Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Hubungan Antara Pendidikan dan Perkembangan Peserta Didik

Makalah ini dususun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen pengampuh : Tumpal Danil S, S.Pd.I,MSi

Disusun Oleh :

Nurul Qomariah ( 2223080004 )

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )

FAKULTAS TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MUSLIM ASIA AFRIKA

TAHUN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Bissmillahirrahman nirrahim, atas rahmat dan karunia Allah SWT saya


panjatkan puji serta syukur saya, karena saya telah diberikan nikmat, yaitu berupa
keimanan, keislaman, sehat wal ‘afiat, serta taufik dan hidayahnya sehingga saya dapat
menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidika dengan
tema Hubungan Antara Pendidikan dan Perkembangan Peserta Didik. Sholawat
beriring salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada nabi besar kita yaitu nabi
Muhammad SAW. Beserta keluarga, sohabat dan kita selaku umatnya di akhir zaman.
Semoga makalah yang saya susun ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi
para pembaca khalayak umum. Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, untuk itu kritik serta saran dari para pembaca makalah yang
bersifat membangun, sangat saya harapkan untuk kesesuaian dan kesempurnaan
makalah, sehingga saya dapat terus memperbaikinya. Terimakasih untuk segala
perhatiannya

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB 1 ........................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
Latar Belakang ....................................................................................................................... 4
Rumusan masalah................................................................................................................... 4
Tujuan masalah ...................................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
C. TUGAS-TUGAS PENGEMBANG PADA SETIAP FASE PERKEMBANGAN ........... 7
BAB III .................................................................................................................................... 14
PENUTUP................................................................................................................................ 14
Kesimpulan ....................................................................................................................... 14
Saran ................................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA………………………..………………………………………………15

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia saat ini memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah serta mutu
yang memadai sebagai pendukung utama pembangunan. Dan untuk memenuhi hal
tersebut, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting. Berdasarkan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional, dijelaskan bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk di
sekolah harus diselenggarakan dengan sistematis agar anak peserta didik dapat
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Dan jika seseorang tidak dapat
mengikuti pertumbuhan dan perkembangan itu maka belajar seseorang akan kurang
maksimal. Karena perkembangan adalah suatu perubahan-perubahan kearah yang lebih
maju dan dewasa dan perubahan- perubahan itu juga didukung dengan kematangan fisik
seseorang atau yang disebut dengan pertumbuhan untuk itulah kami membuat makalah
yang berjudul "Hubungan antara pendidikan dengan perkembangan peserta didik", agar
kita dapat lebih mudah memahami Hubungan antara pendidikan dengan perkembangan
peserta didik, karena itu adalah salah satu modal yang sangat penting kita kuasai saat
kita akan mengajar atau belajar nanti.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian pendidikan?


2. Apa pengertian perkembangan?
3. Apa faktor yang mempengaruhi perkembangan?
4. Apa hubungan antara pendidikan dan peserta didik ?

C. Tujuan masalah

1. Untuk mengetahui apa pengertian Pendidikan


2. Untuk mengetahui apa pengertian perkembangan
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
4. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan peserta didik

4
BAB II

PEMBAHASAN

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan peserta didik.
Melalui pendidikan, peserta didik tidak hanya belajar mengenai ilmu pengetahuan, tetapi
juga mengembangkan kemampuan sosial, emosional, dan keterampilan hidup yang
diperlukan untuk sukses di masa depan. Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut
mengenai hubungan antara pendidikan dan perkembangan peserta didik.

Pendidikan adalah proses belajar yang disampaikan melalui berbagai cara, seperti
pengajaran formal di sekolah, pengajaran informal di rumah, dan pengalaman langsung di
dunia nyata. Tujuan utama pendidikan adalah untuk membantu peserta didik mencapai
potensi mereka yang penuh, dan untuk memberikan mereka keterampilan dan pengetahuan
yang diperlukan untuk sukses di dunia yang semakin kompleks.

