Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

UPAYA GURU DALAM MEMBANTU MURID SD MENYELESAIKAN


TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SECARA OPTIMAL SERTA
MENGEMBANGKAN BAKAT DAN KREATIVITAS MURID SD

Disusun Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata

Kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik

Dosen Pengampu :

Dra. Nanik Yuliati, M.Pd.

Disusun Oleh :

Refi Aziza Maulidya 220210204067

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan
pada penyusun untuk menyelesaikan masalah ini. Atas rahmat dan hidayah-nya lah penyusun
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “UPAYA GURU DALAM MEMBANTU
MURID SD MENYELESAIKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SECARA
OPTIMAL SERTA MENGEMBANGKAN BAKAT DAN KREATIVITAS MURID SD ”
dengan tepat waktu.

Makalah “UPAYA GURU DALAM MEMBANTU MURID SD


MENYELESAIKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SECARA OPTIMAL
SERTA MENGEMBANGKAN BAKAT DAN KREATIVITAS MURID SD” ini disusun
guna memenuhi Ujian Tengah Semester Dra. Nanik Yuliati, M.Pd. Pada mata kuliah
Perkembangan Belajar Peserta Didik di Universitas Jember. Selain itu, penyusun juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca mengenai Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak.

Penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Nanik Yuliati,
M.Pd., selaku dosen mata kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penyusun. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan diterima demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 30 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 2
BAB II. PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3
2.1 Fase dan Tugas Perkembangan Anak Sekolah Dasar ............................................ 3
2.2 Konsep Kreativitas Anak Sekolah Dasar ................................................................ 8
2.3 Definisi Peran Guru .................................................................................................. 9
2.4 Peran Guru dalam Mengoptimalkan Tugas-Tugas Perkembangan Anak Sekolah
Dasar.................................................................................................................................... 10
2.5 Peran Guru dalam Mengembangkan Bakat Anak Sekolah Dasar ..................... 12
2.6 Peran Guru dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Sekolah Dasar ............ 15
2.7 Indikator untuk Mengembangkan Kemampuan Anak ....................................... 18
BAB III. PENUTUP ............................................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 20
3.2 Saran.............................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 21

iii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan kecerdasan setiap siswa dipengaruhi oleh gurunya, dan peran serta
pengaruh guru dalam bidang pendidikan menentukan besar kecilnya kualitas suatu
bangsa. Kehadiran guru di kelas selama proses pembelajaran mengontrol seberapa
terlibat siswa. Siswa tidak akan memahami mata pelajaran yang ditawarkan jika guru
hanya memberikan pekerjaan rumah tanpa memberikan penjelasan atau contoh yang
jelas.

Guru merupakan unsur manusia dalam proses belajar mengajar, yang berperan
dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia pembangunan masa depan.
Akibatnya, salah satu komponen di bidang pendidikan harus berpartisipasi aktif dan
memantapkan posisinya sebagai tenaga profesional sejalan dengan tuntutan masyarakat
yang semakin meningkat. Dalam pengertian tertentu, dapat dikatakan bahwa setiap
guru bertanggung jawab untuk membawa muridnya ke tingkat kedewasaan tertentu.

Setiap orang akan mengembangkan ketangkasan dalam menguasai bakat


tertentu dengan lebih cepat dan mudah seiring bertambahnya usia. Selain itu, anak-anak
akan mengambil pola perilaku tertentu berdasarkan tahap perkembangan mereka.
Pertumbuhan biologis adalah faktor utama yang digunakan untuk menentukan tahap
perkembangan individu untuk mencapai tahap tertentu.

Setiap orang berkembang pada kecepatan dan tingkat perkembangan fisik dan
mental tertentu. Baik yang cepat maupun yang lambat ada di antara mereka. Setiap
orang melewati tahap perkembangan yang berbeda sepanjang hidupnya, termasuk masa
bayi, masa kanak-kanak, anak-anak, remaja, dewasa, dan usia tua. Menurut uraian yang
diberikan, fase perkembangan adalah suatu wilayah perkembangan yang terjadi selama
hidup seseorang dan ditandai oleh ciri-ciri atau pola perilaku tertentu.

Tergantung pada tahap perkembangan setiap orang, tugas pertumbuhan dan


perkembangan akan terjadi. Setiap orang memiliki tanggung jawab untuk
menyelesaikan pekerjaan ini. Setiap perubahan yang terjadi pada waktu tertentu
diperlukan dan akan diterapkan secara otomatis saat orang mempelajari keterampilan
baru dan melaksanakan tugas perkembangan.

1
Guru di kelas harus bertindak sebagai pemandu yang membantu siswa dalam
proses penemuan diri dan pertumbuhan pribadi. Seorang guru perlu memiliki
pemahaman yang mendalam tentang berbagai konsep untuk menemukan dan
menumbuhkan kreativitas siswa, termasuk apa itu kreativitas, bagaimana
perkembangan psikologis siswa, dan strategi pengajaran yang terbaik.

Selain itu, guru harus menyadari bahwa setiap anak memiliki kapasitas
kreativitas yang unik tergantung pada proses psikologis yang mendasarinya. Akibatnya,
sekolah, dan khususnya instruktur, dapat mendorong atau menghambat pertumbuhan
kreatif siswa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasrakan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai
berikut :

1. Apa pengertian dari fase dan tugas perkembangan anak SD?


2. Bagaimana konsep kreativitas anak SD ?
3. Apa definisi dari peran guru ?
4. Bagaimana peran guru dalam mengoptimalkan tugas-tugas perkembangan anak SD ?
5. Bagaimana peran guru dalam mengembangakan bakat siswa SD ?
6. Bagaimana peran guru dalam mengembangkan kreativitas siswa SD ?
7. Apa saja indikator untuk mengembangkan kemampuan anak SD ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari fase dan tugas perkembangan anak SD.
2. Untuk mengetahui konsep kreativitas anak SD.
3. Untuk mengetahui definisi peran guru.
4. Untuk mengetahui peran guru dalam mengoptimalkan tugas-tugas
perkembangan anak SD.
5. Untuk mengetahui peran guru dalam mengembangakan bakat siswa SD.
6. Untuk mengetahui peran guru dalam mengembangkan kreativitas siswa SD.
7. Untuk mengetahui indikator mengembangkan kemampuan anak SD.

