


SMP

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK ANAK USIA SEKOLAH DASAR (SD)


Masa Usia Sekolah Dasar disebut juga masa intelektual, atau masa keserasian
bersekolah pada umur 6-7 tahun anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. Masa
Usia Sekolah Dasar terbagi dua, yaitu : (a) masa kelas-kelas rendah dan (b) masa kelas
tinggi.Ciri-ciri pada masa kelas-kelas rendah(6/7 – 9/10 tahun) :

1.Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi.

2.Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.

3.Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.

4.Membandingkan dirinya dengan anak yang lain.

5.Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.

Pada masa ini (terutama usia 6 – 8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor yang baik,
tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

Ciri-ciri pada masa kelas-kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) :

1.Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.

2.Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar.

3.Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus
sepbagai mulai menonjolnya bakat- bakat khusus.Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan
guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya.
Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha
untuk menyelesaikannya.

Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi
sekolahnya.Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan
itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka
membuat peraturan sendiri.Setiap fase perkembangan anak menunjukkan karakteristik yang
berbeda- beda. Demikian pula pada anak usia SD mempunyai karakteristik tersendiri.
Menurut M.Sumantri (2004) karakteristik anak pada usia SD adalah:

1.Senang Bermain

3
Pada umumnya anak SD terutama kelas-kelas rendah itu senang bermain.
Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang
bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang
model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru
hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal
pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika,
dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni
Budaya dan Keterampilan (SBK)

2.Senang Bergerak

Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam,
sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena
itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah
atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan
anak sebagai siksaan.

3.Senangnya Bekerja dalam Kelompok

Melalui pergaulannya dengan kelompok sebaya,anak dapat belajar aspek -aspek


penting dalam proses sosialisasi seperti : belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar
setia kawan,belajar tidak tergantung pada orang dewasa di sekelilingnya, mempelajari
perilaku yang dapat diterima oleh lingkungannya, belajar menerima tanggung jawab, belajar
bersaing secara sehat bersama teman-temannya, belajar bagaimana bekerja dalam
kelompok,belajar keadilan dan demokrasi melalui kelompok. Karakteristik ini membawa
implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk
bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk
kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas
secara kelompok.

4.Senang Merasakan atau Melakukan Sesuatu Secara Langsung

Berdasarkan teori tentang psikologi perkembangan yang terkait dengan


perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasi konkret. Dari apa yang dipelajari di
sekolah, anak belajar menghubungkan antara konsep-konsep baru dengan konsep-konsep
lama. Pada masa ini anak belajar untuk membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang,
waktu, fungsi badan, peran jenis kelamin, dan moral.

Pembelajaran di SD cepat dipahami anak, apabila anak dilibatkan langsung


melakukan atau praktik apa yang diajarkan gurunya. Dengan demikian guru hendaknya
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses
pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah mata angin, dengan
cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah angin,
bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari arah mana angin
saat itu bertiup.

4
B. TUGAS
TUGAS PERKEMBANGAN ANAK USIA SD DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PENDIDIKAN

Setiap individu mempunyai tugas-tugas perkembangan untuk memenuhinya. Demikian anak


usia SD memerlukan kemampuan untuk memenuhi tugas-tugas perkembangannya.Perincian
tugas-tugas perkembangan anak SD dan implikasinya terhadap pelaksanaan pendidikan
adalah sebagai berikut:

1.Pembelajaran keterampilan fisik motorik yang diperlukan untuk permainan sehari-hari.

Dilihat dari perkembangan dan fisik motorik, anak SD dituntut untuk menguasi
keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan aktivitas fisik motorik.Nabi Muhammad
saw bersabda: ” ajarilah putra- putrimu berenang memanjat” (HR At-Tahatwi). Dalam hadis
lain beliau juga bersabda ” mengajari anak -anakmu berenang dan memanah adalah
kewajiban,” beliau lalu berkata” ajari anakmu memanah latihlah berkuda sampai mereka
lancar” (HR. Bukhari).