Perkembangan peserta didik mencakup berbagai aspek, termasuk perkembangan fisik,


kognitif, sosial, dan emosional. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan peserta
didik di semua aspek ini. Berikut adalah beberapa contoh bagaimana pendidikan dapat
mempengaruhi perkembangan peserta didik:

1. Perkembangan Kognitif: Pendidikan memberikan peserta didik akses ke pengetahuan


dan keterampilan yang dapat membantu mereka membangun kognisi yang sehat dan
mampu berpikir secara kritis. Selain itu, pendidikan formal di sekolah membantu
peserta didik membangun kemampuan akademik yang kuat, seperti membaca, menulis,
dan menghitung, yang membantu mempersiapkan mereka untuk sukses di masa depan.

2. Perkembangan Sosial: Peserta didik yang belajar di sekolah dapat mengembangkan


keterampilan sosial yang penting, seperti kerjasama, komunikasi, dan kepemimpinan.
Pendidikan juga membantu peserta didik memahami nilai-nilai sosial dan budaya, dan
mempersiapkan mereka untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan
produktif.
3. Perkembangan Emosional: Pendidikan dapat membantu peserta didik mengembangkan
keterampilan manajemen emosi yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan mental
mereka. Selain itu, pendidikan formal di sekolah dapat membantu peserta didik belajar
bagaimana mengatasi tekanan dan kesulitan, dan membantu mereka membangun rasa
percaya diri dan harga diri yang sehat.
4. Perkembangan Fisik: Pendidikan juga dapat mempengaruhi perkembangan fisik peserta
didik, seperti mempromosikan kegiatan fisik yang sehat dan membantu peserta didik
memahami pentingnya gaya hidup sehat.

Dalam rangka memaksimalkan manfaat pendidikan terhadap perkembangan peserta


didik, diperlukan upaya yang terus menerus dari berbagai pihak, seperti guru, orang tua,

5
dan pemerintah. Guru dapat memainkan peran yang penting dalam memfasilitasi proses
belajar yang efektif dan membantu peserta didik mencapai potensi mereka.

A. PENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN

Perkembangan adalah bertambahnya jumlah dan ukuran sel pada saat membelah dan
mensintesis protein baru yang mengakibatkan bertambahnya ukuran bobot seluruh atau
sebagian sel yang mengakibatkan bertambahnya ukuran bobot sel keseluruhan atau
struktur, fungsi, dan kemampuan manusia yang lebih kompleks adalah perkembangan
(Afriani et al., 2017).

Perkembangan merupakan suatu proses yang tidak pernah berhenti (never ending
process), artinya manusia terus berkembang, dipengaruhi oleh pengalaman atau
pembelajaran. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi, artinya setiap aspek
perkembangan individu baik fisik, emosional, intelektual maupun sosial saling
mempengaruhi jika salah satu aspek tersebut tidak ada Perkembangan mengikuti pola
atau arah tertentu, artinya perkembangan terjadi secara teratur sehingga hasil
pembangunan dari tahap sebelumnya merupakan prasyarat bagi perkembangan
selanjutnya. Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangan pada waktu dan
tempo yang berbeda (ada yang cepat dan ada yang lambat), setiap fase perkembangan
memiliki ciri-ciri tertentu. Setiap individu normal akan mengalami tahapan fase
perkembangan.

Anak-anak memiliki potensial untuk dikembangkan Anak-anak memiliki ciri yang


khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias dan
memiliki semangat yang tinggi rasa ingin tahu tentang apa yang mereka lihat, dengar,
rasakan seolah-olah mereka tidak pernah berhenti mengeksplorasi dan belajar Anak-
anak itu egosentris, memiliki perasaan alami serta rasa ingin tahu dan juga merupakan
makhluk social yang unik, kaya akan fantasi, memiliki perhatian yang pendek dan
menjadi waktu yang paling berguna untuk belajar (Sudarsana, 2018).