2
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Fase dan Tugas Perkembangan Anak Sekolah Dasar

A. Fase Perkembangan Anak Sekolah Dasar


Kepribadian integral berhubungan dengan perkembangan. Fase kanak-
kanak menengah mempengaruhi siswa sekolah dasar antara usia 6 dan 11 tahun
(Sumantri, 2014: 99). Anak-anak di tahap pertengahan masa kanak-kanak mampu
membaca, menulis, dan berhitung. Aspek fisik-motorik, kognitif, sosio-emosional,
linguistik, dan moral agama dari setiap kepribadian anak semuanya dapat digunakan
untuk mengamati tahap perkembangan siswa sekolah dasar.
Tahapan perkembangan pada anak-anak ini dijelaskan:
1. Fisik-motorik
Ketika anak memasuki usia sekolah dasar, pertumbuhan fisik terlihat
pada peningkatan tinggi, berat badan, dan kekuatan mereka dibandingkan ketika
mereka berada di PAUD/TK. Perubahan pada sistem rangka, otot, dan
kemampuan gerak dapat digunakan untuk menunjukkan hal ini.
Anak-anak lebih kuat dan lebih mampu secara fisik saat melakukan
aktivitas di luar ruangan seperti berenang, joging, memanjat, dan melompat.
Anak-anak terlibat dalam latihan fisik ini dalam upaya mengembangkan
koordinasi, keterampilan motorik, stabilitas tubuh, dan kemampuan
menyalurkan energi yang tersimpan. Izzaty tahun 2008.
Siswa sekolah dasar laki-laki dan perempuan secara fisik berkembang
secara berbeda. Biasanya, anak perempuan lebih kecil dan lebih ringan daripada
anak laki-laki. 2011 (Slavin). Kondisi fisik anak yang tidak normal seperti anak
yang terlalu tinggi atau terlalu pendek, anak yang terlalu kurus atau anak yang
terlalu gemuk, akan menurunkan rasa percaya diri anak. Komponen
perkembangan fisik-motor ini juga mempengaruhi bagian perkembangan
lainnya. Kehidupan sosial anak dan rasa percaya akan terhubung (Latifa, 2017).

2. Kognisi
Aspek perkembangan kognitif adalah perubahan yang berkaitan dengan
bakat kognitif anak, khususnya kapasitas mereka untuk berpikir dan
memecahkan masalah. Anak-anak di sekolah dasar menunjukkan ciri-ciri

3
pemikiran yang khas. Mereka berpikir secara berbeda dari orang dewasa dan
anak kecil.
Orang dewasa dan anak-anak memiliki cara berbeda dalam mengatur
pengetahuan yang mereka pelajari dan cara mengamati dunia di sekitar mereka.
Salah satu teori perkembangan kognitif yang paling terkenal adalah teori
perkembangan Piaget.
Menurut teori Piaget, anak-anak di sekolah dasar, atau kira-kira berusia
7 hingga 11 tahun, berada dalam tahap operasional konkret, tahap ketiga dari
tahap perkembangan kognitif yang dicetuskannya. Anak-anak dianggap mampu
menalar logis tentang segala sesuatu yang konkret pada tingkat ini, tetapi
mereka tidak dianggap mampu menalar tentang sesuatu yang abstrak
(Trianingsih, 2016).
Anak-anak di sekolah dasar akan berkembang secara kognitif dengan
cepat. Anak-anak akan mulai belajar bagaimana merumuskan gagasan,
mengenali hubungan, dan menyelesaikan masalah dalam skenario dunia nyata.
2011 (Slavin). Untuk memfasilitasi kemampuan anak dalam bernalar secara
rasional dan memecahkan masalah, guru harus dapat menyediakan lingkungan
belajar yang nyata bagi mereka. 2016 (Trianingsih).

3. Perkembangan sosio-emosional.
Hubungan anak dengan teman sekelasnya menjadi lebih intens
sepanjang era ini, dan ketergantungan mereka pada keluarga berkurang. Anak-
anak lebih suka bermain dan bercakap-cakap di lingkungan sosialnya pada masa
ini karena hubungan dan kontak sosial lebih baik dari sebelumnya.
Dari pembenaran tersebut dapat disimpulkan bahwa teman sebaya
berperan penting dalam perkembangan sosial anak karena melalui teman sebaya,
anak dapat belajar tentang dunia anak di luar rumah dan mendapatkan informasi
tentangnya (Murni, 2017).
Anak-anak juga mulai mengembangkan gagasan mereka sendiri tentang
siapa mereka sebagai anggota kelompok sosial selain keluarga mereka selama
tahap ini. Interaksi sosial anak-anak dengan orang dewasa di luar keluarga
mereka memiliki dampak yang signifikan terhadap seberapa percaya diri
mereka.

4
Anak-anak akan mengembangkan rasa percaya diri jika mereka tidak
mampu menyelesaikan hal-hal seperti teman-temannya. Peran guru dalam
kegiatan pendidikan sangat penting untuk mengembangkan rasa percaya diri
dan motivasi anak untuk bekerja dengan kemampuan terbaiknya.