Menurut Hasan (2006:), tujuan pengembangan dan fisik motorik adalah untuk melatih
keterampilan fisik terutama melatih motorik kasar motorik halus sehingga anak dapat
meloncat, memanjat, dan lain sebagainya, disamping ia juga dapat bermain musik, menari
bahkan dapat membuat kerajinan tangan. Perkembangan dan fisik motorik anak SD dapat
dilakukan dengan memberikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki perempuan,
bahkan guru di tuntut untuk menciptkaan budaya lingkundan teman sebaya yang
mengajarkan keterampilan fisik dengan cara mencoba membantu seseorang yang mengalami
hambatan dalam tugas-tugas perkembangan ini.Perkembangan fisik motorik ini ditandai hal-
hal sebagai berikut:

a.Pertumbuhan anak pesat, lengan dan kaki panjang tungkai kurus, kemudian menjadi
gemuk.

b.Gigi susu berganti gigi tetap.

c.Penuh energi, suka bergerak aktif sekali, makin lama keaktifan lebih terarah

d.Masih senang berlari

Sementara itu, implikasi pada pekembangan ini adalah sebagai berikut:

a.Perlu makanan yang bergizi, cukup banyak istirahat, dan aktivitas ramai berselang seling
dengan activitas tenang.

b.Perlu melatih fisik anak, melalui permainan sepak bola atau permainan lain berenang, dsb.

5
c.Permainan dibutuhkan sebagai selingan belajar, bekerja, dan bermain kegaiatan-kegiatan
harus seimbang.

Para pendidik membutuhkan cara pengajaran yang lebih terbuka, lansung memberikan
kesempatan anak berperan mengoptimalkan perkembangan fisik dan perceptual mereka.
Dengan cara ini anak dapat lebih bersemangat dan timbul rasa senang dalam menjalani
aktivitas pembelajaran. Sehingga berdampak positif juga bagi perkembangan mereka. Cara
pembelajaran yang diharapakan dengan : program pengajaran yang fleksibel dan tidak kaku
serta membedakan perbedaan individu, tidak monoton dan verbalistik yang di beri banyak
variasi ( terdapat eksperimen, praktek, observasi,dll ), dan menggunakan berbagai media
sehingga anak dapat berperan aktif secara mental dan perseptualnya. Di harapkan dengan
cara ini anak dapat lebih berkembang, aktif dan membantu timbulnya suasana yang
menyenangkan selama proses belajar. Karena anak lebih butuh banyak aktivitas yang
membantu perkembangan mereka.

2.Membangun keutuhan sikap terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang tumbuh.

Pada umumnya anak usia SD telah terjadi pertumbuhan fisik secara pesat. Untuk
dapat melaksanakan tugas perkembangan ini kebiasaan kesehatan seperti menjaga
kebersihan, waktu tidur, makan, dan lain sebagainya masih perlu dibatasi.Memperhatikan
hal-hal tersebut diatas, sekolah hendaknya memperhatikan kesulitan dan permasalahan siswa
serta memberikan bimbingan dan konseling baik secara individual maupun kelompok. Hal ini
bertujuan agar anak mencapai keutuhan dan keserasian sikap dirinya sendiri sebagai
organisme yang sedang tumbuh secara optimal.

3.Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya

Anak pada usia SD mulai belajar tidak bergantung pada lingkungan keluarga. Anak
(siswa) SD mulai untuk belajar memberi dan menerima dalam kehidupan sosial diantara
teman sebaya. Proses pembelajaran dalam memasuki kelompok sebaya merupakan proses
pembelajaran “kepribadian sosial” yang sesungguhnya.Pemenuhan tugas perkembangan ini
membawa implikasi terhadap penyelenggarakan pendidikan di SD. Sekolah merupakan
tempat yang kondusif bagi kebanyakan siswa untuk belajar bergaul dan bekerja bersama
teman sebaya. Guru harus terampil mempelajari dan memahami budaya teman pada
lingkungan sekolah dan masyarakat.