Perkembangan psikologis pada manusia akan mengalami perubahan secara terus


menerus (change over time), meliputi perubahan aspek kognitif, sosial, moral, emosional,
bahasa, intelektual, artistik, dan religius. Perubahan aspek psikologis ini terus
berkembang sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak, remaja, hingga dewasa. Setiap
individu merupakan cerminan dari kehidupan yang dijalaninya, karena perkembangan
positif yang dialami seseorang akan berdampak positif pada perilaku seseorang sejak
dalam kandungan hingga akhir hayat (Jannah, 2015).

B. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN

Gambaran yang tepat tentang pola perkembangan dapat dijadikan dasar pemahaman
anak serta memiliki nilai ilmiah praktis, yaitu: pengetahuan tentang pola perkembangan
akan membantu pengetahuan tentang apa yang diharapkan anak pada usia tertentu, dan

6
keberhasilan suatu pembangunan memerlukan bimbingan dan arahan Pengetahuan
tentang pola perkembangan memungkinkan orang untuk dapat membimbing proses
belajar anak pada waktu yang tepat, yaitu pada masa peka yang merupakan masa paling
tepat bagi perkembangan kemampuan tertentu.

a. Prinsip-prinsip perkembangan meliputi: Perekembangan melibatkan adanya


perubahan

Perkembangan selalu ditandai dengan perubahan-perubahan progresif yang


bertujuan untuk memungkinkan manusia menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan melalui realisasi diri dan pencapaian kemampuan genetik karena
perkembangan dan pertumbuhan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan, oleh
karena itu perubahan dalam arti perkembangan meliputi perubahan baik ukuran
maupun membentuk tinggi badan, berat badan, memori, peralaran, dan sebagainya.
Perubahan terjadi secara proporsional, baik dalam bentuk tubuh maupun
kemampuan untuk berubah juga termasuk hilangnya sifat-sifat lama untuk
mendapatkan ciri-ciri baru. Perkembangan awalnya lebih ktitis dari perkembangan
selanjutnya.

Perkembangan merupakan suatu proses kontinum, dimana perkembangan


sebelumnya akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya, oleh karena itu kesalahan
atau gangguan pada perkembangan awal akan terus mempengaruhi perkembangan.
Selanjutnya sikap, kebiasaan, pola perilaku yang terbentuk pada tahun-tahun pertama
akan menentukan sejauh mana individu dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan pada
tahap-tahap selanjutnya serta kegagalan dalam tugas- tugas perkembangan sebelumnya
akan mempengaruhi penyesuaian terhadap tugas- tugas perkembangan selanjutnya.
Dipahami juga aspek fink karena pada hakikatnya perkembangan akan berjalan
beriringan dengan aspek fisik dan kepribadian sehingga orang tua dan pendidik dapat
memahami karakteristik anak dan dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki anak-
anak sejak usia dini (Agustina, 2018)

C. TUGAS-TUGAS PENGEMBANG PADA SETIAP FASE PERKEMBANGAN

1. Tugas-Tugas Perkembangan Pada Usia Bayi Dan Kanak-Kanak (0.0-6.0).

a. Belajar berjalan. Belajar berjalan terjadi antara usia 9 hingga 15 bulan, pada usia ini
tulang kaki, otot, dan sistem saraf sudah matang untuk belajar berjalan.

b. Belajar makan makanan padat. Ini terjadi pada tahun kedua, sistem pencernaan dan
saluran pencernaan di mulut telah matang untuk itu.

c. Belajar berbicara, yaitu membuat suara yang bermakna dan menyampaikannya


kepada orang lain melalui suara. Untuk itu, dibutuhkan kematangan otot dan saraf alat
bicara

7
d. Pelajari tentang gelembung udara kecil dan besar. Tugas ini dilakukan di tempat
dan waktu yang berbeda dari norma masyarakat Anak belum bisa mengatasi
(memegang) ngompol sebelum usia 4 tahun karena perkembangan saraf yang
mengatur pembuangannya belum sempurna. Untuk memberikan pendidikan higiene
pada anak cukup dibiasakan saja yaitu setiap mau ke kamar mandi bawa anak ke WC
tanpa banyak memberi informasi

e. Pelajari tentang perbedaan gender. Anak dapat melihat tingkah laku bentuk fisik,
dan pakaian yang berbeda antara satu jenis kelamin dengan jenis kelamin lainnya
melalui observasi (pengamatan).

