Anda di halaman 1dari 10

Nama: Intan Wahyuni

Nim: 2020143598
Kelas: 2G
Mata Kuliah: Bahasa dan Sastra Indonesia

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra anak merupakan salah satu wujud dari karya sastra, wujud pertama dari sastra anak dapat dilihat
dari bahannya, yaitu bahasa. Dalam pemakaian bahasa, sastra anak tidak selalu mengandalkan suatu
bentuk keindahan sebagaimana layaknya karya sastra pada umumnya. Yang paling penting untuk
ditonjolkan dalam sastra anak adalah fungsi yang hadir bersamanya. Baik itu fungsi estetis maupun
bentuk gaya bahasanya.

Hal yang sangat menarik dan kurang mendapatkan perhatian bahwa dalam karya satra anak sebuah karya
sastra adalah wujud pengungkapan dan representasi dari dunia, pikiran, perasaan, gagasan, ide serta
ekspresi dari seorang anak. Dalam hal ini penelitian tentang wujud sarana retorika yang dilakukan pada
puisi–puisi anak diharapkan bukan saja untuk dapat mengetahui jenis, pemanfaatan, serta fungsi sarana
retorika

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang sastra anak, maka makalah ini akan menjelaskan mulai dari
pengertian, sifat, jakikat sastra anak sampai fungsinya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa penegrtian, sifat, dan hakikat sastra anak?

2. Apa sajakah ciri sastra anak?

3. Apa sajakah jenis sastra anak?

4. Bagaimana fungsi sastra anak?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui penegrtian, sifat, dan hakikat sastra anak.

2. Untuk mengetahui ciri sastra anak.

3. Untuk mengetahui jenis sastra anak.

4. Untuk mengetahui fungsi sastra anak.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian, Sifat, dan Hakikat Sastra Anak

Dalam bahasa Indonesia, kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta, yakni berasal dari  akar kata sas-,
yang dalam kata kerja turunannya diartikan sebagai mengarahkan, mengajar, dan memberi petunjuk atau
instruksi. Akhiran tra menunjukkan alat berdasarkan asal kata dalam bahasa Sansekerta, diartikan sebagai
alaat untuk mengajar, buku petunjuk, dan buku instruksi atau pengajaran.

Sastra anak adalah karya seni yang imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang bermediumkan
bahasa, baik lisan maupun tertulis, yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-aanak dan berisi
tentang dunia yang akrab dengan anak-anak (Santosa,  2003: 8.3). Sementara itu menurut Sarumpaet
(dalam Santosa, 2003: 8.3), sastra anak didefinisikan sebagai karya sastra yang dikonsumsi anak-anak dan
diurus

serta dikerjakan oleh orang tua. Sastra anak adalah sastra yang ditulis orang tua kepada anak-anak,
sedangkan proses produksinya dilakukaan oleh orang tua, termasuk dalam memberikan arahan dan
bimbingan dalam menentukan buku yang cocok untuk anak. 

Sifat dan hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alm kehidupan yang khas milik anak, bukan
milik orang dewasa. Itu sebabnya, sifat sastra anak lebih menonjolkan unsur fantasi yang penuh dengan
keserbamungkinan. Menurut anggapan anak, segala sesuatu, benda hidup, ataupun benda mati, berjiwa
dan bernyawa seperti dirinya. Setiap benda dianggapnya memiliki  imbauan dan nilai tertentu. Di situlah
letak keunikan hakikat sastra anak, yaitu bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan
tertentu yang dianggap sebagai pedoman perilaku dalam alam kehidupannya. 

B. Ciri Sastra Anak

Menurut Sarumpaet (dalam Santosa, 2003: 8.4), ada tiga ciri sastra anak yang membedakannya dengan
sastra orang dewasa. Ketiga ciri tersebut adalah adanya unsur pantangan, sajian yang dilakukan dengan
gaya secara langsung, dan adanya fungsi terapan.

Unsur pantangan adalah unsur yang secara khusus berkaitan dengan tema dan amanat. Secara umum,
sastra anak pantang akan persoalan yang berkaitan dengan seks, cinta yang erotis, dendam yang
menimbulkan kebencian, kekerasan, prasangka buruk, kelicikan yang jahat, dan masalah maut. Jika ada
hal buruk dalam kehidupan yang diangkat dalam sastra anak, misalnya kemiskinan, kekejaman ibu tiri
atau perlakuan yang tidak adil pada tokoh protagonis, biasanya amanatnya lebih disederhanakan dengan
akhir tokoh menemui kebahagiaan atau kehidupan, misalnya cerita Putri Salju, Cinderella, Bawang Merah
dan Bawang Putih, Cindelaras, dan Putri Angsa.

