Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karya sastra (puisi) diciptakan oleh manusia untuk dinikmati,
dipahami, dirasakan, dan dimanfaatkan oleh masyarakat atau pembaca. Pada
saat pembaca menikmati karya sastra, maka ia memperoleh hiburan dan
pelajaran. Melalui karya sastra pembaca mendapat kesenangan dan melalui
karya sastra pula pembaca mendapat pelajaran yang berupa ajaran-ajaran
seperti ajaran moral, etika, dan berbagai hal dalam kehidupan. karya sastra
dinikmati pembaca, maka gagasan dan pesan yang dituangkan dalam karya
sastra jadi berguna atau bermanfaat.
Puisi termasuk salah satu genre sastra yang berisi ungkapan perasaan
penyair yang diungkapkan dalam pilihan kata yang cermat dan tepat. Ciri-ciri
puisi dapat dilihat dari bahasa yang digunakan serta wujud puisi tersebut.
Bahasanya mengandung rima, irama, dan kiasan. Wujud puisi dapat dilihat
dari bentuknya yang berlarik membentuk bait, tipografi, dan tidak
mementingkan ejaan.
Puisi lazimnya menawarkan serangkaian makna kepada pembaca,
untuk menangkap serangkaian makna ini, tentu pembaca perlu menafsirkan
puisi tersebut lebih jauh. Penafsiran terhadap puisi dapat dilakukan dengan
berbagai pendekatan, antara lain pendekatan struktural dan semiotika.
Semiotika dalam bidang puisi dipergunakan untuk memberi makna karya
sastra (puisi). “Karya sastra termasuk puisi merupakan tanda-tanda (semiotik)
yang mempunyai makna.” (Pradopo, 2007:191).
Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang paling menarik
tetapi pelik. Sebagai salah satu jenis sastra, puisi merupakan pernyataan sastra
yang paling utama. Segala unsur seni sastra mengental dalam puisi. Puisi
mengandung karya estetis yang bermakna, mengekspresikan pemikiran yang
membangkitkan perasaan, merangsang panca indra dalam susunan yang
berirama. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia
yang digubah dalam wujud yang paling berkesan. Puisi dapat membuat kita
tertawa, menangis, tersenyum, berfikir, merenung, terharu bahkan emosi dan
marah. Sampai sekarang, puisi selalu mengikat hati dan digemari oleh semua
lapisan masyarakat karena keindahan dan keunikannya. Oleh karena
kemajuan masyarakat dari masa kemasa selalu meningkat, maka corak, sifat
dan bentuk puisi pun selalu berubah, mengikuti perkembangan selera, konsep
estetika yang selalu berubah dan kemajuan intelektual yang selalu meningkat
Puisi anak adalah jenis sastra yang memperhatikan pemilihan aspekaspek
kebahasaan terutama diksi, bentuk, makna untuk memperoleh efek keindahan
Bahasa dalam puisi mendayagunakan unsur bahasa sehingga mampu
memberikan efek menyentuh, mempesona, membangkitkan imajinasi,
merangsang, dan suasana tertentu. Puisi anak adalah jenis sastra yang
memperhatikan aspek kebahasaan yaitu diksi, makna, dan bentuk sebagai
wujud ekspresi diri dengan bahasa yang indah. Oleh sebab itu puisi anak
dapat menghibur kepada anak-anak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka
rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah hakikat puisi anak ?
2. Apa saja jenis puisi anak ?
3. Apa saja unsur puisi anak ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka
tujuan yang dapat dirumuskan dalam pembuatan makalah ini antara lain
untuk mengetahui:
1. Mendeskripsikan Hakikat puisi anak.
2. Mendeskripkan unsur-unsur puisi anak.
3. Mendeskripkan Jenis-jenis puisi anak.
D. Manfaat Penulisan
1. Memberikan pengetahuan kepada Mahasiswa hakikat dari puisi anak.
2. Memberikan pengetahuan kepada Mahasiswa tentang Jenis-jenis puisi
anak.
3. Memberikan pengetahuan kepada Mahasiswa tentang Unsur-unsur puisi
anak.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Puisi Anak


