Anda di halaman 1dari 9

JENIS, CONTOH, DAN CIRI-CIRI SASTRA ANAK

RESUME

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:

Dra. Suhartiningsih, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Maulida Cyntia Bella (220210204012)

2. Refi Aziza Maulidya (220210204067)

3. Carel Lusfiana Putri (220210204089)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2023
PEMBAHASAN

1. Pengertian Sastra Anak


Sastra anak merupakan suatu bentuk kreasi imajinatif dengan menggunakan bahasa
tertentu yang menggambarkan dunia rekaan, menampilkan pengalaman serta pemahaman
tertentu, serta mengandung nilai estetika yang bisa dibuat oleh orang dewasa ataupun anak-
anak. Menurut Norton (1993) sastra anak-anak merupakan sastra yang memiliki cerminan
perasaan serta pengalaman anak-anak yang melalui pandangan anak.
Sastra anak tidak memiliki perbedaan yang jauh dengan satra orang dewasa, sastra anak
maupun sastra dewasa sama-sama berada pada wilayah sastra yang meliputi kehidupan
dengan segala perasaan, pikiran serta wawasan kehidupan. Dalam sastra anak dan sastra
dewasa ini ada hal yang membedakannya yaitu terletak pada fokus pemberian suatu
gambaran kehidupan yang memiliki makna bagi anak yang dijelaskan dalam karya tersebut.
Menurut Huck (1987) orang yang menulis suatu karya sastra anak tidak perlu
dipermasalahkan, dengan syarat penggambaran karya sastra tersebut ditekankan pada
kehidupan anak-anak yang mempunyai nilai kehidupan yang bermakna bagi mereka.
2. Jenis Sastra Anak
Sama halnya dengan sastra dewasa, sastra anak juga terbagi dalam beberapa jenis atau
genre. Menurut Mitchell (2003:5-6) genre menunjuk pada kategori pengelompokan karya
sastra berdasarkan pada style, isi, atau bentuk. Menurut Lukens (1999:14-30) genre sastra
anak memiliki perbedaan dari genre satra dewasa. Genre sastra anak lebih rinci, tetapi terjadi
ketumpang tindihan karena suatu cerita dapat dimasukkan ke dalam lebih dari subgenre
dengan kriteria yang berbeda.
Lukens mengelompokkan genre sastra kedalam enam macam, yaitu realisme, fiksi
formula, fantasi, sastra tradisional, puisi dan nonfiksi dengan masing-masing mempunyai
beberapa jenis lagi. Genre yang dibagi oleh Lukens cukup rinci, tetapi terjadi tumpeng tindih
yang tidak dapat dihindari yang dapat dijadikan salah satu keberatan. Sebuah karya yang
dapat dimasukkan kedalam dua genre yang berbeda dengan mempergunakan kriteria yang
ada, contohnya cerita wayang, jika kita amati dengan kriteria yang ada dapat dimasukkan
kedalan genre epos, mitos, dan legenda mengingat cerita wayang mengandung tempat-tempat
yang ada di jawa yang dianggap sebagai petilasan tokoh, dapat juga dimasukkan kedalam
kategori fiksi dikarenakan isi cerita wayang berupa narasi.
Pembagian genre satra anak yang didasarkan pada analogi pembagian genre sastra
dewasa dengan tetap memanfaatkan pembagian Lukens. Sastra anak cukup dibedakan ke
1
dalam fiksi, non fiksi, puisi, dan komik. Pembagian tersebut didasarkan pada bentuk
pengungkapan dan isi yang diungkapkan.
A. Fiksi
Penulisam fiksi berbentuk prosa, yaitu karangan ditulis secara prosa dengan
menggunakan bentuk uraian dengan menggunakan kalimat yang relative panjang dan juga
format penulisan memenuhi dalaman dari margin kiri ke kanan. Fiksi menampilkan dialog
secara bergantian. Jika dilihat dari isinya fiksi menghadirkan cerita khayal yang tidak
menunjukkan kebenaran faktual. Kemungkinan adanya tokoh dan peristiwa yang dikisahkan
pada cerita dapat terjadi pada dunia nyata meskipun sebenarnya tidak pernah terjadi.
Fiksi dapat dibedakan menjadi dua bersadarkan pada waktu kemunculan dan
penulisannya, yaitu fiksi tradisional dan fiksi modern.
a. Fiksi tradisional
Fiksi tradisional atau cerita tradisional merupakan cerita yang sudah ada sejak
ratusan tahun lalu, baik yang diwariskan dalam bentuk tulisan maupun lisan serta
tidak diketahui pengarangnya. Genre yang dinaksud Lukens yaitu fabel, dongeng
rakyat, mitos, legenda, dan epos. Contohnya yaitu cerita Sankuriang, Malin Kundang,
Bawang Merah Bawang Putih.
b. Fiksi modern
Fiksi modern merupakan cerita yang ditulis relative baru, yang memiliki
pengarang jelas, dan beradar dalam bentuk buku ataupun cetakan lewat media massa
seperti koran maupun majalah. Cerita jenis ini ditunjukkan untuk anak yang boleh
ditulis oleh siapa saja dengan sudut pandang anak. Cerpen ini sangat mudah
ditemukan dikoran yang secara khusus menyediakan lembar anak,a ataupun pada
buku kumpulan cerita.