Penyajian dengan gaya secara langsung adalah bahwa sajian cerita merupakan paparan secara singkat
dan langsung menuju sasaran. Artinya kalaupun ada pemaparan, sifatnya tetap dinamis dan dalam ruang
lingkup permasalahan yang tetap atau jalinan. Dengan demikian, deskripsi watak tokoh pun menjadi
mudah untuk diidentifikasi.

Fungsi terapan adalah bahwa sajian ceritanya harus bersifat informatif dan mengandung unsur-unsur
yang bermanfaat bagi pengetahuan umum, keterampilan khusus ataupun bagi pertumbuhan anak. 
Fungsi terapan dalam karya sastra anak itu ditunjukkan oleh unsur-unsur intrinsik yang ada dalam teks
karya sastra anak itu sendiri, misalnya judul cerita Petualangan Sinbad memberi informasi tentang tokoh
asing. 
Bentuk karya sastra yang dijadikan bahan ajar di Sekolah Dasar hendaknya memenuhi ciri-ciri sastra anak,
yang meliputi puisi, prosa, dan drama. Puisi anak memiliki ciri-ciri: bahasanya dapat dipahami ana, pesan
yang dikandung dapat dimengeti anak, memiliki irama dan keindahan, isinya sesuai dengan tingkat
perkembangan anak. Cerita anak memiliki ciri anatara lain, latar dikenal anak, alur berentuk maju dan
tunggal, penokohannya dari kalingan anak dengan jumlah sekitar3-4 orang, temanya tentang kehiudpan
anak sehari-hari, petualngan, olah raga, dan keluarga. Drama anak memiliki ciri relatif sama dengan
prosa, yang berbeda dari segi dialog yang relatif sederhana dengan adegan yang tidak panjang. Sastra
anak pantang dari hal-hal kekerasan, kesadisan, kehidupan yang pelik, dan percintaan yang erotis. 

C. Jenis Sastra Anak

Jenis sastra adalah istilah yang sama yang merujuk pada pengertian jenis sastra. Untuk membantu
pemahaman anda tentang istilah yang terdapat dalam sastra, penulis akan menggunakan istilah genre
sastra untuk merujuk pada pengertian jenis sastra. Seperti halnya genre sastra anak dibagi menjadi tiga
garis besar, yakni prosa, puisi, dan drama. Dalam prosa sering ditemukan untuk bacaan anak adalah
berbentuk cerpen, sedangkan novel hampir tidak ada, kecuali novel-novel terjemahan seperti Harry
Potter yang juga cocok untuk anak usia menjelang dewasa, bahkan terbukti pembacanya banyak yang
dewasa maupun novel yang sebenarnya diangkat dari film kartun atau komik. 

Sementaa itu, jenis drama juga amat jarang ditulis, sedangkan jenis puisi sering kita jumpai, baik dalam
majalah anak-anak maupun koran edisi minggu yang berisi rubrik anak-anak. Hal yang menarik adalah
walaupun drama sangat jarang ditemukan, tetapi drama yang telah diaudiovisualkan dalam bentuk yang
lebih kompleks lagi seperti film kartun dan animasi yang paling banyak beredar dan efektif. Dari Indonesia
dahul kita pernah memiliki film boneka Si Unyil. Dari mancanegara kita tentu mudah menyebut Tinki-
Winky, Dypsi, Lala, Poh dalam Teletubies. 

Jadi, ada 3 jenis sastra anak:

1. Prosa

Cerita rekaan (buatan) ditulis tidak berdasarkan kejadian sebenarnya. Dalam hal ini pengarang bebas dari
ikatan data. Namun demikian, bukan berarti tidak menggunakan data sama sekali, hanya saja kejadian
ynag sebenarnya telah diubah oleh pengarang dalam makna tertentu berdasarkan imanjinasinya (daya
cipta). Karena itu, pengarang sering memperingatkan pada pembacanya, bahwa jika ada persamaan
nama atau kejadian dalam cerita, hanya merupakan kebetulan belaka. Jenis cerita ini adalah novel,
novelet dan cerpen.