Puisi anak adalah jenis sastra yang memperhatikan pemilihan
aspekaspek kebahasaan terutama diksi, bentuk, makna untuk memperoleh
efek keindahan (Nurgiyantoro, 2013:312). Bahasa dalam puisi
mendayagunakan unsur bahasa sehingga mampu memberikan efek
menyentuh, mempesona, membangkitkan imajinasi, merangsang, dan suasana
tertentu. Pendayagunaan unsur bahasa untuk memperoleh keindahan itu
antara lain dapat menggunakan permainan bunyi, dan adanya sarana retorika.
Permainan bunyi berupa berbagai bentuk perulangan untu efek persajakan
dan irama yang melodis. Sarana retorika pada puisi anak berupa pemilihan
kata, ungkapan, permajasan, penyiasatan struktur dan pencitraan.
Menulis puisi pada dasarnya mempunyai tujuan untuk meningkatkan
daya pikir imajinasi siswa dan membentuk watak siswa. Pembelajaran
menulis puisi merupakan salah satu aspek penting yang harus diajarkan pada
para siswa sekolah dasar agar siswa dapat mengenal, memahami, dan
memanfaatkan puisi untuk mengembangkan kepribadian, memperluas
wawasan kehidupan, dan meningkatkan kemampuan terutama dalam
kemampuan berbahasa. Cronmiller (2007:1) berpendapat bahwa membaca
dan menulis puisi membutuhkan keterlibatan imajinasi secara aktif dan kreatif
sehingga perlu diajarkan sejak usia dini sebagai bekal hidup bermakna. Puisi
juga membantu mengembangkan keterampilan berpikir.
Berdasarkan pengertian tersebut, puisi anak adalah jenis sastra yang
memperhatikan aspek kebahasaan yaitu diksi, makna, dan bentuk sebagai
wujud ekspresi diri dengan bahasa yang indah. Bahasa yang digunakan dalam
puisi berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari, puisi menggunakan
bahasa yang ringkas, kata-kata yang digunakan adalah konotatif yang
mengandung banyak penafsiran dan pengertian. Kata-kata dalam puisi seolah-
olah tercipta suatu yang dirasakan pembaca, didengar, dan dilihat.
1. Karakteristik Puisi anak
Menulis puisi dapat membantu anak mengekspresikan pikirannya
menggunakan bahasa yang indah dalam puisi, anak dapat menjadikan puisi
sebagai media untuk menuangkan segala hal yang dirasakan, dan dapat
mengasah kreativitas anak. Anak harus dapat mengekspresikan sesuatu
yang ada pada pikirannya, yang berupa kata-kata yang dirangkai dalam
sebuah karya sastra yang mempunyai makna yaitu puisi. Siswa harus dapat
memperkaya pengalaman serta pemahaman kosakatanya agar dapat
diterapkan di dalam karya sastra.
Karakteristik puisi anak menggunakan kata-kata kias, tetapi
bahasanya, lugas, sesuai dengan kehidupan anak yang jujur dan polos.
Nurgiyantoro (2013:313) berpendapat bahwa keluasan makna pada puisi
anak belum seluas puisi dewasa, daya jangkau imajinasi anak dalam hal
pemaknaan puisi masih terbatas. Puisi anak harus tetap memperhatikan
kesederhanaan bahasa. Kesederhanaan yang dimaksud adalah dilihat dari
unsur diksi, struktur, ungkapan, dan kemaknaan.
Puisi anak, dalam hal bahasa maupun makna yang diungkapkan masih
polos, lugas, apa adanya. Puisi anak ditulis dengan cara seleksi ketat,
penggunaan metafora, dan citraan untuk menggambarkan imajinasi
memori, dan emosi. Seleksi bahasa dan dan penggunaan berbagai
ungkapan, citraan, serta berbagai penggambaran yang diungkapkan sebatas
daya jangkau anak. Puisi anak mempunyai karakteristik bahasa yang
sederhana baik dalam hal pilihan kata, struktur, maupun pemaknaan. Hal
itu sejalan dengan perkembangan tingkat kejiwaan, daya pikir, dan emosi
anak. Bentuk metafora yang biasa digunakan anak masih dalam bentuk
sederhana.
Puisi anak memperhatikan bentuk tipografi yaitu ditulis dalam larik-
larik pendek, berganti baris meskipun margin kanan belum penuh sehingga
membentuk bait-bait (Nurgiyantoro, 2013:315). Kandungan puisi anak
tidak jauh dari dari dunia anak, pengalaman anak, dan bagaimana cara
memandang hal-hal yang menurut ukuran orang dewasa tergolong
sederhana. Keindahan puisi anak pada makna justru terlihat pada
kepolosan dan keluguan bahasa yang digunakan, artinya lebih banyak
menunjuk makna langsung. Menurut Norton (323 – 324) puisi anak – anak
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Puisi anak adalah puisi yang berisi kegembiraan.
2. Mengutamakan bunyi bahasa dan membangkitkan semangat bermain
bahasa.
3. Harus berupaya memperbaiki ketajaman imajinasi visual dan kata
yang dipergunakan mengmbangkan imajinasi, dan melihat serta
mendengar kata-kata dalam cara baru.
4. Menyajikan cerita sederhana dan memperkenalkan tindakan sehari-
hari.
5. Ditulis berdasarkan pengalaman anak.
6. Berbentuk informasi sederhana yang membuat anak dapat menafsir
dan menangkap sesuatu dari puisi itu.
7. Tema puisi harus menyenangkan anak-anak, menyatakan sesuatu
kepada anak, menggelitik egonya, mengingat kebahagiaan, menyentuh
kejenakaan dan membangkitkan semangat pribadi anak-anak.
8. Dapat dibaca anak-anak dan mudah dimengerti.

2. Dari Rima dan Irama ke Puisi


Pembicaraan tentang karakteristik bahasa puisi anak di atas yang
menekankan pentingnya unsur rima dan irama berangkat dari puisi-puisi
lagu. Sejak masih bayi dan belum mengenal tulisan, anak sudah akrab
dengan bunyi-bunyian yang mengeksploitasikan permainan bahasa lewat
tembang-tembang dolanan, lagu-lagu ninabobo, atau nursery rhymes yang
dinyanyikan oleh ibu-bapaknya. Lewat berbagai bentuk nyanyian itu
secara langsung dan tidak langsung anak dibiasakan dan sekaligus
disadarkan bahwa bahasa dapat diungkapkan dengan cara-cara yang
istimewa sehingga menghasilkan sesuatu yang indah dan menyenangkan.
Kesadaran ini dapat dipandang sebagai suatu imbrio, dan sekaligus
memupuk bakat keindahan, untuk menyenangi cara-cara pengungkapan
kebahasaan yang indah.
Keindahan lagu-lagu ninabobo, tembang-tembang dolanan, dan
nursey rhymes, terutama dan pertama-tama diperoleh lewat permainan
bahasa. Permainan bahasa itu sendiri dapat dilakukan lewat berbagai cara,
tetapi yang paling dominan adalah cara-cara perulangan, repetisi,
perulangan bentuk dan jika dibacakan menghasilkan repetisi bunyi. Wujud
perulangan itu sendiri dapat menyangkut kata-kata yang menghasilkan
persajakan, rima, dan pola struktur sintaksis yang menghasilkan iram,
rama yang ritmis dan melodius. Dengan kata lain, permainan bahasa
tersebut tidak lain adalah sebentuk eksploitasi bahasa untuk menghasilkan
pola rima dan irama. Pendayaan unsur rima dan irama inilah yang dapat
dipandang sebagai cara utama untuk mengeksploitasi unsur dan rasa
keindahan.
Tradisi lagu-lagu ninabobo untuk menyenangkan anak bersifat
universal. Hal itu terlihat dari fakta adanya tembang-tembang dolanan,
puisi-puisi lagu, nursey rhymes, atau berbagai bentuk lain yang sejenis dan
sefungsi. Lagu-lagu yang dimaksud dapat dijumpai dalam berbagai bahasa
seperti bahasa Jawa, Indonesia, Inggris, dan lain-lain. Di bawah ini
ditunjukkan kembali berbagai bentuk puisi lagu yang dimaksud untuk
memperlihatkan betapa unsur permainan bahasa, eksploitasi unsur rima
dan irama mendapat penekanan.