f. Stabilitas finologis. Jika dibandingkan dengan orang dewasa, tubuh remaja jauh
lebih stabil. Tubuh remaja jauh lebih stabil, dan tubuh remaja jauh lebih konsisten
Tubuh remaja jauh lebih konsisten, dan tubuh remaja jauh lebih konsisten. Tubuh
remaja jauh lebih baik.

g. Membentuk konsep (pemahaman) sederhana tentang realitas sosial dan alam. Pada
awalnya dunia ini bagi anak-anak adalah situasi yang kompleks dan membingungkan.
Seiring waktu, anak-anak dapat mengamati benda atau orang di sekitarnya.
Perkembangan selanjutnya, anak menemukan keteraturan dan dapat membentuk
generalisasi (kesimpulan) dari berbagai objek yang umumnya memiliki ciri yang
sama. Anak-anak belajar bahwa gambar-gambar tertentu dengan suara keras tertentu
yang memenuhi kebutuhan mereka disebut "orang". "ibu" dan "ayah". Anak belajar
bahwa benda-benda khusus dapat dikelompokkan dan diberi satu nams, seperti
kucing, ayam, kambing, dan burung dapat disebut binatang. Untuk mencapai
kemampuan tersebut (mengenal pemahaman) diperlukan kematangan sistem saraf,
pengalaman dan bimbingan dari orang dewasa.

h. Pelajari hubungan emosional dengan orang tua, saudara kandung dan orang lain.
Anak membangun hubungan dengan orang-orang di sekitarnya dengan menggunakan
berbagai cara yaitu berlari, meniru dan menggunakan bahasa. Cara yang diperoleh
dalam mempelajari hubungan emosional dengan orang lain sedikit banyak akan
menentukan sikapnya di masa yang akan datang. Apakah dia santai, santai, dingin,
ekstrovert, dan sebagainya. Misalnya, jika seorang anak mendapat pergaulan yang
menyenangkan dengan orang tuanya, ia cenderung ramah dan ceria. Aspek ini
mencakup bagaimana menangani konflik dengan orang tua dan orang dewasa lainnya
dan bagaimana berkomunikasi dengan baik dengan orang dewasa (Sari, 2021).

i. Belajar membuat hubungan baik dan buruk, yang berarti mengembangkan hati
nurani. Anak-anak kecil didominasi oleh hedonisme naif, di mana kesenangan
dianggap baik, sedangkan penderitaan dianggap buruk Chedonisme adalah aliran yang
menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya bertujuan untuk mencari kesenangan dan
kebahagiaan). Ketika seorang anak tumbuh dewasa, ia harus mempelajan pengertian
baik dan buruk, benar dan salah, karena sebagai makhluk sosial, manusia tidak hanya

8
memperhatikan minat kesenangannya sendiri, tetapi juga harus memperhatikan minat
kesenangannya sendiri., tetapi juga harus memperhatikan kepentingan mereka sendin
yang lain. Anak mengetahui arti baik dan buruk, benar dan salah dipengaruhi oleh
pendidikan yang mereka dapatkan. Pada awalnya, anak belajar apa yang dilarang
berarti buruk atau salah dan apa yang diperbolehkan berarti baik dan benar.
Pengalaman ini merupakan awal dari pembentukan hati nurani anak. Perkembangan
lebih lanjut terjadi melalui nasihat, bimbingan, membaca buku dan analisis pikiran
sendiri. Hal penting dalam mengembangkan hati nurani anak adalah keteladanan dari
orang tua dan bimbingannya. Ini lebih baik daripada penggunaan hukuman dan hadiah
meskipun dalam situasi tertentu masih diperlukan.