4. Perkembangan Bahasa
Dalam pertemuan sosial, bahasa adalah alat untuk berkomunikasi. Sejak
awal tahun sekolah dasar hingga akhir masa puber, perkembangan bahasa anak
akan mengalami kemajuan. Bahasa anak-anak berkembang sangat cepat antara
usia 7-8 (akhir sekolah dasar). Meskipun ia terkadang bermasalah dan membuat
kesalahan, anak tersebut memiliki pemahaman tentang tata bahasa dan mampu
memperbaikinya. Anak-anak telah belajar bagaimana mendengarkan dengan
baik. Kemampuan mendengarkan cerita dan kemudian menceritakannya
kembali dalam urutan dan susunan yang logis merupakan keterampilan yang
dimiliki anak. Anak muda itu telah menyatakan minatnya pada puisi dan mampu
mengomunikasikan emosi dan pikirannya melalui puisi.
Anak-anak memiliki kapasitas untuk memahami beberapa arti dan
menambah humor pada kata-kata. (Surna.2014). Pengaruh lingkungan
merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi bagaimana anak di sekolah
dasar meningkatkan kemampuan berbahasanya. Anak-anak di sekolah dasar
telah banyak menimba ilmu dari orang lain di lingkungan terdekatnya, terutama
dari keluarga mereka. Karena bahasa anak pada hakikatnya akan dipengaruhi
oleh lingkungannya, maka sebaiknya orang tua dan masyarakat menggunakan
bahasa yang lebih selektif dan baik ketika berada di sekitar anak (Adriana tahun
2008).

5. Perkembangan Moral Keagamaan


Pelajaran perkembangan moral anak dipusatkan pada lingkungan
keluarga dan dunia sosial yang lebih luas di luar keluarga. Menurut teori
perkembangan moral, perkembangan moral seorang siswa dipengaruhi oleh
norma dan nilai sosial yang ada di sekitarnya (Trianingsih, 2016).
Moral anak belum berkembang dengan cepat pada masa perkembangan
anak usia dini karena merupakan hasil perkembangan kognitif anak yang belum
mencapai pemahaman tentang prinsip benar dan salah tentang sesuatu; pada
5
titik ini, anak-anak tidak dapat membedakan antara hal yang benar untuk
dilakukan dan hal yang benar untuk dilakukan. tidak memungkinkan. (Murni,
2017). Menurut periodisasi perkembangan Piaget, siswa kelas I, II, III, dan IV
sekolah dasar berada pada tahap transisi dimana mereka berpindah dari tahap
realisme moral ke tahap moral otonom.
Perilaku moral anak kadang-kadang mirip dengan anak-anak dalam fase
heterogen dan kadang-kadang mirip dengan anak-anak otonom sebagai akibat
dari masa transisi. Bagi siswa kelas II, III, dan IV yang masih dalam tahap
perkembangan moral yang heterogen, hal ini berarti siswa mulai menilai
perilaku baik atau buruk berdasarkan akibat daripada tujuan atau motivasi
pelaku. Misalnya, jika seorang anak muda secara tidak sengaja memecahkan 12
gelas, mereka akan menganggap ini sebagai perilaku yang lebih buruk daripada
jika mereka dengan sengaja memecahkan satu gelas untuk mengambil kue.
Sebaliknya, memang benar bahwa memecahkan 12 gelas secara tidak
sengaja lebih baik daripada memecahkan gelas karena mereka ingin mencuri
kue untuk anak-anak muda yang berada dalam tahap pertumbuhan moral yang
mandiri. Bagi anak muda, kesalahan perilaku ditentukan oleh niat individu yang
terlibat dalam tindakan tersebut, bukan oleh hasil dari perilaku tersebut. Guru
harus mampu menanamkan moralitas pada anak berkaitan dengan komponen-
komponen pertumbuhan moral. tanpa disadari oleh anak agar dapat
menumbuhkan kesadaran dalam diri anak untuk bertingkah laku secara moral.
2016 (Trianingsih).

B. Tugas Perkembangan Anak Sekolah Dasar


Tugas perkembangan individu, menurut Havigurst, adalah tugas yang
muncul pada waktu tertentu dalam kehidupan seseorang. Jika suatu pekerjaan
diselesaikan dengan sukses, itu dapat membuat orang tersebut bahagia dan
membuat aktivitas selanjutnya menjadi lebih mudah. Jika suatu pekerjaan tidak
berhasil diselesaikan, orang tersebut akan merasa kecewa dan mungkin merasa sulit
untuk melanjutkan ke tugas perkembangan berikutnya. (Shaodih). Anak usia 6
sampai 12 tahun pada hakikatnya sedang menjalani tugas perkembangan berupa
keterampilan yang harus dipelajari oleh siswa sekolah dasar.
Delapan tugas perkembangan anak antara usia 6 dan 12 dijelaskan oleh
Havigusrt. Berikut ini adalah delapan tugas perkembangan:
6
1. Belajar keterampilan fisik yang dibutuhkan dalam permainan
Anak muda memperoleh kemampuan untuk menggunakan ototnya
untuk mempelajari berbagai kemampuan selama ini. Hasilnya tulang dan otot
anak tumbuh dengan cepat. Mereka sangat membutuhkan permainan dan
aktivitas. Mereka dapat berpartisipasi dalam permainan dengan aturan yang
ditetapkan. Aturan permainan yang tepat yang harus diikuti lebih jelas bagi
siswa di tingkat kelas yang lebih tinggi.

2. Pengembangan sikap terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang


berkembang.
Anak harus belajar menjaga kebersihan, kesehatan, dan keselamatan
dirinya dan lingkungannya, serta akibat yang akan ditimbulkan jika melakukan
perilaku yang dapat membahayakan dirinya dan lingkungannya, agar dapat
memahami dan mampu mengembangkan kebiasaan hidup sehat.

3. Berkawan dengan teman sebaya.


Anak-anak perlu terlibat dalam interaksi sosial dengan teman sekelas
begitu mereka mulai bersekolah. Anak usia sekolah dasar harus mampu
membangun persahabatan dengan individu di luar keluarga dekatnya sebagai
sarana interaksi sosial.

4. Belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki dan wanita.


Anak-anak mulai memahami peran gender mereka sekitar usia 9 hingga
10 tahun. Baik laki-laki maupun perempuan menunjukkan perilaku perempuan.
Anak-anak sekarang telah menyatakan minatnya pada topik yang sesuai gender.
Anak perempuan senang bermain boneka dengan anak perempuan lain,
misalnya, dan laki-laki senang bermain bola dengan teman laki-laki mereka.