NAIK KERETA API


Naik kereta api tut tut tut
Siapa hendak turut
Ke Bandung Surabaya
Bolehkah naik dengan percuma
Ayo kawanku lekas naik
Kereta apiku tak berhenti lama
(Ibu Sud)
Lagu-lagu dolanan dan nursery rhymes di atas memperlihatkan
eksploitasi bahasa, permainan bahasa, untuk memperoleh dan
menenkankan unsur rima dan irama. Kedua aspek itu menjadi penting
karena “puisi-puisi” itu terutama dihadirkan lewat nyanyian, bahkan ketika
dibaca dalam hati pun kuatnya unsur-unsur itu tidak dapat diingkari.
Dengan melihat format tulisannya saja, ketiga nyanyian di atas sudah
dapat dikenali sebagai puisi. Permainan bahasa yang mengeksploitasi
aspek rima dan irama menghasilkan karya sastra yang bernama puisi. Pada
hakikatnya puisi juga suatu bentuk permainan bahasa.
Puisi-puisi lagu anak menjadi indah karena adanya perpaduan yang
harmonis antara unsur lagu dan syairnya. Tetapi, jika diperhatikan aspek
lagunya itu lebih banyak dipakai untuk mengintensifkan unsur rima dan
iramanya yang sudah melekat pada syair. Jadi, dengan dilagukan puisi-
puisi lagu anak itu bahkan menjadi semakin dominan peran rima dan
iramanya, semakin terlihat unsur kepuisiannya. Maka, dengan
memperkenal dan menyanyikan syair-syair yang dilagukan itu pada
hakikatnya juga berarti memperkenalkan dan sekaligus membawa anak
masuk ke dalam dunia puisi.
Dalam sebuah puisi pendayaan unsur bunyi amat dipentingkan, dan
itu artinya aspek rima, persajakan, memegang peran penting. Permainan
dan pendayaan aspek bunyi merupakan salah satu sarana kepuitisan yang
dalam banyak hal menentukan kualitas puisi yang bersangkutan. Bunyi
bahasa itu eksis di dalam kata. Hal itu berarti untuk mendayakan aspek
bunyi untuk memperindah dan atau mencapai efek puitik dilakukan
dengan memilih kata. Ada hubungan pertimbangan timbal-balik antara
pilihan aspek bunyi dan kata tersebut: sebuah kata dipilih lebih karena
ketepatan bunyi untuk keperluan persajakan, atau sebaliknya karena
membutuhkan persajakan tertentu maka kata tertentu sengaja dipilih.
Namun, dalam kaitannya dengan penulisan puisi, aspek bunyi bukan
merupakan satu-satunya pertimbangan dalam hal pemilihan diksi walau
aspek itu tetap saja mnjadi pertimbangan penting.
Ketika sudah terbiasa dan dibiasakan dengan syair-syair lagu yang
kaya rima dan irama tersebut, anak akan dengan mudah dibawa masuk
berkenalan dengan puisi yangsecara prinsipal tidak berbeda dengan sayir-
syair lagu itu, baik sebagai penikmat maupun sebagai penulis pemula.
Puisi hadir belum tentu untuk dilagukan, melainkan lebih sebagai
kebutuhan ekspresi kejiwaan, semua orang, dan anak sekalipun,
membutuhkan sarana untuk berekspresi terutama ketika jiwanya
mengalami sesuatu yang menyentuh. Wujud ekspresi itu dapat bermacam-
macam, baik dengan saluran lisan maupun tertulis, dan salah satunya
adalah dalam bentuk puisi. Itu terjadi jika jiwa yang ingin diekspresikan
tersebut tersalurkan dan terwujud lewat “permainan” bahasa, yaitu aspek-
aspek kebahasaan yang diseleksi, disiasati, dimanipulasikan, dan
didayakan sehingga dapat secara tepat mewakili hati dan jiwa.
Dengan demikian, sebuah puisi hadir bukan karena dorongan untuk
bermain-main dengan bahasa saja, melainkan juga karena ingin
mengekspresikan jiwa, hati, pengalaman emosional, dan pengalaman yang
menyentuh. Namun, untuk menjadi sebuah puisi yang notabene adalah
sebentuk karya seni, pengekspresian jiwa tersebut harus tersalurkan lewat
kata-kata yang indah, yang mengharukan, bertenaga, dan mampu
membangkitkan getaran-getaran jiwa dan asosiasi yang lebih luas. Jadi,
puisi merupakan perpaduan yang harmonis antara jiwa yang menuntut
untuk diekspresikan, lazimnya disebut sebagai unsur isi, dan wujud ekpresi
kejiwaan dalam bentuk bahasa indah yang dapat mewakili jiwa penulisnya,
yang lazim disebut sebagai unsur bentuk. Penikmatan terhadap puisi-puisi
lagu yang mengandalkan permainan rima dan irama dan bersifat auditif
dapat dipandang sebagai jembatan untuk melakukan hal sama terhadap
puisi yang bersifat visual dan auditif sekaligus.
Kita dapat membawa anak masuk ke dalam puisi tersebut baik
sebagai penikmat maupun terlebih sebagai penulis. Kita harus meyakini
bahwa anak mempunyai potensi untuk itu semua, tinggal bagaimana kita
menunjukkan, membimbing, dan membinanya. Pengalaman menunjukkan
bahwa anak akan antusias untuk belajar apa saja yang diberikan oleh orang
dewasa. Persoalan yang ada adalah justru pada kita yang sering tidak
mempunyai waktu, tidak mengerti, tidak menganggap penting, atau
bahkan tidak pernah berpikir hal yang demikian. Padahal penikmatan
terhadap puisi, kata Mitchell (2003:144), bukanlah sekadar peristiwa dan
aktivitas pemahaman, melainkan lebih pada pemerolehan pemahaman. Itu
disebabkan puisi pada hakikatnya tidak sekadar luapan emosi, melainkan
juga ekspresi dan penuangan pengalaman yang bermakna, masif, dan
indah.