2. Tugas-Tugas Perkembangan Pada Masa Sekolah (6,0-12,0)

a Belajar untuk memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan. Di


sekolah, anak-anak sudah mencapai tingkat penguasaan otot, sehingga mereka bisa
berbaris, melakukan senam pagi dan permainan ringan, seperti sepak bola, lompat tali,
berenang, dan sebagainya.

b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai makhluk biologis.
Inti dari tugas ini adalah (1) menumbuhkembangkan kebiasaan memelihara tubuh,
meliputi kebersihan, keselamatan diri, dan kesehatan; (2) mengembangkan sikap
positif terhadap jenis kelamin mereka (laki-laki atau perempuan) dan juga menerima
diri mereka sendiri (baik penampilan wajah maupun postur tubuh) secara positif

c. Belajar bergaul dengan teman sebaya. Yaitu belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan situasi baru serta teman sebayanya. Pergaulan anak-anak di Indonesia
atau teman sebayanya mungkin diwarnai dengan perasaan senang karena kebetulan
temannya itu baik hati, tetapi bisa juga diwamai perasaan tidak senang karena teman
bermainnya menyebalkan atau nakal

d. Belajar memainkan peran sesuai gender. Dalam hal permainan, misalnya akan
terlihat bahwa anak laki-laki tidak mengizinkan anak perempuan untuk mengikuti
permainan khas laki-laki, seperti bermain kelereng bermain bola dan layang-layang.

e. Pelajari keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung Salah satu
alasan usia 6-12 tahun disebut masa sekolah karena pertumbuhan jasmani dan
perkembangan rohaninya sudah cukup matang untuk menerima pengajaran. Untuk
dapat hidup dalam masyarakat yang berbudaya, setidaknya anak harus menyelesaikan
sekolah dasar (SD), karena sejak sekolah dasar anak telah memperoleh keterampilan
dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.

Belajar mengembangkan konsep sehari-hari. Ketika kita telah melihat, mendengar,


merasakan, mencium, dan mengalami sesuatu, sebuah kenangan tetap ada pada kita.
Memori pengamatan masa lalu disebut konsep (respon). (Mustika, 2016).

9
3. Tugas-Tugas Perkembangan Pada Masa (18-24 Masa Dewasa)

a. Landasan hidup religious

Seseorang yang hidup beragama tumbuh dan dipengaruhi oleh lingkungannya


Sekolah memiliki peran dalam pembentukan perilaku pendidikan, sebagai lembaga
pendidikan Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang mempunyai program
vang sistematis dalam menyelenggarakan bimbingan, pembelajaran, dan pelatihan
bagi anak agar mampu berkembang sesuai dengan potensinya

Guru adalah pengganti orang tua dan sekolah adalah pengganti keluarga. Selain
sebagai tempat belajar, sekolah juga berfungsi sebagai tempat belajar bagi anak-anak
Beliau tidak hanya memberikan pengajaran akademik, tetapi juga berperan dalam
membina kepribadian dan perilaku siswa, termasuk perilaku keagamaan

Religiusitas diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, baik yang


menyangkut perilaku ritual maupun kegiatan lain dalam kehidupan sehari-hari, baik
yang terlihat maupun yang terlihat maupun yang tidak terlihat dalam kehidupan
sehari-hari Religiusitas seseorang akan mencakup berbagai dimensi dan aspek Agama
adalah simbol, sistem kepercayaan sistem nilai, dan sistem perilaku yang baik yang
kesemuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling
bermakna.

Kehidupan beragama menjadi yang utama dalam berbagai aspek kehidupan. Bukan
hanya moral yang menjadi masalah agama, itu juga segala sesuatu yang berkaitan
dengan hukum dan peraturan, baik itu ekonomi, sosial, atau politik Begitu juga dengan
hal-hal lain, seperti kesehatan, perdagangan, pendidikan, dan lain-lain, yang
kesemuanya itu dalam ajaran agama.

b. Landasan perilaku etis

Pendidikan merupakan kerangka mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini


tertuang dalam Undang-Undang (UU) No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
nasional pasal 3, yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan watak dan peradaban bangsa, serta meningkatkan keterampilan
tenaga kerja dalam bidang pendidikan bidang. Selanjutnya, pendidikan Indonesia
bertujuan untuk melindungi bangsa Indonesia dari segala bentuk kekejaman dan
keterbelakangan. Pendidikan Indonesia juga mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa 2 Hal ini menyoroti fakta bahwa pendidikan Indonesia terletak pada
pengembangan, etika, sikap, karakter dan transformasi nilai-nilai filosofis bangsa