Contohnya cerita berjudul Singan yang Serakah karya Winkanda Satria Putra.

2
B. Non fiksi
Cerita non fiksi merupakan karangan yang menunjukkan kebenran factual dan Sejarah
ataupun sesuatu yang memiliki acuan pasti yang dihasialakan anak-anak dalam Pelajaran
ketika berada di sekolah. Karangan non fiksi tidak semuanya dapat dikategorikan sebagai
karangan sastra anak. Jika dilihat dari bentuk bahasanya, karya non fiksi berupa prosa, tetapi
isi didalamnya bukan cerita imajinatif. Contohnya seperti buku informasi yang berisi fakta,
konsep, hubungan antarfakta dan konsep. Misalnya yang berjudul Pesona Krakatau karya
Supriyadi tahun 2001, yaitu berisi tentang wisata Lampung, Biografi mengenai Sejarah
kehidupan sesorang. Misalnya buku yang berjudul Matahari Jakarta karya Soekarno S.A
tahun 1973 yang berisi kisah kehidupan M. Husni Thamrin.
C. Puisi
Puisi jika dilihat dari bentuk, puisi memiliki bahasa yang singkat, padat serta memiliki
larrik-larik pendek yang membentuk bait, dan jika pada format penulisannya tidak memenuhi
halaman dari kiri ke kanan. Format penulisan puisi mementingkan efek keindahan. Dilihat
dari isinya, puisi adalah bentuk ekspresi tentang segala bentuk persoalan di kehidupan dan
juga termasuk pada keadan alam. Puisi mudah dikenali hanya dengan melihat format
penulisannya yang sngat jelas berbeda dengan prosa.
Berdasarkan pada waktu kemunculan puisi, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu puisi
tradisional dan puisi modern.
a. Puisi tradisional
Puisi tradisional merupakan merupan puisi yang tidak diketahui siapa
pengarang dan waktu penulisannya. Puisi tradisional dapat berupa lisan yang
diwariskan secara turun temurun, maupun dalam bentuk syair dan pantun. Contoh
puisi lisan tradisional yaitu tembang Ninabobo, Sluku-sluku Bathok, Menthog-
menthog dan Gambang Suling, ada juga contoh lainnya yaitu,
Pokok kelapa di tepi telaga,
Pokok kuini di tepi laman,
Bertegur sapa jiran tetangga,
Hidup harmoni zaman-berzaman.