B. Unsur – unsur Puisi Anak


Puisi anak terbentuk oleh dua sapek yang saling berkaitan, yaitu
sesuatu yang ingin diekspresikan dan sarana pengekspresian. Hal yang ingin
diekspresikan dan pengekspresian berkaitan dengan unsur isi dan unsur
bentuk yang terdapat pada unsur-unsur pembangun puisi anak. Puisi anak
memiliki unsur-unsur pembangun puisi menurut Nurgiyantoro (2013:321-
358) sebagai berikut.
1. Bunyi
Aspek bunyi dalam sebuah puisi merupakan penentu keberhasilan
puisi sebagai karya seni. Aspek bunyi yang dimaksud adalah persajakan,
rima. Sajak atau rima adalah pola perulangan bunyi yang sengaja
ditimbulkan dan didayakan untuk mencapai efek keindahan. Aspek bunyi
dalam puisi selain berfungsi sebagai persajakan dan pendukung arti, juga
sebagai pembangkit suasana tertentu. Suasana yang dapat disampaikan
dalam puisi seperti suasana senang, duka, riang-gembira, sedih, dan
romantis. Fungsi bunyi dalam puisi anak sebagai peniru bunyi-bunyian
sebagai pengkongkretan suara. Keindahan bunyi dalam sebuah puisi
terasa intensitassnya setelah puisi itu dibacakan, dan bahkan jika
mungkin dilagukan, tidak dilihat secara visual dalam bentuk tulisan.
POTONG BEBEK ANGSA

Potong bebek angsa masak di kuali


Nona minta dansa dansa empat kali
Sorong ke kiri sorong ke kanan
Tra lalala lala lala
Sorong ke kanan tra lalala lala lala Masuk ke hutan ambil
rambutan Dikejar-kejar sama orang utan

a. Persajakan, rima
Pola perulangan bunyi yang sengaja ditimbulkan & didayakan
untuk mencapai efek keindahan itulah yang kemudian dikenal sebagai
persajakan, sajak, atau rima. Fungsi persajakan, yaitu yang dikenal
sebagai daya evokasi: kemampuan untuk membangkitkan bunyi lain
secara ekspresif.

BUNGA MELATI

Bunga mungil bunga melati


Tumbuh di taman berumpun-rumpun
Kusiram engkau setiap pagi
Supaya segar berdaun rimbun
Bunga kecil indah berseri
Kembanglah bertangkai-tangkai
Kucium wangimu harum sekali
Kelopak lembut segar terurai
Kupetik engkau pagi dan petang
Jadi hiasan di taman kembang
Bila datang kumbang bertamu
Dia kan lihat putih wajahmu
b. Irama
Irama dalam puisi berkaitan dengan gerak, alunan, bunyi yang
teratur yang ritmis, dan itu akan terasa jika puisi itu dibaca dan
didengarkan. Selain berhubungan dengan alunan bunyi, irama juga
berurusan dengan tinggi rendah dan cepat lambat serta variasi
keduanya, bahkan juga dengan tekanan kata.

GURUKU
Sungguh mulia jasamu
Mengajar murid mengenal ilmu
Tanpa rasa ragu
Engkau guruku seorang
Mengajarku dengan penuh kasih sayang
Perbedaan tidak kau pandang
Kami semua merasa senang
Guruku…
Tanpamu ku tak bisa meraih cita-citaku
Aku akan selamanya
Mengingat
(Dewi Anggraeni, Sepuluh Tahun, SD Kartika)

2. Kata
Kata yang digunakan untuk menyampaikan isi puisi melalui
pertimbangan sehingga puisi yang dihasilkan indah dan bermakna.
Pemilihan kata akan dapat mendialogkan sesuatu yang ingin disampaikan
secara efektif. Pertimbangan pemilihan kata dari aspek bunyi adalah
adanya bentuk persajakan di awal, tengah, dan akhir larik.
a. Seleksi kata
Dilihat dari segi penulis puisi, seleksi kata-kata adalah proses
penulisan yang intensif, menantang dan sekaligus mengasyikkan
sebagai manifestasi ekspresi pengalaman emosionalnya. Dilihat dari
sudut pembaca puisi, seleksi kata-kata adalah jaminan pemerolehan
kenikmatan emotif & kemudahan pemahaman dialog yang
ditawarkan. Apek pemilihan kata berdasarkan :
1) Aspek bunyi : ketetapan pemilihan kata dari aspek bunyi dalam
puisi menjanjikan salah satunya adalah nilai kepuitisan dan itu
berarti bahwa adanya efek keindahan pada puisi yang
bersangkutan. Pemilihn bunyi-bunyi yang terpola secara tepat
mnyebabkan puisi menjadi enak dan lancar dibaca, merdu dan
mampu membangkitkan sugesti tertentu.
2) Aspek bentuk : puisi adalah sebentuk ekspresi yang padat dan
indah. Bahasa puisi mesti singkat dan padat. Singkat
mengindikasikan sedikitnyan kata-kata yang dipakai, sedang
padat menunjukan luasnya gagasan yang ditawarkan.
3) Aspek makna : puisi hadir untuk mendialogkan dan menawarkan
sesuatu, makna tetapi dengan cara-cara yang literer, bicara lewat
nurani, kata hati dan rasa.
4) Aspek ekspresivitas : merupakan aspek yang menekankan pada
kesan dan efek yang ingin dicapai karena efek itu seolah-olah
dapat meyakinkan bahwa sesuatu yang diungkapkan itu
benarbenar merupakan lontaran hati secara serta merta.