Pelanggaran etika juga akan lebih mungkin terjadi pada siswa yang memiliki
motivasi yang rendah untuk menguasai materi dan cenderung memiliki keinginan yang
10
tinggi untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Minat siswa untuk melakukan pelanggaran
etika dipengaruhi oleh norma subjektif, persepsi kontrol perilaku, dan kewajiban moral
Faktor lain yang mendorong siswa melakukan pelanggaran etika adalah kurangnya
komitmen belajar mandiri, tuntutan dari orang-orang terdekatnya untuk mencapai hasil
terbaik, manajemen waktu yang kurang efektif, keterampilan dasar siswa yang rendah,
website yang seolah-olah menjadi milik umum yang dimiliki oleh publik semua konten
bebas untuk digunakan, dan asumsi bahwa meniru karya orang lain tidak illegal.
(Anggoro & Sari, 2021).

c. Kematangan emosi

Kematangan emoti adalah kemampuan untuk menerima hal-hal negatif dari


lingkungan tanpa menanggapinya bukan dengan sikap negatif, tetapi dengan
kematangan emosi merupakan suatu kondisi atau kondisi untuk mencapai Perilaku

Agresif Agresi adalah perilaku yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
objek dari upaya untuk mengurangi dan mengontrol perilaku agresif pada siswa, bahwa
munculnya agresi dapat disebabkan oleh perilaku menghadapi situasi atau kondisi yang
tidak menyenangkan di lingkungan. Siswa yang melakukan perilaku agresif
ditunjukkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kematangan emosi Perilaku
agresif yang belum matang dan belum matang secara emosional dapat muncul lebih
mudah daripada yang matang secara emosional

Kematangan emosi memiliki beberapa aspek sebagai berikut.

a) Dapat menerima keadaan dirinya maupun orang lain seperti apa adanya

b) Tidak impulsive

c) Dapat mengontrol emosi dan ekspresi emosinya dengan baik

d) Dapat berfikir secara objektif dan realistis, sehingga bersifat sabar, penuh
pengertian dan memiliki toleransi yang baik

e) Mempunyai tanggung jawab yang baik, dapat berdiri sendiri, tidak mudah
mengalami frustrasi dan akan menghadapi masalah dengan penuh pengertian
(Guswani & Kawuryan, 2011).

d. Kesadaran tanggung jawab sosial

Pendidikan merupakan faktor besar dalam melahirkan warga negara Indonesia yang
memiliki kekuatan karakter sebagai modal dalam membangun dan mengungguli
peradaban. Karakter bangsa yang kuat adalah produk pendidikan. Ketika mayoritas
masyarakat memiliki sikap positif, peradaban yang tangguh dan tinggi dapat dibangun

11
dengan aman dan sukses. Demikian pula jika sebagian besar karakter masyarakat
negatif, maka karakter negatif dan lemah akan mencegah peradaban menjadi lemah.

e. Mengembangkan pribadi

Kualitas pribadi berkaitan erat dengan perilaku profesional. Perilaku professional


setidaknya mencerminkan tiga hal, yaitu:

1. Pertama, perilaku tidak hanya terbatas pada setting konseling, tetapi situasi
apapun ketika konselor menampilkan perilakunya,
2. Kedua, yang dibicarakan adalah konteks yang seharumya tidak menjadi sesuatu
yang sebenarnya ditampilkan oleh konselor, dan,
3. Ketiga, siapapun yang mengaku sebagai konselor harus mematuhi kode etik
konselor. Konselor profesional selalu dibentuk secara ekologis dengan
berpedoman pada norma dan nilai (spintual, sosial). Perilaku profesional
didasarkan pada keyakinan dan nilai-nilai yang mempengaruhi integritas
kepribadian konselor