b. Puisi modern
Puisi modern merupakan puisi yang ditulis di waktu kini, puisi modern
diketahui pengarangnya serta tersebar lewat media massa ataupun buku. Contohnya:

3
Karya: Fransisca Perwitasari

Oh ... temanku

Engkau sangat baik kepadaku

Engkau menolongku di saat aku dalam kesulitan

Oh ... temanku

Engkau tidak minta imbalan saat kau membantuku

Engkau ada saat aku menangis dan tertawa

Oh ... temanku

Semua cinta dan pertolonganmu

Meyakinkan aku tuk berdiri lagi

Di dalam semua kesulitanku

Oh ... temanku

Aku tak tahu harus berkata apa

Aku tak tahu harus berbuat apa

Aku hanya bisa berdoa agar engkau tetap sehat

D. Komik
Komik merupakan cerita bergambar yang memiliki sedikit tulisan, ada juga komik
yang tidak memiliki tulisan, karena dalam gambar komik tersebut sudah “berbicara” sendiri.
Gambar pada komik membentuk rangkaian cerita yang didominasi oleh gambar aksi. Cerita
pada komik ditunjukkan melalui rangkaian gambar aksi dan kata-kata. Karena gambar pada
komik sudah “berbicara” maka pada komik tidak diperlukan banyak kata-kata, narasi,
ataupun dialog, yang memperkuat aksi gambar.
Komik juga banyak mengandung unsur kelucuan. Berdasarkan pada isi cerita, komik
dapat dikategorikan ke dalam komik fiksi dan non fiksi. Contohnya yaitu komik dan film
kartun impor terkenal Doraemon, Kapten Tsubasa, Crayon Sincan dan lain lain, sedangkan
komik yang sering dijumpai dalam majalah anak yaitu Bobo dan Donald Bebek.

4
C. Ciri-ciri Sastra Anak

1. Ciri-ciri Puisi Anak-anak

Ciri-ciri puisi yang diberikan kepada anak sebagai bahan pembelajaran apresiasi
sastra puisi di SD menurut Sutawijaya, dkk (1992), adalah sebagai berikut :

(1) Ciri keterbacaan


(a) Bahasa yang digunakan dapat dipahami, artinya kosa kata yang digunakan itu
bisa dikenal oleh anak, susunan kalimatnya sederhana sehingga dapat
dipahami oleh mereka.
(b) Pesan yang terkandung dalam puisi dapat dibaca dan dipahami, karena harus
bersifat transparan (eksplisit) tidak boleh bersifat diapan (tersembunyi).
(2) Ciri kesesuaian
(c) Menyesuiakan dengan kelompok usia anak, pada usia anak Sekolah Dasar
mereka lebih menyukai puisi yang membicarakan kehidupan sehari-hari
petualangan, dan kehidupan keluarga yang nyata.
(d) Menyesuaikan dengan lingkungan sekitar anak, artinya dalam hal ini anak
yang berada di lingkungan sekitar pantai akan bersemangat jika puisi yang
diberikan untuk dipelajari adalah puisi yang membahas tentang pantai. Atau
misalnya pada musim kemarau, puisi yang dijadikan bahan ajar adalah puisi
yang membahas tentang kemarau.

Adapun menurut Rusyana (Dalam Nadeak, 1985:62), ciri-ciri yang perlu diperhatikan
dalam memilih puisi di SD, adalah sebagai berikut :

a) Isi sajak harus merupakan pengalaman dari dunia anak sesuai umur dan taraf
perkembangan jiwa anak.
b) Sajak itu memiliki daya tarik terhadap anak
c) Sajak itu harus memiliki keindahan lahiriah bahasa, misalnya irama yang
hidup, tekanan yang nyata, permainan bunyi, dll.
d) Perbendaharaan kata yang sesuai dengan dunia anak.
2. Ciri-ciri Cerita Anak-anak

Cerita yang diberikan kepada anak sebagai bahan ajar di SD memiliki ciri-ciri
meliputi, menggunakan bahasa yang sederhana, pilihan kata yang dapat dipahami, sesuai
dengan kegemaran dan perkembangan usia anak, dan lingkungan yang relevan dengan dunia

5
anak, misalnya pada saat hari libur tiba dipilih cerita yang berkaitan dengan aktivitas yang
dilakukan pada saat libur.

