Makalah ini dususun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
Disusun Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
TAHUN 2022-2023
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia saat ini memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah serta mutu
yang memadai sebagai pendukung utama pembangunan. Dan untuk memenuhi hal
tersebut, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting. Berdasarkan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional, dijelaskan bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk di
sekolah harus diselenggarakan dengan sistematis agar anak peserta didik dapat
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Dan jika seseorang tidak dapat
mengikuti pertumbuhan dan perkembangan itu maka belajar seseorang akan kurang
maksimal. Karena perkembangan adalah suatu perubahan-perubahan kearah yang lebih
maju dan dewasa dan perubahan- perubahan itu juga didukung dengan kematangan fisik
seseorang atau yang disebut dengan pertumbuhan untuk itulah kami membuat makalah
yang berjudul "Hubungan antara pendidikan dengan perkembangan peserta didik", agar
kita dapat lebih mudah memahami Hubungan antara pendidikan dengan perkembangan
peserta didik, karena itu adalah salah satu modal yang sangat penting kita kuasai saat
kita akan mengajar atau belajar nanti.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan peserta didik.
Melalui pendidikan, peserta didik tidak hanya belajar mengenai ilmu pengetahuan, tetapi
juga mengembangkan kemampuan sosial, emosional, dan keterampilan hidup yang
diperlukan untuk sukses di masa depan. Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut
mengenai hubungan antara pendidikan dan perkembangan peserta didik.
Pendidikan adalah proses belajar yang disampaikan melalui berbagai cara, seperti
pengajaran formal di sekolah, pengajaran informal di rumah, dan pengalaman langsung di
dunia nyata. Tujuan utama pendidikan adalah untuk membantu peserta didik mencapai
potensi mereka yang penuh, dan untuk memberikan mereka keterampilan dan pengetahuan
yang diperlukan untuk sukses di dunia yang semakin kompleks.
5
dan pemerintah. Guru dapat memainkan peran yang penting dalam memfasilitasi proses
belajar yang efektif dan membantu peserta didik mencapai potensi mereka.
Perkembangan adalah bertambahnya jumlah dan ukuran sel pada saat membelah dan
mensintesis protein baru yang mengakibatkan bertambahnya ukuran bobot seluruh atau
sebagian sel yang mengakibatkan bertambahnya ukuran bobot sel keseluruhan atau
struktur, fungsi, dan kemampuan manusia yang lebih kompleks adalah perkembangan
(Afriani et al., 2017).
Perkembangan merupakan suatu proses yang tidak pernah berhenti (never ending
process), artinya manusia terus berkembang, dipengaruhi oleh pengalaman atau
pembelajaran. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi, artinya setiap aspek
perkembangan individu baik fisik, emosional, intelektual maupun sosial saling
mempengaruhi jika salah satu aspek tersebut tidak ada Perkembangan mengikuti pola
atau arah tertentu, artinya perkembangan terjadi secara teratur sehingga hasil
pembangunan dari tahap sebelumnya merupakan prasyarat bagi perkembangan
selanjutnya. Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangan pada waktu dan
tempo yang berbeda (ada yang cepat dan ada yang lambat), setiap fase perkembangan
memiliki ciri-ciri tertentu. Setiap individu normal akan mengalami tahapan fase
perkembangan.
B. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
Gambaran yang tepat tentang pola perkembangan dapat dijadikan dasar pemahaman
anak serta memiliki nilai ilmiah praktis, yaitu: pengetahuan tentang pola perkembangan
akan membantu pengetahuan tentang apa yang diharapkan anak pada usia tertentu, dan
6
keberhasilan suatu pembangunan memerlukan bimbingan dan arahan Pengetahuan
tentang pola perkembangan memungkinkan orang untuk dapat membimbing proses
belajar anak pada waktu yang tepat, yaitu pada masa peka yang merupakan masa paling
tepat bagi perkembangan kemampuan tertentu.
a. Belajar berjalan. Belajar berjalan terjadi antara usia 9 hingga 15 bulan, pada usia ini
tulang kaki, otot, dan sistem saraf sudah matang untuk belajar berjalan.
b. Belajar makan makanan padat. Ini terjadi pada tahun kedua, sistem pencernaan dan
saluran pencernaan di mulut telah matang untuk itu.