4.Mempelajari peran sosial sebagai pria dan wanita

Menurut Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih (2006), dalam mencapai tugas
perkembangan perbedaan anatomi antara pria dan wanita tidak menuntut perbedaan peran
jenis kelamin selama anak Sekolah Dasar. Tubuh anak wanita sebagaimana anak laki-laki
tumbuh dengan baik melalui aktivitas fisik sehingga menjadi kuat dan besar. Baru mulai usia
9 atau 10 tahun terdapat perbedaan anatomi antara anak laki-laki dengan anak
wanita.Berkenaan dengan peran anak sesuai dengan jenis kelaminnya,telah diawali dalam
asuhan keluarga. Harapan yang sama berlanjut pada usia sekolah melalui pergaulan dalam

6
budaya teman sebaya. Dalam hal ini sekolah hendaknya lebih menekankan pada fungsi
perbaikan jika ada anak yang mengalami hambatan dalam pencapaian tugas perkembangan
ini.

5.Pengembangan keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung

Berdasarkan hasil studi psikologis menunjukkan, bahwa membaca dipelajari oleh


kebanyakan masyarakat hingga usia 12 atau 13tahun. Kecepatan membaca dalam hati dan
kemauan membaca bersuara jarang meningkat lagi setelah usia tersebut. Namun tentang
kemampuan dalam mengambil makna isi bacaan terus bertambah selama ia
belajar.Keterampilan menulis sejalan dengan membaca, bahwa penguasaan menulis
dipengaruhi oleh frekuensi anak melakukan/belajar menulis. Karena menulis memerlukan
kebiasaan penggunaan aktivitas fisik/tangan. Pada anak usia SD sudah mencapai kematangan
dalam hal aktivitas fisik/tangan. Keterampilan berhitung berkembang hingga usia 12 atau 13
tahun, dan jarang berkembang lagi jika tidak melanjutkan ke sekolah menengah atau
perguruan tinggi memungkinkan anak SD.

Implikasi Pendidikan Bagi Anak Sekolah Dasar :


a) Karakteristik anak usia SD adalah senang bermain, senang bergerak,senang
bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan/melakukan sesuat secara
langsung. oleh karena itu, guruhendaknya mengembangkan pembelajaran
yang mengandung unsur permainan, memungkinkan siswa berpindah atau
bergerak dan bekerja atau belajar dalam kelompok,serta memberikan
kesampatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
b) Menurut Havighurst, tugas perkembangan anak usia SD adalah sebagai
berikut :
1) Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan
aktivitas fisik.
2) Membina hidup sehat.
3) Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok.
4) Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin.
5) Belajar membaca, menlis, dan menghitung agar mampu berpartisipasi
dalam masyarakat.
6) Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif.
7) Mengembangkan kata hati,moral,dan nilai-nilai.
8) Mencapai kemandirian pribadi.

Tugas perkembangan tersebut menurut guru untuk :

1) Menciptakan lingkungan Teman sebaya yang mengajarkan


keterampilan fisik.
2) Melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya
sehinga kepribadian sosialnya berkembang.

7
3) Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan
pengalaman yang konkret atau langsung dalam membangun
konsep.
4) Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai-
nilai sehinga siswa mampu menentukan pilihan yang stabil dan
menjadi pegangan bagi dirinya.
c) Pendidikan di SD merupakan jenjang pendidikan yang mempunyai peranan
sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas smber daya manusia
(SDM). Oleh karena itu, pemerintah menetapkan peleksanaan program wajib
belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Program wajib belajar ini bertujuan
untuk meningkatkan pemerataan kesempatan bagi setiap anak yang berusia 7-
15 tahun untuk memperoleh pendidikan serta untuk meningkatan kualitas
sumber daya manusia indonesia hinga mencapai minimal kelas 3 SMP.

Jenis penyelengaraan pendidikan pada jennjang sekolah dasar (SD) baik negri maupun
swasta, SD kecil, SD Pamong, SD Luar biasa,SD Terpadu, dan Madrasah Ibtidaiah (MI) baik
negri maupun swasta.(Suhada Idad:2017)(

C.KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN MASA REMAJA


Pada jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi
sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Pada perkembangan kepribadian masa
remaja anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada
sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan
orang lain). Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai
memperlihatkan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma
yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya. Di bawah ini beberapa karakteristik
perkembangan kepribadian masa remaja.
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat
menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
1.      Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
2.      Ketidakstabilan emosi.
3.      Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan  petunjuk hidup
4.      Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
5.      Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-
pertentang dengan orang tua.
6.      Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi
semuanya.