Pramuki (2000) mengemukakan bahwa hendaknya cerita yang diberikan kepada anak
adalah cerita yang sesuai dengan tingkat perkembangan usia anak-anak, yaitu : usia 6-9 tahun
lebih menyukai cerita yang bertema kehidupan sehari-hari termasuk dongeng hewan dan
cerita lucu, usia 9-12 tahun menyukai cerita yang bertema tentang kehidupan keluarga yang
digambarkan secara realistis, cerita fantastis, dan cerita petualangan. Pendapat ini sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Hasyim (1981), bahwa cerita yang diberikan kepada
anak sebagai bahan belajar di Sekolah Dasar hendaknya memiliki ciri sebagai berikut.

a) Bahasa yang digunakan harus sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa anak.
b) Isi cerita harus sesuai dengan tingkat umur dan perhatian anak. Pada tahap pertama
(kelas 1-3 SD), bacaan untuk anak laki-laki dan perempuan dapat disamakan. Untuk
selanjutnya (kelas 4-6 SD) secara perlahan akan terlihat bahwa anak laki-laki lebih
menyukai cerita petualangan, olahraga, dan Teknik, sedangkan anak perempuan lebih
menyukai cerita yang bersifat kekeluargaan dan sosial.
c) Hindari memberikan cerita yang mengandung politik, karena mengutamakan
pembentukan watak dan pendidikan moral.

Adapun ciri-ciri yang lebih spesifik dikemukakan oleh Cullinan (1987) bahwa bahan
cerita yang diberikan kepada anak SD memiliki ciri-ciri di antaranya:

1) Latar cerita dikenal oleh anak, yaitu cerita yang dipelajari harus berlatarkan
lingkungan yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari.
2) Alurnya bersifat tunggal dan maju, karena hal ini mudah untuk dipahami oleh anak.
3) Pelaku utama dalam cerita adalah dari kalangan anak-anak yang berjumlah 3-4 orang,
dan karakternya digambarkan secara konkrit sehingga mudah dipahami oleh mereka
serta sesuai dengan perkembangan moralnya.
4) Tema cerita sederhana dan sesuai dengan ringkat perkembangan individual-sosial
anak, seperti kejujuran, patuh pada orangtua, tidak suka berbohong, dan sebagainya.
5) Amanat atau pesan moral cerita dapat membantu siswa memahami dan menyadari
perbedaan sikap yang baik serta nilai-nilai positif yang dapat membentuk kepribadian
dirinya.
6) Bahasa, kosa kata dan struktur kalimat yang digunakan dapat dipahami oleh anak.

6
3. Ciri Drama Anak-anak

Pembelajaran sastra yang berkaitan dengan drama di sekolah dasar menggunakan


bacaan drama anak-anak. Drama anak-anak tidak jauh berbeda dengan cerita anak-anak, yang
membedakan adalah dari segi dialog yang sederhana dan jumlah adegan yang tidak terlalu
Panjang dan berbelit.

7
DAFTAR PUSTAKA

Resmini, N. (2010). Sastra anak dan pengajarannya di sekolah dasar. Diakses dari:


file. upi. edu/...
SASTRA.../SASTRA_ANAK_DAN_PENGAJARANNYA_DI_SEKOLAH_DASAR.
Nurgiyantoro, B. (2004). Sastra anak: persoalan genre. Humaniora, 16(2), 107 122.
Hasyim. 1981. Pengajaran Sastra. Jakarta: Depdikbud.
Aminuddin. 2004. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesdindo.

Anda mungkin juga menyukai