f. Wawasan dan kesiapan karir

Siswa memikirkan kemungkinan masa depan dengan menyiapkan awalan. Kesiapan


karit merupakan kondisi optimal untuk menyelesaikan tugas perkembangan pada usia
tersebut. Kesiapan merupakan hasil dari kognitif dan sikap dalam mencari jenis
pendidikan dan karir Merencanakan dan menjajaka dunia kerja merupakan kesiapan
untuk aktif. Ranah utama perkembangan kognitif adalah proses pendewasaan dan
kemampuan berpikir manusia yang dimulai dan rasa ingin tahu, karena rasa ingin tahu
akan mendoreng manusia untuk berpikir karena rasa ingin tahu dan melakukan upaya
(melalui berbagai kegiatan yang muncul dari gagasan) untuk menjawab rasa ingin tahu
tersebut (Talango, 2020) Di sin lain, kesiapan kognitif berhati-hati dalam mengambil
keputusan karir berdasarkan wawasan tentang pekerjaan Akibatnya, seorang siswa harus
mengambil sikap terhadap karir pilihannya sendiri, terutama pada masa revolusi industri,
untuk mencapai kualitas yang tinggi dan mampu memitigasi dampak dan perubahan pada
pendidikan Indonesia

g. Kematangan hubungan dengan teman sebaya

Pengaruh kelompok atau teman dapat menjadikan salah satu penyebab yang dapat
mempengaruhi remaja dalam memiliki niat untuk melakukan suatu perilaku, salah satunya
adalah perilaku agresif Individu yang menjadi bagian dari dukungan memiliki dampak
yang signifikan terhadap perilaku agresif Individu yang menyimpang secara sosial tidak
selalu mau mengikuti hukum, tetapi ketika bersama teman dekat atau anggota kelompok,
mereka cenderung jujur dan dapat dipercaya

Interaksi dengan teman sebaya merupakan awal dari hubungan persahabatan dan
hubungan dengan teman sebaya, merupakan individu yang memiliki usia dan tingkat
12
kedewasaan yang sama merupakan individu yang memiliki usia dan tingkat kedewasaan
yang sama Kelompok teman sebaya (group of friends) membantu anak memilih nilai-nilai
yang dimilikinya, memberikan rasa aman secara emosional Jika seorang anak tidak
memiliki peer group, ia akan mengalami depresi dan kehidupan sosialnya akan menderita.
Remaja cenderung mengikuti kebiasaan yang ada dalam kelompoknya karena adanya
tekanan untuk menyesuaikan diri. Misalnya, jika anggota kelompok mengonsumsi
alkohol, obat-obatan, atau rokok, remaja cenderung mengikutinya tanpa mempedulikan
perasaan mereka). Oleh karena itu, peer group juga dapat berdampak negatif dengan
mendiskusikannya.

Akibat bergaul dengan kelompok sebaya yang disebutkan di atas adalah mereka
mengembangkan keterampilan sosial dan keintiman, memelihara hubungan dan rasa
memiliki, mereka menghargai kesuksesan dan memperoleh identitas diri. Karena remaja
banyak ditemukan di luar rumah dengan teman sebaya sebagai kelompok, maka dapat
disimpulkan bahwa pengaruh teman sebaya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
sikap, ucapan, minat, penampilan, dan perilaku. Disukai dan diterima adalah penting pada
tahap remaja ini, karena merupakan prasyarat untuk mendapatkan umpan balik dan
mencoba gaya hubungan atau kepribadian yang berbeda dari waktu ke waktu (Kartika &
Nisfiannoor, 2017).