8
7.      Senang bereksperimentasi.
8.      Senang bereksplorasi.
9.      Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
10.  Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat
terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam
aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian remaja mampu
mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami
penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial.
Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan
dengan karakteristik yang ada pada diri remaja. Berikut ini dirangkum beberapa
permasalahan utama yang dialami oleh remaja. Menurut Zulkifli (2006) remaja dapat
dibagi dalam 2 periode yaitu:
Periode Masa Puber usia 12 -16 tahun
1. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas.
Cirinya: 
·         Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
·         Anak mulai bersikap kritis.
2. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
·         Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
·         Memperhatikan penampilan
·         Sikapnya tidak menentu/plin-plan
·         Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib

D.IMPLIKASI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN PADA REMAJA dalam


PENDIDIKAN
Kenyataan psikologi yang selalu dipegang oleh Kurt Lewin ialah bahwa pribadi itu
selalu ada dalam lingkungannya, pribadi tak dapat dipikirkan lepas dari lingkungannya.
Oleh karena itu, implikasi perkembangan kepribadian masa remaja dalam pendidikan
pun tidak dapat terlepas dari lingkungan remaja tersebut. Dimulai dari lingkungan
keluarga sampai lingkungan masyarakat sangat memberikan andil besar dalam implikasi
perkembangan kepribadian masa remaja dalam pendidikan. Jadi, apabila dalam
kenyataannya terdapat ketidakselarasan dalam perkembangan kepribadian remaja yang

9
akhirnya menjadi suatu permasalahan lingkungan pun memberikan pengaruhnya pada
saat itu.
Pemahaman dan pemecahan masalah yang timbul pada masa remaja harus dilakukan
secara interdisipliner dan antar lembaga. Meskipun demikian, pendekatan dan
pemecahannya dari pendidikan merupakan salah satu jalan yang paling efektif dan
strategis, karena bagi sebagian besar remaja bersekolah dengan para pendidik, khususnya
para guru, banyak mempunyai kesempatan berkomunikasi dan bergaul.
Diantara usaha-usaha pembinaan yang perlu di perhatikan, sekurang-kurangnya
untuk mengurangi kemungkinan tumbuhnya permasalahan yang timbul pada masa
remaja, dalam rangka kegiatan pendidikan yang dapat dilakukan para pendidik umumnya
dan para guru khususnya:
1.      Hendaknya seorang guru mengadakan program dan perlakuan layanan khusus bagi
siswa remaja pria dan siswa remaja wanita (misalnya dalam pelajaran anatomi, fisi-ologi
dan pendidikan olahraga) yang diberikan pula oleh para guru yang dapat me-
nyelenggarakan penjelasannya dengan penuh dignity. Tujuan dari usaha tersebut ada-lah
untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian
dengan perkembangan fisik dan psikomotorik remaja.

2.      Memperhitungkan segala aspek selengkap mungkin dengan data atau informasi
secermat mungkin yang menyangkut kemampuan dasar intelektual (IQ), bakat khusus
(aptitudes), disamping aspirasi atau keinginan orangtuanya dan siswa yang bersang-
kutan. Terutama pada masa penjurusan atau pemilihan dan penentuan program studi.
Upaya tersebut bertujuan untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang
mungkin timbul bertalian dengan perkembangan bahasa dan perilaku kognitif.

3.      Seharusnya seorang guru bisa mengaktifkan dan mengkaitkan hubungan rumah dengan
sekolah (parent teacher association) untuk saling mendekatkan dan menyela-raskan
system nilai yang dikembangkan dan cara pendekatan terhadap siswa remaja serta sikap
dan tindakan perlakuan layanan yang diberikan dalam pembinaannya. Tujuannya adalah
untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian
dengan perkembangan perilaku social, moralitas dan kesadaran hidup atau penghayatan
keagamaan.