3. Sarana Retorika
Sarana retorika merupakan sarana yang efektif untuk memperindah
teks puisi atau kesastraan pada umumnya. Penggunaan sarana retorika
dimaksudkan untuk lebih menghidupkan ekspresi. Sarana retorika yang
dimaksud adalah meliputi bentuk-bentuk permajasan,citraan, dan
penyiasatan struktur. Permajasan berfungsi untuk menambah
kemungkinan berbagai dimensi pemaknaan. Citraan untuk
mengkongkretkan penuturan, sedangkan penyiasatan struktur untuk lebih
menghidupkan pengekspresian.
Permajasan adalah suatu bentuk pengungkapan makna denotasi dan
konotasi, makna langsung dan tidak langsung yang ditunjuk, makna
tersirat dan tersurat. Permajasan biasa disebut sebagai bahasa kias.
Penggunaan majas dalam puisi anak masih sederhana. Permajasan yang
biasa digunakan pada puisi anak antara lain adalah majas metafora,
majas, personifikasi, dan majas perbandingan atau simile. Majas simile
yang berupa perbandingan langsung, yaitu yang secara jelas
menunjukkan antara kedua hal yang diperbandingkan.
Majas lain yang sering ditemukan pada puisi anak adalah majas
personifikasi, yaitu majas yang memperlakukan benda-benda tidak
bernyawa seperti manusia sesuai dengan imajinasi anak. Sarana retorika
yang lain adalah citraan. Baik puisi dewasa maupun anak banyak
memanfaatkan citraan untuk melukiskan sesuatu agar mudah
diimajinasikan oleh pembaca atau pendengar.
Imaji dipahami sebagai penggambaran indera secara konkret yang
dibangkitkan lewat kata. Citraan dapat dibedakan menjadi beberapa
macam sesuai dengan jumlah indera manusia, yaitu citraan penglihatan
(visual), citraan pendengaran (auditif), gerakan (kinestetis), rabaan,
cecapan, dan penciuman. Penyiasatan struktur adalah salah satu wujud
sarana retorika pada bagian struktur.
Penyiasatan struktur yang biasa digunakan dalam puisi dapat
berupa bentuk repetisi (pengulangan) dan paralelisme. Bentuk repetisi
berupa repetisi kata, frase, kalimat, larik-larik, sebagian atau seluruh bait
puisi. Paralelisme merupakan bagian dari repetisi atau pengulangan.
Sarana retorika sengaja dipakai untuk memperindah pengungkapan
kebahasaan & memperluas (juga mengongkretkan & memfasilitasi)
jangkauan pemaknaan. Sarana retorika meliputi:
a. Pemajasan
Pemajasan adalah suatu bentuk pengungkapan yang berada di
wilayah tarik-menarik antara makna denotasi & konotasi, langsung &
tidak langsungnya makna yang ditunjuk, makna tersirat & tersurat.
Pemajasan lebih difungsikan untuk menambah kemungkinan berbagai
dimensi pemaknaan. Secara garis besar majas dikelompokkan menjadi
3 yaitu:
1) Perbandingan. (berupa bentuk metafora, simile)
2) Persamaan. (berupa bentuk personifikasi)
3) Pertautan. (berupa bentuk metonimi-sinekdok)
Contoh Puisi :

ILMU

Ilmu…
Bukan bagaikan
mengambil sepotong kue
memakannya, kemudian kenyang
tapi
ilmu bagaikan
meraih bulan
yang bulat bersinar
yang jauh disana
walau sulit meraihnya
tapi sangat menyenangkan
bila berhasil menghafalnya
(Safira Azizah, kelas IV Cimanggis
Depok)

b. Citraan
Citraan untuk mengongkretkan penuturan yang membantu
pembaca untuk melihat, mendengar, merasakan, & menyentuh
berbagai pengalaman yang diungkapkan dalam puisi. Citraan
dibedakan menjadi :
1) Penglihatan (visual)
2) Pendengaran (auditif)
3) Gerakan (kinestik)
4) Rabaan,
5) cecapaian (taktil termal)
6) Penciuman (olfaktori)
Contoh puisi oleh Syair-syair Asep :
PANCA INDRAKU
Aku melihat bulan Denhan
mataku Aku mendengar kicau
burung Dengan telingaku Aku
merasa manisan Dengan
lidahku Aku mencium bunga
Dengan hidungku Aku
meraba patung Dengan kulit
tanganku

c. Penyiasatan struktur
Penyiasatan struktur adalah salah satu wujud sarana retorika yang
bermain di wilayah struktur & menghasilkan efek retoris yang paling
intensif. Penyiasatan struktur untuk lebih “menggayakan”,
mengintensifkan, & menghidupkan pengeksprsian. Contoh puisi :