2. Drama

Berbeda dengan bentuk lain, drama ditulis pengarang bukan untuk dibaca, tetapi untuk diprtunjukan.
Drama memliki unsur plot dan karakter serta pendayagunaan bahasa seperti halnya karya fiksi. Selain itu
drama baru lengkap fungsinya kalau dipertunjukan oleh para aktor. Semua peristiwa atau kejadian dalam
drama hanya dapat disampaikan oleh pengarangnya melalui dialog dan keterangan pendek. Dalam drama
pengalaman yang diungkapkan oleh pengarang dapat langsung diterima oleh seluruh indra penontonnya.
Penonton dapat diajak pengarangnya seolah-olah benar-benar meraskan semua peristiwa yang
disampaikan, walaupun hanya di atas panggung dan didasarkan pada naskah yang diatur. Drama
tergolong genre sastra karena ditulis dengan bahasa yang memikat dan mengesankan.

3. Puisi

Banyak orang yang menganggap bahwa membaca puisi lebih sulit dari membaca karya-karya fiksi
anggapan ini disebabkan karena cara dan bahasa yang digunakan pengarang dalam puisi lebih murni dan
tidak secara langsung dapat dipahami. Kerumitan ini, disebabkan pengarangnya tidak hanya sekedar
memberi keterangan, penjelasan kepada pembaca, tetapi juga harus memikirkan bunyi bahasanya, kata-
kata/diksi, irama kalimatnya serta gambaran yang diwujudkan dari bahasa yang digunakan. Bahsa dalam
puisi harus mempunyai kekuatan dan mengandung makna yang dalam. Membaca puisi bukan saja
memperoleh pengetahuan, tetapi dapat menimbulkan semangat tertentu, membuat pembaca
menggerakkan dan mengembangkan imajinasinya, angan-angan dan bahkan emosinya. Bahasa yang khas
dan istimewa itu kadang-kadang membuat orang awam sulit memahaminya secara seketika. 

Contoh:

Sepatu 

Alangkah bagus rupamu

Putih, hitam dan biru

Kulihat kau di pasar baru

Kapan aku bisa memilikimu

Ada banyak macam karya puisi, ada ynag mudah, sedang adan ada pula yang sulit dipahami. Namun
khusu puisi untuk anak haruslah menggunakan bahasa yang sederhana dan  mudah dipahami, tetapi
mengandung makna yang dalam.

Inilah hakikat puisi, begitu banyak yang hendak dikatakan, tetapi hanya diungkap dalam sedikit mungkin
kata-kata. Hal ini seing disebut kata-kata puitis.

Puisi anak SD belum menggunakan kata-kata kias, tetapi bahasanya sederhana, lugas, sesuai dengan
kehidupan anak ynag jujur, polos, lucu.belum ada kebohongan di dalamnya.karakteristik/ sikap ini yang
perlu dibina melalui sastra di Sekolah Dasar. 

Dengan kata lain, jenis sastra termasuk sastra anak yang sekarang banyak terdapat di masyarakat terdiri
atas cerpen dan puisi. Tentang film yang dianggap lebih mudah diterima anak menjadi persoalan yang
tidak dibahas dalam modul ini. Kedua buah jenis sastra anak ini, berdasarkan kehadiran tokohnya dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis:

1. Alam benda mati, misalnya batu, sungai, air, sepatu, dan sejenisnya.

2. Alam benda hidup yang bukan manusia misalnya, nama-nama binatang dan tumbuhan.

3. Alam manusia sendiri misalnya, Bawang Merah Bawang Putih, Cindelaras, dan Cinderella. 

D. Fungsi Sastra Anak

Manfaat sastra dalam pendidikan/pengajaran:

1. Sastra menunjukan kebenaran hidup

Di dalam karya sastra, jika menuturkan pengalaman yang dapat menyesatkan kehidupan manusia
(misalnya menuturkan kecabulan/kekejaman) maka karya ini tidak dapat digolongkan sebagai karya
sastra. Sastra dihargai, karena ia berguna bagi hidup manusia, agar manusia lain dapat mengambil
pelajaran dari pengalaman itu dan hidup manusia akan lebih baik. Dari karya sastra, orang akan belajar
banyak tentang pengalaman hidup, persoalan dengan aneka ragamnya dan bagaimana menghadapinya.
Misalnya, bila membaca buku “Siti Nurbaya”, pembaca akan tahu bagaimana percintaan pada zamannya
(1920-1930), kaum muda yang lemah, tak berdaya orang tua ynag tertekan menerima nasib, bagaimana
sikap orang kaya yang dengan gampang memperdaya orang yang lemah, kaum pribumi dengan penjajah
dan masih banyak lagi hal lain yang memberi pelajaran, yang tidak ditemui dalam buku ilmiah atau
sejarah sekalipun. Semua jalinan cerita itu, sebenarnya mengambarkan persoalan hidup yang terjadi dlam
masyarakat saat itu.

Dalam sastra anak-anak, dapat dijumpai cerita gadis kecil yang begitu asyik dengan bonekanya, dibelai,
disenangi, dininabobokan, dengan bibir mungilnya, yang begitu polos, murni, tidak ada kebohongan di
sini. Begitu pula dengan anak laki-laki yang dengan asyiknya ia berjingkrak-jingkrak,....dar...dar....dar....!
sambil jatuh dengan pistol mainannya, penuh semangat, suka cita, tanpa rekayasa.

Kondisi di atas, dapat dijadikan untuk menanamkan pendidikan kepada anak-anak tentang bagaimana
hidup manusia itu sebenarnya. Ada masa tenang, ada masa damai. Ada masa anak-anak, masa dewasa,
menjadi tua dan seterusnya, yang penuh dengan aneka peran, tugas dan tanggung jawab. Dengan sastra,
manusia akan mengerti manusia lain.

2. Sastra untuk memperkaya rohani

Melalui sastra seprang pembaca dapat mem[eroleh hiburan dan kesenangan. Jika seorang pembaca
sastra hanya untuk mencari hiburan saja, bukanlah pembaca yang baik. Dalam membaca sastra, di
samping hiburan dapat menikmati jalan cerita, pelukis watak yang mengesankan, juga pembaca harus
mempertimbangkan, mencari kebenaran yang ada dai dalamnya. Pembaca sastra juga seharusnya ikut
aktif mencari makna yang terkandung dalam cerita. Dengan demikian pembaca memperoleh kekayaan
rohani yang dapat memperkuat jiwanya. Jiwa akan kuat diisi dengan kekayaan rohani, antara lain dapat
diperoleh melalui karya sastra.

3. Sastra melampaui atas bangsa dan zaman

Karya sastra Mahabarata dan Ramayana menceritakan kejadian beberapa ratus tahun yang lalu. Ceita
tersebut  masih tetap hidup dalam abad keduapuluh dan sampai saat ini, berarti melampaui batas dan
zaman.

4. Dengan sastra, dapat memiliki santun berbahasa

Dalam karya sastra, begitu kaya denagn kata-kata yang terssusun secara tepat dan mempesona.
Seseorang dapat belajar tatakrama/santun berbahasa dari pengungkapan kata-kata para sastrawan. 

5. Sastra dapat menjadikan manusia berbudaya

Manusia yang berbudaya adalah manusia yang cepat tanggap terhadap segala hal yang luhur dan indah
dalam hidup ini. Seseorang akan dapat menggemrai musik yang baik, menggunakan bahasa yang teratur
dan sopan dalam percakapan. Seseorang yang senang pada lukisan akan memiliki rasa cinta pada
penginggalan-peninggalan bersejarah pada umumnya. Dikatakan demikian, karena dalam karya seni dan
budya, terkandung gagasan tentang kebenaran, kebikan dan keindahan. 

Fungsi nilai sastra bagi pendidikan anak-anak:

1. Membantu perkembangan bahsa anak

Mengajak anak bergaul dengan sastra, baik lisan maupun tulisan, akan memebrikan dampak positif
terhadap perkembangan bahasa anak. Melalui menyimak atau membaca karya sastra, secara sadar
ataupun tidak sadar pemerolehan bahasa anak akan meningkat. Bertambahnya kosakata maka akan
meningkat pula keterampilan berbahasa anak. Dengan demikian jelasa bahwa sastra berfungsi untuk
menunjang perkembangan bahasa anak-anak, khususnya anak SD.