10
4.      Seorang guru atau pendidik untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang
mungkin timbul bertalian dengan perkembangan fungsi-fungsi konatif, afektif dan
kepribadian, seyogyanya seorang guru memberikan tugas-tugas yang dapat
menumbuhkan rasa tanggung jawab, belajar menimbang, memilih dan mengambil ke-
putusan /tindakan yang tepat akan sangat menunjang bagi pembinaan kepribadiannya.

Berikut ini beberapa faktot yang mempengaruhi perkembangan kepribadian


remaja :
1.      Faktor Intelektual Terhadap Penyelengaaraan Pendidikan
Ditinjau dari segi pendidikan khususnya dalam segi pembelajaran yangg penting adalah 
bahwa potensi setiap peserta didik  (termasuk ke     -
mampuan intelektualnya) harus dipupuk dan dikembangkan. Untuk itu sangat diperlukan 
kondisikondisi lingkungan yang memungkinkan berkembanganya kemampuan intelektua
l tersebut.
Conny Semiawan (1994) mengemukakan bahwa dua buah kon-disi yaitu keaman
an psikologis dan kebebasan psikologis. Peserta didik akan merasa aman secara psikologi
s apabila:
1.      Pendidik dapat menerima peserta didik sebagaimana adanya tanpa syarat dengan segala
kekuatan dan kelemahannnya serta memberi kepercayaan padanya
bahwa ia baik dan mampu.
2.      Pendidik mengusahakan suasana dimana peserta didik tidak merasa dinilai oleh
orang lain.
3.       Pendidik memberi pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan
dan perilaku peserta didik, dapat menempatkan diri dalam situasi anak, dan
melihat dari sudut pandang anak.
Teori Pieget mengenai perkembangan kognitif, sangat erat dan
penting hubungannya dengan umur serta perkembangan moral. Konsep tersebut
menunjukan bahwa aktifitas adalah sebagai unsur
pokok dalam perkembangan kognitif. Pengalaman belajar yang aktif 
cenderung untuk memajukan perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman belajar yan
g pasif dan hanya menikmati pengalaman orang lain saja akan mempunyai konsekuensi y
ang minimterhadap perkmbangan kognitif termasuk didalamnya perkembangan intelektu
alnya.
            Model Pendidikan yang aktif adalah model yang tidak
menunggu sampai peserta didik siap sendiri. Tetapi sekolah yang mengatur lingkungan b
elajar sedemikan rupa sehingga dapat memberi
kemungkinan maksimal pada peserta didik untuk berinteraksi. Dengan
lingkungan yang penuh rangsangan untuk belajar tersebut, proses pembelajaran yang
aktif akan terjadi sehingga mampu membawa
peserta didik utuk maju ke taraf/tahap berikutnya. Dalam hal ini pendidik handaknya

11
menyadari benar-benar bahwa perkembangan
intelektual anak berada ditangannya. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
1.      Menciptakan interksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik.
2.      Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang
yang ahli dan berpengalaman
dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan akan sangat menun-jang perkembangan
intelaktual anak.
3.      Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik peserta didik baik
mlalui kegiatan olah raga maupun menyediakan gizi yang
cukup sangat penting bagi perkembangan berfikir peserta didik
4.      Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik baik
melalui media cetak maupun menyediakan situasi yang memungkinkan pe-serta didik ber
pendapat atau mengemukakan ide-idenya, sengat besar pengaruhnya bagi perkembangan 
intelek -
tual peserta didik.

2.     Faktor Fisik Teerhadap Penyelenggaraan Pendidikan
           Dalam penyelenggaraan pendidikan, perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang
ada jangan sampai menimbulkan gangguan pada peserta didik. Misalnya tempat didik
yang kurang sesuai, ruangan
yang gelap dan terlalu sempit yang dapat menimbulkan gangguan ke-
sehatan
Disamping itu juga perlu diperhatikan waktu istirahat yang cukup. Penting juga untuk me
njaga supaya fisik tetap sehat adanya jam-jam olahraga bagi peserta didik di luar jam pel
ajaran. Misalnya me -
lalui kegiatan ekstra kurikuler kelompok olahraga, bela diri dan seje-nisnya.