DERITA ANAK BANGSA

Ia mengayuh sepedanya Ia
mengayuh semangatnya Ia
mengayuh harapannya Menjual
Koran di pagi hari Panasnya
matahari, dinginnya hujan Tak ia
rasakan Ia sampai putus sekolah
Cita-cita tak lagi ia gantungkan
Masa depan tak berani ia
angankan Hanya ada satu
kewajiban Menjual Koran,
mencari makan Seperti inikah
nasib anak bangsa?
(Ainun Qalbi SR, kelas 1 SMPN
1 Surabaya)
4. Tema
Puisi anak dibuat untuk mengekspresikan sesuatu yang bisa berupa
gagasan, ide, pengalaman, emosi atau hal lain. Menurut Nurgiyantoro
(2013:354) menyebutkan bahwa tema yang banyak ditemukan pada puisi
anak antara lain adalah masalah keluarga, persahabatan, liburan, rumah,
dan tempat-tempat lain. Anak melalui pengamatan selintas, kandungan
dalam puisi anak antara lain berkaitan dengan hal-hal yang ada disekitar
anak, misalnya orang tua, guru, teman, binatang kesukaan, lingkungan
alam,empati terhadap sesama.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puisi anak
memiliki unsur-unsur pembangun yang dapat mendukung penyampaian
makna dan keindahan. Unsur-unsur pembangun puisi anak berupa bunyi,
kata, sarana retorika,dan tema. Penulisan puisi yang didasarkan pada
unsur-unsur pembangun puisi akan menghasilkan hasil puisi yang baik.
Jika penulis puisi itu adalah anakanak, kandungan isi puisi yang
dihasilkanmesti juga tidak jauh dari dunia anak, pengalaman anak, &
bagaimana cara anak memandang hal-hal itu semua yang menurut ukuran
orang dewasa terrgolong sederhana. Orang dewasa yang menulis puisi
anak pun mau tidak mau harus “menyeuaikan diri” dengan dunia dan
cara pandang anak agar puisi yang dihasilkan komunikatif bagi pembaca
anak. Tema-tema yang banyak ditemukan pada puisi anak misalnya, tema
orang tua dan guru, tema binatang dan lingkungan alam, tema religius.

MAMA
Oh…mama Kenapa hatimu mulia
Aku ingin memelukmu Aku selalu
merindukanmu Sejak aku masih kecil
Aku selalu disayang mama Mama oh
mama Kau jangan bersedih (Desti
Yuliani Bayuningsih, SDN Banaran
1, Playen, Gunungkidul)
C. Jenis-Jenis Puisi Anak
Puisi anak dapat dibedakan ke dalam jenis-jenis tertentu. Pembedaan
yang sering dipergunakan adalah didasarkan isi kandungan yang ingin
disampaikan. Jenis puisi anak menurut Nurgiyantoro (2013:27) dibedakan
menjadi puisi naratif, balada, lirik, dan personal. Puisi naratif adalah puisi
yang mengandung cerita, atau sebaliknya cerita yang dikisahkan dengan cara
puisi.
Puisi balada memiliki karakteristik repetisi bunyi yang kuat, berupa
dialog dalam pengisahan cerita, umumnya berisi cerita petualangan heroik.
Puisi lirik adalah puisi yang menggambarkan perasaan, suasana hati, jiwa,
dan pikiran. Puisi personal adalah puisi modern yang sengaja ditulis untuk
anak-anak oleh penulis dewasa maupun anak-anak. Puisi personal dapat
berbicara tentang apa saja yang menarik bagi penulis, misalnya berbicara
tentang alam, keindahan alam, ibu, dan kebaikan hati ibu, pengorbanan ibu,
adik baru, persahabatan, binatang peliharaan, dan lain sebagainya.
Dalam konteks puisi untuk anak-anak, Huck (1987:406-412)
merekomendasikan adanya tujuh tipe/bentuk puisi untuk anak-anak yaitu; (1)
balada, (2) puisi naratif, (3) liris (lyrical), (4) limerik, (5) sajak bebas (free
verse), (6) haiku, dan (7) puisi kongret. Sementara Stewig (1980)
menambahkan jenis cinquain dan akrostik dalam daftar jenis puisi di atas.
Anak-anak ternyata lebih tertarik terhadap gagasan suatu puisi daripada
mengetahui berbagai macam tipe/bentuk puisi. Meskipun demikian, guru
perlu memperkenalkan kepada anak-anak tentang berbagai macam
tipe/bentuk puisi untuk kemudian mencatat reaksi mereka. Pemahaman serta
apresiasi terhadap berbagai tipe/bentuk puisi akan tubuh secara
beransuransur, untuk itu langkah-langkah perkenalan perlu dilakukan sejak
dini.
1. Balada
Balada merupakan puisi naratif yang telah diadaptasikan untuk
nyanyian atau yang memberikan efek terhadap lagu. Karakteristik balada
seringkali menggunakan repetisi, rima, dan ritme yang ditandai serta
refrain yang kembali saat balada dinyanyikan. Balada biasanya berkaitan
dengan perbuatan heroik dan mencakup kisah pembunuhan, cerita yang
tak terbalas, perseteruan serta tragedi. Dikaitkan dengan puisi balada
untuk anak-anak salah satu alternatif yang dapat dipilih adalah:
a. menyeleksi puisi-puisi balada yang diciptakan oleh penyair;
b. menyeleksi lagu-lagu balada yang telah ada selama ini;
c. memanfaatkan puisi-puisi balada.
Khusus untuk dua butir pertama seleksi didasarkan atas
kesesuaiannya dengan kehidupan anak-anak, serta kebermaknaan bagi
mereka.