5. Belajar menguasai keterampilan dasar membaca, menulis, dan berhitung.


Anak-anak di sekolah dasar sekarang sudah bisa berhitung, menulis, dan
membaca secara mendasar. Anak sudah dapat belajar di sekolah dan mampu
mengenal simbol-simbol sederhana sejak perkembangan kognitif dan
biologisnya sudah siap untuk sekolah.
7
6. Pengembangan konsep yang dibutuhkan dalam kehidupan anak.
Anak muda perlu mengetahui berbagai konsep pada titik ini yang
penting untuk kehidupan sehari-hari. seperti konsep warna, angka,
perbandingan, dan lain-lain.

7. Pengembangan moral, nilai dan kata hati.


Anak-anak harus mulai belajar bagaimana mengelola perilaku mereka
sejak usia dini untuk menegakkan standar moral. Aturan harus dipatuhi,
tanggung jawab harus diterima, dan anak-anak harus mampu membedakan
antara diri mereka sendiri dan orang lain.

8. Mengembang sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial.


Anak-anak sekarang dapat belajar untuk menyadari tempat mereka di
komunitas rumah dan sekolah mereka. Aturan-aturan yang berlaku di rumah dan
di sekolah harus diajarkan kepada anak (Prayitno, 2006).

2.2 Konsep Kreativitas Anak Sekolah Dasar

Munandar (1992) mendefinisikan kreativitas sebagai kapasitas untuk


mengidentifikasi sejumlah besar solusi potensial untuk suatu masalah, dimana
penekanannya adalah pada kuantitas, keberhasilan, dan keragaman solusi. Seseorang
semakin kreatif semakin banyak tanggapan yang mereka berikan yang berkaitan dengan
masalah yang dihadapi. Secara operasional, kreativitas adalah keterampilan yang
menunjukkan orisinalitas, fluiditas, dan kemampuan beradaptasi dalam berpikir, serta
kemampuan untuk mengembangkan ide. Ada dua kualitas yang membuat sesuatu
menjadi kreatif, yaitu kualitas pemikiran kreatif dan kualitas emotif.

Kefasihan, kemampuan beradaptasi, orisinalitas, dan elaborasi adalah contoh


ciri-ciri kreativitas yang terkait dengan kapasitas pemikiran orisinal seseorang.
Sementara itu, kualitas afektif kreativitas diperlukan agar kreativitas terwujud dalam
perilaku. Ciri-ciri emosional ini, seperti rasa ingin tahu, sifat inventif, tantangan,
kecenderungan mengambil risiko, dan rasa hormat, terkait dengan sikap dan sentimen
seseorang.

8
2.3 Definisi Peran Guru

Dalam proses pendidikan, guru tidak hanya berperan sebagai pengajar tetapi
juga sebagai pembelajar. Guru memiliki pekerjaan yang sangat penting; tidaklah cukup
bagi mereka untuk hanya menyampaikan pengetahuan; mereka juga perlu melayani
sebagai pendidik, pembimbing, dan pembimbing. Inilah yang dimaksud ketika siswa
merujuk pada guru dalam konteks pembelajaran. Guru harus memiliki berbagai
keterampilan di samping kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi pendidik
profesional. Kompetensi pada tingkat pribadi, profesional, dan sosial. Kualitas
instruktur menentukan seberapa banyak pendidikan suatu bangsa dapat dianggap maju.
Memiliki kemampuan mengajar atau pedagogik untuk mengajar dan menyampaikan
suatu proses pendidikan agar siswa dapat memahami, memahami, bahkan
menyemangati siswa, merupakan salah satu syarat bagi seorang guru.

Guru berperan sebagai role model bagi siswa. Sementara murid juga berfungsi
sebagai cermin guru. Dimana murid akan diberikan contoh penampilan, tingkah laku,
tutur kata, cara bersikap, dan cara mendidik. Guru sering muncul begitu saja,
memberikan pekerjaan rumah, lalu pergi kembali ke kamarnya atau melakukan
kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan tugas mengajarnya.

Jika ini terus terjadi, standar pendidikan akan sama dengan lima atau sepuluh
tahun mendatang. Bahkan guru dapat dibatasi dalam apa yang dapat dikutuknya, siswa
yang tidak memahami materi pelajaran atau mereka yang mendapat nilai di bawah
standar. Ada beberapa persoalan pendidikan, salah satunya adalah ketidakefektifan
posisi guru sebagai pembelajar dari waktu ke waktu.

Peran seorang guru pada hakekatnya terdiri dari empat aspek, yaitu:

1. Peran Guru sebagai Pribadi


Kemampuan seorang guru untuk mengarahkan pendidikan ke arah tertentu,
dimulai dari kepribadiannya sendiri. Guru, secara pribadi, memberikan kontribusi
untuk aktualisasi diri dengan memberikan kepribadian yang khas yang sejalan
dengan karir mengajar yang mereka pilih. Pepatah ini menggambarkan perlunya
guru memiliki kepribadian yang utuh dalam rangka memenuhi tugas dan
kewajibannya.

9
2. Peran Guru di Keluarga
Dalam keluarganya sendiri, guru juga berfungsi sebagai pengelola dan
pendidik. Hal ini menunjukkan bahwa guru yang memiliki visi dan tujuan yang jelas
merupakan tonggak keluarga yang kuat.

3. Peran Guru di Sekolah


Salah satu aspek yang menentukan sukses tidaknya suatu sistem pendidikan
suatu lembaga telah tersusun adalah fungsi guru di dalam kelas. Empat kompetensi
dasar guru profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial menjadi standar kualitas
seorang guru dan kinerjanya di kelas.

4. Peran Guru di Masyarakat


Guru berfungsi sebagai panutan bagi masyarakat serta siswa kelas mereka.
Guru berfungsi sebagai penghubung antara masyarakat dengan sekolah. Hal ini
dapat ditunjukkan dalam beberapa kegiatan pendidikan yang erat kaitannya dengan
keadaan sosial ekonomi masyarakat sekitar. Dengan kata lain, sekolah merupakan
salah satu komponen usaha untuk mengajarkan cita-cita masyarakat kepada siswa.