3.     Faktor Emosional terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
           Perkembangan emosi peserta didik sengat erat kaitannya dengan faktor-faktor
diantaranya perubahan jasmani, perubahan dalam
hubungannya dengan orang tua, perubahan dalam hubungannya
dalam teman-teman, perubahan pandangan luar  (dunia luar) dan peru-bahan dalam
hubungannya dengan sekolah. Oleh karena itu perbedaan
individual dalam perkembangan emosi sangat dimungkinkan terjadi,
bahkan diramalkan pasti dapat terjadi.
           Dalam rangka menghadapi luapan emosi remaja, sebaiknya
ditangani dengan sikap yang tenang dan santai. Orang tua dan
pendidik harus bersikap tenang, bersuasana hati baik dan penuh
pengertian. Orang tua dan pendidik sedapat mungkin tidak memperlihatkan kegelisahann
ya maupun ikut terbawa emosinya dalam menghadapi emosi remaja.
     Dengan singkat dapat dikatakan bahwa untuk mengurangi
luapan emosi peserta didik perlu dihindari larangan yang tidak terlalu
penting. Mengurangi pembatasan dan tututan terhadap remaja harus
disesuaikan dengan kemampuan mereka. Sebaiknya memberi tugas yang dapat

12
diselesaikan dan jangan memberi tugas dan peraturan
yang tidak mungkin di lakukan.

4.     Faktor Sosial-Kultural terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
           Usia remaja adalah usia yang sedang tumbuh dan berkembang
baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, baik fisik maupun
psikisnya. Menganggap dirinya bukan anak-anak lagi, tetapi
sekelilingnya menganggap mereka belum dewasa. Dengan beberapa problem yang
dialaminya pada masa ini, akibatnya mereka
melepaskan diri dari orang tau dan mengarahkan perhatiannya pada lingkuan di luar
keluarganya untuk bergabung dengan teman sekebudayaannya, guru dan sebagainya.
Lingkunga teman memgang peranan dalam kehidupan remaja.
           Selanjutnya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang diserahi tugas untuk
mendidik, tidak kecil peranannya dalam rangka mengembangkan hubungan sosial
peserta didik. Jika dalam hal ini guru tetap berpegang sebagai tokoh intelektual dan
tokoh otoritas yang memegang kekuasaan penuh seperti ketika anak-anak belum
menginjak remaja, maka sikap sosial atau hubungan sosial anak
akan sulit untuk dikembangkan. Untuk itu rambu-rambu berikut dapat digunakan sebagai
titik tolak untuk pengembangan hubungan sosial peserta didik:
1.  Sekolah harus merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian          peserta didik.
2. Saling menghargai merupakan kunci yang dapat digunakan untuk         
menanggulangi masalah-masalah yang timbul dalam hubungan          
dengan peserta didik yang bertabiat apapun.
3. Pola pengajaran yang demokratis merupakan alternatif yang sangat      
bermanfaat bagi guru.

5.     Faktor Bakat Khusus terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
           Berbeda dengan kemampuan yang menunjuk pada suatu
“performance” yang dapat dilakukan sekarang, bakat sebagai potensi
masih memerlukan latihan dan pendidikan agar “suatu performance”
dapat dilakukan pada masa yang akan datang (Semiawan, 1987; Munandar, 1992). Hal
ini memberikan pemahaman bahwa bakat
khusus sebagai “potential ability” untuk dapat terwujud sebagai “performance” atau
perilaku yang nyata dalam bentuk suatu prestasi yang menonjol masih memerlukan
latihan dan pengembangan lebih lanjut.
           Dalam kaitan ini untuk menunjang perkembangan bakat umum
maupun bakat khusus terlebih supaya mencapai titik optimal di
kalangan peserta didik usia sekolah menengah perlu dilakukan langkah-langkah antara la
in:
1.  Dikembangkan suatu situasi dan kondisi yang memberikan        kesempatan bagi
peserta didik untuk mengembangkan bakat-    
bakatnya, dengan selalu mengusahakan adanya dukungan psikolog       -
is maupun fisiologis.
2. Dilakukan usaha menumbuh kembangkan minat dan motivasi     berprestasi yang