Balada Kasih Ibu

Cintamu menyinari jiwa bak cerahnya sinar sang


mentari Sayangmu segarkan asa sesegar embun
pagi Kasihmu wangi seharum bunga melati
Hadirmu di sisiku takkan tergantikan Cinta, rindu,
dan ragaku bahkan adalah milikmu Bagaimana
mungkin aku terbang mencari sosok lain tuk
menggantimu Jasamu padaku takkan mungkin
terbalaskan Mengandung, melahirkan dalam
derita tak masalah bagimu Merawat, mendidik,
membesarkan dalam kesusahan tak apa buatmu
Itu semua demi aku anakmu Bu bagaimana aku
bisa balas semua ini Semua cinta, kasih, dan
sayangmu padaku Gunung emas, lautan permata,
seisi dunia bahkan takkan sanggup membalasnya
Hanya doa mungkin yang bisa kupanjatkan Karena
hanya Tuhanlah yang sanggup tuk membalasnya
Tuhan ampunilah segala dosanya Tuhan
sayangilah ia Tuhan tempatkanlah ia di surgamu
nanti Amiin…
2. Sajak/Puisi Naratif
Puisi naratif merupakan salah satu bentuk puisi (anak-anak) yang
menceritakan suatu kejadian khusus atau episode cerita yang panjang.
Jenisnya dapat berupa lirik, soneta, atau ditulis dalam bentuk sajak bebas,
tetapi persyaratannya harus dipenuhi, yakni harus menceritakan
kisah/cerita tertentu yang sebenarnya tidak ada ceritanya. Di Amerika
Serikat, puisi naratif klasik yang digemari oleh anak-anak adalah kisah
Santa Claus, atau Sinterklas. Tokoh ini digambarkan ke luar
malammalam menjelang natal untuk membagi-bagi hadiah kepada anak-
anak. Puisi naratif lain yang disenangi anak-anak (Amerika) usia di
bawah tujuh tahun adalah cerita binatang. Anak-anak usia tujuh/delapan
tahun menggemari puisi naratif yang mengisahkan raja-raja yang
memiliki sifat pemarah, puisi-puisi lucu, pada usia yang lebih lanjut,
anak-anak menyukai kisah tragis/kisah sedih dan anak-anak pertengahan
(middle – graders) menyukai cerita mengerikan (Huck, 1987:408).

PUTRI BANGAU Karena tak ada aral melintang


Konon dahulu di negeri Jepang Mereka pun kawin tanpa
Tersebutlah tentang sebuah halangan Mendirikan huma di
dongeng Mengisahkan seekor tengah hutan Sambil bekerja
bangau yang malang Sayapnya pagi dan petang Ketika Pak
luka tak bisa terbang Seorang Pak Tani kerja di lading Sang istri
Tani setengah baya bertenun dalam kamar
Menemukannya dekat telaga Setelah siap selembar kain
Bangau dipungut diobatinya Sarung sutra halus dan indah
Sehingga sembuh sayap yang Sang istri mohon agar dijual
luka Sang bangau tak dapat Kepada pedagang yang dari
banyak bicara Pada Pak Tani kota Karena kainnya sangat
berhati mulia Dalam hatinya ia indah Sutra halus tenunan
berjanji Suatu waktu akan datang dewi Pedagang kota sedia
kembali Datanglah saatnyadi membayar Banyaknya uang
suatu pagi Ketika Pak Tani lagi sepundi emas Demikianlah
sendiri Datanglah padanya hidup Pak Tani miskin Mnjadi
seorang putri Ingin diterima kaya beristri jelita Mereka
sebagai istri rukun saling setia Nikmati
hidup damai bahagia
3. Liris/Lyrical
Puisi jenis ini biasanya bersifat pribadi/deskriptif tanpa ditetapkan
panjangnya atau strukturnya kecuali pada unsur melodinya. Sudjiman
(1986:47) mengemukakan batasan lirik sebagai karya sastra yang
berisikan curahan perasaan pribadi, yang mengutamakan lukisan
perasaannnya. Satu hal yang mencolok pada liris/lirik adalah
kebernyanyian atau singingness kata-katanya, sehingga anak-anak
merasa senang. Pada puisi liris/lirik orkestrasi bunyi sangat dominan.

PAPAKU
Ya Tuhan….. Aku mohon Kau
melindungi Dan menjaga Papa
selalu. Saat aku masih tidur lelap
Papa sudah berangkat kerja
Mencari nafkah buat kami semua
Tengah malam Papa baru pulang
Saat aku sudah tertidur pulas Ya
Tuhan….. Terima kasih Kau beri
kami Papa yang baik hati
(Reynaldo Marsadio, SDN
Ungaran 1 Yogyakarta)

4. Limerik
Puisi limerik merupakan sajak lima baris dengan baris pertama dan
keduanya berimaan (rhyming), baris ketiga dan keempat bersifat
persetujuan (agreeing), dan baris kelima biasanya berisi pengakhiran
(ending). Pada ending biasanya dinyatakan dengan kejutan atau humor.
Puisi jenis ini juga ditandai oleh adanya nada humor, keganjilan dan
keanehan pengucapan. Anak-anak pada usia tingkat pertengahan sudah
dapat menikmati puisi limerik, hal ini disebabkan oleh kemampuan
berpikir mereka yang sudah pada tingkat berpikir simbolis dan abstrak.
Pernah ada seorang dari Calcutta Yang
pernah menikmati makan mentega Dia
akan mencakup roti Dengan selai
sebaliknya Dan melemparkan mentega
dalam selokan!

5. Haiku
Jenis puisi Haiku merupakan salah satu bentuk puisi Jepang kuno
yang berkembang sekitar abad ke-13 Masehi. Haiku terdiri atas tujuh
belas suku kata. Baris pertama dan ketiga berisi lima suku kata, dan baris
kedua terdiri atas tujuh suku kata. Hampir setiap haiku dapat dipilih
menjadi dua bagian yakni, (i) uraian yang berisikan acuan (langsung atau
tidak langsung biasanya pada cuaca); (ii) berisikan pernyataan tentang
mood atau suasana hati. Hubungan kedua bagian itu disiratkan, baik
kesamaannya maupun perbedaan penceritaannya. Untuk sasaran
anakanak SD kita, bentuk haiku tampaknya belum dikembangkan
menjadi bahan apresiasi sastra atau bahan pertimbangan pembinaan
keterampilan menulis kreatif.