2. Membantu perkembangan kognitif siswa

Bahasa mempunyai hubungan erat dengan penalaran dan pikiran anak-anak. Kian terampil mereka
berbahasa, maka akan kiat terampil pula mereka erpikir. Kognisi atau penalaran anak-anak yang
dikembangkan melalui media sastra, antara lain: mengamati, mengorganisasikan, membandingkan,
mengkelasifikasi, menghipotesiskan, merangkum, menerapkan dan mengeritik.

3. Pekembangan kepribadian

Sastra mempunyai peranan penting dalam perkembangan kepribadia sang anak. Tokoh-tokoh dalam
karya sastra secara tidak dasar akan mendorong atau mempengaruhi anak-anak mengendalikan berbagai
empsi, misalnya; benci, cemas, khawatir,takut, bangga, angkuh, sombong dan lainnya. Bahkan untuk
menolong anak-anak menghilangkan “stres” telah dipergunakan “bibliotherapi”, yaitu susatu interaksi
antara pembaca dan sastra, ternyata hasilnya memuaskan.

4. Perkembangan sosial

Istilah sosialisasi mengacu pada suatu proses yang digunakan untuk anak-anak dalam membentuk
perilaku, norma-norma, dan memotivasi, yang selalu dipantau serta dinilai oleh keluarga dan kelompok
budaya mereka. Anak-anak harus mengikuti cara-cara hidup kelompok mereka dengan menuruti aturan-
aturan yang berlaku. Ada tiga proses yang sangat berpengaruh dalam sosialisasi dalam dunia anak-anak.

Pertama, proses hadiah dan hukuman. Orang tua/orang dewasa kerap kali memberikan hadiah kepada
anak-anak atas perilaku yang baik. Sebaliknya, mereka memberi hukuman atas perilaku yang todak baik.
Hal ini bermakna, anak-anak disuruh melakukan hal-hal yang baik dan melarang  melakukan hal-hal yang
baik.

Kedua, proses imitasi/peniruan. Anak-anak meniru/ menyontoh perolaku atau responsi orang dewasa atu
teman sebaya. Apda masa ini anak belajar tentang perilaku yang berterima dalam budaya.

Ketiga, proses identofokasi. Proses ini menuntut ikatan emosioanl dengan  model-model yang ada. Anak-
anak ingin agar pikiran, perasaan, dan sifat-sifat mereka sama dengan  model-model yang disukai. Karena
itu, dalam karya sastra yang dipilih unntuk anak (siswa SD) hendaknya menampilkan tokoh model yang
dapat membawa anak-anak ke arah yang baik dan benar, sesuai dengan norma yang berlaku. 

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Sastra anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan dipahami oleh anak,
dan itu pada umumnya berangkat dari fakta yang konkret dan mudah diimajinasikan. 

Isi kandungan sastra anak yang terbatas sesuai dengan jangkauan emosional dan psikologi anak itulah
yang antara lain, merupakan karekteristik sastra anak. Sastra anak dapat berkisah tentang apa saja,
bahkan yang menurut ukuran dewasa tidak masuk akal. Misalnya berkisah tentang binatang yang dapat
berbicara, bertingkah laku, berpikir dan berperasaan layaknya manusia. Imajinasi dan emosi anak dapat
menerima cerita itu secara wajar dan memang begitulah seharusnya menurut jangkauan pemahaman
anak.

Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai media pendidikan dan
hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra
anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan
kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra
anak dapat membuat anak merasa bahagia atau senang membaca, senang dan gembira mendengarkan
cerita ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin
sehingga menuntun kecerdasan emosinya.
Daftar Pustaka

Ismawati, Esti dan Faraz Umaya. 2012. Belajar Bahasa di Kelas Awal. Yogyakarta: Ombak.

Rosdiana, Yusi. 2011. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

T, Solchan. 2014.  Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Zulela. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia: Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
1.Berikan penjelasan mengenai perbedaan sastra lama dan sastra modern,
sastra umum dan sastra anak!
Jawaban:
Pengertian Sastra Lama dengan Sastra Modern
Sastra lama adalah jenis sastra yang berkembang pada masa masyarakat
tradisional. Misalnya: pantun, syair, hikayat, legenda, mite, sage, parabel, dan
fabel.

Sastra modern adalah sastra yang hidup dan berkembang di kehidupan


masayarakat modern. Misalnya: prosa, cerpen, novel, roman, puisi, dan drama.