2.4 Peran Guru dalam Mengoptimalkan Tugas-Tugas Perkembangan Anak

Sekolah Dasar

Untuk membantu anak tumbuh dan sesukses mungkin dalam tanggung jawab
perkembangannya, guru dapat memainkan berbagai peran, termasuk peran yang
tercantum di bawah ini.

1. Pencapaian tugas perkembangan melalui kelompok teman sebaya


Bagi anak-anak, teman sebaya memainkan peran penting. Saat
menunjukkan kesetiaan mereka, teman sebaya sering didahulukan daripada orang
tua atau guru (LN, 2014).
Anak-anak dapat mencapai sejumlah tujuan perkembangan dalam
kelompok sebaya ini, seperti menjalin hubungan baru yang matang dengan teman
sekelas dan mengambil peran sosial sebagai laki-laki dan perempuan.
Guru dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan perkembangan tersebut
dengan: (1) mendidik atau melatih mereka dalam keterampilan sosial, (2) memberi

10
mereka kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, dan (3)
mencontohkan kehidupan demokrasi atau persahabatan yang sehat bagi mereka (LN,
2014).

2. Mencapai perkembangan kemandirian pribadi


Guru dapat memainkan sejumlah peran dalam membantu siswa dalam
mengembangkan rasa diri mereka, termasuk:
a. Siapkan ruang untuk kegiatan ramah anak
b. Membina lingkungan di sekolah yang mendukung perkembangan kematangan
emosi anak
c. Beri mereka kesempatan untuk bertanya atau menyuarakan pendapat mereka.
d. Ajari anak-anak membuat keputusan dan keterampilan memecahkan masalah.
e. Bantu anak-anak untuk mendapatkan kepercayaan diri
f. Dorong anak muda untuk memandang pendidikan sebagai investasi di masa
depan mereka, bukan sekadar tempat bersekolah dan belajar.
g. Instruktur menumbuhkan sikap positif, kegembiraan, atau kebiasaan belajar
anak melalui proses belajar mengajar atau melalui pengawasan khusus (LN,
2014).

3. Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa


Sifat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan relevan dengan aktivitas
perkembangan ini. Keimanan dan ketakwaan ini harus dipupuk sejak dini karena
merupakan tanggung jawab perkembangan.
a. Pengurus sekolah, guru, dan staf lainnya harus peduli dengan pembinaan nilai-
nilai agama di sekolah, baik melalui
(a) Aktivitas pembelajaran kelas
(b) Penyuluhan ; dan
(c) Kebiasaan .

b. Guru harus berakhlak mulia, berwawasan luas, dan profesional. Mereka juga
harus dapat mengatur materi pembelajaran sedemikian rupa sehingga anak-anak
menganggapnya menarik dan bermakna.

11
c. Guru memasukkan prinsip-prinsip agama ke dalam mata pelajaran yang mereka
ajarkan sehingga siswa mengembangkan pandangan yang baik tentang prinsip-
prinsip agama.

d. Masjid-masjid tersedia di sekolah-sekolah sebagai laboratorium spiritual, dan


mereka sangat kompeten dan berjalan.

e. Bekerja sama dengan orang tua untuk mengajarkan siswa tentang iman dan
taqwa mereka (LN, 2014).

4. Pembelajaran Berbasis Perkembangan


Implementasi kurikulum untuk meningkatkan pengalaman belajar anak-
anak berdasarkan minat, kebutuhan, dan keterampilan mereka sangat penting, kata
Obidike et al., dan instruktur memainkan peran penting dalam hal ini. Hal ini
menunjukkan bahwa pengajar harus mampu merancang kegiatan sehari-hari sesuai
dengan tahap perkembangan anak.

2.5 Peran Guru dalam Mengembangkan Bakat Anak Sekolah Dasar

Kompetensi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah


merupakan salah satu aspek yang menentukan keberhasilan pelaksanaan program
pendidikan di sekolah. Seorang guru harus dapat memiliki gelar minimal sarjana,
memiliki pengalaman mengajar, memiliki kreativitas yang tinggi, ingin tahu, adil dan
jujur, serta disiplin agar proses belajar mengajar dapat berjalan lebih efektif. tinggi,
menyenangkan, dan keluar. Bahkan selama proses belajar mengajar, tingkat simpati
siswa yang tinggi terhadap guru biasanya akan memberikan dampak yang
menguntungkan pada seberapa baik proses belajar mengajar berjalan.

Sikap penyidik juga merupakan salah satu unsur yang paling menentukan dalam
menentukan berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar, terutama dalam hal
pengembangan kemampuan dan kreativitas siswa di dalam kelas. Setiap guru
diharapkan berperan aktif sebagai komunikator, motivator, dan fasilitator sesuai dengan
kualifikasinya. Karena anak-anak membutuhkan ketiga peran tersebut untuk

12
mengembangkan minat, bakat, dan kreativitasnya dalam berbagai sektor, baik di dalam
maupun di luar kelas, di dalam keluarga, dan di lingkungan sosialnya.

Ketika mengajar sains, guru harus menjadi komunikator efektif yang dapat
mengembangkan dan mentransfer berbagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan
kepada siswanya melalui berbagai metode pengajaran yang memungkinkan siswa
menginternalisasi, menyerap nilai, dan memperoleh pengetahuan dan keterampilannya
sendiri.

Sebagai fasilitator, guru harus berupaya memantapkan dirinya sebagai


seseorang yang benar-benar dapat membantu siswa dalam mengatasi hambatan
perkembangan kemampuan dan kreativitasnya. Ini akan membantu merampingkan dan
mempercepat proses pembelajaran yang melibatkan anak-anak. Untuk memperoleh
keterampilan ini, seorang guru harus mengikuti pelatihan akademik dan terus mengikuti
perkembangan sambil berpegang pada pengetahuan yang sangat baik dan akurat.