Hadiah Naik Kelas

Sepeda baru Kudapat dari ibu


Warnanya biru

6. Sajak Bebas (Free Verse) dan Akrostik


Sajak bebas tidaklah memiliki rima tetapi untuk bentuk puitiknya
bergantung pada ritme. Sehubungan dengan hal tersebut, Panuti
Sudjiman (1986:67) menyatakan bahwa sajak bebas merupakan sajak
tanpa pola matra dan panjang larik, tak terikat pada konvensi struktur,
dan pokok isi disusun berdasarkan irama alamiah. Puisi akrostik
merupakan puisi yang sudah dikenal anak terutama siswa jenjang sekolah
dasar. Puisi ini merupakan jenis puisi yang sangat mudah dipahami dan
ditulis oleh anak terutama karena prosedur penulisannya. Puisi Akrostik
ditulis dengan cara mengembangkan larik-larik dalam puisi melalui
pengembangan huruf yang tersusun ke bawah membentuk sebuah kata.

BUNGAKU
Begitu banyak warnanya
Untaiannya sangat indah
Nampak berembun di pagi hari
Gerakannya lembut ketika tersapu angin
Aku begitu senang melihatnya.

7. Cinquain
Jenis puisi lain yang cukup sederhana adalah puisi cinquain. Jenis
puisi ini cocok digunakan sebagai bahan pengajaran puisi di sekolah
dasar. Seperti halnya puisi jenis haiku, puisi cinquain juga puisi yang
didasarkan pada jumlah suku kata yang diajarkan kepada siswa secara
prosedural melalui tahapan-tahapan. Mulai dari bagian awal puisi sampai
pada bagian akhir puisi digunakan larik dengan jumlah suku kata
tertentu. Puisi ini diawali dengan dua suku kata pada larik pertama,
empat suku kata larik kedua, enam suku kata pada larik ketiga, delapan
suku kata pada larik keempat dan dua suku kata pada larik terakhir
seperti pada puisi Huck (1980) berikut.
Padi
Berwarna hijau Tumbuh
semakin merunduk Kau
dibutuhkan untuk makan
Tumbuhan penghasil
beras

Jadi, dapat disimpulkan bahwa puisi dibedakan menurut isi


kandungan yang ingin disampaikan. Jenis-jenis puisi anak pada
umumnya berisi cerita yang menarik bagi anak berkaitan dengan
pengalaman dan dunia anak.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Puisi anak adalah jenis sastra yang memperhatikan pemilihan
aspekaspek kebahasaan terutama diksi, bentuk, makna untuk memperoleh
efek keindahan Bahasa dalam puisi mendayagunakan unsur bahasa sehingga
mampu memberikan efek menyentuh, mempesona, membangkitkan imajinasi,
merangsang, dan suasana tertentu. Puisi anak adalah jenis sastra yang
memperhatikan aspek kebahasaan yaitu diksi, makna, dan bentuk sebagai
wujud ekspresi diri dengan bahasa yang indah.
Bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda dengan bahasa yang
digunakan sehari-hari, puisi menggunakan bahasa yang ringkas, kata-kata
yang digunakan adalah konotatif yang mengandung banyak penafsiran dan
pengertian. Kata-kata dalam puisi seolaholah tercipta suatu yang dirasakan
pembaca, didengar, dan dilihat. Puisi anak – anak mempunyai karakteristik
sebagai berikut: puisi anak adalah puisi yang berisi kegembiraan,
mengutamakan bunyi bahasa dan membangkitkan semangat bermain bahasa,
harus berupaya memperbaiki ketajaman imajinasi visual dan kata yang
dipergunakan mengmbangkan imajinasi, dan melihat serta mendengar kata-
kata dalam cara baru, menyajikan cerita sederhana dan memperkenalkan
tindakan sehari-hari, ditulis berdasarkan pengalaman anak, berbentuk
informasi sederhana yang membuat anak dapat menafsir dan menangkap
sesuatu dari puisi itu, tema puisi harus menyenangkan anak-anak, menyatakan
sesuatu kepada anak, menggelitik egonya, mengingat kebahagiaan,
menyentuh kejenakaan dan membangkitkan semangat pribadi anak-anak,
dapat dibaca anak-anak dan mudah dimengerti.
Puisi anak dapat dibedakan ke dalam jenis-jenis tertentu yaitu balada,
sajak/puisi naratif, liris/lyrical, limerik, haiku , sajak bebas (free verse) dan
akrostik, cinquain. Puisi anak terbentuk oleh dua aspek yang saling berkaitan,
yaitu sesuatu yang ingin diekspresikan dan sarana pengekspresian. Hal yang
ingin diekspresikan dan pengekspresian berkaitan dengan unsur isi dan unsur-
bentuk yang terdapat pada unsur-unsur pembangun puisi anak. Unsur-unsur
tesebut adalah 1) bunyi yang terdiri dari persajakan, irama, dan seleksi kata,
2) sarana retorika, 3) tema.

B. Saran
Puisi untuk anak-anak sangat bermanfaat untuk pengembangan ide
dan kreatifitas dalam menulis ide yang ada pada diri ana, dengan menulis
puisi anak dapat mengembangkan kejadian di sekitar anak menjadi sebuah
puisi dengan kata-kata yang indah. Sehingga pengenalan puisi pada anak
dapat dilakukan sedini mungkin dengan tetap mempertimbangkan
perkembangan bahasa anak.
DAFTAR PUSTAKA

Huck, Charlotte S, Susan Hepler, dan Janet Hickman. (1987). Children’s


Literature in The lementary School. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Nurgiyantoro, Burhan. (2013). Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak.
Yogyakarta: Gadjah Mada. University press. l

Anda mungkin juga menyukai