Perbedaan Sastra Lama dengan Sastra Modern


Perbedaan antara sastra lama dengan sastra modern adalah sebagai
berikut:
 Bentuk dari sastra lama adalah terikat sedangkan sastra modern
bentuknya bebas.
 Tema dari sastra lama adalah istana sentris dan cenderung kaku
sedangkan sastra modern temanya masyarakat sentris dan bersifat
kreatif.
 Bahasa yang digunakan sastra lama adalah bahasa melayu dan arab
sedangkan sastra modern menggunakan bahasa Indo-Eropa.
 Latar budaya dari sastra lama adalah bersifat anonim sedangkan
untuk sastra modern bersifat nonim.
 Perkembangan dari sastra lama cenderung statis dan lisan sedangkan
untuk sastra modern perkembangannya lebih dinamis dan tertulis.

Sastra umum adalah ilmu sastra yang membicarakan hal ihwal sastra pada


umumnya, terlepas dari masalah-masalah kekhususan dari
kehidupansastra akibat adanya corak bangsa dan bahasa.
Sastra Anak adalah karya sastra yang didalamnya berisi nilai estetika dan
hiburan yang secara keseluruhan dapat dipahami oleh anak yang berusia 3-12
tahun, dan disampaikan lewat orang yang lebih dewasa disekitarnya, seperti
orang tua, kakak atau guru.
2. Berikan 2 buah bentuk contoh sastra anak!
Jawaban:
1. Cerita Jenaka
Cerita jenaka adalah cerita yang menghibur serta mampu untuk membuat
pembaca ataupun pendengarnya tertawa. Cerita jenaka juga dapat dipahami
sebagai cerita lucu yang mampu menghibur baik dari penokohan maupun
alurnya.
Ciri-ciri dari cerita ini adalah seperti semua unsurnya membentuk corak yang
lucu mulai dari judul cerita, nama tokoh, alur cerita hingga sifat dari tokoh, lalu
sumber lucu yang paling utama adalah berasal dari tindakan ataupun sifat
tokoh utama, kemudian ada tiga golongan watak yang sering ada di cerita
seperti watak pintar, pintar dan bodoh, serta bodoh dan sial, selanjutnya latar
keadaan dari kehidupan alamiah atau nyata manusia sehingga mudah untuk
dipahami oleh pembaca, dan terakhir adalah selain digunakan sebagai hiburan
cerita biasanya digunakan juga sebagai kritikan sosial.
Contoh cerita jenaka Bahasa Inggris adalah seperti The Child and His Mother
karya Stephen.

2. Fabel
Fabel memiliki pengertian secara umum sebagai cerita tentang kehidupan
dunia binatang yang memiliki nilai moral dan budi pekerti. Penggunaan
binatang di dalam cerita fabel adalah sebagai pengganti tokoh manusia, namun
digambarkan tetap dapat berpikir, mempunyai perasaan, berinteraksi, bersikap
dan bisa berbicara.
Jika melihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Fabel adalah cerita
yang menggambarkan watak dan budi manusia namun pelaku dari cerita
diperankan oleh binatang. Di dalam cerita fabel selalu mempunyai pendidikan
budi pekerti dan moral. Fabel merupakan salah satu cerita yang paling
digemari oleh anak-anak. Alasan utamanya adalah karena cerita ini yang
menampilkan binatang menjadi tokoh utama.
Pelajaran budi pekerti serta moral yang terdapat di dalam cerita, bertujuan
untuk mengajarkan anak nilai kehidupan yang berhubungan dengan sifat baik
maupun buruk manusia di dalam bentuk binatang.
Penggunaan dari tokoh binatang sendiri, dimaksudkan agar pengarang lebih
mudah dalam mempengaruhi pembaca (anak-anak) tertarik untuk membaca
cerita dan tokohnya. Beberapa ciri dari cerita fabel adalah tokoh utama
menggunakan binatang, mempunyai penggambaran moral dan karakter yang
mirip dengan manusia, binatang di dalam cerita mempunyai tingkah laku
seperti manusia, alur cerita umumnya sederhana dan pendek, karakter toko
diuraikan dengan rinci, kata-kata di dalam cerita mudah untuk dipahami, dan
pesan serta tema terkadang ditulis di dalam cerita. Salah satu contoh cerita
fabel Bahasa Inggris adalah The Smart Dog.

3. Link tugas https://youtu.be/nWNt0oTqE6Q

Anda mungkin juga menyukai