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana guru dapat membantu siswa
meningkatkan bakat mereka, yaitu :

1. Perhatian
Setiap orang berbeda, sehingga setiap bakat layak mendapat pertimbangan
khusus. Tanpa kita ketahui, ternyata banyak murid yang berjuang untuk
mendapatkan perhatian profesornya.
Banyak murid merasa bahwa guru mereka tidak peduli dengan mereka, yang
menurunkan prestasi. Permasalahan siswa tentunya sangat membebani pikiran
mereka, sehingga membuat mereka sulit termotivasi untuk mengasah bakatnya.
Siswa sebenarnya membutuhkan perhatian, inspirasi, dan bantuan guru,
yang biasanya diberikan melalui kegiatan bimbingan belajar. Guru yang kami ajak
bicara mengatakan bahwa dalam situasi ini, guru harus dapat memperhatikan setiap
anak sehingga mereka mengetahui apa yang terjadi dengan mereka, terlepas dari
apakah siswa membutuhkan bantuan mereka.
Namun, sebaiknya setiap atau semua siswa mendapat perhatian karena
mereka yakin bahwa setiap siswa memiliki kesulitan dalam mengembangkan
keterampilan unik mereka. Bahkan jika seorang siswa telah mencapai kesuksesan
besar, itu tidak berarti bahwa mereka bebas dari masalah.

13
2. Kerjasama (Orangtua dan Guru)
Dalam hal pendidikan anak, orang tua dan guru pada hakikatnya memiliki
tujuan yang sama: mendidik, membimbing, mengasuh, dan membimbing anak
hingga dewasa. Jika siswa memiliki bakat, guru akan senang melihat mereka. Orang
tua juga akan senang dan lebih bangga dengan anak-anak mereka jika mereka
memiliki bakat dan prestasi yang sangat baik. Alhasil, baik orang tua maupun
pengajar ingin menyekolahkan anaknya. Tentu, harus ada interaksi yang kuat antara
instruktur dan orang tua untuk memenuhi tujuan tersebut.
Karena guru dan orang tua adalah dua orang yang bekerja secara langsung
dengan siswa setiap hari, komunikasi yang baik di antara mereka sangatlah penting.
Pengembangan bakat siswa tidak akan berjalan dengan baik jika guru dan orang tua
tidak bekerja sama secara efektif. Siswa akan terinspirasi untuk selalu memenuhi
tanggung jawabnya sebagai siswa, antara lain belajar dengan cermat dan aktif
mengembangkan keterampilannya, jika orang tua dan pengajar bekerja sama.

3. Belajar atau Latihan


Proses pembelajaran melibatkan generasi atau modifikasi perilaku melalui
pengulangan atau pengalaman. Mirip dengan bagaimana bakat dimunculkan, bakat
terpendam harus dilatih secara terus menerus dan rutin sampai berkembang. Dapat
dikatakan bahwa kemampuan yang sebelumnya rata-rata atau bahkan tidak
terdeteksi akan berkembang dengan baik jika dikembangkan, dipelihara, dan dilatih.
Agar siswa terbiasa belajar, guru tidak hanya memberikan pengetahuan
tetapi juga memberikan kegiatan. Adalah tanggung jawab guru untuk membantu
anak ketika mereka mengalami kesulitan. Sangat bermanfaat bagi anak-anak untuk
mengembangkan keterampilan mereka dengan pengetahuan dan latihan yang
ditawarkan oleh instruktur di sekolah mereka, yang berfungsi sebagai pemandu.

4. Menjaga Kestabilan Motivasi


Dorongan yang dapat menghasilkan kegiatan tertentu yang ditujukan untuk
mencapai tujuan tertentu disebut motivasi. Keberhasilan belajar siswa dapat
diprediksi dari tingkat motivasi belajarnya; siswa yang sangat termotivasi untuk
belajar biasanya berprestasi tinggi; sebaliknya, siswa yang kurang termotivasi untuk
belajar juga akan berprestasi buruk. Hasil yang dicapai akan bergantung pada
tingkat usaha atau kegembiraan seseorang untuk beraktivitas, dan tentu saja, tingkat
14
antusiasmenya. Oleh karena itu, adalah tanggung jawab kita sebagai pendidik untuk
menginspirasi siswa agar secara aktif mengejar pengembangan keterampilan
mereka.

5. Memberikan Penguatan
Ketika siswa menanggapi secara positif perilaku tertentu, perilaku tersebut
didorong untuk diulang. Hal ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk
mengembangkan bakatnya dengan memberikan penguatan dalam bentuk perhatian
dan bentuk penghargaan lainnya. Meningkatkan perhatian siswa,
mempercepat/mempermudah proses pembelajaran, membangkitkan dan
mempertahankan motivasi, serta membimbing cara berpikir yang sehat adalah
tujuan pemberian penguatan kepada siswa dalam rangka mengembangkan bakatnya.

6. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan yang berlangsung
di luar kelas dan dirancang untuk membantu siswa berkembang sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minatnya. Kegiatan ini diselenggarakan oleh guru
dan/atau anggota staf kependidikan lainnya yang berkualifikasi dan disetujui.
Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk membantu anak-anak menemukan
keterampilan mereka. Anak-anak yang berpartisipasi dalam kegiatan
ekstrakurikuler akan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang keterampilan
dan kelemahan mereka. Mengingat lingkungan sekitar tempat ekstrakurikuler akan
lebih berkembang.

2.6 Peran Guru dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Sekolah Dasar

Guru memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menumbuhkan kreativitas


siswa selama mereka berada di sekolah. Merupakan tanggung jawab guru untuk
menetapkan tujuan dan sasaran pembelajaran, membantu membentuk nilai-nilai siswa,
memilih kegiatan pembelajaran, membuat metodologi pengajaran, dan mencontohkan
perilaku yang sesuai dengan tuntutan mereka. Dengan kata lain, terserah kepada
instruktur untuk menilai pekerjaan, perilaku, dan sikap murid mereka.