7
d. Pelajari tentang gelembung udara kecil dan besar. Tugas ini dilakukan di tempat
dan waktu yang berbeda dari norma masyarakat Anak belum bisa mengatasi
(memegang) ngompol sebelum usia 4 tahun karena perkembangan saraf yang
mengatur pembuangannya belum sempurna. Untuk memberikan pendidikan higiene
pada anak cukup dibiasakan saja yaitu setiap mau ke kamar mandi bawa anak ke WC
tanpa banyak memberi informasi
e. Pelajari tentang perbedaan gender. Anak dapat melihat tingkah laku bentuk fisik,
dan pakaian yang berbeda antara satu jenis kelamin dengan jenis kelamin lainnya
melalui observasi (pengamatan).
f. Stabilitas finologis. Jika dibandingkan dengan orang dewasa, tubuh remaja jauh
lebih stabil. Tubuh remaja jauh lebih stabil, dan tubuh remaja jauh lebih konsisten
Tubuh remaja jauh lebih konsisten, dan tubuh remaja jauh lebih konsisten. Tubuh
remaja jauh lebih baik.
g. Membentuk konsep (pemahaman) sederhana tentang realitas sosial dan alam. Pada
awalnya dunia ini bagi anak-anak adalah situasi yang kompleks dan membingungkan.
Seiring waktu, anak-anak dapat mengamati benda atau orang di sekitarnya.
Perkembangan selanjutnya, anak menemukan keteraturan dan dapat membentuk
generalisasi (kesimpulan) dari berbagai objek yang umumnya memiliki ciri yang
sama. Anak-anak belajar bahwa gambar-gambar tertentu dengan suara keras tertentu
yang memenuhi kebutuhan mereka disebut "orang". "ibu" dan "ayah". Anak belajar
bahwa benda-benda khusus dapat dikelompokkan dan diberi satu nams, seperti
kucing, ayam, kambing, dan burung dapat disebut binatang. Untuk mencapai
kemampuan tersebut (mengenal pemahaman) diperlukan kematangan sistem saraf,
pengalaman dan bimbingan dari orang dewasa.
h. Pelajari hubungan emosional dengan orang tua, saudara kandung dan orang lain.
Anak membangun hubungan dengan orang-orang di sekitarnya dengan menggunakan
berbagai cara yaitu berlari, meniru dan menggunakan bahasa. Cara yang diperoleh
dalam mempelajari hubungan emosional dengan orang lain sedikit banyak akan
menentukan sikapnya di masa yang akan datang. Apakah dia santai, santai, dingin,
ekstrovert, dan sebagainya. Misalnya, jika seorang anak mendapat pergaulan yang
menyenangkan dengan orang tuanya, ia cenderung ramah dan ceria. Aspek ini
mencakup bagaimana menangani konflik dengan orang tua dan orang dewasa lainnya
dan bagaimana berkomunikasi dengan baik dengan orang dewasa (Sari, 2021).
i. Belajar membuat hubungan baik dan buruk, yang berarti mengembangkan hati
nurani. Anak-anak kecil didominasi oleh hedonisme naif, di mana kesenangan
dianggap baik, sedangkan penderitaan dianggap buruk Chedonisme adalah aliran yang
menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya bertujuan untuk mencari kesenangan dan
kebahagiaan). Ketika seorang anak tumbuh dewasa, ia harus mempelajan pengertian
baik dan buruk, benar dan salah, karena sebagai makhluk sosial, manusia tidak hanya
8
memperhatikan minat kesenangannya sendiri, tetapi juga harus memperhatikan minat
kesenangannya sendiri., tetapi juga harus memperhatikan kepentingan mereka sendin
yang lain. Anak mengetahui arti baik dan buruk, benar dan salah dipengaruhi oleh
pendidikan yang mereka dapatkan. Pada awalnya, anak belajar apa yang dilarang
berarti buruk atau salah dan apa yang diperbolehkan berarti baik dan benar.