13
tinggi sertakegigihan dalam melakukanusaha          dikalangan anak dan remaja, baik
dalam lingkungan keluarga,         sekolah, maupun masyarakat oleh semua pihak yang
terkait secara
     terpadu.
3. Dikembangkannya program pendidikan berdiferensi di lingkungan         lembaga
pendidikanformal (sekolah) guna memberikan pelayanan          secara lebih efektif
kepada pesertadidik yang memiliki bakat khusus menojol.

6.     Faktor Komunikasi terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
           Tiga tingkatan kemampuan peserta didik sebagaimana
dikemukakan di atas tentunya akan sangat mempengaruhi aktivitas
komunikasi dua arah antara  pendidik dengan peserta didik.  Persoalan
nya adalah bagaimana untuk menjadi pendidik yang memiliki kemampuan berkomunikas
i yang baik? Beberapa hal dibawah ini dapat digunakan sebagai acuan oleh orang-orang
yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan, diantaranya : .
1.  Memberi penjelasan dalam menyampaikan informasi kepada     
peserta didik yang berkaitan dengan iptek, hendaknya:
     -     Menentukan hal-hal pokoknya dan hubungannya satu sama                        
lainnya.
     -     Memberi penjelasan yang meyakinkan artinya menerangkan                         hal-
hal yang benar dan menghindari penjelasan yang salah baik                  
disengaja maupun tidak.
     -     Memberi penjelasan secara gamblang dan sederhana sehingga                     
sehingga semua peserta didik dapat menangkapnya dengan                           baik.
     -     Menghindari berbicara dengan bahasa yang muluk, dan                               
mengusahakan berbicara dengan bahasa yang mudah                                  
dimengerti oleh peserta didik.
     -     Menghindari penggunaan kata-kata yang tidak jelas, tidak pasti                  
dan tidak tegas.
     -     Memeriksakembali penjelasan apakah semua peserta didik                    
telah mengerti terhadap informasi yang disampaikannya.
2.  Mengajukan pertanyaan
           Pertanyaan yang diajukan oleh pengajar dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu
pertanyaan “tingkat tinggi” dan pertanyaan “tingkat rendah”. Pertanyaan tingkat tinggi
adalah pertanyaan yang menuntut pemikiran abstrak, sedangkan
pertanyaan tingkat rendah adalah pertanyaan yang menyangkut fakta,
pengetahuan sederhana, dan penerapan pengertian.
           Hal yang perlu diusahakan oleh pendidik dalam kaitannya
dengan kegiatan ini adalah :
-    Mengulangi pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik dengan maksud agar peserta
didik yang lain mengetahui secara jelas masalah yang ditanyakan.
-    Menempatkan pertanyaan peserta didik dalam konteks keseluruhan      
bahan pelajaran.

14
- Merangsang peserta didik agar mau mengajukan pertanyaan.
-    Merespon pertanyaan dengan baik.
. Memberikan umpan balik dengan umpan balik akan diketahui
apakah komunikasi dua arah sudah tercapai dengan baik atau
belum. Umpan balik ini berlaku baik dari pengajar kepada peserta didik atau sebaliknya.