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan memiliki hubungan yang erat dengan perkembangan peserta didik.
Melalui pendidikan, peserta didik dapat mengembangkan keterampilan, pengetahuan,
dan sikap yang diperlukan untuk memahami dunia dan mengatasi tantangan hidup.
Selain itu, pendidikan juga dapat membantu peserta didik dalam membangun identitas,
nilai, dan karakter yang positif. Sebaliknya, perkembangan peserta didik yang sehat dan
optimal dapat meningkatkan hasil belajar dan keberhasilan pendidikan mereka. Oleh
karena itu, pendidikan dan perkembangan peserta didik saling mempengaruhi dan perlu
diperhatikan secara bersama-sama dalam upaya mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan. Pendidikan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan
kognitif, sosial, emosional, dan fisik. Peserta didik yang mendapatkan pendidikan yang
berkualitas memiliki peluang yang lebih baik untuk mencapai potensi mereka dan
menjadi anggota masyarakat yang produktif dan berkontribusi. Sebaliknya, kurangnya
pendidikan atau pendidikan yang buruk dapat membatasi kemampuan seseorang untuk
tumbuh dan berkembang, serta dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka di masa
depan. karena pendidikan bertujuan untuk membantu peserta didik mencapai potensi
terbaik mereka dalam aspek intelektual, sosial, emosional, dan fisik. Dalam proses
belajar-mengajar, pendidik dapat mempengaruhi perkembangan kognitif dan non-
kognitif peserta didik, seperti keterampilan pemecahan masalah, kreativitas, motivasi,
kepercayaan diri, empati, dan nilai-nilai moral. Oleh karena itu, pendidikan harus
disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik individu peserta didik untuk membantu
mereka mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

B. Saran
Penulis mengharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam
mempelajari Hubungan Antara Pendidikan dan Perkembangan Peserta Didik. Dan
penulis menyadari masih banyak kekurangan yang ada pada makalah kami ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca khususnya pada
Dosen Bidang Studi ini. Demi kesempurnaan dalam membuat makalah (karya tulis)
pada waktu mendatang. Untuk itu saya selaku penulis mengucapkan terima kasih.

14
DAFTAR PUSTAKA

Afriani, W., Soeharto, P., Pd, M., Hidayat, R. R., Pd, M., Studi, P., Sebelas, U.,
& Surakarta, M. (2017). DIDIK KELAS XI IPS SMA. 5 (July).

Agustina, N. (2018). Perkembangan peserta didik. Deepublish.

Aimil Khasanah, U., Indrayati Program Studi Ilmu Keperawatan, N., & Tinggi
Ilmu Kesehatan Kendal, S. (2019). Hubungan Perkembangan Psikososial Dengan
Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(3), 157- 162

Anggoro, A. B., & Sari, A. G. (2021). Etika peserta didik dalam cyber system:
Sebuah tinjauan etis Alkitabiah pada pembelajaran era pendidikan 4.0. Jurnal
Gamaliel: Teologi Praktika, 3(1), 34-46. https://e-
journalsttexcelsius.ac.id.index.php/excelsisdeo/article/view/55/67

Guswani, A. M., & Kawuryan, F. (2011). Perilaku Agresi Pada Mahasiswa


Ditinjau Dari Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi Pitutur, 1(2), 86-92.

Jannah, M. (2015). Tugas-Tugas Perkembangan Pada Usia Kanak-Kanak. Gender


Equality: International Journal of Child and Gender Studies, 1(2), 89-91.

Kartika, Y., & Nisfiannoor, M. (2017). Hubungan Antara Regulasi Emosi Dan
Penerimaan Kelompok Teman Sebaya Pada Remaja Jurnal Psikologi, 20). 160-178.

Mustika, J. (2016), Modul Prikologi Pendidikan

Sari, D. P. (2021) Analysis of Adolescent Developmental Task Mastery and Its


Implications for Information Service Materials KONSELI Jornal Bimbingan Dan
Konseling (E-Journal), 8 (2), 213-228. https://doi.org/10.24042/kons.v8129452

Sudarsana, L. K. (2018). Quality Improvement Of Early Childhood Education


Through The Utilization Of Multimedia Jurnal Penjaminan Mutu, 4(2), 174.
https://doi.org/10.25078/jpm.v4i2.571

Talango, S. R. (2020). Konsep Perkembangan Anak Usia Dini Early Childhood Islamic
Education Journal, 1(1), 92-105. https://doi.org/10.54045/ecie.vlil.35

15

Anda mungkin juga menyukai