Pengalaman ini merupakan awal dari pembentukan hati nurani anak. Perkembangan
lebih lanjut terjadi melalui nasihat, bimbingan, membaca buku dan analisis pikiran
sendiri. Hal penting dalam mengembangkan hati nurani anak adalah keteladanan dari
orang tua dan bimbingannya. Ini lebih baik daripada penggunaan hukuman dan hadiah
meskipun dalam situasi tertentu masih diperlukan.
b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai makhluk biologis.
Inti dari tugas ini adalah (1) menumbuhkembangkan kebiasaan memelihara tubuh,
meliputi kebersihan, keselamatan diri, dan kesehatan; (2) mengembangkan sikap
positif terhadap jenis kelamin mereka (laki-laki atau perempuan) dan juga menerima
diri mereka sendiri (baik penampilan wajah maupun postur tubuh) secara positif
c. Belajar bergaul dengan teman sebaya. Yaitu belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan situasi baru serta teman sebayanya. Pergaulan anak-anak di Indonesia
atau teman sebayanya mungkin diwarnai dengan perasaan senang karena kebetulan
temannya itu baik hati, tetapi bisa juga diwamai perasaan tidak senang karena teman
bermainnya menyebalkan atau nakal
d. Belajar memainkan peran sesuai gender. Dalam hal permainan, misalnya akan
terlihat bahwa anak laki-laki tidak mengizinkan anak perempuan untuk mengikuti
permainan khas laki-laki, seperti bermain kelereng bermain bola dan layang-layang.
e. Pelajari keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung Salah satu
alasan usia 6-12 tahun disebut masa sekolah karena pertumbuhan jasmani dan
perkembangan rohaninya sudah cukup matang untuk menerima pengajaran. Untuk
dapat hidup dalam masyarakat yang berbudaya, setidaknya anak harus menyelesaikan
sekolah dasar (SD), karena sejak sekolah dasar anak telah memperoleh keterampilan
dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
9
3. Tugas-Tugas Perkembangan Pada Masa (18-24 Masa Dewasa)
Guru adalah pengganti orang tua dan sekolah adalah pengganti keluarga. Selain
sebagai tempat belajar, sekolah juga berfungsi sebagai tempat belajar bagi anak-anak
Beliau tidak hanya memberikan pengajaran akademik, tetapi juga berperan dalam
membina kepribadian dan perilaku siswa, termasuk perilaku keagamaan
Kehidupan beragama menjadi yang utama dalam berbagai aspek kehidupan. Bukan
hanya moral yang menjadi masalah agama, itu juga segala sesuatu yang berkaitan
dengan hukum dan peraturan, baik itu ekonomi, sosial, atau politik Begitu juga dengan
hal-hal lain, seperti kesehatan, perdagangan, pendidikan, dan lain-lain, yang
kesemuanya itu dalam ajaran agama.
Pelanggaran etika juga akan lebih mungkin terjadi pada siswa yang memiliki
motivasi yang rendah untuk menguasai materi dan cenderung memiliki keinginan yang
10
tinggi untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Minat siswa untuk melakukan pelanggaran
etika dipengaruhi oleh norma subjektif, persepsi kontrol perilaku, dan kewajiban moral
Faktor lain yang mendorong siswa melakukan pelanggaran etika adalah kurangnya
komitmen belajar mandiri, tuntutan dari orang-orang terdekatnya untuk mencapai hasil
terbaik, manajemen waktu yang kurang efektif, keterampilan dasar siswa yang rendah,
website yang seolah-olah menjadi milik umum yang dimiliki oleh publik semua konten
bebas untuk digunakan, dan asumsi bahwa meniru karya orang lain tidak illegal.