Implikasi Karakteristik Peserta Didik Terhadap Penyelengaraan Pendidikan

Pendidikan Bagi Anak Usia Sekolah Menengah

Karakeristik yang menonjol pada anak usia sekolah menengah adalah sebagai berikut:

a. Adanya kekurangseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.


b. Mulai timbulnya ciri-ciri sekunder.
c. Timbulya keinginan ntuk mempelajari dan mengunakan bahasa asing.
d. Kecenderungan ambivalensi antara keinginan menyendiri dan keinginan bergaul
dengan orang banyak serta antara keinginan untuk bebas dari dominasi dengan
kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.
e. Senang membandingka kaidah-kaidah, nilai-nilai etika, atau norma degan kenyataan
yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
f. Mulai mempertanyakan dengan cara skeptis mengenai eksistensim (keberadaan) dan
sifat kemurahan dan keadilan Tuhan.
g. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
h. Kepribadianya sudah menunjukkan pola tetapi belum terpadu.
i. Kecenderungan minat dan pilihan karier sudah relatif lebih jelas.
Karakeristik perkembangan tersebut menurut guru untuk :
a. Menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan wanita
ketika membahas topik-topik yang berkenaan anatomi dan fisiologi.
b. Menyalurkan hobi dan minat siswa melalui kegiatan-kegiatan yang positif.
c. Menerapkan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan
individual atau kelompok kecil.
d. Meningkatkan kerja sama dengan orang tua dan masyarakat untuk
mengembangkan potensi siswa.
e. Menjadi teladan atau contoh
f. Menberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bertanggung jawab.

Satuan pendidikan pada tingkat SMP meliputi SMP Negri dan Swasta,
Madrasah Tsanawiyah (MTS) NEGERI DAN SWASTA , SMP kecil, SMP
terbuka, SMP luar biasa, SMP terpadu, dan pendidikan luar sekolah (Paket B,
Ujian persamaan SMP, Diniyah Wustho, dan Pondok Pesantren).

Satuan pendidikan pada tingkat SMA meliputi Sekolah Menengah Umum


(SMU), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah negri dan
swasta, serta Pondok Pesantren.(Suhada Idad:2017)

15
BAB 3

PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Implikasi perkembangan kepribadian masa anak-anak dan remaja dalam
pendidikan pun tidak dapat terlepas dari lingkungan remaja tersebut. Dimulai dari
lingkungan keluarga sampai lingkungan masyarakat sangat memberikan andil besar
dalam implikasi perkembangan kepribadian masa remaja dalam
pendidikan.Implikasinya tidak hanya terdapat pada lingkungan saja melainkan ada
faktor dari dalam diri si anak seperti perkembangannya,emosiaonal,genetik,dan lain-
lain.Untuk itu kita sebagai dewasa harus mengerti dan mengupas tuntas tentang
pribadi dari masing-masing anak secalah detail dan keseluruhan.

1.2 Saran
Apabila dalam kenyataannya terdapat ketidakselarasan dalam perkembangan
kepribadian remaja yang akhirnya menjadi suatu permasalahan lingkungan pun
memberikan pengaruhnya pada saat itu.Untuk itu perlu diadakannya kerjasama semua
pihak agar tercipta keselarasan individu yang baik peserta didik usia Sekolah Dasar
maupun Sekolah Menegah Pertama.

16
DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. (2006). Psikologi perkembangan: Pendekatan ekologi kaitannya dengan


konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja. Bandung: Refika Aditama.

Gunarsa, S. D. (1989). Psikologi olahraga. Jakarta: Gunung Mulia.

Hasan, F., Shah, A. A., & Hameed, A. (2006). Industrial applications of microbial
lipases. Enzyme and Microbial technology, 39(2), 235-251.

Suhada,Idad.2017.Perkembangan Peserta Didik.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya

Sumantri,M.2004.Perkembangan Peserta Didik.Jakarta:Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan

Pratiwi,Indah.2004.Implikasi Perkembangan Anak Usia Sekolah Menengah terhadap


Penyelenggaraan Pendidikan.Medan:Universitas Negeri Medan

Yusron.2013.Implikasi Pendidikan bagi Anak Usia SD.Pontianak:Universitas


Tanjungpura

Yusuf, S., Hawken, S., Ounpuu, S., Bautista, L., Franzosi, M. G., Commerford, P., ...
& Tanomsup, S. (2005). Obesity and the risk of myocardial infarction in 27 000 participants
from 52 countries: a case-control study. The Lancet, 366(9497), 1640-1649.

iii

Anda mungkin juga menyukai