15
Menurut Davis, ciri-ciri yang harus dimiliki guru untuk menumbuhkan
kreativitas siswa meliputi minat belajar, kompetensi dalam mengajar, keadilan dan
ketidakberpihakan, sikap kooperatif yang demokratis, fleksibilitas, rasa humor,
penggunaan penghargaan dan pujian, perhatian terhadap masalah anak, serta memiliki
penampilan dan sikap yang menarik (dalam Munandar, 2009). Guru mungkin dapat
menginstruksikan siswa dalam penggunaan kemampuan khusus mata pelajaran seperti
aritmatika, bahasa, atau sains, tetapi mereka tidak dapat mengajarkan kreativitas atau
keinginan intrinsik. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa motivasi intrinsik dan
kreativitas paling baik dikomunikasikan melalui contoh-contoh dan dengan
membangun lingkungan kelas yang memotivasi.

Munandar (2009) menegaskan bahwa sikap instruktur dan filosofi pengajaran


adalah dua faktor yang harus diperhatikan dalam menumbuhkan kreativitas siswa di
kelas. Dengan menumbuhkan motivasi intrinsik siswa, guru dapat menumbuhkan
kreativitas siswanya. Motivasi intrinsik siswa dapat meningkat jika guru memberi
mereka kebebasan untuk menawarkan ide, mempertimbangkan solusi alternatif, dan
memecahkan masalah.

Penting untuk mengenal sejumlah filosofi pengajaran, seperti yang disebutkan


oleh Munandar (2009), untuk mendorong inovasi siswa, yaitu :

(1) Pendidikan itu berharga dan menyenangkan;


(2) Setiap siswa adalah individu istimewa yang perlu disayangi dan dihormati. Selain
itu, siswa bebas untuk mengungkapkan dan secara terbuka mendiskusikan semua
kekhawatiran mereka dengan guru atau teman sebayanya;
(3) Mereka didorong untuk menjadi pelajar yang aktif daripada pasif;
(4) Tidak ada suasana tegang atau stres saat guru mengajar di kelas;
(5) Siswa merasa bangga dan memiliki saat berada di kelas;
(6) Pengalaman belajar harus menyerupai pengalaman dunia nyata; dan
(7) Guru selalu mengutamakan kebutuhan siswa.

Guru harus fokus pada teknik mengajar yang menumbuhkan kreativitas siswa
setelah memahami filosofi mengajar. Memberi siswa pilihan untuk memilih topik atau
kegiatan yang akan diselesaikan untuk memecahkan suatu masalah adalah salah satu
cara guru dapat mendorong inovasi siswa. Kebutuhan kedua adalah bahwa siswa
berpartisipasi dalam evaluasi pekerjaan mereka sendiri. Ketiga, ketika siswa berhasil

16
memecahkan suatu masalah, guru memberikan hadiah yang tidak berwujud (nonmateri)
seperti kata-kata pujian, senyuman, atau anggukan.

Barbe dan Renzulli (1975, dalam Munandar, 1992) mengungkapkan bahwa


terdapat beberapa implikasi bagi guru sehubungan dengan filosofi pendidikan yang
mengakui perbedaan individu, termasuk perbedaan kreativitas. Misalnya, guru harus
memahami dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya), guru harus mengetahui dan
memahami konsep keberbakatan, dan guru kemudian harus menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif sesuai dengan kemampuan anak. Guru juga harus memberi siswa
lebih banyak tantangan, lebih memperhatikan proses pembelajaran daripada hanya
menguasai materi, lebih baik dalam memberikan umpan balik, menawarkan berbagai
alternatif strategi pembelajaran, dan menumbuhkan lingkungan yang dapat
meningkatkan harga diri siswa, rasa percaya diri. keamanan, dan kemauan untuk
mengambil risiko.

Mengenai kurikulum, guru harus menyesuaikan kurikulum yang berbeda untuk


menumbuhkan kreativitas siswa. Menurut Munandar (1992), kurikulum berdiferensiasi
didasarkan pada beberapa unsur, antara lain:

(1) Guru harus mengaitkan topik dengan keprihatinan atau masalah besar,
(2) Guru harus mengintegrasikan beberapa bidang akademik ke dalam satu bidang studi
utama,
(3) Guru memberikan pengajaran yang mendalam kepada siswa dalam satu topik
pembelajaran,
(4) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk meneliti suatu mata pelajaran yang
dipilihnya sendiri,
(5) Guru mendorong pembelajaran mandiri,
(6) Instruktur menumbuhkan kapasitas siswa untuk pemikiran yang rumit dan abstrak,
(7) Guru meningkatkan teknik penelitian,
(8) Memadukan pengetahuan dasar dengan penalaran yang canggih dan abstrak,
(9) Dorong anak-anak untuk memunculkan konsep segar
(10) Mendorong siswa untuk menciptakan sesuatu dengan menggunakan metode,
substansi, dan bentuk baru,
(11) Mendorong anak untuk tumbuh dalam kesadaran diri,

17
(12) Mengevaluasi kinerja siswa dengan menggunakan kriteria yang tepat dan tepat,
baik dengan evaluasi diri atau menggunakan metode standar.

Modifikasi kurikulum dilakukan terhadap lingkungan belajar, produk pembelajaran,


teknik pembelajaran, dan materi kurikulum untuk mendorong kreativitas anak. Siswa
dapat mengembangkan kreativitasnya secara maksimal ketika guru kreatif dalam cara
yang mereka pilih dan gunakan ketika membimbing siswa melalui kegiatan
pembelajaran.

2.7 Indikator untuk Mengembangkan Kemampuan Anak


1. Kasih Sayang
Anak-anak harus diajarkan untuk memiliki empati kepada semua orang,
termasuk orang tua, teman, guru, dan lainnya. Kasih sayang kepada teman dapat
diajarkan di sekolah melalui contoh seperti menjenguk teman yang sakit atau tidak
mengganggu teman yang lain. Hal yang sama berlaku untuk berbagai bentuk
kehidupan, seperti tumbuhan dan hewan. Hewan peliharaan, misalnya,
membutuhkan makan, minum, dan pembersihan kandang.