(Anggoro & Sari, 2021).
c. Kematangan emosi
Agresif Agresi adalah perilaku yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
objek dari upaya untuk mengurangi dan mengontrol perilaku agresif pada siswa, bahwa
munculnya agresi dapat disebabkan oleh perilaku menghadapi situasi atau kondisi yang
tidak menyenangkan di lingkungan. Siswa yang melakukan perilaku agresif
ditunjukkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kematangan emosi Perilaku
agresif yang belum matang dan belum matang secara emosional dapat muncul lebih
mudah daripada yang matang secara emosional
a) Dapat menerima keadaan dirinya maupun orang lain seperti apa adanya
b) Tidak impulsive
d) Dapat berfikir secara objektif dan realistis, sehingga bersifat sabar, penuh
pengertian dan memiliki toleransi yang baik
e) Mempunyai tanggung jawab yang baik, dapat berdiri sendiri, tidak mudah
mengalami frustrasi dan akan menghadapi masalah dengan penuh pengertian
(Guswani & Kawuryan, 2011).
Pendidikan merupakan faktor besar dalam melahirkan warga negara Indonesia yang
memiliki kekuatan karakter sebagai modal dalam membangun dan mengungguli
peradaban. Karakter bangsa yang kuat adalah produk pendidikan. Ketika mayoritas
masyarakat memiliki sikap positif, peradaban yang tangguh dan tinggi dapat dibangun
11
dengan aman dan sukses. Demikian pula jika sebagian besar karakter masyarakat
negatif, maka karakter negatif dan lemah akan mencegah peradaban menjadi lemah.
e. Mengembangkan pribadi
1. Pertama, perilaku tidak hanya terbatas pada setting konseling, tetapi situasi
apapun ketika konselor menampilkan perilakunya,
2. Kedua, yang dibicarakan adalah konteks yang seharumya tidak menjadi sesuatu
yang sebenarnya ditampilkan oleh konselor, dan,
3. Ketiga, siapapun yang mengaku sebagai konselor harus mematuhi kode etik
konselor. Konselor profesional selalu dibentuk secara ekologis dengan
berpedoman pada norma dan nilai (spintual, sosial). Perilaku profesional
didasarkan pada keyakinan dan nilai-nilai yang mempengaruhi integritas
kepribadian konselor
Pengaruh kelompok atau teman dapat menjadikan salah satu penyebab yang dapat
mempengaruhi remaja dalam memiliki niat untuk melakukan suatu perilaku, salah satunya
adalah perilaku agresif Individu yang menjadi bagian dari dukungan memiliki dampak
yang signifikan terhadap perilaku agresif Individu yang menyimpang secara sosial tidak
selalu mau mengikuti hukum, tetapi ketika bersama teman dekat atau anggota kelompok,
mereka cenderung jujur dan dapat dipercaya
Interaksi dengan teman sebaya merupakan awal dari hubungan persahabatan dan
hubungan dengan teman sebaya, merupakan individu yang memiliki usia dan tingkat
12
kedewasaan yang sama merupakan individu yang memiliki usia dan tingkat kedewasaan
yang sama Kelompok teman sebaya (group of friends) membantu anak memilih nilai-nilai
yang dimilikinya, memberikan rasa aman secara emosional Jika seorang anak tidak
memiliki peer group, ia akan mengalami depresi dan kehidupan sosialnya akan menderita.
Remaja cenderung mengikuti kebiasaan yang ada dalam kelompoknya karena adanya
tekanan untuk menyesuaikan diri. Misalnya, jika anggota kelompok mengonsumsi
alkohol, obat-obatan, atau rokok, remaja cenderung mengikutinya tanpa mempedulikan
perasaan mereka). Oleh karena itu, peer group juga dapat berdampak negatif dengan
mendiskusikannya.
Akibat bergaul dengan kelompok sebaya yang disebutkan di atas adalah mereka
mengembangkan keterampilan sosial dan keintiman, memelihara hubungan dan rasa
memiliki, mereka menghargai kesuksesan dan memperoleh identitas diri. Karena remaja
banyak ditemukan di luar rumah dengan teman sebaya sebagai kelompok, maka dapat
disimpulkan bahwa pengaruh teman sebaya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
sikap, ucapan, minat, penampilan, dan perilaku. Disukai dan diterima adalah penting pada
tahap remaja ini, karena merupakan prasyarat untuk mendapatkan umpan balik dan
mencoba gaya hubungan atau kepribadian yang berbeda dari waktu ke waktu (Kartika &
Nisfiannoor, 2017).
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan memiliki hubungan yang erat dengan perkembangan peserta didik.
Melalui pendidikan, peserta didik dapat mengembangkan keterampilan, pengetahuan,
dan sikap yang diperlukan untuk memahami dunia dan mengatasi tantangan hidup.
Selain itu, pendidikan juga dapat membantu peserta didik dalam membangun identitas,
nilai, dan karakter yang positif. Sebaliknya, perkembangan peserta didik yang sehat dan
optimal dapat meningkatkan hasil belajar dan keberhasilan pendidikan mereka. Oleh
karena itu, pendidikan dan perkembangan peserta didik saling mempengaruhi dan perlu
diperhatikan secara bersama-sama dalam upaya mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan. Pendidikan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan
kognitif, sosial, emosional, dan fisik. Peserta didik yang mendapatkan pendidikan yang
berkualitas memiliki peluang yang lebih baik untuk mencapai potensi mereka dan
menjadi anggota masyarakat yang produktif dan berkontribusi. Sebaliknya, kurangnya
pendidikan atau pendidikan yang buruk dapat membatasi kemampuan seseorang untuk
tumbuh dan berkembang, serta dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka di masa
depan. karena pendidikan bertujuan untuk membantu peserta didik mencapai potensi
terbaik mereka dalam aspek intelektual, sosial, emosional, dan fisik. Dalam proses
belajar-mengajar, pendidik dapat mempengaruhi perkembangan kognitif dan non-
kognitif peserta didik, seperti keterampilan pemecahan masalah, kreativitas, motivasi,
kepercayaan diri, empati, dan nilai-nilai moral. Oleh karena itu, pendidikan harus
disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik individu peserta didik untuk membantu
mereka mencapai tujuan belajar yang diinginkan.
B. Saran
Penulis mengharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam
mempelajari Hubungan Antara Pendidikan dan Perkembangan Peserta Didik. Dan
penulis menyadari masih banyak kekurangan yang ada pada makalah kami ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca khususnya pada
Dosen Bidang Studi ini. Demi kesempurnaan dalam membuat makalah (karya tulis)
pada waktu mendatang. Untuk itu saya selaku penulis mengucapkan terima kasih.
14
DAFTAR PUSTAKA
Afriani, W., Soeharto, P., Pd, M., Hidayat, R. R., Pd, M., Studi, P., Sebelas, U.,
& Surakarta, M. (2017). DIDIK KELAS XI IPS SMA. 5 (July).
Aimil Khasanah, U., Indrayati Program Studi Ilmu Keperawatan, N., & Tinggi
Ilmu Kesehatan Kendal, S. (2019). Hubungan Perkembangan Psikososial Dengan
Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(3), 157- 162
Anggoro, A. B., & Sari, A. G. (2021). Etika peserta didik dalam cyber system:
Sebuah tinjauan etis Alkitabiah pada pembelajaran era pendidikan 4.0. Jurnal
Gamaliel: Teologi Praktika, 3(1), 34-46. https://e-
journalsttexcelsius.ac.id.index.php/excelsisdeo/article/view/55/67
Kartika, Y., & Nisfiannoor, M. (2017). Hubungan Antara Regulasi Emosi Dan
Penerimaan Kelompok Teman Sebaya Pada Remaja Jurnal Psikologi, 20). 160-178.
Talango, S. R. (2020). Konsep Perkembangan Anak Usia Dini Early Childhood Islamic
Education Journal, 1(1), 92-105. https://doi.org/10.54045/ecie.vlil.35
15