2. Komunikasi
Siswa yang tidak terbiasa berbicara tidak dapat mengomunikasikan
keinginannya, yang menyebabkan mereka cenderung menjadi orang yang tertutup.

3. Hubungan dengan Orang Lain


Seorang guru harus dapat memperkenalkan anak-anak pada moral, standar,
dan adat istiadat yang mengatur masyarakat mereka. Jangan lupa bahwa anak-anak
diajarkan untuk berterima kasih dan menghargai orang lain, berbagi makanan
dengan teman sebayanya, dan berperilaku baik terhadap orang lain; kepada orang
yang lebih muda atau lebih tua. Biasakan anak-anak menggunakan frase Islam atau
agama. Anak muda itu akan berkembang menjadi pribadi yang baik, insya Allah.

4. Perasaan
Anak-anak sering mengomunikasikan emosi mereka dengan detail yang
sangat jelas. Dia bisa menangis, marah, atau tertawa gembira tergantung bagaimana

18
perasaannya. Ada anak yang terkadang tidak bisa mengatur emosinya. Sebagai
seorang guru, tunjukkan ekspresi wajah yang berbeda yang menyampaikan emosi
yang berbeda kepada siswa saat mendiskusikannya masing-masing, seperti
kemarahan, kegembiraan, kesedihan, kekecewaan, atau ketidaksabaran.

5. Kepedulian
Anak-anak belajar untuk bersikap baik kepada orang lain. Ajari anak Anda
untuk mengucapkan "selamat ulang tahun" saat seorang teman berulang tahun,
misalnya. Ajari anak-anak untuk berbagi sebagian dari barang-barang mereka
dengan mereka yang kurang beruntung jika ada. Alternatifnya, jika sobat sakit,
minta dia untuk mengirimkan hadiah dan undang dia untuk
menjenguk/mengunjungi temannya.

6. Berbagi
Manusia adalah makhluk sosial. Betapapun hebatnya seseorang, dia tidak
bisa bertahan hidup sendirian. Oleh karena itu, anak-anak terbiasa ingin berbagi.
Dia harus menyadari bahwa dia tidak sendirian di dunia; dukungan dibutuhkan oleh
individu lain yang keadaannya mungkin berbeda dengan dirinya. Dengan riang
meminjamkan atau berbagi mainan, bertukar makanan di sekolah, dan aktivitas
lainnya, Anda bisa mengajarkan anak untuk tidak materialistis.

19
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Proses berpikir kreatif anak perlu diperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya


sejak dini, baik di rumah maupun di sekolah. Cara seorang guru melakukan pekerjaannya di
kelas memengaruhi seberapa kreatif siswa berkembang. Oleh karena itu, seorang guru harus
melakukan upaya untuk menumbuhkan kreativitas siswa, seperti memperhatikan metode dan
strategi pengajaran, bertindak sebagai fasilitator bagi siswa saat mereka menemukan dan
mengembangkan diri mereka sendiri, dan menumbuhkan lingkungan kelas yang
menyenangkan dan kondusif di mana siswa merasa bebas untuk mengekspresikan diri mereka.
pikiran. Selain itu, guru harus mengubah kurikulum dengan mengacu pada materi, teknik
pembelajaran, produk pembelajaran, dan perubahan lingkungan belajar. Mereka juga harus
memperhatikan sikap dan filosofi mengajar mereka sendiri. Dengan menggunakan gagasan
kurikulum yang berdiferensiasi, guru juga harus mengubah kurikulum untuk menumbuhkan
kreativitas siswa.

3.2 Saran

Sesuai dengan beberapa uraian di atas, sekolah perlu mendapat perhatian khusus karena
sekolah merupakan setting terpenting berikutnya setelah rumah untuk membantu anak
mencapai potensinya secara maksimal. Selain itu, penting untuk memiliki pemahaman yang
kuat tentang berbagai tanggung jawab yang terkait dengan perkembangan anak sehingga
hambatan dalam kemajuan tersebut dapat dihindari dan ditangani dengan tepat.

Hal ini dimaksudkan agar guru atau wali kelas dan siswa dapat lebih mendalam
mendiskusikan tantangan guru dalam membantu siswa menemukan kemampuan dan minatnya
serta tumbuh menjadi pribadi yang berbeda. Dengan kata lain, tidak ada dua orang yang sama.
Meskipun orang mungkin mirip satu sama lain secara fisik, mereka berbeda secara mendasar
dalam hal bakat, minat, kemampuan, dan karakteristik lainnya. Selain itu, karena setiap orang
adalah entitas yang sedang berkembang, perkembangan dua orang tidak akan pernah sama.
Karena perbedaan ini, instruktur harus berfungsi sebagai pemandu daripada mencoba
memaksakan keterampilan siswanya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Fatma, Neviryani, Irda. (2020). Fase dan Tugas Perkembangan Anak Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan Dasar. 7(1), 51-59.

Ina Magdalena, dkk. (2020). Peran Guru dalam Mengembangkan Bakat Siswa. Pandawa :
Jurnal Pendidikan dan Dakwah. 2(1), 61-69.
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/pandawa

Murhima A. K. (2017). Peran Guru Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Sekolah


Dasar. Jurnal Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum Bimbingan dan Konseling.
6(2), 157-166.

Nurhasanah, Jamilah, Zahra, dan Fitirani. (2021). Peranan Guru Kelas Sebagai
Pembimbing Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Suloh. 6(1), 35-42.

Puspitasari, Q. D., & Wibowo, A. (2022). Peran Guru Dalam Mengembangkan Kreativitas
Siswa Kelas IV di SD Negeri Plebengan Bambanglipuro. Pelita : Jurnal Kajian
Pendidikan Dan Pembelajaran Indonesia, 1(1), 1–7. Retrieved from
https://journal.actual-insight.com/index.php/pelita/article/view/105

21

Anda mungkin juga menyukai